Kantin SMA 27
istirahat kedua
jam 11.45 wib
Suara bising selalu muncul di sekitar dua sahabat, Lukar dan Diko. Anak anak cewek yang demen liat pesona mereka berdua selalu berdecak kagum. Lukar adalah siswa baru di smu 27. Dia masuk pas kelas 2 tahun ajaran baru. Saat ini dia merupakan striker andalan di tim sepak bola. Lukar lumayan cool walau kadang bisa jadi usil juga sama temen-temennya.
Sementara Diko adalah anak basket. Dia ini lebih cool di bandingkan Lukar. Mereka berdua adalah teman sejak smp. Karena Ayah Lukar ada tugas dari kantor mereka terpaksa harus pindah. Kali ini mereka balik lagi ke Jember juga tugas dari kantor. Lukar masuk sekolah ini juga karena ada sahabatnya, Diko.
"Pasti nggak ada cewek yang bakal nolak kalau di tembak sama Lukar ... Liat aja mereka selalu histeris liat dia," kata Bimo yang satu ekskul sepak bola sama Lukar dan Rega menerawang. Dan juga mereka satu kelas di 2b.
"Lain ceritanya kalau kamu yang nembak mereka ...." Rega terkekeh.
"Semprul." Bimo manyun. Lukar tersenyum sambil minum jus kaleng di tangannya. Diko diam sambil main handphone.
"Tapi memangnya beneran gak ada ya, cewek yang nolak di tembak Lukar?" Rega mikir. Padahal di pikir juga kan enggak ada manfaatnya. Kita enggak mikirin juga Lukar tidak masalah. Rega aja yang lebay.
"Gak terima, kalau mereka semua memang cinta sama pesona Lukar? Orang jelek sih gak paham ..." Giliran Rega di ledekin sama Bimo.
"Siapa yang jelek? Kalau perbandingannya Lukar sama Diko sih jelas kalah. Kalau sama kamu pasti aku yang menang." lagi lagi Bimo kalah "Penasaran liat muka Lukar pas ada cewek yang nolak, pasti lucu ... Hahaha." Rega ngakak.
"Coba aja." Diko yang sedari tadi diam mulai ngomong. Kali ini dia berhenti memainkan hapenya. Matanya sesekali melihat kearah kelas.
"Maksudnya gimana, Dik?"tanya Rega.
"Coba aja Lukar nembak seseorang. Mungkin aja ada satu dari sekian banyak cewek yang ada di sekolah ini bener bener gak suka cowok kayak dia."
"Kenapa? Kamu puas bisa liat aku di benci seseorang?" tanya Lukar. Diko hanya angkat bahu.
"Boleh juga." Bimo manggut manggut tanda setuju. "Dimana Satya, saat seru begini dia malah menghilang."
"Sibuk. Ada tugas dari wali kelas," kata Diko yang satu kelas sama Satya di 2c.
"Ketua kelas memang beda sama kita orang biasa."
"Oke nih ... Kayaknya bakalan seru." Rega langsung antusias. "Ayo taruhan!"
"Enggak," sanggah Lukar.
"Kamu takut bakalan memang ada yang gak suka sama kamu ya ...," ledek Rega girang. Karena kalau memang iya, itu bakal jadi sangat menyenangkan. Mereka bakal bisa godain Lukar.
"Mana mungkin." Tingkat kepedean seratus persen rupanya si Lukar ini.
"Jangan jangan Lukar memang lagi deket sama Shinta." Mata Bimo berbinar nakal. Cewek yang memang pernah nembak Lukar dengan segala kenorakan-nya. Lumayan menghibur Rega dan Bimo, tapi menyebalkan buat Lukar. Itu sempat membuatnya harus berteriak dan sedikit tega untuk menghentikan tingkah cewek itu.
Walaupun begitu, cewek-cewek di SMA 27 tetap terkagum-kagum sama Lukar. Mereka malah nyalahin Shinta karena norak. Ya ampun kekuatan cowok ganteng sangat mengerikan.
