Setelah pergi meninggalkan perusahaan Menteng group Maxsim benar benar pergi ke kota J untuk merintis karirnya , dia ingin berdiri di kakinya sendiri tanpa bayang bayang keluarga besar Samudra .
Sore itu maxsim berdiri di sebelah makam leluhurnya .
"Eyang kakung , Eyang putri aku berhasil berdiri di atas kakiku sendiri . Aku tidak mau harta sengketa itu . tapi aku juga tidak mau di jodohkan . Semoga Eyang mengerti dengan apa yang ku lakukan selama ini , adalah yang terbaik untuk ku , kalau memang Allah mentakdirkan atau menjodohkan aku dan dia , dengan senang hati akan aku jalani Eyang ."
***
" Dalam pernikahan ini aku tidak menginginkan anak , jadi jangan lupa untuk minum pilnya ."
Anggita membenamkan wajahnya di bantal sambil menahan rasa sakit di beberapa titik di tubuhnya . Bahkan dia tidak bisa mendengarkan , dengan jelas apa yang di katakan oleh pria itu . Namun tanpa menyimak sekalipun Anggita tahu dengan jelas apa yang ingin di sampaikan oleh pria itu .
Pria itu tidak lain adalah Maxsim Putra Samudra , suami sahnya sendiri . Seorang Presdir muda sebuah perusahaan baru di kota J ,yang masuk dalam deretan 50 besar .
Setelah selesai berhubungan Maxsim langsung bangkit dari atas tubuh wanitanya dan langsung memunguti bajunya dan berjalan menuju ke kamar mandi . Tidak lama kemudian dia keluar dengan setelan jas mewah nya bersiap untuk pergi .
"Hari ini tidak mau menginap .?
Anggita mendudukan tubuhnya sambil melilitkan selimut untuk menutup tubuhnya ,dia merasa sungguh bodoh karena telah menanyakan sesuatu yang sudah jelas jawabannya .
"Tidak .!
Maksim hanya berhenti di abang pintu tanpa mengatakan sepatah katapun . Satu menit kemudian dia mengeluarkan ponselnya . Selang beberapa saat terdengar notifikasi di ponsel anggita yang ada di atas nakas .
"Aku sudah mentranfernya ." hanya itu yang di ucapkan , dan setelah itu dia pergi menghilang di balik pintu , hanya menyisakan jejak aroma maskulin nya yang tertinggal .
Anggita meraih ponselnya , ada pesan di e-banking nya yang tertera jelas berapa nominal yang banyak di sana .
Anggita merasakan ada rasa nyeri di dalam hatinya , dia merasa bukan seperti seorang istri . Tapi seperti bekerja sebagai partner tidur ,kasarnya wanita kupu kupu malam , yang akan mendapat bayaran setelah menemani tidur .
Namun Anggita tidak bisa marah , mendapat perlakuan seperti ini . Karena hubungan pernikahan nya memang berbeda dengan hubungan pernikahan pada umumnya .
Pernikahan Antara Anggita Dewi Asmara dengan Maxsim Putra Samudra hanyalah pernikahan pranikah , atau nikah kontrak .
***
Flas back 1 tahun yang lalu .
"Nona Anggita , adik anda mengidap penyakit yang sangat ganas ."ucap seorang Dokter .
"Sakit apa yang di derita Adik saya Dok ."
"Jantung koroner ." jawaban Dokter bagai petir di siang bolong bagi Anggita . Kalau boleh Anggita mengumpat dia ingin mengumpat pada Alam . Seakan tidak memberinya kehidupan yang adil . Sekitar 8 tahun yang lalu Alam semesta telah memanggil kedua orang tuanya secara tragis . 8 tahun kemudian Alam semesta memberikan dia cobaan lagi .penyakit yang mematikan untuk adiknya ,keluarga satu satunya yang tersisa , di vonis penyakit mematikan .
Anggita melihat laporan medis yang baru saja di berikan oleh sang Dokter . Tangan nya gemetar saat membaca informasi keadaan Anjas , Adik laki lakinya .
"Dokter Abraham , apakah ada harapan untuk Anjas selamat ." tanya Anggita .
Sekilas terlihat Dokter menarik nafas dalam .ini membuat Jantung Anggita seakan akan ikut berhenti berdetak . Untuk menunggu jawaban dari sang Dokter .
