NovelToon NovelToon

Antasena Pendekar Tanpa Tanding

Bayi mungil

Di lereng gunung Kemulan kabut tebal terlihat begitu pekat menyelimuti  seluruh tempat itu,hingga sampai menyebar turun sampai ke desa parang sari.Desa parang sari adalah desa kecil yang ada di bawah kaki gunung kemulan, namun kini desa itu menjadi desa mati yang sudah ditinggalkan oleh banyak penduduknya.

 Banyak rumah yang kosong dan terbengkalai karena sudah tidak digunakan lagi, bahkan sudah banyak dari rumah rumah itu rusak akibat di makan masa.

Kepergian penduduk dari desa itu disebabkan oleh keadaan desa itu yang sudah tidak aman lagi, karena banyak para perampok yang merajalela merampas hasil panen mereka.Sehingga para penduduk desa memilih untuk pergi mencari tempat baru yang lebih aman.

Walaupun semua orang sudah pergi dari desa tersebut tapi tidak bagi sepasang suami istri yang bernama Nyai Damah dan Ki supa.Mereka berdua tidak merasa terusik dengan para perampok liar yang kerap mengganggunya, karena mereka berdua punya cara untuk mengatasinya.

Sore itu menjelang malam Nyai Dumah merasa gelisah di rumah mengetahui suaminya,Ki supa belum juga pulang dari ladangnya.

"Apakah sesuatu telah terjadi, sampai sore begini kang supa belum pulang padahal diakan tahu kalau hari akan segera malam."ucap Nyai Damah,sambil menyalakan lampu minyak jarak yang terdapat di dinding rumahnya.

Wanita setengah baya itu kemudian duduk di kursi bambu dengan berusaha tenang menunggu kedatangan suaminya.Padahal kegelisahan terpancar jelas di wajahnya.

"Ah..., kalau sampai malam nanti dia juga belum kembali, apa boleh buat terpaksa aku harus menyusulnya,aku tidak mau dia tertidur di ladang seperti yang sudah sudah,"ucap Nyai Damah sambil sesekali menatap kearah pintu.

Dan tidak lama kemudian terdengar pintu rumahnya diketuk oleh seseorang berkali kali.

"Nyaiiii...!!! nyai.. cepat buka pintu...!!!"Teriak orang itu dengan tidak sabar ingin cepat cepat masuk kedalam.

"Kang Supa..."ucap Nyai Damah segera berlari ke arah pintu menyambutnya.

"Cepat buka pintu Nyai."ucap Ki Supa dengan tidak sabar.

"Iya sebentar kakang,"sahut Nyai Damah kemudian bergegas membuka pintu.

"Aduh lama sekali kau membuka pintu nyai.."Kata Ki supa dengan sedikit emosi.

"Memangnya ada apa kakang kenapa begitu terlihat tegang?"tanya Nyai Damah merasa heran dengan sikap suaminya itu.

"Ini lihat aku dapat apa nyai,"ucap Ki supa sambil memperlihatkan sebuah peti yang di bawanya.

Nyai supa pun langsung penasaran dengan peti besar yang dibawa suaminya itu,peti itu berwarna coklat mengkilap dan terlihat sangat bagus dan mewah sekali. Melihat peti sebagus itu nyai Damah tahu kalau peti itu bukan berasal dari daerah sini.

Ki Supa kemudian membuka isi peti itu secara pelan pelan.

Nyai Dumah langsung terkejut begitu melihat isi dalam peti itu ternyata adalah seorang bayi kecil berjenis kelamin laki-laki.Bayi itu terlihat sangat lucu dan menggemaskan.Membuat Nyai Damah langsung jatuh hati padanya.

"Nyai kau akan menjadi ibu mulai saat ini,"ucap Ki Supa sambil memperhatikan wajah istrinya yang terlihat begitu gembira.

"Kakang temukan di mana bayi ini atau jangan jangan kakang mengambil bayi orang lain,"ucap Nyai Damah.

