Daring handphone menggema memenuhi kamar minimalis di dalam sebuah apartment yang berada di tengah-tengah kota.
Selama beberapa saat sang pemilik handphone tersebut terlihat terusik, namun tak urung membuka matanya.
“Hal--”
“Segera datang ke perusahaan Ishara, perusahaan mengalami penurunan saham. Rapat darurat akan di lakukan setengah jam kedepan!”
Mendengar suara yang tak asing di telinga nya serta kata-kata yang di ucapkan memotong suaranya membuat wanita yang masih berbaring di kasur itu langsung terduduk dengan mata melotot kaget.
“Apa? Bagaimana bisa?!” Kaget Ishara.
“Astaga beritanya telah muncul dimana-mana! Cepat bersiap tidak ada waktu untuk mengobrol!”
“Baiklah aku akan segera datang!”
Tut..
Panggilan pun berakhir dan kini wanita yang baru saja di panggil Ishara itu langsung beranjak dari kasurnya menuju kamar mandi.
“Ada-ada saja, padahal aku baru sama mengambil cutiku!” Gerutu Ishara berjalan terburu-buru.
Ishara Guestone, adalah sorang Senior Executive di sebuah perusahaan bernama White Dross yang bergerak di bidang teknologi.
Tentu siapa yang tidak tahu anak dari salah satu perusahaan besar bernama White Dross ini? Perusahaan yang membantu serta mempermudah kehidupan orang-orang super sibuk dengan segala teknologi buatan nya.
Tak urung, di balik semua itu ada sang Senior Executive seperti Ishara yang selalu menyalurkan ide nya untuk keberlangsungan perusahaan tersebut.
*
Menginjakkan kaki nya terburu-buru namun langkah nya terlihat begitu anggun dan teratur di mata para karyawan lain.
Ishara kerap mendapat sapaan dan tak segan membalas sapaan tersebut meskipun wanita itu terburu-buru.
Tokk.. Tokk..
Ishara mengetuk dua kali pintu ruangan yang bertuliskan Chief Operations Officer , hingga akhirnya suara di balik pintu itu mengintruksikan dirinya untuk masuk.
Begitu membuka pintu tersebut sudah terdapat beberapa orang di dalam nya termasuk sang COO pemilik ruangan.
“Apa yang sebenarnya terjadi, dan dari mana asalnya berita ini?” Tanya langsung Ishara begitu sampai di depan sang COO seraya menunjukkan layar handphone nya.
Selama di perjalanan Ishara sempat untuk mengecek beberapa email yang masuk beserta berita yang saat ini tengah populer di kalangan para pebisnis.
“Kita tidak punya banyak waktu untuk menjelaskan, lima menit lagi rapat akan di mulai”Sahut John yang tak lain adalah seorang CFO di dalam perusahaan tersebut.
“Setidaknya aku butuh sedikit penjelasan untuk memahami situasi seperti ini!” Tekan Ishara menatap bergantian terutama pada sang COO yang sedari tadi diam.
“Rapat--”
“Kalian pergi lebih dulu ke ruang rapat dan persiapkan semuanya, saya yang akan menjelaskan dengan singkat” Potong Kerrlo yang tak lain sang COO.
Tidak membantah, beberapa orang itu langsung berpamitan dengan hormat meninggalkan ruangan tersebut, tersisa hanya Ishara dan Kerrlo saja.
“Ra--”
“Jangan membuang waktu, jelaskan sekarang!”Potong tegas Ishara tak membuang pandangan nya sedikit pun.
Kerrlo terlihat mengusap kasar wajahnya sebelum akhirnya pria itu berdiri dan mendekati Ishara.
“Aku benar-benar tidak melakukan hal itu, semalam aku hanya mencoba membantu wanita itu dari aksi para tikus lapar dan aku benar-benar tidak tau bahwa akan ada yang memotret kami lalu menjadikan berita seperti ini” Terang langsung Kerrlo.
Ishara diam, menyimak apa yang Kerrlo ucapkan dengan otak kecilnya yang terus berkerja.
“Kamu sangat tau 'bukan” Kerrlo memegang kedua bahu Ishara dengan tatapan kacaunya. “Banyak musuh yang mengincar untuk menjatuhkan ku serta perusahaan ini?”Lanjutnya seakan bertanya.
