Brmmmmm brmmmmm brmmmmm
"Yeeee!!! Bos Kevin menang!" Gio berambut keriting itu memekik heboh saat melihat sepeda motor sport berwarna hitam ber-lis biru langit itu melaju mencapai garis finis untuk yang pertama.
Motor itu melaju sangat kencang, meninggalkan beberapa motor sport yang lainnya yang masih jauh tertinggal di belakangnya.
Gio langsung berlari menghampiri Kevin, saat Kevin baru saja menyentadarkan motor sport miliknya.
"Lima Jeti bos. Dan lo harus traktir gue." Seru Gio.
Kevin mendelik ke arah cowok itu. Tangannya terulur membuka sarung tangannya, lalu menimpuk kepala sahabatnya itu, membuat Gio meringis.
"Sakit bos" keluh Gio.
"Lagian gue aja belum cair, lo seenak jidatnya aja minta traktir. Kan bangsad namanya." Umpat Kevin kesal.
"Yaaa, gue kan cuman mengingat kan tuan muda Pradipta. Kali aja lo lupa ya kan? Manusia kan tempatnya lupa. Lo enggak bakalan lupa persepsi itu kan?"
"Setan!!! Malah ceramahin gue lo. Tai emang lo." Berbicara dengan Gio itu menguras tenaga dan membutuhkan kesabaran yang ekstra, kalau tidak akan berakhir kesal pada akhirnya.
Gio meringis saat melihat aura marah dari bosnya itu, dirinya memilih bungkam saja, daripada kena amukan bosnya itu.
Kevin membuka helm full face miliknya, dan hal itu membuat semua para perempuan yang ada di sirkuit itu memekik heboh.
"Astoge. Kevin ganteng banget."
"Aku padamu Kevin... Sarangheo"
"Kevin aaaaa gile- gile, gue bisa cinta mati sama lo"
Kevin sudah biasa mendengar suara bising yang menurutnya tidak lah penting itu. Dirinya lebih memilih mengabaikannya, dan fokus pada seseorang yang berjalan menghampirinya.
Pluk
Cowok berambut cepak itu melemparkan amplop yang sudah berisi uang sesuai taruhan tadi.
Kevin mengambilnya, dan langsung memasukkannya ke dalam saku jaket miliknya. Kevin lalu tersenyum miring pada cowok yang ada di depannya itu.
"Kalah lagi kan?" Cetus Kevin pada Langit -- musuh bebuyutannya selama ini.
Langit berdecih sinis mendengarnya. "Cuman lima juta enggak masalah buat gue. Lain kali gue bisa menang, dan taruhannya gue mau lebih dari itu. Maybe, kalau Lo berani sih?" Langit seperti dengan sengaja menantang Kevin.
Kevin tersenyum menyeringai mendengarnya. "Gue enggak takut. Berapa juta? Gue siap! Kalau perlu malam ini juga." Desis Kevin.
"Gue tawarin lima puluh juta" sambung Kevin.
Langit mengepalkan kedua telapak tangannya kencang, kalau uang segitu dirinya mana punya. Uang lima juta tadi saja itu hasil dirinya merayu sang mama. Ya nasibnya sial, nilainya buruk dan papanya menarik semua kartu ATM yang dirinya punya.
Dan hal itu membuat Langit tidak memiliki uang sama sekali. Uang jajannya juga di batasi oleh papanya.
Kevin tersenyum miring ke arah Langit saat cowok itu tidak berani mengatakan apa pun tentang tantangannya. Kalau Kevin mah santai, karena uangnya banyak. Dirinya punya usaha sendiri yang sudah di kelolanya walaupun Kevin masih sekolah.
"Ciaaaa dia diem aja. Kenapa enggak ada duitnya?" Ledek Gio, dan langsung saja cowok itu tertawa ngakak.
Langit sudah mengepalkan kedua telapak tangannya kencang, wajahnya sudah memerah menahan amarah yang siap di ledakan detik itu juga.
"Hahaha. Mingkem dia Yo, gue yakin lah, duitnya habis. Mana mungkin dia berani. Mau jual apa kalau kalah? Mau jual ginjalnya..." Ledek Kevin sambil tertawa.
Gio semakin ngakak mendengar perkataan dari Kevin. "Anjay si bos... Jual ginjal. Mati lah dia."