"Apaan sih! Aku lagi males. Enggak minat." Lukar menolak. Rega dan Bimo tetep aja godain Lukar.
"Gak asik kau!" Bimo merajuk.
"Iya neh. Gak bisa di ajak seru-seruan," timpal Rega.
"Kalau ada apa-apa kalian tanggung jawab ya ..." Akhirnya Lukar menyerah.
"Okelah ...," sahut mereka berbarengan.
"Hari ini hari apaan, kalian ngotot banget pengen aku main drama seperti ini." Lukar menggerutu.
"Memangnya suatu kesialan di tembak cowok keren sepertimu? Palingan mereka juga bahagia."
"Bener tuh."
"Aku nembak, trus kalau cewek itu menerima berarti aku sukses ya ..." Lukar langsung membuat rencana.
"Gimana Dik?" tanya Rega meminta pendapat.
"Terlalu mudah kalau hanya itu saja." Diko bener-bener ingin bermain-main. Rega dan Bimo nyerocos lagi.
"Gimana kalau habis nembak, trus kencan trus putus?" Rega mendengarkan seksama penuturan Bimo layaknya seorang raja mendengarkan kata-kata penasehat. Lukar geleng-geleng kepala lihat tingkah temannya yang melakukan persekongkolan.
"Tambahin juga dia harus menunjukkan kesemua orang di sekolah kalau cewek itu pacarnya." kali ini Diko memberi usulan yang jitu. Lukar mendelik.
"Benar tuh. Kalau nembak sama kencan kan bisa jadi dia bohong." Bimo setuju. Rega anggukkan kepala.
"Karena syaratnya jadi ribet seperti itu, aku juga mau mengajukan permintaan," kata Lukar enggak mau jadi bulanan temen-temennya.
"Apaan?" Rega keder.
"Jangan yang aneh-aneh, Luk." Bimo ikutan keder.
"Kenapa seorang Lukar harus meminta hadiah juga. Semua hal seperti ini kan mudah sekali bagimu. Seperti membalikkan telapak tangan." Diko memberi komentar yang membuat Rega dan Bimo sangat setuju.
Lukar melihat Diko sebentar. Ada yang ia pikirin, tapi kemudian abai. "Oke, oke. Siapa yang bakal jadi target?"
"Dia."
Semua langsung melihat ke arah cewek yang di tunjuk Diko. Terlihat seorang cewek dengan tinggi sekitar 165 cm berambut panjang dan terkesan penyendiri. Dia tengah berdiri sambil bersandar di dinding kelas. Tangannya sibuk maen hape. Sendirian tanpa ada teman. Dia tidak terusik dengan lalu lalang anak-anak di depannya.
"Kenapa dia?" tanya Lukar sambil menatap Diko.
"Kau mau target itu seperti dia?" Kali ini Diko menunjuk cewek di sebelah mereka yang sedari tadi enggak bisa berhenti ngomong. Kayak enggak ada koma dan titik. Nyerocos terus.
"Aduh, jangan deh, Dik. Kasian Lukar juga kalau harus menghadapi tipe cewek seperti itu. Dan juga dia pasti langsung menang. Itu jangan sampai terjadi.." Bimo membara.
"Jadi kalian memang sangat ingin aku di tolak, heh? Kalian ingin aku kalah?" tuduh Lukar. Rega dan Bimo terkekeh kekeh.
"Gimana?" tanya Diko.
Lukar melihat lagi ke arah cewek itu. Dia masih ada di sana. Masih bermain hape. Dan juga masih sendirian.
"Gak apa-apa nih?" Lukar ragu.
"Memangnya kenapa?" Diko balik nanya.
"Kali aja dia punya cowok. Kan enggak mungkin aku mendekatinya kalau dia punya pacar. Bunuh diri namanya."
"Emangnya kenapa kalau dia punya cowok?" tanya Diko polos.
"Heh, yang bener aja!" Lukar naik darah.