"Kau ini ngawur kalau ngomong,mana ada bayi di sekitar sini .Apa kau tidak tahu kalau tempat ini seluruhnya dikelilingi oleh hutan,"ucap Ki supa,sambil menggelengkan kepalanya mendengar perkataan istrinya yang asal menuduh itu.

"Lalu kakang temukan di mana bayi ini?"tanya nyai Damah masih penasaran.

"ceritanya begini Nyai,waktu itu habis dari ladang seperti biasanya aku pergi ke sungai untuk mandi.Dan waktu saya mandi itu ada peti ini hanyut terbawa arus dan menabrak diriku yang saat itu sedang membersihkan badan.Aku yang penasaran kemudian mengambil peti itu, setelah aku buka alangkah terkejutnya ketika aku mendapati bayi di dalam peti ini dan aku pun memutuskan membawanya pulang.Begitulah ceritanya Nyai,"ucap Ki supa dengan menjelaskan secara jelas kepada istrinya.

"Lalu bagaimana kita merawat bayi ini kang bukankah dia itu masih memerlukan susu dari ibunya, sedangkan aku...

"Sudah sudah jangan kau teruskan,aku tahu kalau kau tidak bisa mengeluarkan air susu karena sedang tidak menyusui,tapi kau jangan kehilangan akal nyai,"potong suaminya.

"Terus bagaimana kita memberi susu untuk bayi ini,"tanya nyai Damah tidak mengerti.

"Bukankah di hutan ini ada singa, harimau dan juga kambing hutan.Kita cari saja dari binatang itu yang sedang menyusui dan kita ambil susunya untuk diberikan pada bayi ini,"ucap Ki Supa.

Nyai Damah mengangguk angguk mendengar penjelasan dari suaminya itu,ia merasa bodoh kenapa tidak memikirkan hal itu.

"Kakang benar,soal cari susu binatang itu serahkan saja pada ku,"ucap nyai Damah.

"Baiklah , tapi kita perlu memberi nama bayi ini nyai,"ucap Ki Supa.

"Nama apa yang pantas untuk anak ini menurut kakang,?"tanya Nyai Damah.

"Aku beri nama anak ini Antasena.Bagaimana menurut Nyai,"tanya Ki supa.

"Nama yang bagus kakang,aku sangat suka dengan nama itu, terdengar sangat gagah dan cocok untuk bayi tampan ini,"ucap Nyai Damah.

"Kalau begitu mulai saat ini kita panggil bayi ini dengan nama Antasena."ucap Ki Supa.

Selepas Ki Supa memberikan nama Antasena kepada bayi itu tiba-tiba terdengar suara petir menyambar duaaarrr....!!!!Dan guruh menggelegar.Dan sesaat kemudian hujan pun turun dengan deras.

Kejadian itu membuat Ki Supa dan Nyai Damah sangat terkejut dengan bunyi petir dan hujan yang tiba-tiba itu.

"Ini pertanda apa Kakang kenapa tiba-tiba ada suara petir dan guruh serta terjadi hujan deras secara bersamaan,"tanya Nyai Damah.

Ki Supa kemudian menggerakkan jari jarinya untuk menafsirkan suara alam itu.Sesaat kemudian laki laki setengah baya itu menganggukkan kepalanya seolah mengerti apa maksud dari tanda alam tadi itu.

"Mmm... tampaknya anak ini bukan anak sembarangan Nyai, sebaiknya kita rawat anak ini baik baik.Aku merasa yakin kalau suatu saat anak ini akan berguna untuk sesama manusia,"ucap Ki Supa.

Sejak saat itu Nyai Dumah dan Ki supa mempunyai momongan yang diimpikan nya karena mereka sudah lama berumah tangga namun tak kunjung juga dikaruniai seorang anak.Mereka yang selama ini merasa kesepian sekarang mempunyai hiburan dengan adanya bayi kecil yang bernama Antasena itu.

Demi memenuhi kebutuhan susu Antasena, tiap hari Nyai Damah harus keluar masuk hutan sambil menggendong bayi itu untuk mencari binatang yang sedang menyusui.Hari itu Nyai Damah  kebetulan menemukan singa yang sedang menyusui dua anaknya, tanpa pikir lama wanita itu pun mendekati singa itu dan dengan kesaktian yang dimilikinya ia kemudian membuat singa itu diam di tempat dan patuh kepadanya.

