NovelToon NovelToon

Kinara

Bab. 1 Pulang kampung

" Mam, Kinara ingin ke tempat nenek, Kinara kangen banget sama kak Kinan. Boleh ya mam ?." ucap gadis cantik dengan lesung pipi disebelah kiri, sambil bergelayut manja pada seorang wanita yang masih sangat cantik diusianya yang sudah tak lagi muda.

"Apa kau yakin ?." tanya sang mama.

"Yakin dong mam, Kinara pasti bisa jaga diri, lagian disana ada papa dan juga kak Kinan yang pasti selalu menjaga putri mama yang cantik ini." jawab Kinara dengan senyum manisnya.

"Tapi, mama masih kangen sama putri mama yang cantik ini. Baru juga dua hari kita bertemu sudah harus berpisah lagi." keluh sang mama dengan wajahnya yang terlihat sendu.

"Bukankah kita akan bertemu lagi setelah urusan mama selesai di sini ? Dan bukankah kita akan berkumpul sebagai keluarga yang paling harmonis dan paling bahagia ?."

Kinara memeluk sang mama dengan erat, iya sangat beruntung memiliki keluarga yang sempurna.

Seorang kakak yang sangat cantik jelita yang juga merupakan saudara kembarnya. Dan juga mama dan papa yang sangat menyanyi mereka bahkan mereka dianugerahi harta yang berlimpah.

Sudah sejak lulus Sekolah Dasar Kinara meninggal rumah untuk melanjutkan pendidikannya diluar negeri. Iya yang memiliki kecerdasan diatas rata-rata, membuat sang kakek mengirimkan ia ke sekolah terbaik diluar negeri.

Bahkan saudara kembarnya jauh tertinggal dari dirinya yang kini telah menyelesaikan pendidikan S2 sedangkan sang kakak baru duduk dibangku SMA.

Selamat itu pula, Kinara tidak pernah pulang ke rumah. Dengan berbagai alasan yang selalu diberikan oleh sang kakek agar ia tidak kembali ke rumah sebelum ia menyelesaikan pendidikan S2 nya.

Tanpa banyak drama, Kinara kecil mengikuti permintaan sang kakek dengan sangat patuh. Iya selalu dijaga oleh seorang bodyguard kepercayaan sang kakek yang sudah ia anggap seperti pamannya sendiri.

"Apakah uncle mu itu akan ikut juga kembali bersama mu ?." tanya sang mama.

"Tentu saja uncle Bram ikut mam, mana mungkin uncle membiarkan putri kesayangan mama ini pergi seorang diri."

"Mama tau itu, itulah salah satu sebab mama bisa sedikit lega membiarkan putri mama yang cantik ini berada jauh dari mama dan papa."

Setelah selesai berbincang keduanya kemudian kembali melanjutkan acara makan siang yang sempat tertunda.

Waktu begitu cepat berlalu, kini Kinara sudah duduk di dalam sebuah pesawat pribadi. Iya sudah tidak sabar untuk bertemu dengan sang kakak tercinta.

"Aku harap kak Kinan suka dengan kejutan yang aku berikan kali ini. Aku penasaran bagaimana reaksinya saat melihat aku tiba-tiba ada dihadapannya." ucap Kinara sambil tersenyum.

Membayangkan ia bisa memeluk saudara kembarnya. Yang selamat ini mereka berdua hanya berbincang melalui video call.

Meskipun setiap hari mereka selalu melakukan hal itu tapi tidak bisa menyembuhkan rasa rindu yang terpahat begitu dalam di lubuk hati gadis cantik itu.

"Apakah kamu non Kinara sudah memberi kabar kepada non Kinan ataupun Tuan besar ?." tanya Bram sambil memasangkan selimut untuk menutupi tubuh gadis cantik yang sudah ia jaga selama bertahun-tahun ini.

"Uncle ini kejutan ! Aku bahkan tidak mengatakan apapun kepada siapapun yang disana. Hanya mama yang tau bahwa aku akan pulang hari ini."

"Bukankah seharusnya aku akan kembali tahun depan ? Ini pasti akan menjadi sebuah kejutan untuk papa dan terutama kak Kinan." ucap Kinara dengan penuh antusias.

"Baiklah ini kejutan, sekarang lebih baik non Kinara tidur karena perjalanan kita masih sangat jauh."

"Bagaimana aku bisa tidur, aku begitu bersemangat untuk memberikan kejutan untuk kak Kinan."

Bram tersenyum melihat tingkah gadis kecilnya yang kini sudah beranjak dewasa. Sikapnya yang selalu manja membuat Bram tak bisa berkata-kata saat gadis kecilnya menginginkan sesuatu, meskipun terkadang hal itu membuatnya pusing tujuh keliling.

"Jika nona tidak istirahat bagaimana nanti nona akan memberikan sebuah kejutan ? Sementara non Kinara sangat mengantuk dengan mata panda."

"Tapi it's okee ! Itu adalah kejutan yang sangat luar biasa bagi non Kinan. Melihat adik kecilnya ini berpenampilan sangat kusut lengkap dengan mata pandanya."