"Selain mengidap penyakit jantung koroner , Mas Anjas juga mempunyai riwayat penyakit Outonium ."
"penyakit apa lagi itu Dok ."
"Outonium adalah penyakit yang terjadi akibat sistem kekebalan tubuh atau sistem imun menyerang sel sel sehat dalam tubuh manusia . Penyakit ini berkembang ketika sistem tubuh salah dalam menilai sel sehat yang ada dalam tubuh dan malah di anggap sebagai zat asing . Sehingga penyakit ini membuat keadaan Mas Anjas semakin parah . namun , Nona Anggita jangan cepat bersedih ." melihat wajah sedih Anggita Dokter itu cepat cepat menyambung kalimatnya .
"Masih ada harapan . Perkembangan medis dalam beberapa tahun belakangan ini sudah bertambah semakin pesat . Selama bisa membuat Mas Anjas bertahan beberapa tahun lagi . Kemungkinan untuk sembuh masih ada ."
Anggita mengangkat wajahnya dengan semburat senyum mendengar penjelasan sang dokter . Dia merasa senang , bahkan jika kemungkinan yang tersisa hanya 1 % dia harus tetap percaya , Adiknya Anjas akan sembuh dan kembali ke dalam rangkulannya .
Namun yang harus dia pikirkan sekarang adalah biaya perawatan untuk Anjas . Termasuk ruang rawat inap , biaya infus , obat obatan dan beberapa tambahan yang lainnya . Semua itu di perkirakan di atas angka seratus juta perbulan nya .
Mungkin ,jika itu dulu angka seratus juta bukanlah apa apa bagi keluarganya .Ayahnya Bagaswara Dwi pangga juga seorang pengusaha sukses yang menempati posisi orang terkaya di kota J .Sementara ibu nya flora Asmara adalah musisi terkenal yang memiliki banyak karya .
Anggita pernah hidup bak putri raja yang tinggal di istana dan mempunyai banyak pelayan yang siap melayaninya kapan saja . Setiap ucapannya harus di dengar dan menjadi perintah mutlak yang tidak dapat di patahkan .
Namun kecelakan 8 tahun yang lalu . Yang merenggut nyawa kedua orang tuanya telah merubah hidupnya jatuh ke titik paling rendah . Perusahaan bangkrut , rumah bak istana juga di sita . Anggita yang hidup bak putri Raja menjelma menjadi gadis biasa yang tak akan terlihat walau di depan mata .
Hidup luntang lantung tak jelas mencari makan untuk diri sendiri dan adiknya Anjas .yang lebih muda 4 tahun darinya .
"Nona Anggita ." Anggita sadar dari lamunannya .
"Saya tahu situasi keuangan Anda , jadi saya akan membantu agar Anda bisa membayarnya di setiap akhir bulan ." ucap Dokter Abraham .
Anggita tidak bisa mengatakan apa apa selain mengucapkan terimakasih pada Dokter . Baginya yang terpenting adalah Anjas . Untuk masalah biaya dia akan berusaha mencarinya .
"Dokter , kalau begitu saya permisi dulu ." ucap Anggita . Meninggalkan ruangan Dokter dan keluar dari rumah sakit .
Karena telah bertekat mencari uang , Anggita harus pergi mencari uang . Anggita harus mencari pekerjaan tambahan karena gajinya tidak akan cukup untuk membayar biaya perawatan .
Anggita mencari lowongan pekerjaan di beberapa situs media online dan surat kabar , tentang pekerjaan yang mempunyai gaji besar . Pekerjaan yang menjanjikan bayaran tinggi hanya ada di sebuah Bar Night Klub Blue , yang sedang mencari karyawan dengan deskripsi upah yang lumayan .
"Aku harus mencoba datang ke sana ." tanpa banyak berpikir Anggita pergi ke Bar Night Klub Blue , siapa yang menyangka setelah interview singkat Anggita bisa langsung bekerja .
"Anggita ini pakaian kamu , cepat ganti dan segera datang ke ruangan saya ." ucap Manager Bar .