"Antasena sekarang kau bisa minum susu Singa ini mudah mudahan kamu bisa kenyang,"ucap Nyai Damah.

Melihat singa itu sudah kelihatan tenang dan patuh Nyai Damah kemudian mengarahkan mulut Antasena ke puting susu singa itu untuk menyusu padanya.

Nyai Damah menggelengkan kepalanya melihat Antasena begitu lahap menyusu singa itu.

"Jika sudah besar kau harus bisa menjaga singa singa di sini Antasena sebagai balas budi mu,"ucap Nyai Damah.

Kedua anak singa yang masih kecil itu hanya memandang Nyai Damah dan Antasena yang sedang menyusu ibunya.

"Anak singa yang lucu suatu hari nanti Antasena akan menjaga kalian,"Ucap Nyai Damah.

Sesaat kemudian Antasena pun sudah merasa kenyang itu terlihat dari sikapnya yang sudah tidak mau menyusu lagi.

"Singa yang baik aku ucapkan terima kasih padamu atas susu yang kau berikan,besok aku akan datang kemari lagi,"Ucap Nyai Damah kemudian melesat pergi.

Hal itu Nyai Damah lakukan setiap hari.Dan jika Singa itu sudah tidak menyusui lagi ia mencari binatang lainnya karena dengan seperti itu ia dapat memberikan asupan susu untuk bayi keci itu.

Nyai Damah melakukan itu setiap hari sendiri tanpa mengenal lelah atau bosan demi kelangsungan hidup anak asuhannya itu.Sedangkan Ki Supa sendiri sibuk mengurus ladangnya

Membuat senjata

Semenjak kehadiran Antasena hari hari Ki Supa dan Nyai Damah menjadi berwarna,tiap hari tidak henti hentinya kedua orang tua itu selalu bercanda dengan bayi kecil itu.

Ki supa dan Nyai Damah sebenarnya selama ini sering mengeluh karena sudah dua puluh tahun menikah namun tidak juga dikaruniai keturunan.Mereka kadang berpikir bagaimana nasib tuanya mereka nanti jika tidak mempunyai anak,siapa yang akan merawat mereka jika mereka sudah tua dan tidak berdaya.Itulah yang menjadi beban pikiran kedua orang tua itu.

Namun tanpa disangka atau di duga ternyata jerit hati mereka didengar tuhan dengan mengirimkan mereka bayi mungil yang lucu dan menggemaskan.Hal itu membuat kehidupan Nyai Damah dan Ki Supa berubah total penuh dengan keceriaan dan kebahagiaan serta bergairah.

"Kang aku yakin anak itu bukanlah anak sembarangan orang melihat dari peti dan pernak pernik yang ada bersamanya,"ucap Nyai Damah pada suatu malam.

Ki supa menarik nafas, sambil menyandarkan tubuhnya pada dinding dekat jendela.

"Saya pikir juga demikian Nyai, tapi dengan kita menemukan anak itu sepertinya tuhan sudah berkehendak untuk memberikan dia pada kita .Siapapun orang tua bayi itu kita tidak usah terlalu memikirkannya.Karena dia sekarang sudah bersama kita,itu berarti dia sudah menjadi anak kita Nyai,"jelas Ki Supa.

"Kakang tidak salah berkata seperti itu,namun jika sudah dewasa nanti kita perlu menceritakan semua kebenarannya kakang ,kalau dia itu bukan anak kandung kita,"ucap Nyai Damah.

"Itu sudah pasti Nyai ,tapi sepertinya kita terlalu dini untuk membahas hal itu saat ini,"ucap Ki Supa.kemudian berdiri dan melangkah keluar.

"Kakang mau kemana?"tanya Nyai Damah.

"Melanjutkan pekerjaan ku yang sudah lama ku tinggalkan Nyai, sekarang aku menjadi bersemangat kembali setelah ada Antasena,"ucap Ki Supa.

"Jangan terlalu bersemangat kakang Jaga kesehatanmu,"pesan Nyai Damah.