Ishara menghela pelan kemudian melepaskan kedua tangan Kerrlo di bahunya lalu menggenggam nya.
“Aku tau kamu tidak seperti itu” Jawab Ishara.
“Jika tau, kenapa ekspresi mu seperti ini?!” Kesal Kerrlo. “Kamu membuatku ingin mati!” Lanjutnya memeluk Ishara.
Ishara terkekeh dan menepuk-nepuk punggung Kerrlo.
“Sudah lah sudah, aku akan mencari tau siapa dalang dari semua ini dan kembali menaikkan sahan White Dross seperti semula”
Kerrlo melepaskan pelukan nya, menatap Ishara dengan tatapan tak terbaca nya. Hingga akhirnya wanita itu menepuk dua kali pipi kirinya dengan lembut.
“Lain kali jangan pergi kemana pun saat di luar kerjaan, karena itu menganggu waktu cuti ku yang baru saja di mulai hari ini” Peringat Ishara.
“Aku akan membayar waktu cuti mu lima kali lipat!”
Ishara menggeleng. “Aku tidak butuh uang, yang aku butuhkan ketenangan dan kebebasan” Jawab nya.
Kerrlo berdecih sinis namun tidak ada yang terjadi setelah itu karena Ishara langsung pergi meninggalkan nya dengan langkah tegak nya.
“Kapan kamu akan membuka hatimu dan menerima ku, Ra?” Gumam Kerrlo menatap pintu ruangan nya yang baru saja tertutup.
“Seperti yang kita ketahui bahwa ini hanyalah isu belaka untuk menjatuhkan White Dross dari kejadian sebenarnya..” Ishara menjeda perkataan nya lalu menekan remote di tangan nya hingga gambar di layar lebar yang terpampang itu berganti.
“Ini kejadian sebenarnya” Lanjut Ishara.
Dimana saat ini sedang di saksikan sebuah video singkat saat Kerrlo menyelamatkan wanita tersebut yang hampir saja menjadi korban pel*cehan.
“Saya yakin para investor serta rekan kerja sama White Dross tidak akan percaya begitu saja dengan klarifikasi video ini..” Ishara terus berbicara di depan sana memimpin rapat.
Dimana memang wanita itu lah yang selalu menjadi pemecah segala masalah, posisinya hampir setara dengan sang CEO bahkan keputusan nya pun tidak pernah diragukan oleh Kerrlo.
“Terima kasih” Lagi, Kerrlo mengucapkan kata tersebut begitu orang-orang di dalam ruang rapat tersebut keluar.
Ishara mengangguk singkat kemudian menatap wajah Kerrlo yang langsung tersenyum padanya.
“Siang ini temui Nona Ashito dan aku akan mencari siapa yang menyebarkan berita secepat ini dalam beberapa jam” Ucap Ishara seraya membereskan sisa berkas informasi yang di dapatkan nya.
“Bersama dengan mu”
“Tidak” Ishara menggeleng, kemudian menatap sekilas handphone nya sebelum akhirnya menatap Karrlo.
“Kita harus segera menyelesaikan masalah ini dalam satu hari, sebelum saham White Dross semakin anjlok”
Setelah mengatakan hal tersebut Ishara membungkuk sekilas sebagai tanda kesopanan nya sebelum akhirnya pergi meninggalkan Karrlo.
“Itu sebuah perintah Ishara, bukan ajakan!”
Mendengar kalimat tersebut Ishara berbalik menatap ke arah Karrlo.
“Dan saat ini aku sedang dalam masa cuti, jadi aku tidak akan menuruti perintah mu. Tuan Kerrlo”
Setelahnya Ishara benar-benar pergi meninggalkan ruangan serta sang bos di dalam ruang rapat tersebut.
“Tidak Ishara, aku tidak akan menyerah”
...****************...
Ishara berdiri dengan tangan yang bersedekap dada di depan sebuah layar monitor di dalam ruangan yang berisi beberapa komputer, laptop serta beberapa alat komunikasi lain nya.
