NovelToon NovelToon

Waffle Caramel

Murid Pindahan

Musim semester baru telah sebulan berjalan, kegiatan belajar mengajar sudah mulai terlihat lebih efektif. Tugas, latihan maupun PR juga sudah diberikan masing-masing guru mata pelajaran, bahkan murid-murid di tahun pertama pun sudah banyak mendapatkan tugas sekolah mereka.

Disini bukan sekolah negeri, umum, swasta, ataupun khusus seperti sekolah pada umumnya, di sekolah ini siswa-siswi nya di tuntut untuk bisa menguasai seluruh bidang mata pelajaran baik itu pelajaran akademik ataupun pelajaran ekstra, meski sekolah ini bisa dibilang sebagai sekolah Swasta khusus dibandingkan dengan sekolah swasta pada umumnya.

Di sekolah ini kebanyakan di isi oleh anak-anak orang yang berada, hanya dari kalangan menengah ke atas yang ada di sini. Namun, di sini juga menerima siswa dari beasiswa, baik itu di bidang akademik maupun di bidang non-akademik, namun hanya 10% untuk mengisi daftar beasiswa itu setiap tahunnya.

Ujian seleksi penerimaan siswa baru juga bukan sekedar penerimaan berkas atau hanya mengisi lembar jawaban yang disediakan oleh pemerintah untuk ujian Nasional. Beberapa soal dibuat khusus oleh beberapa pengajar yang tingkatannya setara dengan soal perkuliahan.

Penyeleksian secara ketat bukan hanya dilihat dari objektif berkas mereka, di sekolah ini benar-benar skill dan ilmu yang mereka miliki dipertaruhkan untuk mengisi slot bangku yang dinyatakan lolos dan juga penyeleksian untuk menerima full beasiswa akademis.

Jadi bukan hanya sekedar angan atau hanya coba-coba mendaftar disekolah ini hanya bermodalkan pengetahuan yang terlalu dangkal ataupun hanya keinginan untuk menikmati fasilitas didalam sekolah ini.

Mereka yang hanya melihat betapa bagus dan elitnya dapat bersekolah di tempat ini, langsung pupus setelah mengetahui seberapa ketat penyeleksian penerimaan siswa baru dari tahun ke tahunnya.

Sebaliknya, jika mereka yang bertekad dan mengulas semua ilmu yang mereka punya bertujuan untuk menjadi yang terbaik saat penerimaan, mulai menunjukan persaingan mereka dalam meraih hal itu demi bisa lolos dan diterima disekolah itu.

Mengulas dan menambah ilmu mereka tidak mengenal bahwa mereka itu bagian dari golongan anak-anak orang kaya atau dari kalangan bawah, ujian penerimaan disekolah ini tidak memandang hal tersebut, namun seberapa mampu mereka untuk menyelesaikan masalah saat mereka menerima ujian masuk.

...***...

~Di kelas 2-2~

Kebisingan yang selalu terjadi di kelas ketika guru tak ada, sibuk dengan dunia mereka masing-masing, mendengar musik, ngerumpi, ataupun dengan hal lainnya, sudah menjadi rutinitas buat mereka dan hal itu tidak menjadikan sebuah gangguan buat mereka.

“Hei ... hei, kalian tahu nggak tempat yang lagi banyak dibicarain orang-orang?” tanya Olive ke teman-temannya.

“Tempat apa yang lagi di bicarakan orang-orang?” tanya Karin Bingung.

“Hmm ..." Tania memutar otak dia mengingat tempat apa itu.

"Oh ... kafe yang baru buka itu, kan.” jawab Tania.

“Yuph... benar, kafe itu.” ujar Olive membenarkan jawaban dari Tania.

“Memangnya ada apa di sana?” tutur Karin Polos.

“Makanan di sana enak loh, apalagi manisannya, bikin ngiler.” jawab Tania.

