Ayla sedang sibuk di dandani, di hari pernikahannya, dia tersenyum bahagia. Dia di dandani sangat cantik, membuat semua orang yang melihatnya pangling.
Dia memang tidak selangsing dan semodis kakaknya, Ayra.
"Sudah siap." Ucap MUA nya.
"Ya ampuun.... Ayla kamu sangat cantik." Puji bibi Linda.
"Terima kasih Bi." Ucap Ayla.
"Tapi aku sangat gemetaran sekarang dan juga sangat gugup." Ucapnya memperlihatkan, telapak tangannya yang basah dan juga gemetaran.
Linda kemudian memberikannya tisu dan segera mengambilkan makanan untuk Ayla mengganjal perutnya.
"Ngomong-ngomong kak Ayra di mana yah? sejak tadi dia gak kelihatan." Ayla merasa sangat gugup, dan salah satu orang yang bisa membantunya menghilangkan rasa gugup itu adalah Ayra.
Karena Ayra adalah penyemangatnya dan juga orang yang selalu mendukung apapun yang dia putuskan.
Dia berdiri dengan pelan dan hati-hati tak ingin merusak gaunnya.
Tapi karena ingin menghilangkan rasa gugupnya. Dia langsung menuju kamar Ayra dengan langkah kecil dan hati-hati.
Saat dia memegang gagang pintu, dan hendak membukanya.
"Kenapa kamu memilih Ayla? aku adalah pacar pertamamu, dan juga pengalaman pertamamu". Tangan Ayla terhenti setelah mendengar kalimat yang di ucapkan Ayra.
"Tidak penting, untuk kamu mengetahui alasanku memilih Ayla untuk menjadi istriku. Itu sama sekali tidak ada hubungannya denganmu." Suara yang dikenali Ayla itu keluar, dan membuat kakinya mematung.
"Hari ini adalah hari pernikahanku, lebih baik aku tidak mendengarkan alasannya." Batin Ayla ingin mengajak tubuhnya pergi dari tempat itu.
"Atau kamu sengaja, memilih Ayla gadis baik-baik menjadi istrimu, dan aku sebagai wanita jahat yang menjadi simpananmu?" Tanya Ayra lagi. Tapi kali ini lelaki itu tidak menjawab.
"Bukankah aku lebih cantik, lebih seksi , lebih modis dan juga kemampuanku memuaskan mu tak perlu kamu tanyakan lagi. Kenapa memilih gadis yang polos, gendut dan kampungan?" suara Ayra.
Mendengar itu, kepala Ayla rasanya mengawang. Mendengar kakaknya sendiri merendahkannya di hari pernikahannya. Meskipun apa yang dikatakan Ayra semuanya benar. Dan dia juga mengerti kalau Ayra tidak akan pernah mengatakan itu dengan niat merendahkannya.
"Kamu memang lebih seksi, lebih modis dan kemampuanmu tidak perlu aku ragukan.. "
"Tidak.. Aku tidak mau mendengar hal ini" Batin Ayla, hatinya terasa hancur berkeping-keping. Laki-laki yang dia cintai ternyata pernah menjalin kasih dengan kakaknya sendiri.
Dengan sekuat tenaga, akhirnya Ayla kembali ke kamarnya, dengan cepat mengambil pakaiannya dari lemari , melepaskan gaun pengantin yang susah payah iya kenakan dan pergi dari rumahnya. Air matanya mengalir membasahi wajahnya dan merusak dandanannya.
MUA & asistennya yang masih berada di kamar Ayla terkejut melihat sikap Ayla, tapi tak sempat menanyakan apapun. Dengan Semua orang sibuk, menyambut para kerabat dan juga menyiapkan lokasi pernikahan, tak ada yang memperhatikan tingkah Ayla. Padahal dia adalah pemeran utamanya di hari ini.
Pernikahan itu di atur sangat megah, bagaimana tidak. Putra pertama keluarga Arvano, dan Theodor bersatu. Meskipun mereka tidak mengatur pernikahan ini, tapi Ini adalah pernikahan bisnis terbesar yang bisa terjadi.
"Kak Anna! Kak Anna" Suara Linda nyaring memanggil ibu dari Ayra dan Ayla.