Matanya menatap pergerakan beberapa titik yang dimana di belakang wanita itu terdapat beberapa orang ahli dalam hal merentas dan menghilangkan jejak digital.
“Sudah Nona” Lapor seorang pria yang baru saja menghapus semua postingan serta foto-foto sang COO yang tengah ramai di media sosial.
Ishara mengangguk kemudian berbalik menatap beberapa pria dan ada juga seorang wanita.
“Dapat!”Seru wanita berkaca mata dengan wajah gembira nya.
“Kau sudah mendapatkan nya, Grisell?” Tanya Ishara.
Wanita bernama Grisel itu langsung mengangguk dengan senyum lebar nya. “Saya akan tampilkan” Ujarnya.
Ishara pun kembali berbalik menatap layar monitor yang cukup besar itu, menampilkan sebuah titik lokasi.
“HFR Company?” Gumam Ishara seakan bertanya.
“Betul Nona, dari ID si pemilik handphone yang menyebarkan foto Tuan Kerrlo. Saat ini pria itu berada di HFR Company” Terang Grisel. “Dan ini data diri nya”
Klik!
Ketika suara keyboard yang di tekan secara bersamaan itu dengan penuh semangat, kini muncul lah biodata sang pemilik handphone yang pertama kali menyebarkan foto Kerrlo di sebuah night club.
Mata Ishara sedikit menyipit sebelum akhirnya wanita itu terkekeh samar.
“Sudah aku duga..”
“Bagaimana Nona? Apa perlu menindaklanjuti masalah ini?” Tanya Charly. Salah satu dari beberapa ahli di dalam ruangan tersebut.
“Saya akan menghubungi Tuan Kerrlo terlebih dahulu sebelum menindaklanjuti nya” Jawab Ishara yang kemudian keluar dari ruangan itu.
Mengutak-atik handphone nya di iringi helaan napas berat, sedikit tidak rela karena hari ini dan besok adalah hari cuti bulanan nya yang baru bisa ia ambil sekarang lalu menikmati cutinya dengan bangun siang, terbebas dari pekerjaan dan yang terpenting adalah refreshing.
Namun masalah berkehendak lain yang membuat dirinya harus kembali datang ke perusahaan.
Baru saja Ishara hendak menelpon Kerrlo, gerakan jarinya langsung terhenti dengan tubuh terdiam kaku saat mengangkat pandangan nya dan di sana netra nya terkunci dengan netra kelam berwarna biru laut di depan nya.
“Nona Ishara, beri salam” Tegur halus Kerrlo yang berdiri di samping kanan belakang pria bernetra biru laut itu.
Ishara pun langsung berkedip dan beralih menatap Kerrlo meminta penjelasan.
“Ini Tuan Vince--”
“Agaskara Vincente” Potong pria bernetra biru laut itu.
Jemari Ishara seketika saling mengepal, genggaman tangan kanan nya pada handphone terlihat begitu menguat.
Tentu Ishara kenal, sangat kenal dengan pria di hadapannya ini. Dan tadi apa? Vincente? Bukan kah itu nama CEO sekaligus pemilik White Dross?
Kerrlo berdehem pelan menyadarkan Ishara dari beribu pertanyaan serta keterkejutan nya.
“Selamat siang Tuan Vincente” Sapa terlambat Ishara seraya membungkuk sopan.
Pria itu tidak menyahut, melainkan menampilkan seringai tipisnya sebelum akhirnya melangkah melewati tubuh menegang Ishara.
“Astaga ada apa dengan mu, Ra?” Seru pelan Kerrlo memegang sebelah bahu Ishara.
“Dia? Benar-benar Tuan Vincente?” Tanya Ishara masih tidak percaya.
Kerrlo mengangguk. “Benar Ishara, astaga aku lupa. Kamu tidak pernah bertemu dengan Tuan Vincente secara langsung selama bekerja di sini 'ya?”
Ishara mengangguk lemas. Memang benar selama hampir dua tahun berkerja dengan jabatan yang di miliki nya, wanita itu tidak pernah memiliki kesempatan untuk bertemu atau berinteraksi langsung dengan pemilik dari anak perusahaan White Dross ini.