Anggita melihat pakaian yang di berikan oleh manajer bar begitu minim dan seksi . Dia merasa ingin mengundurkan diri saja saat itu juga . Tapi sisi lain hatinya tidak bisa menyerah , karena dia membutuh uang untuk biaya perawatan Anjas .
Setelah cukup lama berdiam diri dan merenung di ruang ganti . Anggita segera pergi menemui Manajer Bar dengan kostum pelayan yang di berikan .
"Permisi Pak ." ucap Anggita .
Manajer Bar melongo melihat penampilan Anggita saat masuk ke dalam ruangannya , sangat cantik . Dia bangkit dari kursinya dan berjalan mendekat sambil terus menelisik dengan matanya .
"Anggita , saya tanya sekali lagi . Kamu benar benar ingin bekerja di tempat seperti ini ." tanya sang Manajer yang sangat menyayangkan penampilan Anggita , kalau harus bekerja di tempatnya .
"Ya , saya membutuhkan pekerjaan yang bisa menghasilkan banyak uang dengan cepat ."
Manajer Bar tentu sangat puas dengan jawaban Anggita , dia segera memanghil salah satu pelayan yang kemudian datang membawa troli berisikan botol botol minuman beralkohol .
"Tugas pertama kamu adalah pergi ke ruangan no 13 dan temani tamu minum . Semakin banyak mereka memesan minuman ,akan semakin banyak bonus yang akan kamu dapatkan ." ucap Manajer .
Anggita segera membawa troli minuman itu menuju ke ruangan nomor 13 yang di sebut oleh manajer Bar . Saat pertama kali menginjak kan kaki ke dalam ruangan ,asap rokok telah memenuhi ruangan . Lampu utama tidak menyala hanya ada beberapa lampu kecil di beberapa titik . Membuat keadaan ruangan sedikit gelap .
Meski begitu Anggita berusaha mengabaikan nya dan mencoba mendorong troli menuju ke arah meja .pada saat yang sama dua orang tamu pria yang sedari tadi duduk tiba tiba berdiri .Mereka mengitari troli juga sesekali memperhatikan Anggita .
Tak anyal jantung Anggita berdegup kencang karena takut .
"Apa yang kamu bawa ." tanya kedua pria itu mereka bertanya tentang botol botol minuman yang ada di atas troli itu . Tapi matanya terus menatap ke arah Anggita .
"Saya membawa ..." dengan menekan rasa takut dalam dirinya Anggita menjelaskan tentang minuman itu sesuai catatan di tangannya .
Terlihat dua pria itu mengangguk angguk dan mereka memesan beberapa botol . Mereka juga menambahkan jika Anggita mau menemani mereka minum . Mereka akan memesan lebih banyak lagi .
Sejenak Anggita ragu . Lalu dia bertanya pada mereka untuk memastikan ." hanya mi minum saja ."
Kedua pria itu mengangguk setelah saling melirik .
Malam itu untuk pertama kalinya Anggita meneguk minuman haram itu dan hampir menghabiskan enam gelas anggur . Anggita keluar dari ruangan itu dengan kondisi kepala pusing sambil mendorong troli yang kosong menuju ruang manajer .
Manajer memberikan sebuah amplop pada Anggita ."itu adalah upah dan bonus kamu untuk malam ini . Dan saya berharap besok kamu datang lagi , karena saya sangat menyukai kinerja kamu ,Anggi ."ucap Manajer .
Anggita melihat uang dalam amplop itu ada satu juta . Itu cukup lumayan banyak mengingat dia bekerja hanya 6 jam. Namun jika setiap hari hanya mendapat satu juta itu masih tidak cukup untuk biaya perawatan Anjas .
Anggita meninggalkan ruangan manajer , dia duduk di meja bar sambil menangkup wajahnya dengan bingung . Jika biaya perawatan adiknya tidak segera di lunasi . Maka pengobatan pada Anjas akan di hentikan . Secara otomatis itu akan membuat kondisi Anjas semakin memburuk . Dan dia akan kehilangan satu satunya keluarga yang tersisa .
"Tidak , ini tidak boleh terjadi .!
Pada saat itulah datang seorang wanita yang juga memakai pakaian pelayan , datang dan duduk di samping Anggita . Dia menepuk pundak Anggita pelan lalu bertanya dengan penuh perhatian .