“Apalagi di sana, pegawai-pegawai kafenya cakep, masih muda pula.” sambung Sonya dengan ekspresi wajahnya yang merona.

“Oh gitu ya.” jawab Karin datar.

“Gimana kalau pulang sekolah nanti kita kesana?” tanya Olive.

“Boleh tu, kamu ikut kan Rin?” ajak Tania ke Karin.

“Ikut ya Rin, ya, ya, ya.” melas Sonya ke Karin.

“Oke deh aku ikut.” jawab Karin.

“Ami, kamu ikut juga ya.” ajak Tania ke Ami yang duduk di dekat mereka.

“Aku nggak ikut deh, nggak cukup uangku buat kesana soalnya.” jawab Ami.

Ami yang merupakan salah satu siswa yang dari 10% penerima beasiswa dan juga kepintaran dirinya juga mendukung hal itu. Meski biaya kehidupan dia selama di akademi ditanggung semua, dia masih tetap menyisih kan uang buat keperluan pribadi dia.

“Kalau masalah itu kamu nggak usah dipikirin, nanti Olive yang bayar punya kita.” tutur Karin.

“Eh, aku ....” tutur Olive yang langsung tercengang mendengar ucapan Karin.

“Kan, kamu yang mengusulkan ke sana, jadi kamu yang traktir kami, hehehe ....” sambung Sonya.

“Iya deh.” balas Olive pasrah.

“Jadi mau ikut kan Mi, kami maksa ni.” ajak Olive ke Ami.

“Oke deh, kalau kalian maksa, aku ikut.” jawab Ami pasrah atas ajakan temannya itu.

“Sip deh Ami. Eh tapi jangan aku semua yang bayar.” tutur Olive.

“Iya, iya, kami bantu nanti ....” jawab Tania.

"Aku juga bakalan bayar semampu ku saja ya, nggak enak kalau kalian semua yang bayar." ujar Ami.

"Nggak usah dipikirin benar Mi, nikmatin aja traktiran kami." balas Olive.

"Jadi benar, kan, kamu yang bayar semuanya." timpal Sonya menggoda Olive lagi.

Olive langsung memasang wajah cemberutnya dan hal itu membuat mereka tertawa.

“Oh ya, ngomong-ngomong, sudah jam segini kok Ibunya belum masuk, biasanya 5 menit sebelum bel masuk sudah ada di kelas Ibu nya.”

“Mungkin Ibunya cuti sakit.” timpal Ami.

“Bisa jadi tu.”

Tidak beberapa lama kemudian, suara pintu di buka membuat mereka terkaget, mereka langsung kembali ke tempat duduk mereka masing-masing. Suara bising tadi seketika itu langsung sunyi dengan mereka yang sudah duduk diam dibangku mereka masing-masing.

Ibu Ambar yang merupakan wali kelas di kelas 2-2 masuk dan menuju ke mejanya. Meletakkan tas dan juga beberapa buah buku diatas meja dia.

Ketua kelas mulai melakukan tugasnya.

“Berdiri, beri salam.”

Semua murid berdiri dan mulai memberikan salam.

“Selamat pagi Bu.” ucap seluruh siswa.

“Duduk.” sambung ketua kelas.

Setelah instruksi itu, mereka kembali duduk dan berdiam diri, namun beberapa diantara mereka mulai berbisik satu sama lainnya.

“Hei, dari tadi aku penasaran dengan meja kosong yang di sana.”

“Hei Ardi, anak surat kabar nggak dapat berita tentang tu meja.” tanya Olive yang duduk di sebelah Ardi.

“Nggak ada dapat kabar apapun.” Jawab Ardi.

Obrolan mereka seketika itu langsung terhenti ketika Ibu Ambar angkat bicara, dan mereka langsung terdiam menatap kearah Ibu Ambar.

“Baik anak-anak, semuanya harap tenang.” ujar Ibu Ambar.