"Kenapa kamu sangat berisik dan heboh? Apa kamu gak lihat, tamu berdatangan?" Ucap Anna menyuruh adiknya itu mengecilkan suaranya.
"Ayla kak. Ya Tuhan.. Ayla kak. Saat aku kembali mengambil makanan untuknya dia menghilang. Dan gaunnya tergeletak di kamar mandi." Ucap Linda berusaha menahan suaranya.
"Apa maksud kamu? Ayla bukan gadis yang suka bercanda seperti itu." Ucap Anna masih belum mempercayai berita dari adiknya itu.
"Kamu tau kan, sekarang bukan saatnya bercanda." Ucap Anna mulai kesal menatap Linda.
"Aku serius, Ayla benar-benar gak ada kak." Ucap Linda meyakinkan kakaknya itu.
"Bibi Linda, kami sudah mencari di seluruh ruangan, tapi Ayla gak ada." Ucap salah satu keponakan mereka.
"Apa kalian sudah memeriksa CCTV, periksa apakah dia meninggalkan rumah." Ucap kerabat lainnya.
Mendengar saran dari kerabat itu. Mereka memeriksa cctv dan melihat Ayla meninggalkan rumah dengan ranselnya yang mungkin hanya berisi 2 atau 3 helai pakaian.
Melihat itu, Anna merasa pusing, dan Teddy memegangi istrinya agar tidak terjatuh.
"Ayla, tidak mungkin dia tega melakukan ini pada kita." Ucap Anna masih tak percaya.
"mama... " Ucap Ayra lirih
"Bagaimana bisa dia tiba-tiba pergi seperti itu,. tadi dia terlihat sangat bahagia, meskipun gugup, dia bukan gadis yang akan lari dari masalah." Ucap Linda berusaha mengingat tingkah laku aneh apa yang di tunjukkan keponakannya itu.
Sementara Juan yang baru saja mendapat kabar itu, berlari ke ruang keluarga dengan nafas ngos-ngosan melihat seluruh ruangan, berharap berita yang dia dengar adalah berita bohong dan menemukan Ayla di antara orang-orang itu.
Tuan Marcus Arvano dan juga istrinya Nyonya Elizabet masuk dalam ruang keluarga dan menatap marah.
"Apa yang sebenarnya ingin kalian lakukan? Apa kalian ingin mempermalukan kami?" Tanya Marcus marah.
"Tuan, kami juga masih tidak percaya. Bagaimana putri kami yang baik itu, bisa melakukan hal ini pada kami." Ucap Teddy merasa bersalah.
"Aku akan mencari Ayla." Ucap Juan hendak pergi.
Tapi Tuan Markus menarik lengannya.
"Kamu mau cari ke mana? Mau cari sampai kapan? Apa kamu tidak lihat, tamu-tamu terhormat yang datang karena undanganku." Tanya Markus semakin kesal.
"Lantas, ayah aku ingin bagaimana? Bagaimana aku menikah ketika calon istriku tidak ada di sini? Saat ini yang terpenting adalah menemukan Ayla dan membawanya kembali." Teriak Juan menghempaskan tangan ayahnya dengan kasar.
"Terserah, kamu mau menikah dengan siapapun, tapi yang pasti. Pernikahanmu akan terjadi hari ini." Ucap Markus marah.
"Tidak. Bagaimana bisa aku menikah. Saat wanita yang aku cintai pergi. Apa ayah sudah gila?" Ucap Juan kasar.
"Sayang, bagaimana kamu bisa berkata kasar seperti itu pada ayahmu? " Dengan wajah sedih Elizabeth lalu memukul lengan putranya itu dengan pelan.
Juan meremas rambutnya. Merasa bingung dan frustasi pada tunangannya itu. Dia berusaha menghubungi ponsel Ayla berkali-kali. Tapi tak terhubung.
Dia sama sekali tidak mengerti, bagaimana bisa dia tiba-tiba meninggalkannya begitu saja.
Juan tahu, perkenalan mereka, hubungan mereka memang tidak lama dan singkat. Tapi, dia tak menyangka hal itu membuat Ayla pergi darinya dengan mudah juga.