Slrup! Diko menyeruput es jeruknya.
"Dia jomblo," jawab Diko yakin. Lukar melihat cewek itu lagi. Tanpa sengaja mata mereka bertemu. Dia melihat kesini, kata Lukar dalam hati.
1 ...
2 ...
3 ...
Setelah tiga detik mereka saling menatap, cewek itu berpaling saat seseorang menyebut namanya.
"Sha," kata seorang cewek yang baru datang. Dia tersenyum tipis. Lalu mereka berdua pergi.
"Sepertinya cewek yang dingin." Lukar berkomentar pelan.
"Bukankah yang cuek dan dingin itu lebih seru ...," ujar Diko.
"Oh, ya?" Lukar melirik Diko. Kalimat itu seperti bukan di tujukan untuk Lukar tapi untuk dirinya sendiri.
🍭🍭🍭
b e r s a m b u n g
Jam jam seperti ini sekolah sudah sepi. Karena sekolah bubar sekitar jam 2 siang. Mungkin nanti hampir jam 3 mulai terlihat anak anak, karena ada jadwal les sore ini. Juga ada ekskul paskibra. Lukar mempersiapkan diri untuk pernyataan cintanya.
"Mau ku temani saat kamu menyatakan cinta?" tawar Bimo dengan maksud meledek.
"Kalau Bimo di tolak aku mau jadi ajudan mu menyatakan cinta," kata Rega dengan maksud yang sama seperti Bimo.
Lukar geleng-geleng kepala. Menganggap omongan mereka angin lalu. mereka ketawa senang.
"Kalau sudah selesai menyatakan cinta jangan lupa ke 'warung hijau' ya." Ingat Rega sambil menepuk bahu Lukar pelan.
"Meski pun di tolak, kamu tetap temen kita kok." Bimo masang muka sok care, tapi kemudian ngakak. Rega jadi ikutan ketawa juga.
"Enyahlah kalian berdua!" usir Lukar sambil menghalau para perusuh itu.
"Hahahahaha ...." Mereka berdua ngakak senang.
Walaupun ini pernyataan cinta palsu, tapi persiapannya sungguh-sungguh. Semuanya benar di persiapkan dengan baik. Harus sesuai sama skenario jangan sampai luput.
Sempat cari informasi sedikit tentang target. Enggak mungkin kan menyatakan cinta tapi enggak tahu namanya orang yang di tembak. Dia bernama Reysha. Dan mengejutkan ternyata dia satu kelas sama Diko. Rega sama Bimo juga enggak tahu. Saat Diko ditanya perihal itu, dia menjawab dengan santai.
"Dia satu kelas denganmu?" tanya Lukar.
"Siapa?"
"Target. Reysha."
"Iya. kenapa?"
"Jangan bilang dia bersekongkol dengan mu ya ...," ancam Lukar.
"Kenapa? Kalau takut jangan terusin tantangannya."
Namanya juga cowok. Di tantang bukannya mundur, malah maju tak gentar. Piagam dan trofi untuk pemenang juga gak ada. Padahal bisa aja dia gak perlu dengerin soal tantangan itu. Tapi namanya anak muda lagi semangat-semangatnya dapat tantangan. Tantangan ini malah memacu adrenalinnya.
Lukar jadi sedikit merasa beban dengan persiapannya. Sebenarnya tidak banyak yang perlu di lakukan, tapi entah kenapa Lukar menjadi ribet. Terbawa suasana kali..
Sial. Seingat ku saat pertama menyatakan suka ke cewek pas smp dulu enggak seribet ini. Tinggal bilang suka, sudah deh beres. Enggak seperti ini.
Lukar tersenyum saat ingat cinta monyetnya dulu. Yang bertahan hanya dua minggu.
Saat main ke kelas Diko beberapa hari lalu, sengaja Lukar melihat jadwal piket kelas siang. Mencari nama Reysha diantara banyak nama yang terpampang pada daftar piket.