“Hari ini kita kedatangan teman baru. Nak, ayo masuk.” tutur Ibu Ambar menyuruh siswa baru itu untuk masuk ke kelas.

Mereka yang di kelas mulai paham atas pertanyaan mereka mengenai meja yang kosong itu. Siswa baru itu perlahan melangkah, berdiri didepan kelas, disamping meja Ibu Ambar.

Melihat penampilan anak baru itu, kegaduhan mulai terjadi lagi didalam kelas itu, sebagian dari mereka spontan berteriak....

“Eh ... cupu ....” tutur mereka di iringi dengan gelak tawa.

Brakk ....

Seketika seisi kelas terdiam terkejut saat melihat Ibu Ambar yang memukul meja, kemudian Ibu Ambar menyuruh siswa baru itu untuk memperkenalkan dirinya.

“Nama saya Rin, Rin Astav, salam kenal.” ujar Rin sembari memberi senyuman.

Mereka memperhatikan siswa baru itu yang suaranya tak seculun penampilan dirinya, yang biasanya tergagap saat berada didepan kelas.

*

*

Kehidupan Baru

#Dua minggu sebelum kepindahan

"Rin ...." panggil Intan ke putranya itu.

"Iya ... Ma ...."

"Semua barang-barangmu nggak ada yang ketinggalan, kan." Intan memastikan sekali lagi ke Rin.

"Semua barang-barang yang Rin butuhkan sudah disini semua, selebihnya Rin tinggal, mungkin kalau Rin membutuhkannya nanti Rin ambil." jawab Rin meyakinkan Mama nya itu.

"Oke deh sayang." jawab Intan sambil mengelus kepala putranya.

"Oh ya Ma, masalah tokonya gimana Ma?" tanya Rin.

"Oh, rencananya itu mama buat untuk kafe, lalu Mama kasih ke kamu." jawab Intan enteng.

"Kalau pegawainya, sudah Mama siapin, jadi kamu tenang saja, oke sayang."

"Oke deh Ma." jawab Rin pasrah.

"Besok mereka datangnya, dan juga mereka akan tinggal disini juga."

"Eh, apa yang Mama bilang tadi?" tanya Rin kaget.

"Mereka akan tinggal disini juga, mereka nanti juga akan mengurus keperluan mu juga. Tidak mungkin kamu bisa mengurus rumah besar ini dan kafenya sendirian kan. Jadi Mama dan Papa menyuruh mereka untuk tinggal disini."

"Mereka itu berapa orang Ma? Siapa aja mereka?"

"Itu, emp, ra-ha-si-a." jawab Intan sambil menggerakkan jarinya.

"Mama ...." tutur Rin sambil memasang wajah kesalnya.

"Besok kamu juga akan tahu." jawab Intan.

"Rin ...." sahut Roby yang selesai memindahkan barang anaknya.

"Ya, Pa."

"Surat pindah sekolahmu sudah diurus."

"Sudah Pa, tapi mereka bilang minggu depan bisa selesai, soalnya kepala sekolah lagi keluar kota, dan minggu depan baru pulangnya." tutur Rin.

"Barang-barangnya mau di bantu merapikannya nggak?" tanya Intan.

"Nggak usah Ma, nanti biar Rin aja yang ngerjainnya."

"Kalau begitu kita ke sebelah aja gimana?" saran Roby.

"Boleh tu Pa." sambung Intan.

Mereka segera menuju kafe yang akan segera di buka itu melalui pintu belakang. Mereka menyusun dan menata meja dan kursi untuk para tamu, piring, gelas, sendok dan garpu juga ditata. Setelah tertata, Rin dan Roby mulai membersihkan ruangan itu, dari menyapu lalu mengepel lantainya.

Rin mulai mengelap kaca kafenya dan juga mengelap meja-meja yang ada. Sedangkan Intan dia berada di dapur, mengecek bahan-bahan untuk kafenya, menyusun menu makanan ataupun minuman untuk kafenya.