"Apa anak kalian itu, tidak punya kekasih lain?" Tanya Markus yang semakin frustasi.
"Seandainya dia punya, dia pasti tidak akan menerima lamaran Juan bukan? Kami tidak pernah memaksakan hubungan mereka. Pernikahan ini di dasari keinginan mereka berdua. Ya kan nak Juan?" Jelas Teddy dan menatap Juan.
"Ya Tuhan.. Bagaimana bisa? Apa yang sudah putriku lakukan? Kamu dimana Aylaa....?" Isak Anna semakin kencang.
"Ma, sudah. Jangan menangis, aku yakin Ayla pasti punya alasan sampai melakukan hal ini.." Ucap Ayra membela Ayla.
Tuan Markus Melihat Ayra, "kenapa kamu tidak menikah dengan putri sulung keluarga ini, bukankah kalian seumuran?" Ucap Markus tiba-tiba, membuat semua orang terkejut.
"Tidaaak" Ucap Juan dan Linda bersamaan.
...****************...
"Tidaaak" Ucap Juan dan Linda bersamaan.
"Bagaimana bisa ayah memikirkan hal sperti itu. Aku ingin menikahi Ayla bukan Ayra." Ucap Juan tegas.
"Iya, Juan benar. Bagaimana bisa anda berpikiran seperti itu." Imbuh Linda yang selalu membela Ayla di setiap waktu dan tempat.
"Aku gak akan membiarkan posisi Ayla di rebut oleh orang lain. karena aku tau kalau Ayla sangat mencintai laki-laki ini. Orang pertama yang bisa membuat dia merasakan cinta. " Batin Linda.
"Dan juga, apa kata orang-orang yang tahu kalau calon istri Juan adalah Ayla, bukan Ayra, tapi malah menikahi Ayra." Lanjut Linda.
"Aku akan lebih malu, jika pernikahan ini tidak di laksanakan. Lagipula anak sulung keluarga ini belum menikah, jadi akan masuk akal kalau Ayra menikah lebih dulu. Kita bisa beralasan salah mencetak nama, dan baru memeriksanya hari ini. Atau alasan lain yang masuk akal." Ucap Markus.
"Tidak, aku tidak mau." Ucap Juan meninggalkan ruangan itu.
Hanya tersisa waktu 30 menit sebelum acara di mulai.
"Ayla, kamu ke mana?" Batin Juan semakin tak menentu. Juan berusaha menghubungi orang-orang yang mungkin mengetahui keberadaan Ayla.
Sementara itu, Ayla yang kabur bersembunyi di sebuah gedung olahraga yang sepi. Gedung ini hanya ramai ketika sore hari. Tak ada orang menggunakannya pagi hari.
Dia menangis sejadi-jadinya. Dengan terisak dan nafas yang sudah tidak bisa dia kendalikan.
"Dubraaaak!!! " Suara itu membuat Ayla terkejut dan mengusap air matanya dengan nafasnya masih terisak.
Sebuah papan jatuh. Meskipun merasakan ketakutan, tapi kesedihan di hatinya tak bisa dia bendung.
"Si... Sihapa? " Tanya Ayla dengan nafas tersengal karena menangis.
"Aaaakhhh... Kamu mengganggu tidurku saja." Laki-laki itu bangun dengan kesal, tapi langsung menggaruk kepalanya dan mengerutkan keningnya setelah melihat penampilan Ayla.
Ayla dengan baju kaos longgar dengan make up tebal yang sudah berantakan, membuatnya menahan tawa.
"Oohh... Apa ada pentas di sekitar sini?" Tanyanya sambil memperhatikan Ayla.
Ayla masih terisak dan menatap laki-laki di hadapannya.
"Apa kamu gelandangan yang tinggal di sini? Maaf mengganggu tidurmu." Ucap Ayla kemudian berbalik hendak pergi.
"Gelandangan? " Gumam laki-laki itu. Dia melihat penampilannya yang memang menggunakan baju yang kumal, bekas teh yang disiram dan membekas di wajah dan tubuhnya membuatnya terlihat seperti gelandangan.