“Aku akan jelaskan nanti, sekarang ayo kita masuk keruang rapat” Ajak Kerrlo yang menuntun pelan bahu Ishara agar berjalan.
Jujur saja kaki Ishara terasa lemas, jika boleh Ishara ingin berlari keluar dari gedung besar berlantai dua puluh ini dengan cepat dan menghilang.
Bagaimana bisa pria yang baru saja ia temui yang tak lain adalah Tuan Vincente, Agaskara Vincente adalah pemilik anak perusahaan ini?
Bukan itu yang menjadi masalah, melainkan Agaskara! Pria itu adalah mantan suaminya! Dan bagaimana bisa ia tidak tau dengan semua ini?
“Hah..” Ishara menghela berat menatap pintu ruangan yang terbuka di depan nya. “Benar, aku memang tidak mengetahui apapun tentang nya” Batin Ishara seraya melangkah masuk.
Memang benar, menikah selama delapan bulan dengan pria bernama Agaskara Vincente itu. Ishara tidak mengetahui apapun tentang suami-- ah larat, mantan suami nya itu.
“Tuan ingin meminum apa?” Tanya sopan Kerrlo.
Ishara tersadar dari lamunan kemudian menatap pria di depan nya yang siall nya pria itu tengah menatap dirinya.
Dengan cepat Ishara menurunkan tatapan nya dengan tangan yang kembali terkepal.
“Latte dengan tambahan sedikit gula, jangan di aduk”
“Latte dengan tambahan sedikit gula, jangan di aduk!”
Seperti itu lah jawaban bersamaan Ishara dan Agaskara, hanya saja Ishara berkata di dalam hati nya. Masih sangat hapal dengan kopi kesukaan mantan suami nya yang wajib di minum saat pagi dan malam hari.
Ah sial, hanya beberapa hal kecil seperti ini yang Ishara tau tentang pria itu. Tapi apa peduli?
“Baik Tuan, lalu sekertaris Zeo ingin meminum apa?”Jawab sekaligus tanya Kerrlo pada pria yang berdiri di sisi kiri Agaskara.
“Tidak, terimakasih Tuan Kerrlo” Jawab pria bernama Zeo itu.
Kerrlo pun mengangguk kemudian mendekatkan meja nya dan menekan salah satu interkom dan menyampaikan pesanan nya.
Ruang rapat yang tadi pagi baru saja di gunakan secara mendadak, siang ini kembali di gunakan dengan keadaan yang tak kalah genting.
Para petinggi di anak perusahaan White Dross itu terlihat menegang sekaligus kaget melihat kedatangan sang CEO di perusahaan nya.
Selama dua tahun terakhir Agaskara tidak pernah datang ke perusahaan ini, dan hanya menyampaikan perintah atau keputusan melalui surat saja, atau bahkan hanya berbincang melalui zoom meeting yang dimana pria itu selalu mematikan kamera nya.
Semua orang terdiam menunggu sang CEO bertatapan tajam itu mengeluarkan suara nya, masing-masing memikirkan sesuatu termasuk Kerrlo yang bersangkutan.
“Tidak ada yang ingin menjelaskan?” Ucap dingin nan menusuk Agaskara menatap satu persatu lalu terhenti pada Ishara.
Kerrlo yang semula duduk, kini langsung berdiri dengan kepala yang menunduk. Membungkuk sesaat kemudian pria itu bersuara.
“Sebelumnya saya ingin meminta maaf yang sebesar-besarnya kepada Tuan Vincente atas kekacauan ini hingga membuat saham perusahaan turun drastis” Ujar tegas Kerrlo. “Tetapi semua itu hanya berita belaka yang ingin menjatuhkan perusahaan ini, saya sama sekali tidak melecehkan ataupun melakukan hal tidak senonoh pada seorang wanita”
Kerrlo terus berucap, menjelaskan semua nya pada sang CEO yang tentu di dengarkan dan di tatap khawatir dengan para pejabat perusahaan itu.
“Sebelum ini saya berniat untuk menemui--”
Ucapan Kerrlo terhenti saat Agaskara mengangkat tangan kanan nya tanda untuk Kerrlo menghentikan perkataan nya.
“Anda tau berapa besar kerugian yang di tanggung atas penjelasan ini?” Tanya menusuk Agaskara.