Setelah dua jam mereka membersihkan dan merapikan kafe, mereka istirahat sebentar, Intan keluar dari dapur membawa minuman yang akan di hidangkan di kafe ini. Setelah berbincang-bincang sambil melepas lelah, Intan dan Roby kembali ke rumah mereka yang lain, Intan tidak lupa memberikan Rin buku resep untuk kafenya.

Setelah kedua orang tuanya pulang, Rin mulai menyusun barang-barangnya, mulai dari pakaian sampai ke perlengkapan sekolahnya. Setelah itu dia ke dapur, mencoba membuat makan malam yang ada di resep yang Mamanya berikan tadi.

Rin mencoba untuk memasak salah satu resepnya, saat di percobaan pertama dia berhasil membuatnya, hanya rasanya yang masih kurang untuk pelanggan. Setelah itu Rin segera memakan masakan yang dia buat tadi, kemudian Rin pergi membersihkan diri, lalu masuk ke kamar dan tidur melepas lelahnya.

...***...

#Ke esok kan paginya

"Huahhh ...."

Rin mulai merenggangkan tubuhnya, melirik kearah jam weker nya, dilihatnya ternyata sudah jam 8. Rin segera bangkit dari kasurnya, segera dia sambar Ponselnya yang ada di meja belajarnya, kemudian turun untuk buat sarapan, itu yang direncanakannya.

Ada satu pesan dari Mamanya.

"Mereka tiba besok sekitar jam 10."

Hanya itu isi pesan dari Intan, pesan itu ternyata dikirim Intan tadi malam saat Rin sudah tertidur.

Rin menuruni anak tangga dari kamarnya, setelah dibawah, Rin terkejut mendengar ada suara berisik dari dapur, Rin berjalan perlahan mengambil apa saja yang bisa dia pakai untuk perlindungan. Setiba di dekat meja makan dapur, Rin dibuat terkejut lagi sudah ada beberapa hidangan tertera diatas meja.

Suara langkah kaki terdengar tidak jauh dari Rin berada. Wanita separuh baya sambil memegang beberapa piring.

"Tuan Rin mau sarapan?" sapa wanita paruh baya itu.

"Ya, terima kasih." jawab Rin sambil meletakan apa yang dia ambil tadi di meja terdekat.

"Ibu ini siapa?" tanya Rin kepada wanita itu sembari dia duduk.

"Nyonya Intan tidak bilang sama tuan Rin?" tanya Wanita itu sambil menata piring yang ada di tangannya.

"Mama nggak bilang apa-apa, oh ya, jangan panggil tuan, cukup Rin saja." jawab Rin.

"Nama saya Tika, saya yang mengurus rumah ini." tuturnya sambil menuangkan nasi dan lauknya untuk Rin.

"Tapi saya mohon maaf, saya tidak bisa manggil tuan hanya dengan nama saja."

"Tidak apa-apa Bu, anggap saja saya anak Ibu sendiri." ucap Rin meminta ke Tika untuk memanggil namanya saja.

"Tapi tuan ...." tutur Tika ragu.

"Emm, ya sudah terserah Ibu mau manggil saya dengan sebutan apa." jawab Rin.

"Emm, masakannya enak, terima kasih Bu." puji Rin setelah mencicipi masakan buatan Tika.

"Sama-sama tuan." jawab Tika senang.

"Oh ya tuan, saya disini hanya sampai jam 9, jadi saya sebentar lagi mohon izin pamit, besok pagi saya akan datang bekerja lagi." tutur Tika memberitahu kepentingan dia.

"Makasih Bu."

“Kalau tidak ada yang saya kerjakan lagi, saya izin pamit tuan.”

Tika meninggalkan rumah ini menandakan bahwa tugasnya hari ini selesai, Rin masih menikmati sarapannya, sambil menunggu waktu mereka tiba, Rin mulai mencoba untuk membuat hidangan kafe dan minumannya, dan dia juga mencoba membuat cake. Rin membuat cake yang sering dia buat di rumahnya dulu.