"Hei tunggu, aku yang akan pergi. Kamu bisa menangis sendiri di sini." Laki-laki itu berdiri dan melewati Ayla dan hendak pergi.
"Ahh, setelah kamu selesai menangis, jangan lupa untuk mencuci wajahmu. Kurasa kamu yang lebih mirip gelandangan." Ucap laki-laki itu menggerakkan tangannya didepan wajahnya menggambarkan wajah Ayla yang berantakan.
Ayla menggunakan belakang ponselnya untuk bercermin. Meskipun terkejut dengan wajahnya, hatinya semakin sedih. Make up yang harusnya dia gunakan di hari bahagia malah luntur dan berantakan seperti perasaannya.
Dia menangis semakin kencang.
Dengan nafas yang tertahan membuat laki-laki itu terkejut.
"Hei... Hei... Kenapa kamu menangis semakin kencang. Aku tidak menghinamu, hanya mengingatkanmu membersihkan wajahmu." Ucap Laki-laki itu mendekati Ayla dan memberikannya sapu tangan.
"Apa dia orang normal, atau orang tidak waras? Melihat pakaiannya yang masih bersih dan juga ponselnya sepertinya orang normal. Tapi makeup nya." Batin laki-laki itu yang teralihkan karena Ayla mengembalikan sapu tangannya yang sudah penuh dengan bekas bedak dan lipstik.
"Terima kasih" Ucap Ayla sesenggukan.
"Ya sama-sama." Ucap laki-laki itu hendak pergi.
"Apa yang bakalan kamu lakukan kalau tau, calon suamimu dan kakakmu ternyata punya hubungan di masa lalu. Dan mereka masih menyimpan perasaan mereka sampai sekarang." Tanya Ayla tiba-tiba.
"Kamu bertanya padaku?" Tanya laki-laki itu agak terkejut.
"Ahhh... Jangan bilang dia ingin curhat padaku sekarang." Batin laki-laki itu, ia ingin segera pergi dari situasi yang tak nyaman ini.
"Eeeehhh.... " Ucap Laki-laki itu berpikir.
"Apa kamu sudah menanyakan ke mereka secara langsung?" Tanya laki-laki itu lagi.
"Maksud kamu?" Tanya Ayla lagi.
"Yah, mengkonfirmasi. Tanyakan perasaan mereka saat ini. Dan seharusnya sebelum kalian memutuskan untuk menikah mereka memberi tahu kamu hubungan mereka." Ucap laki-laki itu memberi saran.
Ayla langsung duduk dan menunduk.
"Tapi, kakakku adalah cinta pertamanya dan juga pengalaman pertamanya. Dan aku sering mendengar, kalau laki-laki tidak akan pernah melupakan cinta pertama mereka." Ucap Ayla tertunduk lemas.
Laki-laki itu tersenyum sinis.
"Hem... Mungkin saja." Jawabnya cuek.
Laki-laki itu hendak pergi, tapi karena melihat Ayla begitu sedih, dia menghela nafas pelan dan duduk di sampingnya
"Dan jangan bilang, hari ini adalah hari pernikahanmu. Dan karena kamu mengetahui hubungan masa lalu tunangan dan kakamu kamu kabur dan menangis di sini." Ucap laki-laki itu datar.
Ayla mulai terisak lagi.
"Harusnya kamu jangan melarikan diri. Harusnya kamu menanyakan dengan pasti perasaan tunanganmu dan juga kakakmu. Segera lah kembali, sebelum semuanya terlambat." Ucap laki-laki itu menepuk bahu Ayla dengan ragu.
Ayla menatap laki-laki itu, dan laki-laki itu menatap Ayla kembali.
Entah berapa lama menatap mata Ayla, laki-laki itu bangun berdiri dengan cepat.
"Apakah matanya seindah itu? Perasaan, tadi aku tidak melihatnya secantik itu." Batin laki-laki itu yang langsung pergi meninggalkan Ayla sendirian.
"Ahhh... Apakah tak apa-apa meninggalkannya sendirian? Dia tidak akan melakukan hal yang tidak-tidak kan? Kenapa dia harus berlari ke tempat seperti ini." Batin laki-laki itu ragu dan khawatir. Tapi dia juga ada hal penting yang harus dia lakukan. Dan memilih meninggalkan Ayla, karena itu bukan urusannya.