"Ada apa dengan mu Anggita ? Aku lihat dan dengar manajer sangat suka dengan kinerjamu . Tapi kenapa kamu kelihatan sedih ?
Dia adalah meisya , Dia termasuk pelayan Bar juga tapi dia lebih senior dan di tugaskan oleh manajer untuk menjadi mentor Anggita .
"Kak meisya , kak meisya sejak kapan ada di sini .? Tanya Anggita kaget .
Meisya tersenyum ." bahkan kamu tidak menyadari kedatangan aku . Apakah masalah yang kamu hadapi begitu besar ?.
Anggita sangat menghargai meisya yang sangat perhatian . Namun demikian mereka berdua tetap dua orang asing yang baru kenal .
"Minggir Minggir ."
Tiba tiba datang sepuluh orang berseragam hitam memasuki Bar dengan begitu heboh . Di belakang mereka tampak sosok pria tampan bertubuh tegap dengan balutan jas mewah .
Ketika kelompok orang ini berjalan , tidak ada orang satupun yang berani menghalangi . Aura kekuasaan nya tampak terpancar nyata , dari tatapan matanya yang menyorot lurus begitu Angkuh .
"Maxsim Samudra ". Bibir Meisya bergumam mengenali sosok pria itu .
"Anggita apa kamu tidak mau mencoba melayaninya .? Dia adalah Maxsim putra Samudra . tapi di sini hanya di kenal dengan sebutan Maxsim Samudra . Ceo Perusahaan terkenal Birth and meeting Group yang terkenal di kota J ini ."
Mendengar Meisya yang begitu antusias membahas tentang Maxsim Samudra , tanpa Sadar Anggita juga mulai ikut memperhatikannya .
Tentu saja dia tahu siapa Maxsim Samudra yang terkwnal di kota J , selain terkenal dia juga termasuk Pria yang kaya raya di kota itu . Dia juga pria tampan yang menjadi bintang di mata setiap wanita .
"Anggita , kamu harus mencoba melayani dia ? Dengan kecantikan kamu aku yakin tidak ada pria yang tidak akan tertarik dengan mu ? Siapa tahu kamu beruntung dan dapat membuatnya tertarik .Sungguh suatu hal yang sangat di dambakan oleh seluruh wanita di kota ini , bisa menjadi wanitanya Maxsim Samudra . Tidak perlu lelah bekerja . Hanya mengarahkan telunjuk semua keinginan pasti akan terpenuhi ."
Untuk yang ke sekian kalinya Anggita melirik lagi ke arah Maxsim , memikirkan kembali ucapan Meisya untuk usaha mendekati Maxsim.
"Kak Meisya ,aku harus pergi." ucap Anggita buru buru .
"Kamu mau ke mana ."tanya Meisya . Tapi Anggita telah pergi melangkahkan kakinya dengan mantap .
***
Anghita mendorong trolinya menuju ke pintu ruang VVIP no 01 .
"Kamu siapa ? Tidak ada yang boleh masuk ke rauangan ini ?." pria pria bertubuh kekar itu menghentikan gerakan Anghita yang ingin membuka pintu ruangan .
Punggung Anggita langsung berkeringat karena takut . Dia menenangkan dirinya sambil menarik nafas dalam , lalu berkata kepada mereka dengan tenang .
"Saya di minta oleh Manajer datang ke ruangan ini . Untuk membersihkan ruangan . Ini juga permintaan langsung dari Tuan Maxsim Samudra ."
Mendengar kalau itu perintah langsung dari sang tuannya . Kedua bodyguard yang menginterograsi langsung menurunkan tangan nya dan tak lagi menghalangi jalannya Anggita .
Anggita langsung masuk.setelah menarik nafas , dia menutup pintu perlahan sambil membalikkan badan , sambil meminimalisir suaranya . Akan tetapi tetap saat akan melangkahkan kaki nya sosok pria bertubuh tegap berdiri tiga langkah ada di depannya .
"Kamu siapa ?." tanya suara berat itu .
Anggita mengangkat wajahnya , Dia ingin mengatakan sesuatu . Tapi mulutnya terasa kelu .
"Aku....? Di saat yang sama Anggita dapat melihat mata pria.yang ada di depannya sudah berkabut . Wajahnya tampak memerah padam dan dia seperti orang yang setengah sadar .
