NovelToon NovelToon

Bangkitnya Ex-Narapidana

Pesona Ex-Narapidana - Satu.

Seorang gadis berusia 25 tahun akan dibebaskan dari penjara, ia dituntut hukuman selama 10 tahun penjara karena pembunuhan.

Meski pembunuhan itu adalah untuk melindungi sang Ibu, namun saat itu ia hanya lah gadis remaja berusia 15 tahun.

Apa yang bisa dilakukan seorang gadis remaja berusia 15 tahun, saat satu-satunya keluarga yakni sang ibu pun meninggal akibat penganiayaaann Ayah tirinya? Tak ada yang mau menolong nya.

Ya! Gadis kecil itu membunuh Ayah tirinya, sejak sang ibu menikah kembali hanya K D R T yang didapatkan sang Ibu. Bahkan gadis itu pun sering ikut terkena amukan.

Saat Ibunya tergolek lemah se ka rat di tangan sang Ayah tiri, tanpa berpikir panjang gadis itu mengambil pi sau di dapur lalu menanc4pkan pi sau di dada Ayah tirinya hingga tewas.

Kalian tahu berapa luka tusukan di tubuh sang Ayah tiri? 20 tusukan! Ia dianggap seorang psik0patt.

Gadis itu bernama Maxayla Athalla, dia dipanggil Bos Max oleh geng-nya di dalam penjara karena dia lah sang Bos.

Orang tua dari Ayah tiri Maxayla tak terima anak mereka dibunuh dan mati, hingga menuntut Maxayla dengan hukuman penjara seumur hidup. Apalagi mereka keluarga yang mempunyai power besar, dimana uang sangat lah berkuasa. Namun Maxayla akhirnya dituntut hukuman selama 10 tahun penjara sesuai UU SPPA, anak yang berusia 14–18 tahun dikenai sanksi pidana anak minimal 7 tahun penjara.

Maxayla sedang terlelap dalam tidurnya, sebelum esok hari ia akhirnya dibebaskan setelah 10 tahun ia lewati di dalam penjara.

"Dasar wanita tak berguna! Mati saja! MATI....!!!"

"Ja... ngan... Bang... akhhh... lepas..."

"Mama....!!! Mama... huhuhu... lepasin Mama! Aku akan membunuuhmu bajinggaan!!!"

Jleb!

"Akhhhhh!!!!!"

"Darah... darah..."

"Max.... ayla... nak... maafkan Mama... harus pergi... jaga dirimu sayang..."

"MAMA....!!!!!!"

Hossh

Hossh

Maxayla terbangun dari mimpi buruk, mimpi tentang kejadian berdarah. Mimpi yang tak pernah mau enyah dari tidurnya, mimpi kutukan!

Esoknya....

Kriettttt

Pintu gerbang menuju keluar tahanan terbuka, para petugas di gerbang mengangguk tersenyum pada Maxayla. Mereka malah respect pada Maxayla karena membunuh demi menyelamatkan sang ibu meski nyawa Ibunya pun tak tertolong.

Dunia terlalu kejam bagi anak yatim sepertinya! Bagi janda seperti Ibunya! Marah kah Maxayla pada takdir? Tidak! Hanya saja, ada saatnya ia sangat membenci jalan hidupnya.

Kini, ia akan menjalani hidup baru entah kakinya akan membawa langkah kakinya kemana.

Tinnnnn

Tinnnnn

Klakson sebuah mobil mengagetkan Maxayla, ia terpenjara selama 10 tahun dan tentunya masih belum terbiasa dengan kehidupan diluar penjara misalnya mobil modern yang berhenti di depannya.

Seseorang dengan blazer hitam keluar dari pintu kemudi, wanita itu memakai kacamata hitam berjalan ke arah Maxayla lalu membungkukkan tubuh.

"BOS!!! Lama tak berjumpa!" seorang wanita dengan gaya cool bahkan wajah dingin terlihat seperti seorang pembunuuh memberi hormat pada Maxayla.

"Siapa?"

Wanita itu membuka kacamata hitamnya, lalu tersenyum menyeringai memperlihatkan gigi tak rapihnya.