Dia ingin menjalankan pernyataan cinta saat itu. Dimana suasananya sangat mendukung. Karena sekolah sudah mulai sepi.
Jadi kalau di tolak dia enggak bakal malu banget. Gitu maksudnya. Karena walaupun nembak-nya bohong, tapi nanti malu karena di tolaknya kan beneran. Karena bila ada orang yang lihat kan dikiranya Lukar beneran menyatakan cinta. Kenapa kurang percaya diri nih Lukar.
Dan hari ini adalah jadwal Reysha piket. Lukar menunggu dengan cemas di luar kelas.
Ada yang keluar dari kelas.
"Permisi."
Mereka kaget saat lihat ada Lukar di situ. Apalagi ngomong sama mereka. Ada adegan saling dorong bahu. Mereka milih siapa yang berani ngomong sama Lukar. Terlalu gugup untuk ngobrol sama Lukar.
Sebenarnya Lukar suka bingung sama sikap yang seperti ini. Apalagi saat ada perlu begini. Karena mereka enggak segera jawab karena heboh sendiri, tapi Lukar terpaksa tanya.
"Reysha ada di dalam?"
"I-iya," jawab salah satu dari mereka terbata.
"Terima kasih ya."
Mereka berdua mengangguk. Lalu tersenyum kegirangan dan pergi. Satu persatu orang yang di dalam kelas keluar. Tak lama orang yang di tunggu muncul. Tangannya sibuk mencet mencet hape. Lagi-lagi dia sendirian. Saat itu di dalam kelas sudah gak ada orang. Lorong kelas juga sepi.
"Rey." Lukar menyebut nama dengan hati-hati. Karena ini adalah pertama kalinya dia menyebut nama itu. Juga pertama kalinya dia berhadapan dengan cewek itu. Reysha mendongak. Tangannya berhenti memainkan hape. Matanya yang bening menatap Lukar.
"Ya."
"Emm ..." Mendadak Lukar jadi gugup.
Busyet. Kenapa mendadak gugup nih. Biasa aja. Tenang ... Bersikap tenanglah. Mungkin karena ini pernyataan cinta palsu jadi bikin enggak nyaman.
"Bisa kita bicara?" tanya Lukar.
"Silahkan," jawab dia mempersilahkan dengan tenang.
"Emm ... Rey, aku menyukaimu."
Saat itu sepertinya di sekitar Lukar banyak bunga bunga bermekaran. Gedung sekolah yang hanya putih dan abu-abu menjadi nuansa pink romantis. Begitulah mungkin penggambaran betapa indah sebuah pernyataan cinta. Walaupun ini palsu ...
Reysha menatap cowok di depannya agak lama. Mungkin karena wajahnya yang cakep atau karena kalimat yang meluncur dari bibirnya. Raut wajahnya datar saat menatap Lukar. Tidak ada sama sekali ekspresi tersipu sebagaimana semestinya seorang cewek sedang di tembak cowok. Otak Lukar berpikir keras apa gerangan yang ada di dalam pikirannya. Lukar sedikit keder.
Tapi Lukar enggak peduli. Entah dia mikir apa. Pokoknya Lukar tancap gas, agar misi ini terwujud.
"Maukah kamu menjadi pacarku?"
Reysha masih diam. Dia mungkin masih terkejut dengan kalimat pertama dan sekarang malah muncul kalimat kedua.
Saat ini Lukar sedang menyatakan perasaannya kepada Reysha yang bukan siapa siapa di banding cewek cewek yang sering berkeliaran di sekitarnya. Dia bisa tahu kalau ada cewek ini juga baru waktu itu. Saat Diko menunjuknya sebagai target. Dan sepertinya dia cewek penyendiri. Mungkin hanya itu yang dia ketahui.
Lukar masih tersenyum manis saat Reysa diam saja tanpa berkomentar apa apa.
Kenapa diam?