"Aku tidak pernah menghubungi manajermu , siapa yang mengirimmu datang .?" bersama dengan kalimat terakhirnya Maxsim melangkah mendekat membuat Anggita melangkah mundur .
Anggita merasa tertekan dan panik ketika Maxsim curiga terhadapnya . Namun karena dirinya telah di cap sebagai orang yang datang dengan tujuan , maka dia tidak perlu lagi bersembunyi .
Anggita memberanikan diri., mendekatkan wajahnya , lalu meniup telinga Maxsim dengan nafasnya yang hangat . Menurut yang dia tahu dari internet , hal semacam itu bisa membangkitkan hasrat pria .
Anggita bertaruh segalanya demi perawatan Anjas , adik satu satunya . Bahkan jika harus mengorbankan sesuatu hal yang sangat berharga dalam hidupnya pun dia rela .
Usaha Anggita berhasil. Tubuh Maxsim berhasil tegang , saat nafas hangat Anggita menjamah telinganya . Maxsim memejamkan matanya lalu perlahan dia mendekatkan wajahnya dan membisikan sesuatu tepat di telinga Anggita .
"Tidak ada jalan mundur setelah kamu melakukan ini . Kau tahu siapa aku , bukan ?." ucap Maxsim .
Jujur ada perasaan takut saat mendengar kalimat dari mulut Maxsim itu . Pria di depannya ini terkenal dengan arogansi dan kekejamannya . Berurusan dengan nya adalah suatu yang sangat harus di hindari semua orang . Namun sekali lagi Anggita mengingatkan diri nya sendiri tentang kondisi Anjas .
"Saya tahu ,Anda adalah Maxsim Samudra ,Seorang ceo dari perusahaan Birth and meeting Group . Orang terkaya di kota J . Itu juga alasan saya kenapa datang mencari anda ."
"Baiklah , kamu sendiri yang datang , jadi jangan pernah menyesal ."
Maxsim yang telah di pengaruhi oleh alkohol pun sudah tidak bisa menahan hasratnya . Ketika melihat wanita cantik yang datang ke ruangannya .
Malam itu mereka berdua menghabiskan malam bersama . Di sebuah kamar yang gelap ,bersatu dalam kenikmatan dan kehangatan .
Pagi harinya Anggita terbangun langsung di suguhi oleh pemandangan kamar yang sangat berantakan , pakaian berserakan di lantai dan juga noda merah di kasurnya .
Tidak perlu mencari tahu dari mana asal noda merah itu ,Anggita sudah tahu . Tidak lain dan tidak bukan adalah darah keperawanannya .
Tentu saja Anggita sedih saat memikirkan suatu hal yang telah dia jaga selama ini di ambil oleh pria asing . Namun kembali lagi kepada tujuan awal nya . Semua ini adalah keputusannya demi perawatan adiknya Anjas , tidak ada yang harus di sesali .
Sebentar Anggita mengedarkan pandangannya ke sekitar . Dia baru sadar tidak ada orang di sampingnya .kening Anggita bertahap mengerut , tapi setelah mendengar suara gemericik air dia bernafas dengan lega .
Dia telah mengorbankan suatu yang sangat berharga baginya . Jangan sampai Maxsim meninggalkan dirinya sendirian karena tidak mau bertanggung jawab .
Sekitar sepuluh menit kemudian , Maxsim keluar dengan balutan jubah mandi . Dia mengeringkan rambutnya yang basah sambil berjalan ke arahnya .
"Tanda tangani kontrak ini . Setelah itu kita pergi ke biro catatan sipil ."
Anggita mengangkat wajahnya , mendadak kepalanya menjadi kosong , mendengar ucapan pria di depan nya .
"kontrak , biro catatan sipil ? Sebenarnya apa yang pria ini bicarakan ?." Gumam Anggita , dia mengambil selembar kertas yang ada di atas nakas , pupil matanya bergerak ke kanan dan ke kiri membaca setiap kata demi kata .
Satu menit kemudian dia mengangkat wajahnya sambil menyusupkan selembar kertas kontrak itu ke bawah bantalnya .
"Aku tidak ingin kamu bertanggung jawab seperti ini , cukup kamu beri aku uang dan kita tidak akan saling berhubungan lagi ."