"Vero Bos!"

"Veronica?"

"Yes, Bos!"

Senyuman terbit di bibir Maxayla, Vero adalah salah satu anak buahnya di sel penjara. Ada tingkatan-tingkatan kekuasaan di dalam penjara sana, namun semua orang tunduk pada Maxayla karena kabar ia membunuh seorang pria dengan kejam telah merebak dan memberi efek ketakutan pada semua orang.

.

.

.

Satu tahun kemudian...

Seorang Pria pebisnis sedang kewalahan karena banyak mempunyai musuh, bahkan tak jarang musuh dalam selimut berlindung dengan kata keluarga atau teman.

Demi kelangsungan hidup, Pria itu akhirnya mencari perusahaan penyedia jasa bodyguard. Perusahaan yang menawarkan service terbaik dan terpercaya.

Hari itu, pria bernama Luther Zephyr Ananta dari keluarga Ananta itu mendapat bodyguard.

"Tuan, bodyguard sudah datang."

"Namanya Max, kan?"

"Iya, Tuan."

"Aku sudah baca CV-nya, tapi kenapa tidak ada foto?"

"Saya kurang tau, Tuan. Mungkin untuk menjaga identitas agar tetap dirahasiakan."

"Bahkan gender juga tidak ditulis, tapi namanya Max pasti laki-laki kan?"

"Mungkin saja, Tuan." Sang Assiten kembali terdengar tak yakin.

"Sammy, apa kerjamu memang seperti ini? Kau tidak kompeten! Harusnya saat aku bertanya tentang informasi apapun, kau harus yakin dalam menjawab ku!"

Sammy mengg4ruk tengkuknya yang tak gat4l, masalah sebenarnya CV tentang bodyguard memang selalu confidential. Ingin menjelaskan pada sang Tuan, namun ia tahu Tuannya itu selalu merasa benar sendiri jadi Sammy rasa percuma.

"Maaf, Tuan. Lain kali saya akan lebih hati-hati." Akhirnya Sammy meminta maaf daripada diceramahi panjang lebar bisa-bisa telinganya panas.

"Suruh dia masuk...!!" titah Zephyr.

Pria salah satu keturunan crazy rich di Surabaya itu duduk dengan menyilangkan kaki di kursi kebesaran nya, dia bahkan membuat wajahnya sedingin mungkin dan tak berekspresi. Ia ingin bodyguard nya menghormati dan takut padanya.

Pintu ruangan kerja Zephyr terbuka, mata elang pria itu menatap lantai. Ia melihat sebuah sepatu bot ala-ala militer berwarna hitam, tatapan matanya semakin mengarah ke atas dan terus menuju ke atas sampai akhirnya berhenti di dua gundukan kenyal milik wanita yang terbungkus t-shirt hitam pas membentuk lekuk tubuh.

Nafas Zephyr terhenyak, ia mempunyai firasat jika bodyguard di hadapannya berjenis perempuan. Ia kembali mengarahkan tatapan menyusuri dari arah da da ke leher, tampak leher mulus tampak adanya jakun.

Sial! Dia wanita! Belum melihat wajah namun Zephyr sudah bisa menebak.

Degh!

Kini matanya membulat sempurna tanpa bisa ia cegah, ekspresi Zephyr terlihat terpesona dengan wajah cantik perempuan di depannya meski berkulit kecoklatan malah terkesan exotic beauty.

"Halo, Tuan. Perkenalkan nama saya Maxayla, nama panggilan saya Max. Mulai hari ini, saya bertugas melindungi Tuan Zephyr selama 24 jam. Hm, mungkin... dikurangi beberapa jam saat ada pergantian tugas karena saya juga butuh makan dan tidur."

Zephyr masih terdiam, ia terlalu terpana dengan inner power yang dipancarkan oleh Maxayla.

"Tuan?"

"Ekhhh!!" Zephyr berdehem meredakan rasa dahaga di tenggorokan yang tiba-tiba terasa kering. "Siapa rekan mu yang berganti tugas dengan mu, kenapa dia tidak datang?"