Kerrlo terdiam sesaat, tentu ia sangat tau nominal kerugian yang sangat besar akibat kecerobohan nya.
“Mohon maaf menyela” Ucap Ishara seraya berdiri dan menunduk hormat.
Alhasil semua pasang mata kini tertuju pada nya termasuk netra biru laut yang terasa menusuk itu.
...****************...
Semua yang berada di ruangan itu terdiam kaku menahan kekesalan setelah mendengarkan penjelasan Ishara beserta bukti-bukti nya.
Tentu mereka semua tau bahwa HFR Company adalah saingan terbesar White Dross yang selalu mencari celah kesalahan yang di buat-buat oleh perusaan saing itu.
Menunggu keputusan sang CEO yang terlihat hanya diam menatap ke arah Ishara yang masih berdiri di depan sana.
“Tuan?” Suara Kerrlo menginstruksi setelah beberapa menit hanya di isi keheningan.
Agaskara mengetuk-ngetuk jemarinya pada meja, kemudian pria itu berbalik menatap lurus dengan tatapan dingin nya.
“Tuan Hervan?”
Pria berusia sekitar empat puluhan yang baru saja namanya di sebut oleh Agaskara langsung berdiri.“Baik Tuan?”
“Anda masih menyimpan bukti kecurangan yang di lakukan HFR Company di beberapa produknya 'bukan?”
Pria itu mengangguk tanpa ragu.“Benar Tuan, saya masih menyimpan nya”
“Sebarkan beberapa berita atas kecurangan nya untuk menutupi berita ini, kecurangan terkecilnya saja!”
Tuan Hervan mengangguk mengerti. “Baik Tuan akan segera saya lakukan”
Mata Agaskara pun kini beralih menatap Ishara yang sudah kembali ke tempatnya, sebelum akhirnya berpindah menatap Kerrlo.
“Dan anda masih harus bertanggung jawab atas kecerobohan anda yang mengakibatkan kerugian ini, Tuan Kerrlo” Ucap tajam Agaskara penuh peringatan.
Kerrlo mengangguk tanpa ragu, apapun akan ia tanggung resiko nya karena memang salahnya yang kurang berhati-hati. “Saya akan bertanggung jawab, Tuan”
Setelah mendengar itu Agaskara langsung berdiri membuat orang-orang di ruangan itu langsung berdiri.
Tanpa berucap apapun pria yang menjabat sebagai seorang CEO pemilik anak perusahaan White Dross ini langsung di berjalan pergi bersama dengan asisten nya.
Walaupun Agaskara tidak melihat tetapi semua orang yang berada di ruangan tersebut tetap membungkuk hormat, tak terkecuali Ishara.
“Kembali pada pekerjaan dan tugas masing-masing dan Nona Ishara tetap disini” Perintah Kerrlo tegas.
Para petinggi di perusahaan itu pun langsung keluar memenuhi perintah sang COO, namun tidak dengan Ishara yang kini terduduk dengan ekspresi yang terlihat berbeda.
“Ada apa dengan mu, Ra?” Tanya langsung Kerrlo begitu pintu ruangan tertutup.
Ishara menggeleng lesu, pikiran nya sungguh berkecamuk terlebih lagi tatapan mengintimidasi dari Agaskara seakan menyedot energi nya.
“Kamu sakit?” Tanya Kerrlo memegang bahu kiri Ishara.
Wanita itu kembali menggeleng, kemudian menurunkan sopan tangan Kerrlo seraya menatap pria itu.
“Ada hal penting yang ingin kamu tanyakan?”
“Tidak, aku hanya merasa kamu sedikit berbeda setelah melihat Tuan Vincente”
“Aku hanya kaget, karena aku baru pertama kali bertemu dengan nya”
“Tapi biasanya--”
“Sudah lah, masalah ini sudah mendapatkan solusi dan aku akan melanjutkan hari cuti ku” Potong Ishara seraya berdiri. “Sampai bertemu lusa”
Setelah mengucapkan hal tersebut Ishara pun langsung berlalu pergi meninggalkan ruangan itu.