Tidak pernah terpikirkan oleh Anggita untuk Maxsim agar bertanggung jawab dan mengajaknya menikah setelah malam yang mereka lalui .bahkan dalam mimpi sekalipun , dia terlalu takut untuk membayangkannya .
Jawaban Anggita tentu saja membuat Maxsim menaikan alisnya . Di saat semua wanita ingin berusaha untuk menarik perhatiannya dan ingin menjadi wanitanya . Tapi wanita ini dengan terang terangan menolaknya . Apa otak wanita ini telah kemasukan air alkohol ?.
"Dengar ya , Anggita Dewi Asmara . Kita akan menikah selama 2 tahun . Selama dua tahun aku akan mencukupi dan memenuhi segala kebutuhanmu dalam kurun waktu itu . Tempat tinggal , uang bulanan dan lain lain nya . Detailnya ada di lembar kontrak ke dua ."
Anggita terkejut saat Maxsim mengetahui siapa dirinya yang sebenarnya . Tapi keterkejutan Anggita perlahan menghilang setelah ingat siapa sosok Maxsim Samudra yang ada di depannya .
Anggita kembali mengambil lembaran kontraknya , dan melihat dan membaca lembar ke dua yang di maksud Maxsim . Di sana di jelaskan apa saja kewajiban nya selama kontrak berlangsung .
Tidak boleh membantah perintah pihak pertama . Pihak kedua akan tinggal di vila milik pihak pertama . Dan Pihak ke dua memiliki hak penuh atas kepemilikan vila selama kontrak berlangsung .
Selain itu pihak pertama akan mengirim uang bulanan seratus juta perbulan kepada pihak ke dua . Tidak termasuk uang makan atau kebutuhan pokok lain yang akan di tanggung oleh pihak pertama .
Pihak kedua tidak perlu melakukan apapun untuk pihak pertama . Tetapi ketika pihak pertama datang pihak ke dua harus bersiap untuk melayani pihak pertama dengan baik . Pihak kedua boleh menolak kontak seksual dalam keadaan tertentu .tapi tidak terbatas pada alasan tidak masuk akal lainnya .
"Aku pikir semua sudah jelas , segeralah bersiap . Satu jam lagi kita akan pergi ke Biro catatan sipil ."
Anggita menarik nafas ingat kejadian setahun yang lalu bagaimana dia bisa hidup bersama Maxsim Samudra sebagai suami kontraknya .
***
"Anggita ?"
Anggita baru saja sampai di tempat kerjanya . Teman satu departemennya yang bernama Rosa telah menunggu di kubikelnya .
Wanita yang rambutnya di ikat ekor kuda itu segera menarik tangan Anggita setelah meletakkan tasnya .
"Pak Narendra sudah menunggu di ruangannya sejak dua puluh menit yang lalu . Dia terus marah marah karena dokumen yang akan menjadi bahan rapat ada bersamamu ." ucap Rosa .
Anggita menepuk keningnya sendiri dengan kesal . " Benar Aku hampir lupa dengan dokumennya itu ." seketika dia menjadi panik .
"Kau ini , benar benar sangat ceroboh .apa kamu semalam tidur terlalu larut malam sehinga telat bangun dan kamu datang terlambat ?." tanya Rosa bersungut sungut .
Anggita hanya bisa menundukan kepalanya mengingat dengan apa yang terjadi kemarin malam , dan dia tidak mau menjawab pertanyaan Rosa .karena Rosa adalah orang yang paling dekat dengan Anggita .
Pak Narendra adalah Bos perusahaan moonlight group . tempat mereka bekerja , dan mencari Rosa sebagai tempat pelampiasan karena keterlambatan Anggita datang ke perusahaan . Hampir 15 belas menit Rosa mendengarkan ocehan dari bosnya ,menanggung sesuatu hal yang tidak pernah dia lakukan .
Anggita yang mendengar keluh kesah dari sahabatnya , segera meminta maaf ."Maafkan aku ya ? Nanti saat jam makan siang aku traktir kamu , sebagai permintaan maaf dariku ?." ucap Anggita .
"Hanya mentraktir makan saja .?" tanya Rosa dengan kedua alis naik ke atas seakan dia mengharap sesuatu yang lebih dari Anggita .
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!