"Dia berada di luar, sedang melakukan inspeksi. Rekan saya harus memeriksa tempat kerja demi keamanan secara seksama, terutama untuk melihat dimana saja spot area berbahaya dan aman untuk Anda."

Zephyr kurang paham cara kerja bodyguard sewaan, karena di keluarga nya baru pertama kali menyewa bodyguard dan selama ini tidak ada perlindungan apapun.

Namun setelah Zephyr menjabat sebagai pengganti sang Ayah yang sudah meninggal beberapa bulan lalu, selalu saja ada kecelakaan tak terduga bahkan mengarah para hal percobaan pembunuhan.

"Baik! Meskipun kau seorang perempuan, asal kau tahu... Aku tak akan membeda-bedakan antara pria dan wanita! Karena bagiku kalian semua sama saja, kalian adalah pegawai ku... mengerti!?"

"Ya, Tuan."

"Mulai bekerjalah! Aku masih sibuk!"

Kemudian Zephyr menegakkan tubuhnya, ia fokus kembali bekerja dengan laptop untuk memeriksa pekerjaan.

Maxayla mulai bergerak, mula-mula ia berkeliling di area ruangan. Menyisir ke segala penjuru bahkan ke bawah meja atau tempat terpencil di ruangan itu. Maxayla memeriksa kemungkinan adanya alat sadap atau pun alat-alat berbahaya lainnya.

Sementara Zephyr mengirim e-mail pada temannya, ia meminta temannya memeriksa latar belakang Maxayla sebab dalam CV sangat tidak lengkap lebih tepatnya banyak kejanggalan dan ia menduga jika CV Maxayla palsu.

Dua jam berlalu, Zephyr anteng dengan pekerjaan sementara Maxayla masih berdiri di dekat jendela besar. Di tangannya terdapat teropong berukuran mini, gadis yang kini berusia 26 tahun itu bahkan bisa melihat ke gedung-gedung pencakar langit di sekitar perusahan milik Zephyr.

Bibir tipis Maxayla tersenyum melihat sepasang manusia sedang bergulat di atas meja kerja di gedung perusahaan lain, tontonan menarik bagi perempuan itu.

"Kau sedang melihat apa, Max?"

Huff!

Maxayla gegas menurunkan teropongnya, ia berbalik ke belakang. Sang Tuan berdiri dengan kedua tangan di lipat di depan dada, laki-laki itu menyipitkan matanya.

"Saya sedang mengamati pergerakan diluar, Tuan."

"Gedung ini tinggi, lagipula jendela nya anti pecah. Jika pun ada penyusup ke ruangan ini, pastinya tidak akan melalui jendela!"

"Anda yakin, Tuan? Alat penghancur zaman sekarang sangat canggih, bisa memecahkan jendela kaca meski anti pecah. Saya hanya bersikap hati-hati! Rekan saya berjaga di dalam gedung dan sudah melaporkan jika di dalam gedung sangat aman, tak ada hal yang mencurigakan! Jadi saya memeriksa area luar!"

Zephyr menghela nafas pelan, baru kali ini ia kalah dalam berdebat apalagi kalah oleh seorang wanita. Ia pun mengibaskan tangan, tandanya tak ada hal yang dibicarakan lagi.

Saat waktunya pulang, Maxayla memijit headsfree di telinga dan menghubungi rekannya agar memperketat keamanan gedung perusahaan.

Zephyr naik ke dalam lift pribadi khusus para pejabat tinggi di perusahaan, ditemani oleh Maxayla. Assiten Zephyr belum pulang untuk merapikan pekerjaan.

Tiba-tiba lift terhenti dan lampu lift padam, tubuh Maxayla menegang saat Zephyr memeluk wanita itu dengan erat.

Apa yang terjadi?

___

Hai ketemu lagi sama Othor Rere, selamat membaca dan semoga terhibur 😍

Aku cuma mau minta tolong, yang terlanjur sudah membuka bab 1 lanjut baca ya jangan di 'KEEP' atau ditabung biar re ten si cerita ini aman. Okay, semoga suka 😘

Pesona Ex-Narapidana - Dua.