Entah apa yang sedang ada dalam pikiran Reysha. Ekspresinya aneh. Datar dan dingin. Seperti tidak tertarik dengan tawaran Lukar, tapi juga ingin menerima. Entah dia kebingungan karena di tembak Lukar yang keren dan populer, atau dia enggak suka dengan cowok seperti Lukar. Lukar termasuk cowok cool. Ya, meskipun kadang Lukar juga bisa rese' sama sobatnya. Tapi itu sepertinya tidak mungkin. Lukar sedikit ragu karena responnya.
Sepertinya aku bakal di tolak. Payah nih kalau benar benar di tolak, pikir Lukar.
Bisa jadi bahan ledekan.
"Apakah kamu perlu waktu untuk menjawabnya?"
"Tidak," jawab Reysha singkat. Lukar tersenyum. Tentu saja tidak. Siapa yang rela menolak cowok tinggi dan keren seperti Lukar, bukan? Mungkin Reysa juga berpikiran seperti itu.
"Kalau begitu ... mulai hari ini kita jadian ya?"
"Ya."
Lukar lega. Walaupun acara pernyataan cintanya rada tersendat karena aura anehnya Reysa, semuanya berjalan lancar.
Pernyataan cinta yang padat dan jelas. Juga penerimaan cinta yang singkat. Tidak lama dan berbelit-belit.
Karena saking bahagianya dan leganya Reysha menerima pernyataan cintanya, Lukar lupa. Kalau dia belum berkenalan. Kan lucu jadian tapi enggak kenal, tapi tambah lucu juga kalau jadian dulu baru kenalan.
"Namaku Lukar," kata Lukar lucu. Aduh. Kenapa jadi sebut nama sih. Dia jadi seperti Bimo yang salting di lihatin cewek. Lukar kaget Reysha yang sudah mau jalan berhenti dan menatapnya. Matanya membulat.
"Namaku Reysha." Gadis ini jadi ikut-ikutan menyebut nama. Lukar surprise. Matanya mengerjap. "Biar impas," katanya lagi sambil meneruskan jalan. Lukar tersenyum.
🍭🍭🍭
...b.e.r.s.a.m.b.u.n.g...
Jam 06.40 WIB
SMA 27
Jember
Sejak tadi malam Lukar sudah punya rencana untuk mendukung pernyataan cintanya yang kemarin. Bukan, bukan pernyataan cinta, tetapi hanya pernyataan suka. Hanya suka.
Sepertinya Lukar semangat sekali soal taruhan itu. Dia ingin jalan bareng Reysha pagi ini. Sengaja ingin jalan bareng, supaya teman-temannya tahu, dia dan Reysha adalah pasangan.
"Inget ya ... Kamu harus bisa melewati 4 tahap, baru bisa di bilang kamu sukses," kata Bimo tempo hari layaknya seorang juri. "Ayo Rega sebutkan," perintah Bimo ke Rega.
"Pertama ... pernyataan cinta. Kedua ... beri tahu semua orang kalau kamu sudah jadian. Ketiga ... kencan. Lalu terakhir dan yang paling penting nih, adalah ... putus," ucap Rega menyebutkan tahap-tahap taruhan.
Maka dari itu, sengaja dia datang lebih pagi untuk menunggu kedatangannya. Soalnya Lukar enggak tahu pasti kapan tepatnya cewek itu datang. Dia juga enggak tahu apakah gadis itu tipe murid rajin yang selalu berangkat sekolah pagi, atau dia tipe murid yang santai saja meski jam udah mepet. Apa dia bawa sepeda motor atau ada yang antar? Atau mungkin juga dia jalan kaki atau naik angkot, Lukar masih belum tahu.
"Kamu bawa motorku, ya ..." kata Lukar ke Bimo, yang tadi juga ikutan berangkat pagi. Bimo mengangguk lemas. Karena biasanya, dia ikutan nebeng Lukar agak siang kalau berangkat sekolah, tetapi hari ini mau enggak mau, dia juga harus berangkat pagi seperti Lukar.