Detik demi detik, menit ke menit, dari menyiapkan bahan-bahan, alat dan perabotan. Rin mulai mengadon bahan-bahan untuk cake nya, setelah adonan selesai, segera ia tuangkan ke dalam loyang persegi, kemudian di panggang nya di dalam oven.

Rin mengatur waktu dan temperaturnya,  kemudian buat adonan untuk soft cream nya, setelah adonannya mengembang Rin memasukan sebagian adonan cream kedalam wadah plastik segitiga untuk membuat dekorasi cake nya, sambil menunggu cake nya matang.

Ting tong...

Ting tong...

Suara bel terus berbunyi, Rin segera untuk melihat yang membunyikan bel, sepintas dia melirik ke arah jam yang tergantung didinding, menunjukan 10.20, mungkin itu mereka pikir Rin mengingat pesan yang di kirim Mamanya tadi malam.

Suara bel terus berbunyi, Rin segera membuka pintu rumahnya dan menuju ke arah gerbang. Dilihatnya ada seorang wanita yang sedang berdiri di dekat gerbang, segera di dekatinya dan membuka gerbang, namun bukan hanya wanita itu saja, ada tiga orang lagi yang ada di dalam mobil.

Pria yang mengendarai mobil itu memberi isyarat agar Rin membuka gerbang untuk mobil dan garasinya. Melihat isyarat itu Rin segera membuka lebar gerbangnya. Mobil itu telah terparkir rapi di depan garasi, penumpangnya segera turun menghampiri Rin, tak terlupakan pula dengan wanita yang membunyikan bel tadi.

°

°

(4 Pendamping)

"Kalian pasti karyawan yang mama bilang?" tanya Rin.

"Apa masih ada yang lain lagi yang akan datang?" Rin memastikan jumlah mereka.

"Tidak ada lagi, hanya kami berempat saja. Oh ya, perkenalkan saya Apsari, panggil saja saya Sari." jawab wanita yang menekan bel tadi.

"Saya Doni Prajaka, panggil saya Raka. Saya juga disuruh pak Roby untuk menjadi supir, kalau kamu mau pergi ketempat yang lumayan jauh." ujar pria yang mengendarai mobil tadi.

"Kalau saya Anna, Anna Adi Kusuma, saya yang bertugas di dapur bersama Raka." jawab wanita yang ada di dalam mobil tadi.

"Saya Liona, panggil saja dengan Nana."

"Saya Rin Astav, mohon kerja samanya." ujar Rin mengenalkan diri.

"Mohon maaf atas kelancangannya, kalian pasti sudah banyak dijelaskan oleh Mama kan, termasuk penempatan kamarnya, dan juga saya minta izin untuk kembali ke dapur, soalnya masih ada yang sedang dimasak, jadi saya mohon maaf kalau tidak bisa bantu angkat barang-barangnya." tutur Rin yang mengkhawatirkan cake yang sedang dipanggangnya.

"Ya nggak apa, kami bisa mengurusnya kok." jawab Raka.

Rin segera kembali ke dapur mengecek cake nya yang hampir matang. Sedangkan Sari, Raka, Nana dan Anna, mereka menurunkan barang-barang bawaan mereka dari mobil.

Raka yang hanya membawa sedikit bawaan dari pada tiga lainnya membantu yang lainnya. Raka menepati salah satu dari tiga kamar yang ada dilantai bawah, sedangkan yang satunya lagi yang dekat dengan kamar tamu dibiarkan kosong, Anna, Sari dan Nana, dilantai atas. Nana dan Sari menempati satu kamar berdua, sedangkan Anna sendirian. Dilantai ini memiliki 5 kamar, termasuk kamar Rin yang ada disana.