Lift dilengkapi dengan sistem komunikasi darurat, seperti interkom dan bel alarm yang dapat digunakan untuk meminta bantuan.

Lift juga dilengkapi dengan ARD yaitu Automatic Rescue Device, lampu darurat pun menyala dan lift bergerak menuju lantai terdekat.

"Are you okay, Tuan?"

Hosh

Hosh

Terdengar deru nafas cepat dari sang Tuan, Maxayla akhirnya mengingat dari informasi jika Zephyr mempunyai Claustrophobia.

Claustrophobia adalah gangguan kecemasan yang menyebabkan seseorang mengalami ketakutan berlebihan terhadap ruangan sempit atau tertutup. Beberapa hal pemicu claustrophobia, yakni trauma masa kecil seperti pernah dikurung di ruang sempit atau di-bully.

Maxayla tentu saja sudah memastikan segala informasi Majikan yang akan ia layani. Dari informasi yang ia dapatkan tentang Zephyr sejak Ibu kandung laki-laki itu wafat di usia Zephyr ke-7 tahun, ada insiden kebakaran menyebabkan untuk beberapa waktu Zephyr menjadi introvert dan takut akan banyak hal. Semakin dewasa, baru lah Zephyr berusaha melepaskan rasa takut nya itu pun setelah ditangani psikiater.

Hari ini Maxayla mematahkan argumen jika Zephyr sudah sembuh dari rasa takut, lihatlah... tubuh pria itu bergetar hebat dan masih memeluk erat tubuh Maxayla bahkan sudah banyak berkeringat.

"Tuan, saya mempunyai sebuah mantra untuk melepaskan rasa cemas. Ikuti saya... Everything will be alright, I feel marvellous..."

"Every....thing... will be alright, I feel marvellous..." ucap Zephyr sedikit terbata-bata.

"Ulangi Tuan, Everything will be alright, I feel marvellous..." Maxayla terus bicara.

"Everything will be alright, I feel marvellous..." Zephyr menurut.

Zephyr masih mengeratkan cengkr4man kedua tangannya di tubuh Maxayla, namun terdengar nafas pria itu sudah berangsur-angsur pulih kembali normal.

"Ulangi kembali, Tuan."

Zephyr menurut, ia terus menggumamkan kata-kata mantra itu.

Ting!

Pintu lift akhirnya terbuka di lantai terdekat, dengan perlahan Maxayla memapah tubuh Zephyr keluar.

"Saya butuh istirahat sebentar sebelum dilihat banyak pegawai!" ucap Zephyr.

"Oke!" Maxayla membawa sang Tuan ke ruangan bertuliskan ruangan meeting, Ia menyenderkan tubuh Zephyr ke dinding. "Tunggu sebentar, saya periksa dulu ruangannya, Tuan."

Setelah memeriksa ruangan yang ternyata kosong, Maxayla kembali pada Zephyr lalu membawa masuk lelaki itu.

"Saya akan buatkan minuman hangat untuk Anda, Tuan."

"Tidak perlu, aku hanya butuh berapa menit untuk membuat tubuhku relax..." Zephyr menyandarkan kepalanya ke kepala sofa.

"Saya pintar me mi jat, saya akan me mi jat kepala Anda sebentar."

Zephyr tak menolak, ia membiarkan sang bodyguard wanitanya memberikan pi ja tan di sekitar kepala.

Satu menit berlalu, lima menit sampai akhirnya 15 menit kemudian Zephyr malah tertidur pulas. Maxayla terkekeh melihat sang Tuan menikmati pi ja tan dan tubuh pria itu terasa sudah relax dan malah terlelap.

Maxayla menghentikan pi ja tan, ia menelepon rekan nya melalui handsfree dan memberitahukan jika kepulangan sang Tuan akan ditunda.

Maxayla duduk tak jauh di sofa lainnya, ia menajamkan mata menatap Zephyr. "Kau hanya lah pion untukku balas dendam, tetaplah hidup... jangan mati sekarang. Aku masih membutuhkan mu! Jika kau ingin mati, nanti saja setelah aku sukses membalaskan dendam ku."