Namun Ki Supa tidak menyahuti omongan istrinya itu,ia terus melangkah ke belakang menuju ke sebuah rumah kecil yang letaknya sekitar lima puluh tombak dari rumah tadi.

Ki supa berdiri mematung ketika sampai di depan rumah kecil yang terbuat dari bambu dan atap ilalang.Meskipun rumah itu tampak tua namun masih berdiri kokoh dan tidak lekang oleh waktu.Setelah merasa cukup puas memandangi rumah itu.Ki Supa kemudian membuka pintu tersebut dan masuk ke dalam.

Untuk menerangi ruangan itu Ki Supa menyalakan tiga lampu yang terpasang di dinding rumah sehingga suasana di ruangan itu menjadi terang.

"Sudah lama sekali tempat ini tidak pernah saya masuki,"gumam Ki Supa,seraya memandangi langit langit ruangan itu yang dipenuhi oleh sarang laba-laba.

Ki Supa kemudian membuka peti kayu yang lama disimpannya,peti itu sudah berdebu dan karena sudah terbengkalai sejak lama.

Panjangnya peti itu sekitar sepuluh jengkal dan mempunyai lebar lima jengkal . Walaupun sudah lama sekali peti itu ditinggalkan namun masih untung karena terbuat dari kayu yang tebal dan juga keras.

Dari dalam peti itu Ki Supa mengeluarkan potongan potongan besi berukuran  lima jengkal  yang berjumlah empat biji.

Ki Supa kemudian menyalahkan perapian untuk menempa besi besi itu dan sambil menunggu api itu membesar Ki Supa membuka gulungan yang terbuat dari kulit rusa.Dalam gulungan itu terdapat gambar pedang yang akan dibuatnya.Sebuah pedang  berukuran sedang dengan gagah kuning keemasan yang berbentuk paruh elang.

"Setelah kehadiran Antasena tidak ada alasan lagi bagi ku untuk tidak menyelesaikan pedang ini."ucap Ki Supa.

Setelah melihat perapian membesar Ki Supa kemudian membakar besi sampai merah membara kemudian menempanya.Traaaang....!!! traaaang.....!!!! traaaang....!!!!

Suara besi berdentang pun memecah kesunyian malam yang sunyi hingga sampai terdengar jauh ke seluruh hutan.

Nyai Damah yang mendengar bunyi besi dipukul itu mengerti kalau suaminya itu sedang membuat senjata yang dulu sempat dihentikan.

Sejak malam itu Ki Supa mulai lagi membuat senjatanya yang dulu sempat dihentikannya.Ia melanjutkan pembuatan senjata itu untuk bekal Antasena di masa mendatang.Karena ia yakin anak yang ia temukan itu suatu hari nanti akan menggemparkan seantero jagat persilatan.Ki Supa berkeyakinan seperti itu karena mengetahuinya dari tanda alam beberapa waktu lalu.

perguruan Kemuning.

Hari-hari Ki Supa dan istrinya sekarang penuh dengan kegembiraan.Sepulang dari ladang Ki Supa bisa melepaskan lelah dengan menggendong dan bercanda ria dengan bayi Kecil itu.

Nyai Damah yang dulu merasa gagal sebagai seorang wanita karena tidak bisa mempunyai anak, sekarang ia sudah tidak merasakan itu lagi setelah adanya Antasena.

Sore itu Nyai Damah yang melihat Ki Supa suaminya sedang menimang-nimang Antasena hanya tersenyum kecil sambil menggelengkan kepalanya.Ia merasa sangat bahagia melihat suaminya yang sudah lama merindukan seorang anak itu terlihat bahagia.

Nyai Damah yang saat itu sedang merapikan pakaian yang baru saja diangkat dari jemuran berkata kepada suaminya itu.

"Bagaimana dengan tanaman di ladang kita kang,"tanya Nyai Damah.

"Cukup baik dan subur nyai, mungkin beberapa minggu lagi kita bisa memanen tanaman jagung itu,"jawab Ki Supa, yang dari tadi menggendong Antasena.