Setelah cake itu diangkat, Rin merapikan setiap sisi cake itu, setelah itu cream yang tadi dioleskan nya disetiap sisi cake dengan rapi, kemudian cream yang sudah dipisahkan tadi, ujungnya plastik segitiga itu digunting dan Rin mulai mendekor cake itu dari pinggiran cake sampai ke atasnya juga di hias, tidak lupa pula Rin tambahkan beberapa strawbery diatasnya, setelah semuanya selesai cake itu dipotong 9 bagian sama besarnya.

Rin selesai dari dapur segera menghampiri kamar Anna, Sari dan Nana, sedangkan Raka sedang mengurusi mobil di dalam garasi, terdengar dari suara mesin yang dihidupkan.

Raka yang memang hanya sedikit membawa bawaan, dengan cepat menata dan menyusul pakaiannya, sedangkan yang lainnya masih sibuk menata pakaian dan barang bawaan mereka.

Rin mengetuk pintu kamar Anna, menanyakan apa ada yang bisa dibantu, namun Anna menjawab.

"Tidak perlu, sebentar lagi juga selesai." jawab Anna didekat pintu kamarnya.

Rin yang melihat isi kamar itu paham karena memang hanya tinggal sedikit lagi.

"Nanti langsung ke kafe ya kalau sudah selesai, lewat samping rumah kalau ke kafe nya, masuk lewat pintu belakang kafe." tutur Rin ke Anna, begitu juga halnya dengan Sari dan Nana.

Rin mengambil kunci kafe di kamarnya, setelah itu menghampiri Raka yang masih di garasi, mengajaknya ke kafe. Rin menyuruh Raka untuk menunggu sebentar di kafe, sembari Rin kembali kerumah untuk membawa cake yang sudah dibuatnya tadi. Sari, Anna dan Nana telah selesai menata barang-barangnya dan mereka bergegas menuju kafe.

"Maaf buat kalian menunggu." sapa Rin sambil membawa cake dan minuman di kedua tangannya.

"Biar kami siapkan piring dan gelasnya." ujar Nana mengajak Sari dan Anna.

Rin meletakan cake dan minuman itu diatas meja, tidak beberapa lama Nana, Anna dan Sari kembali membawa piring, sendok dan gelas. Mereka menikmati cake dan minuman yang disediakan Rin. Sambil menikmati cake, Rin menanyai mereka tentang hal pribadi mereka masing-masing.

Dimulai dari Raka, yang berusia 29 tahun dan juga merupakan salah satu karyawan dan juga koki disalah satu Resort yang dipunyai oleh Roby, papanya Rin. Raka dilepas tugas disana agar membantu Rin untuk mengelola kafe.

Anna, berusia 26 tahun, mendapat sertifikat koki dari masa kuliahnya di Paris. merupakan anak dari manager di Resort Roby. Anna direkomendasi oleh ibunya ke Roby ketika mendengar bahwa Roby dan istrinya akan membuka kafe untuk anaknya kelola.

Sari, 23 tahun, awalnya dia mencoba memasukan lamaran kerja ditempat Roby, namun Sari langsung dikerjakan oleh Roby kepada Rin, namun sebelumnya dia dikonfirmasi dulu oleh Roby.

Nana, usia yang paling muda diantara mereka berempat, 21 tahun, seorang mahasiswi di tahun ke-4, disalah satu universitas didekat daerah itu. Bekerja disini ketika Intan menceritakan ke mahasiswanya tentang dia yang mau membuka kafe. Secara individu Nana menghampiri Intan untuk bekerja di kafenya Intan, sekalian mengerjakan tugas untuk skripsinya tentang Pemasaran.

Seminggu sebelum mereka disuruh bekerja dengan Rin, Roby dan Intan mengumpulkan mereka di Resort nya Roby tanpa sepengetahuannya Rin.