Maxayla menghubungi seseorang melalui chat, meminta informasi tentang 'orang-orang itu'

"Hm, mereka hidup enak selama 10 tahun ini... sedangkan aku harus mendekam di penjara, hanya untuk melenyapkan laki-laki brengseek! Ibuku mati, bahkan hanya dengan kematian lelaki itu... penebusan dengan kematian masih kurang setelah lelaki itu selalu m3ngh4jar Ibuku dan aku! Kalian semua, yang selalu menutupi kelakuan busuknya dan menjebloskan aku ke penjara... akan menerima hukuman dariku! Tunggu saja...!!!"

Orang-orang yang hanya diam saja dan membiarkan pelaku penyiksaan, mereka pun adalah pelakunya.

Maxayla mendengarkan laporan dari rekan nya melalui handsfree, ternyata insiden lift barusan adalah ulah seseorang. Rekannya sedang menyelusuri mencari bukti dan lainnya.

Maxayla membuka permen karet kemudian mengunyah nya, ia seorang perokok namun karena sedang bekerja akhirnya permen karet solusinya untuk menekan rasa asam dan pahit di mulutnya.

Satu jam berlalu, mata Zephyr perlahan terbuka. Ia terkejut, karena ada wajah asing tepat di depannya. "S-siapa kamu?!"

"Selain Claustrophobia, Anda juga sering hilang ingatan?"

Zephyr mengingat-ingat, akhirnya ia mengenali Maxayla. "Max!"

"Ya, Tuan. Saya."

"Apa aku tertidur?"

"Sekitar satu jam, Tuan."

"Huh! Lagi-lagi! Kapan penyakit menyebalkan ini hilang dariku! Ck!"

"Apa Anda sering kumat?"

"Tidak juga, hanya di tempat dan situasi tertentu." Zephyr mengangkat bahu. "Ayo pergi!"

Maxayla hanya mengangguk, ia berjalan keluar lebih dulu dan rekannya sudah berdiri di luar pintu.

"Max!"

"Enzo, situasi aman?"

"Aman, Max!"

"Okay! Jalan lah di depan, aku akan dibelakang Tuan Zephyr!"

"Sip!"

Enzo mulai melangkah dengan mata mengawasi sekitar, pria itu sebelumnya sudah mendeteksi area dan aman. Namun sayangnya, ia tidak sempat memeriksa lift khusus sampai akhirnya insiden terjadi.

Maxayla sudah memarahi Enzo, meski mereka bekerja sebagai rekan namun Maxayla masih lah tetap sang Bos posisinya berada diatas laki-laki itu. Ibu angkat Maxayla yang dulunya dipenjara, si wanita gangster adalah Big bos dari mereka.

Akhirnya mereka sampai di basement parkir, Maxayla menghentikan langkah mereka.

"Tunggu! Biar aku cek lebih dulu mobilnya! Kunci mobil, Tuan?"

Zephyr memberikan kunci mobil, dia memang selalu mengemudi sendiri karena tak percaya pada orang lain untuk membawa dirinya dalam sebuah kendaraan.

Maxayla mendekat ke arah mobil dengan memegang sebuah alat pendeteksi boom dan hal berbahaya lainnya, dirasa aman dia membuka kunci mobil lalu masuk ke dalam mobil dan memeriksanya.

"Aman! Silahkan masuk, Tuan."

Zephyr percaya, tapi dia menengadah telapak tangannya. "Kunci?"

"Enzo yang akan bertugas membawa mobil Anda mulai hari ini, saya yang akan melindungi Anda."

"No! Aku tidak terbiasa disupiri orang lain!"

"Tuan, ini juga demi keselamatan Tuan Zephyr."

"Tidak! Kembalikan kunci mobilnya!"

Maxayla baru kali ini bertemu dengan orang yang sangat keras kepala, dia pun menyodorkan kunci pada lelaki itu.

"Enzo, kau duduk di belakang!"

"Oke!"