Lukar menunggu Reysha di depan gerbang sekolah. Ini membuat cewek-cewek yang melintas, menoleh dan memperhatikan dia.
Ada yang senyum seraya menyapa atau sekedar melihat saja. Keberadaan Lukar di depan gerbang saja sudah bikin mereka heboh sendiri, apalagi saat tahu jadian sama Reysha yang enggak populer. Wahh bagaimana nanti yah?
Tak lama kemudian orang yang di tunggu-tunggu muncul. Dia berjalan sendiri dari arah jalan besar. Sepertinya dia naik angkutan umum.
Segera Lukar berlari kecil menghampiri Reysha yang berjalan sendirian di depan gerbang. Gadis itu sedikit terkejut karena kedatangan Lukar.
"Hai, selamat pagi ..." sapa Lukar dengan senyum manis.
"Hai," balas Reysha dengan nada biasa.
"Kita jalan bareng sampai kelas ya ..."
Reysha mengangguk pelan.
Lalu mereka berjalan beriringan. Semua mata memandang ke arah mereka berdua. Sedikit terlihat aneh, apabila Lukar bersama seorang cewek, hanya berdua. Memang Lukar sering di kerubuti sama kaum hawa, itu karena mereka yang ingin bareng, bukan karena Lukar sengaja jalan bareng seorang cewek.
Semua agak heboh karena melihat mereka bareng. Banyak yang kasak kusuk enggak jelas melihat pemandangan tidak lazim ini.
Sesekali Lukar tersenyum ke arah beberapa cewek yang memandanginya. Mungkin yang seperti ini, bisa bikin mereka jatuh hati. Apalagi Lukar cowok yang keren.
Sepanjang lorong kelas, Reysha tidak bersuara dan diam saja tanpa obrolan. Tangannya sibuk mainan handphone. Hanya Lukar yang tampaknya sibuk menyapa semua orang yang melihat mereka dengan tatapan aneh. Reysha enggak risih sama sekali dengan tingkah Lukar. Dia seperti tidak peduli.
Mungkin Lukar mencoba melindungi Reysha dari komentar komentar jahat yang di tujukan untuknya. Yah ... mungkin seperti itu, karena sepertinya Lukar berjuang keras, atau juga tidak.
Sebenarnya Lukar penasaran, kenapa ini cewek main handphone terus. Soalnya wajahnya bukan seperti lagi chat dengan seseorang.
"Lagi main game, ya?" tanya Lukar sekedar mengisi kesunyian di antara mereka.
"Iya," jawabnya singkat. Mungkin karena Lukar mengusiknya, dia segera memasukkan handphone ke dalam tas. Suasana sunyi lagi.
***
Akhirnya mereka berdua sampai juga di depan kelas Reysha.
"Cepet juga yah, sampainya ...," ujar Lukar basa-basi. Gadis ini hanya mengangguk.
"Hai Kar!" teriak Figo yang satu kelas sama Reysha nyaring.
"Jadian neehh ...." Figo melihat ke Reysha dan Lukar secara bergantian dengan tatapan menggoda. Tak lupa jari telunjuknya ikut menunjuk ke arah mereka berdua. Lukar tersenyum dan kasih kode, iya. Reysha hanya melihat dengan datar.
"Kok bisa, kamu jadian sama Reysha yang cuek bebek dan dingin kayak kutub ini?" tanya Figo terang-terangan. Telunjuknya menunjuk ke arah Reysha. Lukar saja kaget dapat pertanyaan itu. Ini terlalu sadis men untuk cewek.
"Bukankah yang cuek dan dingin itu lebih seru," kata Lukar copas kalimat Diko. Maksudnya membela supaya Reysha enggak sakit hati dengan omongan Figo, tapi respon gadis ini biasa saja. Dia malah seperti gak peduli dikatain apa aja sama Figo. Tidak marah, muak ataupun sakit hati. Seperti sadar kalau dirinya memang seperti itu.
"Aku ... masuk," pamit Reysha ke Lukar dengan lambat.