"Kenapa kamu baru tiba sekarang, bukankah pesawat mu mendarat kemaren sore? Dan kenapa penampilanmu berantakan seperti ini?" Ucap Elizabet yang memarahi putranya.
"Aku harus memutuskan pacar lamaku dulu, baru bebas mencari pacar baru di acara ini." Ucap laki-laki itu santai mengambil baju ganti di bagasinya.
"Apa hanya itu yang ada di kepalamu, kamu gak tau kekacauan apa yang sudah terjadi di sini." Ucap Elizabet segera menuntun anaknya menuju ruang ganti.
"Apa yang bisa terjadi di pernikahan kakak. Laki-laki perfeksionis sepertinya tidak akan mengacaukan pernikahannya." Ucap laki-laki itu.
"Apa kamu tau, tunangannya kabur dan sekarang dia harus menikahi kakak tunangannya. Itu semua perintah ayahmu." Ucap Elizabeth yang tak mengerti jalan pikiran suaminya.
Elizabeth malah lebih setuju jika Juan menikah dengan orang lain daripada menikahi saudara calon menantunya.
Sementara itu, laki-laki itu termenung, dan memikirkan wanita yang tadi ia temui.
"Jadi, kak Juan menikahi mantan kekasihnya? Tapi bukankah dia bilang mencintai calon istrinya?" Batin laki-laki itu sambil termenung berfikir.
"Noah, cepat ganti pakaianmu. Acara akan segera di mulai." Ucap Elizabet memukul pundak putra keduanya itu yang termenung.
"Ahh... Itu pedas ma." Ucap Noah terkejut. Dengan cepat dia mengganti pakaiannya dan segera mencari Juan.
"Ah sial, sepatuku ku tinggalkan di mobil." Ucap Noah mengingat sepatu yang dipakainya sudah kotor.
"Iiih.. Kamu ini. Cepat ambil sana. Acara sudah di mulai, mama tunggu kamu di tempat acara." Ucap Elizabeth yang dengan cepat ke aula pernikahan.
Saat Noah tiba di sana, pernikahan Juan dan Ayra sudah selesai. Semua orang sedang menyelamati mereka.
Noah melihat sekitar, dan menemukan bayangan wanita yang dia temui di gedung tadi meninggalkan tempat itu berjalan dengan cepat dan meninggalkan aula pernikahan.
*bersambung...
...****************...
Setelah Noah pergi meninggal Ayla sendirian, dia masih merenungi nasibnya.
"Bagaimana jika mereka benar-benar masih memiliki perasaan satu sama lain? Bagaimana kalau yang di ucapkan kakak itu benar? Aku hanya di jadikan istri yang baik dan kakak dia jadikan simpanannya? Jika semua itu benar, kenapa aku harus masuk dalam hubungan seperti itu?" Batin Ayla berkecamuk.
Tapi, Noah juga benar. Jika dia mengetahui bagaimana perasaan kedua orang tersebut, setidaknya dia bisa move on dan melanjutkan hidupnya. Dengan atau tidak bersama Juan.
Dia berdiri dan menegarkan dirinya. Dia juga tidak mau menyesali keputusannya karena bersikap impulsif tanpa mengetahui semuanya dengan benar. Dan Juan pun punya hak untuk menjelaskan dirinya.
Begitu dia sampai di gerbang, orang-orang sudah tak terlalu ramai. Tapi kendaraan masih ramai di halaman rumahnya.
"Apa sebagian dari mereka sudah pulang?" Batin Ayla.
Tapi dia mendengar suara pembawa acara, memulai acara. Perlahan dia berjalan ke arah aula rumahnya dan melihat Juan yang menikah dengan Ayra.
Seketika jantungnya berdegup kencang, marah, sedih, kecewa, semuanya menjadi satu. Pikirannya mengawang, tanpa sadar air matanya terjatuh.
"Hah... Aku tak perlu mencari tau lagi. Karena semuanya sudah berakhir." Gumam Ayla pergi dengan cepat dan kembali ke kamarnya.
Begitu dia membuka pintu kamarnya, Ayla terkejut.