"Hahaha"
Semakin kesal Langit mendengar ledekan itu, tangannya sudah terangkat ingin meninju kedua cowok sialan itu, namun urung saat mendengar suara sirine mobil polisi.
Wiu wiu wiu
Semua orang yang ada di sirkuit ilegal itu langsung berlari kocar-kacir entah kemana saat mendengar sirine mobil polisi itu.
Sirkuit balapan ilegal yang hanya di bangun oleh anak jalanan saja, dan mereka menjadi kan tempat itu untuk balapan liar setiap malamnya.
"Cabut bos" seru Gio panik, cowok itu langsung berlari ke arah sepeda motor sport miliknya yang tidak jauh dari sana.
Kevin sama, cowok tampan dengan alis setengah robek itu langsung naik ke atas motor sport miliknya, memutar kunci motor, namun sialnya, motornya tidak bisa hidup.
Kevin memukul tangki motornya, karena dirinya sudah tau jika motornya kehabisan bensin.
Sialan! Kenapa Kevin bodoh sekali, kenapa dirinya lupa mengisi bensin motornya.
"Bajingan" umpat Kevin.
Tidak kehabisan akal, cowok itu langsung turun dari motornya, berniat berlari saja. Namun sayang, jaket bagian belakang nya sudah di pegang oleh seseorang.
"Mau kemana kamu Evin!!!"
Kevin memutar bola matanya jengah, lalu setelahnya membalikkan tubuhnya menatap ke arah polisi yang sedang memegang jaket bagian belakangnya.
Kevin nyengir menatap orang itu. "Sorry Paman "
Pria yang tak lain adalah pamannya sendiri , adik dari mama nya itu langsung berdecak mendengar perkataan dari keponakan nya itu . Sudah sering menghadapi kenakalan keponakan nya itu ,dan ini entah untuk yang keberapa kali lagi ulah Kevin itu , yang berakhir membuat nya pusing tujuh keliling .
" Kamu harus ikut paman ke kantor ."
Bahu Kevin melemah mendengar nya .
"Elah !!"
•
Beberapa menit kemudian . .
"Kenapa kamu nakal sekali sih Kevin . Papa pusing ngadepin tingkah laku kamu yang seperti ini . " Ucap Pradipta kesal pada anak sematang wayang nya itu .
Kevin dengan santai tersenyum , lalu mengambil kue yang ada di depan meja . Dirinya baru saja pulang dari kantor polisi , tentu nya setelah di jemput oleh papa dan mama nya . Paman nya ada di sana , namun paman nya tidak mau memperlakukan istimewa pada Kevin . Walaupun Kevin keponakan nya , tapi tetap saja , tindakan yang di lakukan oleh Kevin itu salah . Dan diri nya tidak membenarkan hal itu .
Saat ini Kevin duduk di ruang keluarga dan sudah siap mendengarkan ceramah panjang lebar dari papa nya itu .
"Elah pa , masih muda juga . Udah biasa kali . Papa juga dulu begitu ." Sahut Kevin santai . Tidak ada takut-takut nya sama sekali dengan papa nya itu .
Pradipta memijit kepala nya yang terasa berdenyut mendengar jawaban santai dari anak semata wayangnya itu .
"Pusing aku ma hadapin anak kamu itu . " Keluh Pradipta pada Ningsih sang istri .
Ningsih menghela nafas nya kasar . "Papa sih marah-marah muluh, nanti tensi nya naik lagi ."
"CK, gimana enggak marah , kalau tiap hari ngadepin tingkah laku anak itu . Dia udah tua ma . Usia nya bukan remaja lagi . Kevin udah berusia dua puluh satu . Mesti nya dia udah kuliah .
"Ini boro-boro kuliah , sekolah nya juga enggak lulus- lulus . " Kesal sekali Pradipta dengan tingkah anak semata wayangnya itu .
"Pa nikmati hidup pa . Jangan ambil pusing , toh kuliah enggak nya , Kevin tetap mimpin perusahaan ." Santai banget jawab nya , sambil sibuk mengunyah kue yang ada di depan nya .
Pradipta menghela nafas nya kasar , tidak ada pilihan lain , sudah dirinya pikirkan semenjak satu Minggu ini . Dan Pradipta sudah memutuskan nya saat sang anak membuat ulah lagi . Mau berbicara panjang lebar sama saja , anak nya itu bebal sekali .