"Kau tidak perlu khawatir dengan persediaan makanan kita Nyai,aku jamin kau dan Antasena tidak bakalan kelaparan nanti,"lanjut Ki Supa.

"Baguslah kalau begitu,aku cukup lega mendengarnya.Apakah senjata yang kakang buat itu sudah jadi?"tanya Ki Damah mengalihkan pembicaraan.

"Masih lama Nyai ,aku masih harus mencari satu bahan lagi untuk menyempurnakan pedang itu Nyai, yaitu batu besi yang ada di lereng gunung Kemulan."ucap Ki Supa.

Nyai Damah mengangguk angguk mendengar jawaban suaminya itu.

"Nyai.. !"Panggil Ki Supa.

"Ya Kakang,"jawab nyai Damah.

"Sepertinya Antasena mau tertidur , cepat kau bawa dia masuk kedalam kamar,"ucap Ki Supa.

Nyai Damah yang kebetulan sudah selesai melipat baju baju itu segera menghampiri suaminya dan membawa Antasena masuk kedalam kamarnya.

Karena hari sebentar lagi malam Ki Supa kemudian menutup pintu dan semua jendela rumahnya yang terbuka.Dan pada malam harinya ia  pergi ke rumah belakang untuk melanjutkan pekerjaannya yaitu membuat sebuah pedang.

***

Pagi itu suasana gaduh mewarnai perguruan kemuning.Banyak para murid dan para guru dikumpulkan di halaman depan oleh ketua perguruan yang bernama yang bernama Jumantara.

Penyebab dikumpulkannya mereka itu tidak lain karena hari itu perguruan kemuning telah kehilangan kitab pusakanya yang bernama kita tapak Dewa terbalik.

Jumantara  yang mencurigai para murid dan para guru di sana, pagi itu langsung melakukan pengecekan pada mereka semua untuk menemukan siapa pelakunya. Karena ia sangat yakin kalau kitab itu dicuri oleh salah satu orang dari perguruan kemuning itu sendiri.

"Dengarkan kalian semuanya,"ucap Jumantara berhenti sejenak sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh para murid dan para guru yang berbaris di depannya.

"Aku sengaja mengumpulkan kalian semua di sini, karena perguruan ini telah kehilangan satu barang berharganya.Barang yang hilang itu adalah sebuah kitab yang mempunya nilai sangat tinggi dan nama kirab itu adalah kitab tapak dewa terbalik."ucap Jumantara, dengan pandangan lurus ke arah para muridnya.

Para murid yang berbaris itu tampak terkejut mendengar perkataan ketua perguruan itu.Membuat mereka menjadi bergemuruh dengan saling bertanya satu sama lainnya.Siapakah yang telah berani mencuri kitab pusaka itu?

"Kalian semua nanti akan untuk menyentuh batu kristal hijau yang akan diletakkan di sini.Jika salah satu dari kalian ada yang membuat batu kristal hijau itu menyala, berarti dialah pelakunya.Dan pelakunya akan mendapatkan hukuman berat yaitu di jemur di bawah terik matahari sampai mati."ucap Jumantara.Para murid itu langsung di buat mendengar hukum yang sangat mengerikan itu.Dijemur dibawah sinar matahari tanpa makan dan minum adalah hukuman yang paling kejam dan menakutkan.Lebih mengerikan daripada kematian itu sendiri.

"Prangesti cepat kau keluar batu permata hijau itu...!"perintah Jumantara.

"Baik guru," Prangesti yang dari tadi berdiri di belakang Jumantara langsung maju ke depan dan meletakan batu itu di sebuah meja yang telah disiapkan.

Batu permata hijau adalah batu sakti yang mempunyai kesaktian yang mampu membongkar kebohongan seseorang.Dan merupakan benda langka yang hanya dimiliki oleh perguruan kemuning saja.

"Sekarang kalian berjalan ke arah batu itu satu persatu sambil menyentuhnya,"ucap Jumantara setelah batu itu siap digunakan.

Para murid kemudian mengikuti perintah Ketua perguruan itu dengan berjalan ke arah batu hijau sambil menyentuhnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!