"Aylaaaaa.... " Teriak Linda memeluk keponakannya itu.
"Bibi... " Panggil Ayla lirih. Memeluk Linda dengan erat.
"Kenapa? Kenapa kamu melakukan ini, bukankah kamu sangat menantikan pernikahan ini?" Tanya Linda melepas pelukannya dan menatap wajah keponakannya yang sudah penuh air mata.
"Semuanya sudah berakhir. Kita tidak perlu membicarakannya lagi." Ucap Ayla tak ingin menjawab bibinya itu.
"Wah... Ini pasti makanan yang bibi bawakan tadi. Aku sudah sangat lapar." Ucap Ayla duduk dan memakan makanan yang ada meja riasnya.
Dan tiba-tiba pintu terbuka dengan keras. Membuat kedua wanita itu terkejut.
Juan menatap Ayla dengan marah dan juga rindu. Tapi Ayla berusaha memasang wajah datarnya dan melanjutkan makan.
"Apa yang kamu lakukan?" Tanya Juan dengan nada datar.
"Kamu tidak lihat? Aku sedang makan." Jawab Ayla santai.
Juan lalu berjalan cepat ke samping Ayla menarik lengannya dan membuat Ayla berdiri.
"Kamu tau, bukan itu yang aku maksud." Ucap Juan menggertakan giginya.
"Juan, biarkan Ayla makan dulu dia bel... "
"Bagaimana dia bisa makan seperti ini setelah apa yang dia lakukan padaku?" Teriak Juan memotong ucapan Linda.
"Kak... " Ucap Noah, yang membuat Ayla melihat Noah dengan terkejut.
"Kalian keluar, aku ingin bicara dengan wanita ini." Ucap Juan kesal.
"Keluaaar kataku." Teriak Juan lagi karena tak ada yang mendengarkannya.
Meskipun sedikit takut, tapi Ayla tak perduli. Ini bukan salahnya. Dia hanya memudahkan dua orang yang masih memiliki perasaan satu sama lain untuk bersama.
Dan harusnya kedua orang itu berterima kasih padanya.
"Sekarang katakan padaku!" Ucap Juan mulai mencengkram pergelangan tangan Ayla dengan keras.
"Apa yang perlu aku katakan? Apa yang ingin kamu dengar? Kamu sudah menikah dengan kak Ayra. Dan sekarang kamu sudah menjadi kakak iparku. Tamat." Ucap Ayla menarik tangannya yang mulai kesakitan.
"Aylaaaa" Teriak Juan.
"Jangan berteriak, aku mendengarmu dengan sangat baik." Ucap Ayla yang juga mulai marah.
"Kalau begitu, katakan padaku. Apa alasanmu?" Juan bertanya dengan serius menatap Ayla tajam.
Tak terbendung, air mata Ayla mulai jatuh. Dia sangat ingin menayakan perasaan Juan padanya. Tapi, semuanya sudah berakhir.
Juan sudah menikahi Ayra, dan mereka sudah menjadi ipar.
"Apa kamu memandangku dengan sangat rendah. Apa kamu meremehkan ku?" Tanya Juan mulai marah.
"Lalu, bagaimana dengan kamu? Apa kamu menganggap aku dan kak Ayra murahan. Kamu ingin memiliki istri baik-baik dan menjadikan kak Ayra simpananmu? Apa menurutmu kak Ayra perempuan murahan seperti itu. Dan aku wanita bodoh yang hanya diam saja kamu perlakukan seperri ini?" Tanya Ayla balik marah.
"Apa kamu mendengar pembicaraanku dan Ayra di kamarnya?" Tanya Juan mengerutkan dahinya.
Juan menggertakan giginya dan memijat keningnya. Dan ingin menjelaskan pada Ayla.
"Tapi, aku tidak perduli lagi. Kalian sudah menikah dan hiduplah bahagia. Kamu dan aku. Kita sudah berakhir." Ucap Ayla berbalik membelakangi Juan tak ingin melihatnya lagi.
Juan lalu memeluk Ayla dari belakang dengan erat dan membuatnya terkejut.