"Oke. Kalau begitu . Mulai besok kamu papa pindahkan ke pondok pasantren . "
Kue yang ada di mulut Kevin langsung menyembur keluar , dengan mata pemuda itu yang langsung melotot ke arah sang papa .
Bukan hanya Kevin saja , nyatanya Ningsih juga langsung melotot mendengar perkataan sang suami .
Kedua nya sama-sama melotot saat mendengar perkataan yang keluar dari mulut papa nya itu . Orang yang penting di dalam rumah -- pemimpin rumah tangga.
Ningsih dulu yang protes , sebelum Kevin . "Mas apa, apaan sih ? Enggak lucu ya bercanda nya . Aku enggak suka ." Ketus Ningsih . Wajah nya yang biasa nya selalu menampilkan senyuman manis dari lesung pipi nya , kini berubah menjadi seram .
Pradipta sebenarnya juga tidak tega , namun keputusan nya sudah bulat , anak nya tidak akan berubah jika selalu di kelilingi oleh orang-orang yang memanjakan nya . Biarkan di sana Kevin banyak belajar .
"Papa enggak bercanda . Apa yang papa katakan benar . Dan keputusan papa sudah bulat . Kamu Kevin , akan langsung masuk ke pasantren besok ." Ucap Pradipta dengan tegas .
"Aku enggak mau pa ! Papa kolot banget sih ? Ngapain coba ada kepikiran buat masukin aku ke pondok pasantren. Aku masih mau main pa , aku enggak mau ya di kekang di sana " jelas protes lah Kevin , dirinya masih mau bebas menikmati masa muda nya , dirinya tidak mau masa muda nya suram .
Sang mama juga menimpali nya, bagaimana pun dirinya mana mau berpisah dengan anak semata wayangnya itu . "Pa , mama juga enggak setuju ya . Kevin anak kita satu-satunya loh , masa papa tega mau masukin dia ke pondok pasantren . Apa lagi sekarang di berita- berita , kan banyak kasus tuh di pondok pasantren . Is mama enggak mau ah , mama enggak mau Kevin kenapa-kenapa . " Ucap Ningsih masih berusaha membujuk suami nya itu .
"Enggak semua pondok pasantren seperti apa yang di beritakan ma . Ada juga kok yang bagus . Seperti yang akan Kevin datangi nanti . " Sahut Pradipta .
"CK, darimana papa tau ? Papa sok tau ih. "
"Tau lah , orang pondok pesantren nya juga kepunyaan Sahabat papa . Kyai Mahmud .. ala udah deh ma , Kevin , enggak usah banyak alasan lagi. Keputusan papa sudah bulat , Kevin akan tetap pindah di pondok pasantren . Besok papa yang akan mengantarkan nya . " Ucap Pradipta dengan tegas ,
"Tapi pa ?"
"Ma , mau sampai kapan Kevin seperti itu terus. Dia sudah besar . Suatu saat dia bakalan mengemban tugas yang berat lagi . Jadi jangan selalu memanjakan nya ma . Sudah lah , papa mau hubungi Kyai Mahmud . " Pradipta bangkit dari duduk nya dan langsung pergi dari sana , tidak mau keputusan nya goyah lagi akibat mendengar rengekan putra dan istri nya itu .
Kevin sudah misuh- misuh tidak jelas, kepala nya sudah membayangkan kehidupan nya yang akan berubah menjadi suram ketika masuk ke tempat itu .
"Ma "
"Kevin "
"Aaaaa Kevin enggak mau ma " rengek Kevin sudah lebay sendiri , bahkan dirinya pura-pura nangis , agar Ningsih menatap nya iba , dan mengadukan nya pada sang suami .
Licik , ya begitulah Kevin , selain tengil , sosok pemuda itu juga licik, memiliki banyak ide yang tidak terduga .
"Mama juga enggak mau jauhan dari kamu sayang ." Ningsih bahkan menangis , tidak rela berpisah dengan putra semata wayangnya itu
"Kalau gitu, mama harus bujuk papa , aku enggak mau masuk pondok pesantren . " Ucap Kevin .
Ningsih mengangguk , lalu bangkit dan mengejar sang suami . .
•
Kevin pikir mama nya akan berhasil membujuk papa nya . Biasa nya dengan mudah Pradipta itu selalu mengiyakan semua permintaan istri tercinta nya , walaupun permintaan itu sedikit nyeleneh . Tapi kali ini Kevin harus menahan kekesalan nya , karena ternyata papa nya sama sekali tidak mengubah keputusan nya .