Lagi-lagi hembusan napas berat terus terdengar di sela langkah Ishara yang baru sama memasuki basement perusahaan tersebut.
“Mereka begitu pintar bersandiwara sampai aku benar-benar tertipu” Gerutu Ishara seraya berjalan mendekati mobilnya.
Tanpa wanita itu sadari, seseorang di dalam mobil yang berada tepat di sebrang nya terus memperhatikan nya dengan tatapan tajam nan dingin.
“Tuan?”
Panggilan dari Zeo tidak membuat Agaskara mengalihkan tatapan nya sampai akhirnya mobil Ishara pun berlalu pergi.
“Lakukan hari ini” Perintah Agaskara.
Pria yang duduk di sebelah sopir itu kemudian mengangguk. “Baik tuan”
*
**
Pukul sepuluh lewat dua puluh dua, lenguhan terdengar di iringi dengan kelopak mata yang perlahan terbuka.
Ishara mengusap kasar wajahnya sekitaran mata wanita itu terlihat gelap. Tidak, Ishara tidak menikmati hari cutinya bahkan semenjak kembali bertemu dengan mantan suami nya, wanita itu tidak bisa tidur semalaman.
“Ah, brengsek”
Begitu lah kata pertama yang ia ucapkan begitu terbangun dari tidur singkat nya, turun dari kasur kemudian mengikat asal rambutnya. Wanita itu pun berjalan menuju kamar mandi untuk sekedar membasuh wajahnya.
Ting Nong!..
Bel apartment nya berbunyi beberapa kali tanda ada seseorang di luar sana, sejenak kening nya mengkerut menatap wajahnya di kaca wastafel.
“Siapa yang datang?” Gumam nya bertanya.
Bel kembali terdengar, tanpa berlama lagi Ishara pun langsung keluar dari kamarnya dan berjalan menuju pintu apartment nya.
Mengintip lewat celah lubang yang ada di pintu itu, Ishara tidak mendapati siapapun.
“Huh, apa dia lagi?” Dengus Ishara.
Wanita itu pun membuka sedikit pintu nya, tidak ada orang di luar sana tetapi matanya langsung turun menatap ke lantai tepat di depan pintu nya.
Buket bunga tulip tiga warna itu pun kembali ia dapatkan selama tiga bulan terakhir ini. Entah siapa yang mengirimkan tetapi Ishara tidak pernah mendapati siapapun begitu membuka pintu apartment yang jelas-jelas ada yang menekan bel nya.
Bertanya pada penjaga sekitar nya pun, Ishara tidak menemukan petunjuk apapun. Begitu membuka lebar pintunya Ishara tidak lagi menoleh ke sekitar mencari orang yang menaruh bunga tersebut.
Wanita itu hanya mengambil buket bunga tersebut yang terdapat secarik surat.
“Apa lagi kali ini?”
Sebelum membacanya, Ishara kembali masuk dan menutup pintu nya terlebih dahulu.
“Kau bangun terlambat hari ini, jangan memikirkan apapun. Sampai bertemu!”
Begitu lah sebaris kalimat yang Ishara dapatkan pada surat tersebut.
Ishara tidak perduli lagi membuang surat tersebut yang pasti di akhir kalimat akan terdapat kata ‘Sampai Bertemu’
Tidak lagi memusingkan siapa yang mengirimi nya bunga setiap hari itu, Ishara kini melakukan pergantian.
Bunga yang ia dapatkan kemarin kini di buang ke tempat sampah lalu menganti nya dengan bunga baru itu.
Tulip adalah bunga kesukaan nya, maka dari itu Ishara menyimpan bunga tersebut di atas laci dekat pintu apartment nya.
“Sepertinya pergi ke laut bukan hal yang buruk” Gumam Ishara seraya berjalan menuju dapurnya.
Wanita itu berniat untuk pergi ke laut di sore hari, selagi menunggu mungkin ia hanya akan menghabis waktunya di depan televisi.
*
“Ingin pergi ke laut, huh?” Dengusan di iringi kekehan itu terdengar cukup menyeramkan, belum lagi ekspresi yang di tampilkan tentu membuat siapa saja yang melihat bergidik ngeri termasuk pria lain yang berada di depan nya.
...****************...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!