Dihari pertama mereka ditugaskan hanya untuk saling mengenal karakter masing-masing, selama 3 jam mereka akan dilatih beberapa hari kedepannya. Dihari kedua, Sari dan Nana dilatih untuk menjadi pramusaji, sedangkan Raka dan Anna yang memang memiliki basic di dapur, mereka ditugaskan membuat masakan yang telah diberi oleh Intan sebagai hidangan di kafenya nanti.

Dihari ketiga, masih seperti hari sebelumnya, Sari dan Nana berlatih melayani tamu dan bertugas sebagai pramusaji, Raka dan Anna bertugas didapur berusaha menghafal dan mengingat resep masakan yang barus disajikan di kafe. Anna juga disuruh menjadi pramusaji di 1 jam terakhir pelatihan untuk persiapan.

Tiga hari pelatihan dan empat hari persiapan dan waktu mereka mengemas barang-barang mereka, terutama Nana, walaupun rumahnya dibilang dekat namun mereka berempat diharuskan untuk pindah dekat kafe, yaitu tinggal satu rumah dengan Rin itu syarat dari Roby dan Intan.

"Kalau tentang saya, kalian pasti tahu kan?" tanya Rin mereka berempat.

Mereka berempat saling melirik satu dan lainnya.

"Mungkin yang hanya kami tahu, kamu anak pak Roby dan ibu Intan, hanya itu yang saya tahu." jawab Raka sambil memandangi Nana, Sari, dan Anna, mereka mengangguk setuju.

"Hemm, aku akan perkenalkan diri lagi. Rin Astav anak pertama dari pak Roby dan ibu Intan, umur, tanggal 20 bulan ini genap 16 tahun dan sekarang sebagai pemilik kafe ini." ujar Rin singkat mengenalkan dirinya.

Mereka berempat sontak terkejut mengetahui bahwa Rin baru mau masuk usia 16 tahun.

"Kamu baru 16 tahun?" tanya Sari.

"Yeah." jawab Rin singkat.

"Kenapa?" tanyanya.

"Saya kira kamu lebih tua dari saya, atau mungkin seumuran." tutur Anna.

"Kok bisa?"

"Ya soalnya dari penampilan kamu yang kelihatan dewasa dan juga saat awal kita ketemu, kami, saya kira kamu seumuran dengan kak Sari, karena kamu keluar menggunakan Apron dan juga kami tidak diberi tahu secara rinci tentangmu." ujar Nana.

"Ah, itu memang kebiasaan Mama sama Papa."

"Kamu masih sekolah kan?" tanya Raka.

"Iya, masih sekolah."

"Lalu kenapa tidak pergi sekolah?" tanya Nana.

"Kalau itu, surat pindah sekolahnya belum keluar dari sekolah lamaku, jadi belum bisa ngurusin pindahan disekolah barunya. Oh ya jangan terlalu formal ya kalau bicara denganku, karena aku kan adik kalian." tutur Rin dengan senyuman.

Mereka berempat hanya tersenyum lirih mengetahui kebenarannya.

Sambil menikmati waktu bersama, mereka membahas tentang kafe, penataan ruang, penulisan daftar menu, dekorasi ruang dan hal-hal lainnya. Nana juga mengusulkan cake yang dibuat Rin untuk dipajang di kafe bukan hidangan menu utama kafe, namun untuk pembeli yang mau dibawa pulang kerumah.

Tidak terasa sudah berjam-jam mereka mengobrol, sudah jam 13.17, Rin mengajak mereka untuk makan siang dirumah, yang mana pagi tadi bu Tika telah memasak makanan yang cukup banyak. Sesudah makan, Rin menyuruh mereka untuk istirahat, Rin tahu bahwa mereka pasti sangat lelah seharian ini.

Rin kembali ke kamarnya, kemudian dia menghidupkan komputernya mencoba untuk membuat brosur agar bisa mengenalkan kafenya, sedangkan yang lainnya beristirahat dikamar masing-masing.

°

°

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!