"Ayo Kevin . Kamu mau papa coret dari daftar pewaris satu-satunya keluarga Pradipta huh ?"
Kevin dengan misuh- misuh langsung masuk ke dalam mobil saat mendengar ancaman yang menyebalkan di telinga nya itu . Mana mungkin dirinya mau di coret dari daftar pewaris . Lagian papa nya aneh , kalau bukan dia jadi siapa lagi yang bakalan jadi pewaris keluarga Pradipta .
"Kalau coret juga papa yang bingung, orang aku cuman tunggal kok , enggak ada yang lain . Mau siapa yang pegang harta papa yang banyak itu . " Selalu saja ada jawaban dari mulut si tengil Kevin itu.
Pradipta tersenyum tipis mendengar nya . "Gampang kok . Tinggal angkat anak aja , terus kasih semua harta nya ke anak angkat papa itu . Beres kan " sahut Pradipta santai .
Kevin melotot mendengar nya . "Terus ? Kevin hidup nya gimana ?"
"Ya itu pilihan kamu, orang kamu yang mau kok . Kamu bisa jadi gelandangan . "
"CK , papa ." Kevin kesal sendiri dengan jawaban tak terduga papa nya itu . Biasa nya papa nya akan kalah telak , jika berdebat dengan dirinya , tapi ini apa , diri nya malah kalah berdebat dengan papa nya itu .
Sedangkan Pradipta sudah mengulum senyum nya , melihat ekspresi kesal anak satu-satunya itu .
Ningsih yang baru masuk ke dalam mobil dan melihat wajah bete' sang anak , langsung menatap tajam sang suami .
"Dasar suami nyebelin . Kesel banget aku . " Omel Ningsih , dirinya bahkan memilih duduk di samping Kevin saja daripada di samping Pradipta, Ningsih mengibarkan bendera perang pada pria itu .
Pradipta hanya diam saja , dirinya membiarkan saja , toh istri cantik nya itu mudah luluh , jika ini marah , nanti dirinya rayu dan ajak jalan-jalan pasti akan langsung luluh .
Ningsih menatap ke arah anak semata wayangnya itu. "Kevin sayang ,maaf ya ... Mama enggak bisa ngebujuk papa . Maaf banget ya sayang . " Ucap Ningsih merasa sangat bersalah pada anak semata wayangnya itu .
Kevin cemberut ,"biasanya juga mama minta apa aja di turuti sama papa . Ini kok enggak ya ." Gerutu Kevin .
Ningsih menghela nafas nya kasar , tangan nya terulur mengelus kepala anak nya itu dengan kasih sayang . "Maaf ya sayang ,mama juga enggak tau , kenapa papa kali ini susah banget di bujuk . Tapi Kevin tenang saja ya , mama janji, mama bakalan pantau dan sering kunjungi Kevin di sana . Udah ya , anak ganteng mama jangan cemberut gitu dong . " Bujuk Ningsih, rasa nya sedih sekali melihat wajah cemberut anak nya itu .
Pradipta yang ada di depan kemudi , dan mendengar percakapan itu sudah ingin menyemburkan tawa nya , namun buru-buru dirinya menetralisir nya .
Sudah di katakan bukan ,kali ini Pradipta tidak akan tergoda dengan bujuk rayu istri cantik nya itu . Diri nya dengan tegas , akan tetap membawa Kevin masuk ke dalam pondok pesantren .
Itu semua demi kebaikan Kevin .
Kevin harus dewasa .
•
Setengah jam berlalu , mobil SUV berwarna hitam itu masuk ke dalam gerbang tinggi yang baru saja di buka oleh seorang pria berpakaian batik. Mereka tidak mengenal nya , tapi pria paruh baya yang usia nya lebih tua dari Pradipta itu membungkuk kan sedikit badan nya menyambut kedatangan mereka .
Dan saat turun dari mobil, rupa nya Pradipta dan keluarga nya sudah di sambut oleh Kyai Mahmud dan keluarga nya yang berdiri di sana .
Kevin masih saja memasang wajah kesal nya saat papa nya dengan santai nya malah mengobrol dengan para lelaki tua yang ada di sana.
Dirinya juga kesal dengan mama nya , karena nyatanya sampai di sana, mama nya malah akrab dengan perempuan yang ada di sana .