Mereka pun naik mobil, dengan Zephyr seperti seorang supir karena duduk di depan kemudi dan Enzo seperti Tuan nya karena duduk di belakang sementara Maxayla duduk di jok depan di samping Zephyr.

Tanpa mengatakan apapun lagi, Zephyr melajukan mobil meninggalkan basement perusahaan.

Di perjalanan, tak ada yang bicara dan mobil terasa sangat sunyi. Zephyr baru saja akan menyalakan musik di dalam mobil, saat tiba-tiba dari arah samping ada motor yang mendekat ke posisi Zephyr berada dengan menodongkan senjata api pada kepala Zephyr dari arah luar.

"Sial! Banting ke kiri, Tuan!" jerit Maxayla.

Zephyr mencoba menuruti Maxayla, namun tangan lelaki itu terlihat gemetar. Si pemotor tertinggal di belakang.

Enzo membuka jendela mobil dan melepaskan tembakan pada pemotor, sialnya bukan hanya satu motor tapi hampir belasan motor mengejar mobil.

Dorrrr

Dorrrr

Tembakan Enzo mengenai satu motor, mereka tertembak dan motor pun terguling. Tabrakan antar motor dengan temannya sendiri tak bisa dihindari, beberapa motor pun ikut roboh ke aspal.

Namun motor-motor yang masih bertahan mulai mengikuti mobil kembali, kini mereka mulai menembak ke arah ban mobil.

"Pindah duduk, TUAN! Biarkan saya yang menyetir!"

Zephyr masih syok, dia bahkan tak mendengar teriakan Maxayla padanya. Pikiran laki-laki itu tiba-tiba blank, kosong.

_____

Makasih untuk lanjut baca ya 😘

Umur Maxayla sudah di re vi si ya. Aku lupa setahun kemudian, harusnya umur Max itu 26 bkn 25🙏🏻😊

Like, komen, tekan favorit ya ♥️

Pesona Ex-Narapidana - Tiga.

Maxayla menggeram kesal pada Zephyr, tanpa banyak berpikir ia berpindah duduk lalu gadis itu duduk begitu saja di atas pangkuan Zephyr.

"TUAN! Lepas kedua tangan mu dari setir dan juga kakimu dari pedal!"

Karena merasakan b o k o n g Maxayla bergesekan dengan p u s a k a miliknya di bawah sana, akhirnya Zephyr tersadar dari rasa syok nya.

Lelaki itu menurut, ia membiarkan sang bodyguard wanitanya mengambil alih mobil dengan duduk di pangkuan nya.

Astaga! Siaaalaan! Di situasi seperti ini... kenapa dia harus bangun! Zephyr merutuki si junior yang mulai meneg4ng.

Dengan kemahiran nya, Maxayla mampu menghindarkan mobil dari tembakan-tembakan lawan.

Tembakan demi tembakan masih mengudara.

"Siaall! Peluruku habis!" desis Enzo di jok belakang.

Maxayla menarik kotak pelurunya dari kantong celana, celana yang ia pakai adalah model cargo yang banyak kantong nya serta berukuran besar.

"Ambil!" Max melempar ke arah belakang.

Lengan Enzo sebenarnya sudah terserempet peluru, namun sebagai seorang bodyguard yang sudah terlatih dan harus tetap profesional ia harus menahan rasa sakit dan mengabaikan luka dirinya sendiri demi melindungi majikan.

Dorrrr

Dorrrr

Enzo kembali menembak, musuh pun terus menembak Enzo dan mengincar ban mobil.

Dorrrr...

Dorrrr...

Peluru melewati kepala Enzo, tinggal satu centi lagi maka bisa pecah kepala sang bodyguard.

"Bajingaan...!!!" Enzo mengamuk, dia mengeluarkan setengah badannya melewati ambang jendela mobil.

"ENZO....!!! Jangan gegabah!"

Namun Enzo tak mendengar, dia terus menembaki para pemotor dengan posisi setengah melayang.

Duaaarrrr!!!

Tiba-tiba terdengar suara ban pecah, peluru musuh berhasil memecahkan ban mobil milik Zephyr.

"SIALAANN...!!!!" Maxayla menginjak rem karena mobil mulai terasa limbung ke kiri dan ke kanan.