"Aku tidak pernah mengakhiri hubungan kita dan selamanya akan begitu. Aku sudah memilih kamu menjadi wanitaku. Dan Ayra, kamu pikir aku mau menyentuh wanita sepertinya? Dia itu, wanita murahan yang tidak... "
"Plaaaak" Ayla melepaskan pelukan Juan dan berbalik kemudian mendaratkan tamparan di pipi Juan dengan keras.
"Jangan sekali-kali kamu menghina kak Ayra. Kak Ayra tak pantas kamu rendahkan. Dia adalah orang pertama yang akan melindungiku." Ucap Ayla membela Ayra.
Mendapat tamparan dari Ayla membuat Juan tertawa dan semakin bersemangat.
Dia kembali memeluk Ayla dengan erat, dan sedikit meremas pinggang Ayla yang berisi. Juan lalu mendekatkan bibirnya ke telinga Ayla.
"Kamu tahu, kamu yang marah seperti semakin membuatku bersemangat. Kamu membela Ayra yang kamu sendiri tak tahu bagaimana sifat aslinya. Polos atau bodoh entahlah, dan aku menyukai keduanya. Tapi kemarahan ini, aku jadi ingat awal pertama kenapa aku sangat tertarik padamu." Bisik Juan yang membuat Ayla bergidik. Biar bagaimanapun masih ada rasa cinta pada Juan yang membuat tubuhnya bereaksi pada bisikan Juan.
Ayla menggigit dalam bibirnya. Ia tak mau lagi terikat pada Juan apapun alasannya. Karena bagi Ayla, Juan dan dirinya sudah benar-benar berakhir.
Ayla berusaha keras mendorong Juan.
"Hentikan omong kosongmu dan pergi dari sini" Juan kemudian mencium leher Ayla membuat Ayla semakin kesal dan marah. Tangannya mendorong tubuh Juan.
Tapi Juan, malah menarik kedua tangan Ayla ke belakang tubuh Ayla dan menahannya dengan kedua tangannya. Membuatnya susah bergerak, dan tubuh mereka menempel satu sama lain.
"Seharusnya aku bisa melakukan ini hari ini, karena kamu resmi menjadi istriku." Ucap Juan terus menciumi leher Ayla, membuatnya semakin kesal.
"Tapi, kamu malah menikahi kak Ayra kan. Karena itu cepat lepaskan aku." Ucap Ayla menggoyangkan tubuhnya. Meskipun tubuhnya tergolong besar, tapi dia tentu tidak bisa mengalahkan energi Juan.
"Jadi, sekarang kamu cemburu karena aku menikahi Ayra? Jangan khawatir, segera aku akan menikahimu dan meninggalkan Ayra." Ucap Juan dengan mudah. Lalu lanjut mencium leher Ayla dan menghirup aroma tubuh Ayla.
"Juan, hentikan. Apa yang kamu lakukan ini, adalah pel*cehan." Ucap Ayla.
"Tidak, jika kamu menyukainya." Juan lalu menahan kedua pergelangan tangan Ayla dengan satu tangannya, sementara tangan lainnya mulai mengelus pipi Ayla dan menahan wajah Ayla.
Perlahan, Juan mendekatkan bibir mereka, awalnya Juan hanya memberikan kecupan kecil. Semakin lama dia semakin mencium Ayla dengan ganas.
Nafsu Juan sudah di puncak. Ayla yang awalnya menolak, perlahan merasakan getaran hebat di tubuhnya. Dia berusaha menolak perasaan itu.
Selama berpacaran dengan Juan, sejauh ini hanya memberikan kecupan-kecupan kecil di bibir satu sama lain.
Suara ketukan di pintu menyadarkan Ayla dan dengan cepat mendorong Juan yang sudah lengah.
"Kak, semua orang mencari mu, dan siapa tau kamu lupa kalau hari ini adalah hari pernikahanmu" Ucap Noah memperjelas ucapannya dan melihat ke arah Ayla yang memalingkan wajahnya.
"Ingat, kamu adalah wanitaku selamanya." Bisik Juan yang mengecup pipi Ayla dan pergi kembali ke acara pernikahannya bersama dengan Noah.
Ayla kemudian terduduk lemas di lantai kamarnya.
*bersambung...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!