"CK,. Tadi satu genk, sekarang udah beda genk. " Omel Kevin sambil menatap sengit para kumpulan orang tua dia sana .
"Ya ampun, pak Pradipta , saya hampir lupa loh , ini kenalkan anak kedua saya , nama nya Rahul . " Seru Kyai Mahmud , lalu memanggil seorang pemuda yang berdiri tidak jauh dari sana . "Rahul , kenalkan ini pak Pradipta ,ini istri nya dan itu anak nya . " Ucap kyai Mahmud , tangan nya melambai memanggil anak bungsu nya. Lalu memperkenalkan keluarga Pradipta pada anak nya itu .
Pemuda yang bernama Rahul itu langsung berjalan mendekat, lalu tangan nya menelangkup di depan dada pada Ningsih dan beralih menyalami Pradipta .
"Wah ganteng ya anak mu ini ." Cetus Pradipta pada kyai Mahmud.
Kyai Mahmud terkekeh mendengar nya. "Ganteng anak mu itu. Oiya Rahul, ajak Kevin untuk berkeliling pondok. Dan kamu kenalkan dengan beberapa teman mu. Mumpung hari ini masuk nya agak siangan kan. "
"Iya Abi . " Sahut Rahul patuh.
Kevin yang tidak betah di sana langsung pergi , dirinya terlalu malas mendengar obrolan alot para orang tua di sana .
Sudah seperti orang akrab sebelum nya , Kevin langsung merangkul leher Rahul , hingga membuat Rahul terkejut bukan main dengan tingkah ajaib pemuda itu .
"Aduh maaf ya kyai Mahmud . Anak saya emang suka begitu . " Ucap Pradipta saat melihat tingkah laku anak nya , mata nya sudah melotot ke arah Kevin , namun dengan santai nya si tengil malah menggeret tubuh anak bungsu kyai Mahmud itu pergi dari sana .
Malu, jelas lah malu Pradipta, anak nya itu tidak ada sopan santun nya sama sekali . Sungguh menyebalkan sekali sikap Kevin itu .
Kyai Mahmud terkekeh . "Tidak apa-apa pak Pradipta . Saya malah suka kalau Kevin cepat akrab dengan santri di sini . Itu bukannya hal yang mudah untuk melakukan proges pembelajaran nanti . Para santri yang lain akan membantu Kevin . " Sahut Kyai Mahmud .
Pradipta tersenyum , walaupun agak malu dengan tingkah anak nya , tapi jawaban santai kyai Mahmud membuat nya agak sedikit legah , apa yang dikatakan oleh kyai Mahmud benar , bukan kah hal itu akan membuat Kevin betah di sini .
Beralih pada Kevin dan Rahul .
Rahul sampai berusaha melepaskan belitan tangan di leher nya itu , sungguh belitan tangan Kevin yang ada di leher nya itu membuat Rahul tidak bisa bernafas .
"Y--a am--pun m--as ny--a , ma--af , se--sek na--fas sa--ya . " Ucap Rahul .
Kevin berdecih mendengar nya , lalu melepaskan rangkulan tangan nya pada leher pemuda itu.
"Cih baru segitu udah sakit . Lembek banget Lo " omel Kevin.
Rahul masih berusaha mengatur nafas nya yang bener-bener sesek banget . Tapi si tengil malah santai lihatin dia doang , dan enggak mau minta maaf atas perbuatan nya .
"I-- ini beneran sesak loh mas nya . " Aku Rahul jujur .
"Cih lembek banget Lo ... Gender aja laki , pake rok aja sana Lo kalau begitu doang Lo KO" ledek Kevin .
Rahul mendengus mendengar perkataan dari pemuda itu. Tidak menyangka pemuda dengan alis robek itu punya mulut pedas seperti itu .
"Mas nya mau saya bawa kemana ? Saya akan tunjukin beberapa gedung yang ada di pondok pasantren ini . " Ucap Rahul , mengabaikan perkataannya Kevin tadi , dirinya mengalihkan pembicaraan lain .
Kevin mendecak tak suka . "Bisa enggak Lo jangan panggil gue mas ? Emang nya gue setia itu apa ? Atau gue nikah sama kakak Lo gitu. ?" Omel Kevin .
"Saya enggak punya kakak mas , saya punya Abang , itu juga lagi di Bandung . Besok baru pulang. "Sahut Rahul polos .