Ciittttttttttt....

Mobil terhenti, Enzo sudah memasukkan bagian tubuhnya kembali ke dalam mobil.

"Enzo! Tetaplah di dalam mobil dan lindungi Tuan Zephyr sampai bantuan datang! Aku sudah meminta bala bantuan emergency dengan jam tangan ku!"

"Hati-hati!" Enzo mengangguk, dia tak meragukan kemampuan Maxayla namun tetap saja ia merasa cemas pada wanita yang sudah merasuki hatinya itu.

Motor-motor musuh pun sudah lama berhenti, para musuh masih diam di tempat dengan mengacungkan senjata api mereka ke arah mobil.

Maxayla melihat dari kaca spion, ada sekitar 17 musuh lagi.

"Kau bisa menghadapi mereka semua?" tanya Zephyr sedikit meragukan Max. Orang yang tidak terdengar suaranya sejak tadi, akhirnya bicara.

Maxayla hanya mengedikkan bahu, ia pun berpindah tempat dari pangkuan lelaki itu ke tempat duduknya semula. "Saya adalah seorang bodyguard profesional, Tuan! Jangan khawatir Anda akan mati! Nyawa Anda sangat berharga, terutama untuk saya!"

Maxayla bahkan sempat-sempatnya mengedipkan sebelah mata, terlihat genit.

Zephyr terpana, sepertinya lelaki itu salah paham dengan kata-kata Maxayla. Sebab arti dalam perkataan wanita itu jelas berbeda, maksud dari Maxayla sebelum balas dendam nya selesai, nyawa Zephyr memang berharga baginya.

Maxayla menarik dua pistol dari masing-masing sisi sepatu bot-nya kiri dan kanan, ia memeriksa sebentar senjatanya agar terpasang dengan benar kemudian membuka pintu mobil.

Tak

Tak

Tak

Maxayla menghentak-hentakan sepatu bot nya dengan percaya diri, ia lalu berdiri di dekat kap mobil menatap dengan sorot tajam ke arah para musuh yang terpana dengan visual Maxayla.

"Wow! Women! So hotttt...!!!" teriak salah satu musuh.

"Bisa kita iicip-iicip nih!" timpal satunya.

Wajah dingin Maxayla tiba-tiba berubah menyeringai, ia mengangkat kedua tangannya kiri dan kanan lurus ke depan.

Dzingggg...

Dzingggg...

Dalam waktu sepersekian detik gerakan Maxayla bahkan tak terbaca, kedua musuh yang baru saja berucap j o r o k seketika tumbang ke bawah. Peluru tepat menembuus di tengah-tengah dahi mereka, mata kedua orang itu terbuka lebar tanpa berkedip lagi. Mereka MATI...!

"Hahahahaha! Dasar para pecundang...!!" sang gadis mantan narapidana itu tertawa mengejek.

Dalam keterkejutan musuh, Maxayla kembali menembak. Tak terdengar suara tembakan, hanya suara desingan halus peluru. Ternyata senjata api milik Max memakai silencer atau peredam suara.

Dzingggg....

Dzingggg....

Dua peluru dari dua senjata Maxayla kembali menumbangkan dua orang, mereka tergeletak mengenaasskan di atas jalanan.

Para musuh yang tersisa mengangkat senjata mereka berbarengan, namun mereka kembali dikejutkan oleh tindakan Maxayla yang sedang berlari kencang ke arah mereka lalu menerjaanng musuh yang tersisa satu persatu.

Dibantu oleh Enzo dari dalam mobil, bodyguard laki-laki itu menembaki para musuh.

Sementara Zephyr terpesona melihat keahlian Maxayla dalam menembak dan bertarung one versus many.

"Darimana gadis ini berasal, lihatlah... Dia tak ada takut-takutnya!" seru Zephyr dengan rasa takjub, ia berjanji dalam hati akan meminta bodyguard wanitanya itu mengajarinya bela diri nanti.

Bremmmmm....

Bremmmmm...