"Oke."
"Jangan di tengah jalan. Minggir," usir Reysha dengan raut muka enggan ke Figo yang memang ada di tengah pintu. Lalu dia menggeser tubuhnya sambil nyengir.
"Tuh kan ... dia cuek banget. Kalau cewek lain bakal marah, sakit hati trus nangis. Dia enggak kan?" ujar Figo bangga. Lukar jadi semakin yakin ini anak asli cuek. Mungkin sepertinya bukan penyendiri yang di kucilkan orang, bukan yang seperti itu.
Dari arah mereka datang tadi, muncul Diko dan Rega. Kemudian Rega melingkarkan lengannya di leher Lukar.
"Bagaimana perkembangannya? Sepertinya ada kemajuan nih," bisik Rega.
"Kalian bisa lihat sendiri hasilnya," jawab Lukar yakin. Rega ketawa girang. Diko yang masih sempat melihat Reysha masuk ke kelas barusan, melihat ke dalam kelas. Lewat jendela dia bisa tahu gadis itu sedang berjalan menuju bangkunya.
Melihat ada cowok cakep bercanda, bikin gemas cewek-cewek yang melihat.
Reysha yang sudah duduk di bangkunya juga sempat melihat Lukar dan Diko lewat jendela kelas barusan.
"Beneran jadian nih, sama temannya Diko itu... Siapa?" tanya Emil teman sebangku Reysha yang melihat dua anak ini berjalan beriringan tadi.
"Lukar," jawab Reysha membantu Emil.
"Iya Lukar. Kamu jadian?"
Reysha hanya tersenyum tipis sambil mengangkat bahu. Obrolan mereka berhenti karena akhirnya Diko memasuki kelas 2c. Kemudian cowok itu melewati tempat Reysha duduk sambil menenteng tas ranselnya.
Dia meletakkan tas ranselnya di atas meja. Tempat duduk Diko tak jauh dari tempat duduk Reysha. Kalau Diko duduk di bangku paling belakang dan nomor dua dari samping kanan. Sementara tempat duduk Reysha hanya berjarak satu bangku di depannya. Sehingga Diko bisa melihat dengan jelas wajah Reysha dari samping kanan tanpa dia mengetahuinya.
Seperti saat ini Reysha tidak tahu Diko sempat melihatnya sebentar.
"Sejak kapan Lukar jadian sama Reysha?" bisik Satya penasaran. Baru beberapa hari dia enggak ngumpul bareng, tiba-tiba saja Lukar muncul dengan berita jadian. Sama Reysha pula. Cewek yang enggak punya riwayat banyak berinteraksi sama Lukar.
"Entahlah ...," jawab Diko seperti tidak tahu menahu soal jadiannya Lukar. Satya gak percaya. Dia masih merasa aneh kalau Lukar jadian sama Reysha. Berkali kali dia ngeliatin Reysha dengan banyak tanda tanya. Akhirnya dia inisiatif nanya sendiri ke orangnya.
"Rey. Kamu beneran jadian sama Lukar, ya?" tanya Satya. Reysha noleh dengan menipiskan bibir.
"Kamu juga bisa penasaran sama hal begituan, ya?" ujarnya merasa aneh Satya kepo soal hal seperti ini.
"Bukan. Ini karena kamu dan Lukar, jadi aku perlu tanya langsung ke orangnya. Lukar kan sahabatnya Diko. Kamu kan ...." Bola mata Satya melirik ke arah Diko. Cowok ini mendongak tajam ke arah Satya yang duduk di mejanya. Tangannya meraih lengan Satya.
"Duduk. Ada Bu Indah datang," kata Diko menyuruh temannya itu duduk di bangkunya, karena ada Ibu guru mata pelajaran bahasa Indonesia datang. Kalimat Satya menggantung di sana, tapi Reysha enggak penasaran. Dia tahu. Dia paham.
B.e.r.s.a.m.b.u.n.g
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!