"CK, bangke emang Lo . Capek ngomong sama Lo , kuy lah ajak gue kemana aja , yang penting jangan jadikan gue tumbal pesugihan pasantren ini . " Cetus Kevin lalu melangkah kan kaki nya pergi.
Rahul mengelus dada nya mendengar kalimat kasar yang di ucapkan oleh pemuda itu . "Astaghfirullah, mulut nya pedes banget . . " Tapi tetap saja Rahul menyusul kepergian Kevin .
•
"Nadzira berangkat dulu ya Abah , ibu " Nadzira gadis cantik berhijab itu meraih tangan kedua orang nya secara bergantian mencium nya dengan takzim .
"Iya sayang hati-hati ya. ," Ucap ibu nya Nadzira -- Siti .
"Ingat Zira , kamu harus tetap jaga diri . Kamu itu sudah bertunangan dengan ustadz Malik. Jangan pernah membuat Abah mu malu . " Peringat Abah Nurdin pada putri nya itu .
Nadzira mengangguk, walaupun diri nya agak kesal dengan perkataan dari Abah nya itu . Seperti dirinya perempuan murahan yang suka tebar pesona , padahal dirinya tidak pernah bertingkah seperti itu .
"Assalamualaikum "
"Wa'alaikum salam "
Jarak pondok pesantren tempat nya mengajar hanya beberapa meter saja dari rumah sederhana milik Abah nya . Dirinya hanya berjalan kaki beberapa menit , langsung sampai di pondok pasantren Ar- Rahman .
Nadzira itu lulusan SMA , karena dirinya pandai , kyai Mahmud menyuruh Nadzira untuk mengajar di pondok pasantren . Sekarang usia nya baru dua puluh tahunan .
Tidak lama dirinya sudah sampai , hari ini memang semua kelas akan masuk siang ,karena beberapa ustadzah dan ustadz sedang melakukan rapat .
Kalau Nadzira tidak ikut , karena dirinya hanya ustadzah biasa saja di sana .
"Eh ustadzah Zira , boleh minta tolong tidak ? " Ucap ustadzah Rani saat berpas-pasan dengan Nadzira .
Nadzira tersenyum . "Boleh ustadzah , mau minta tolong apa ?"
"Tolong cek santri yang kemarin saya suruh jalani hukuman ya Ustadzah , saya soal nya buru-buru mau masuk ke ruang rapat . " Ucap ustadzah Rani .
"Iya ustadzah Rani , kalau begitu saya permisi , assalamualaikum . "
"Wa'alaikum salam , makasih ya Ustadzah ,"
Nadzira mengangguk lalu pergi dari sana , tujuan nya tempat dimana para santri melaksanakan hukuman dari Ustadzah Rani . Dirinya sudah tau dimana tempat para santri menjalani hukuman .
Sesampainya di sana , malah Nadzira di buat tercengang dengan tingkah santri nya yang sedang duduk bersantai . Nadzira yang kesal langsung berkacak pinggang menatap empat orang santri itu .
"Astaghfirullah , santai sekali kalian ya , lupa hukuman dari Ustadzah Rani ?"
Deg !!
Keempat nya langsung berjengit kaget mendengar suara ustazah galak yang sangat di takuti di kalangan para santri .
Mereka langsung berdiri , dan menundukkan kepala nya .
"Maaf Ustadzah ."
"Yaudah sana kerjakan hukuman kalian , saya akan pantau dari sini , kalau sampai kalian bersantai - santai lagi seperti tadi . Saya akan tambah hukuman kalian , menghafal dua puluh hadis . Dan harus sore ini kalian setor kan hafalan dengan saya . "
Mata mereka langsung membulat , dengan kepala yang menggeleng kencang takut sekali mereka jika sudah berhadapan dengan Ustadzah galak itu .
"Jangan Ustadzah ."
"Ya sudah , kerjakan sana ."
"Baik Ustadzah."
Mereka buru-buru menyelesaikan hukuman yang sudah di berikan oleh Ustadzah Rani tadi yaitu menyikat WC .
Dan tanpa Nadzira sadari , sedari tadi ada seseorang yang sedang memperhatikan nya .
Orang itu terpaku di tempat nya , menatap tak kedip pada sosok bidadari cantik yang berdiri sambil bersidekap dada .
Pemuda yang tak lain Kevin langsung berdecak kagum , melihat ciptaan Tuhan itu . Baru kali ini dirinya melihat seorang perempuan secantik itu .
"you're very beautiful "
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!