Dari arah berlawanan dengan motor para musuh, datang dua motor balap yang ditumpangi oleh anak buah Maxayla. Mereka berdua adalah para wanita, anak-anak didik dari sang Big bos mantan gangster yaitu ibu angkat Maxayla.

Motor berhenti, kedua wanita itu turun dari motor mereka lalu membuka helmet. Keduanya mengibaskan rambut panjang mereka dengan bergaya, memukau para penjahat.

"YUHUUU.... dua bidadari pencabuuuttt nyawa datang! Dimana yang ingin setor nyawa pada kami?!" teriak salah satu wanita bernama Celine.

"Bidadari mata Luh soaaakkk! Kita ini malaikat pencabutt nyawa!" balas satunya.

"Hei! Mana ada malaikat maut secantik dan se-seksiiihh kita...!" Celine mencebikkan bibir seraya berpose sexy.

"Cece! Tahu tempat kalau mau tebar pesona! Kita kesini bukan mau cari teman kencan!"

"Awas luh ya berani manggil gue Cece! Cih! Nggak ada damage-damage nya dipanggil Cece...!"

Perkelahian yang sempat tegang, malah terjeda dengan ulah kedua wanita itu.

"Celine! Donita!"

Maxayla akhirnya memangil mereka, keduanya pun menaruh helmet di motor gede mereka lalu berlari ke arah musuh langsung ba bi bu menerjaang.

Tanpa banyak cing cong lagi, keduanya langsung menghajar para musuh dengan duel tanpa senjata dan hanya mengandalkan keahlian bertarung dengan tangan kosong. Musuh hanya tinggal sedikit setelah dibabat oleh Max, Celina dan Donita hanya menghajjar sisanya.

Pertarungan pun selesai, sisa-sisa musuh yang masih hidup sudah diikat oleh Celine dan Donita.

"Kunci motor!" pinta Maxayla.

Celine memberikan kunci motornya, "Bos, boleh Celine pegang wajah majikan Bos yang ganteng itu nggak? Se-oles aja!"

"Kamu kira selai se-oles! Jangan macam-macam...! Bereskan para cecunguk ini... bawa ke markas dan interogasi! Telepon seseorang untuk datang kesini dan memperbaiki ban mobil. Setelahnya, bawa mobil ke tempat ku!"

"Oke, Bos!"

Maxayla berjalan ke arah mobil, Zephyr dan Enzo sudah turun dan berdiri diluar mobil.

"Tuan Zephyr, jika naik mobil akan lama karena harus ganti ban lebih dulu! Kita naik motor... silahkan!"

"Ta__"

"Dijamin aman!"

Maxayla mengambil dua helmet, satu dipakai olehnya dan satu diberikan pada Zephyr. Lelaki itu belum memasang helmet dan hanya menatap helm itu dengan tatapan bingung.

"Ada apa? Jangan katakan, Tuan belum pernah naik motor?" tanya Max.

Zephyr mengangguk malu, "Ini akan menjadi pertama kalinya. Dulu Papa melarang ku, katanya membahayakan. Jadi aku tidak bisa memakai helm nya..."

Maxayla mengambil kembali helmet dari tangan sang Tuan, dengan sabar ia memakaikan helm pada Zephyr.

"Sudah! Ayo naik dan pastikan Anda memeluk saya dengan erat."

Zephyr hanya mengangguk, dia begitu patuh dan tak membantah apapun. Mungkin karena sudah membuktikan kekuatan Maxayla sebagai pelindung dirinya, hari ini dua kali wanita itu telah menyelamatkan nyawa Zephyr dan lelaki itu sudah tersihir oleh pesona seorang Maxayla, pesona gadis mantan narapidana.

Zephyr naik di bagian jok belakang dengan Maxayla sebagai pengendara motor, kedua tangan Zephyr melingkar erat ke depan memeluk perut Max.

Wushhhhhh....

Motor melaju dengan kencang, terdengar teriakan Zephyr sepanjang jalan.

Bukan sepanjang jalan kenangan ya 🤣

___

Haiiiii, kami duo iblis cantik ( Celine, Donita ) 💋 Ada yang mau gabung sama kita?

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!