Bug

Sebuah bantal melayang kearah Bram, dengan sigap ia langsung menangkap bantal tersebut sambil tertawa terpingkal-pingkal melihat gadis kecilnya mengerucutkan bibir sambil mendengus kesal.

"Uncle nyebelin !." teriak Kinara sambil memalingkan muka.

"Ulu-ulu tuan putri sedang merajuk, hamba siap menjadi penghibur hati tuan putri yang sedang bersedih hati ini. Apakah gerangan yang membuat tuan putri ini merajuk, hmm ?".

"Bodok ah ! Kinara mau tidur. Daripada Kinara tampil dengan mata panda karena mendengarkan Uncle yang super nyebelin ini."

Dengan cepat Kinara berbaring sambil menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut yang diberikan oleh Bram. Bram tersenyum melihat tingkah gadis kecilnya itu.

"Istirahatlah yang tenang dan mimpi yang indah nona Kinara." ucap Bram sambil melangkah pergi meninggalkan sang majikan yang telah tertutup rapat dengan selimutnya.

"Semoga kau tidak terkejut dengan kejutan yang sudah menanti mu Cantik. Uncle harap kau bisa menyikapi setiap kejadian dengan bijak." Batin Bram.

Tak butuh waktu lama Kinara akhirnya terlelap. Dan tak terasa pesawat yang membawa Kinara perlahan mulai mendarat.

Kinara turun dari pesawat dan segera memasuki sebuah mobil sport merah yang sudah siap menunggu kedatangannya.

"Hai apa kabar Kinara cantik ? Semoga Uncle mu selalu menjagamu dengan baik." Sapa pria tampan yang berada di balik kemudi.

"Kau tau bagaimana kinerjaku selama ini bukan ? Jadi jangan ragukan kemampuan ku untuk melindungi nona Kinara." Bukannya Kinara yang menjawab melainkan Bram dengan wajah dinginnya.

"Jangan marah paman ! Aku hanya bercanda, Aku tau kau yang terbaik." jawab pemuda itu sambil melajukan mobilnya menuju kediaman paling mewah di kota J.

Sepanjang perjalanan Kinara memperhatikan siap jalan yang ia lewati, banyak kenangan masa kecilnya yang melintas dalam ingatannya.

Dimana ia dan sang kakak akan menghabiskan sepanjang waktu sepulang sekolah dengan berkeliling kota bersama sang kakek.

Karena sang kakek ingin semua cucunya untuk mengenal dan memahami setiap seluk beluk kota J. Karena kota tersebut adalah kota pribadi milik keluarga Abimanya, keluarga terkaya di negara itu sekaligus kakek kandung Kinara.

"Mengapa banyak bendera dipasang hanya setengah tiang uncle ?." tanya Kinara yang penasaran karena sepanjang jalan yang ia lalui berkibar bendera yang dipasang hanya setengah saja.

Bram terpaku mendengar pertanyaan dari nona mudanya. Tanpa sadar ia menoleh pada pemuda yang sedang fokus mengemudikan mobilnya.

"Uncle apakah ada sesuatu yang kau sembunyikan dari ku ?." tanya Kinara yang tak mendapatkan jawaban dari pertanyaannya.

Sementara Bram hanya diam terpaku tanpa tau harus menjawab apa. Karena ia tidak tega menyampaikan kabar duka yang ia terima sebelum keberangkatannya kembali ke kampung halamannya sang Nona.

Bab. 2. Penyusup

"Uncle." panggil Kinara dengan penuh penekanan.

"Bendera yang dipasang itu untuk melambangkan sebuah duka dari warga kota J, atas meninggalnya seseorang yang berasal dari keluarga terpandang." jawab Bram.

"Bisakah Uncle menjelaskan yang sebenarnya ? Mengapa harus ada yang uncle sembunyikan dari ku ?."

Bram hanya menundukkan kepalanya mendengar pertanyaan dari nona mudanya. Jujur saja ia tidak tega untuk menyampaikan kebenaran ini.

"Saya akan menjelaskan semuanya, tapi kita tidak akan kembali ke kediaman Abimanya. Kita akan kembali ke Vila Uncle." jawab Bram setelah lama terdiam.

Tanpa mengatakan apapun lagi, mobil itu berputar arah menuju ke sebuah Vila yang terletak di pinggir pantai.

Bangunan dengan dua lantai yang terlihat sangat elegan. Ada seorang penjaga yang senantiasa merawat Vila tersebut.

Bram memejamkan matanya saat Mobil mulai memasuki area Vila tersebut. Ada rasa sakit dan rindu yang ia rasakan. Dua bulir air matanya jatuh tanpa bisa dicegah.

Pemuda yang ada dibalik kemudi dengan refleks mengusap punggung tangan Bram. Perlahan Bram mengusap air matanya agar tidak di ketahui oleh sang Nona.

"Uncle punya Vila di daerah ini ?." tanya Kinara.

"Ini adalah peninggalan kedua orang tua Uncle." jawab Bram sambil menghembuskan nafas dengan berat.

"Apakah itu alasannya sehingga Uncle menangis."

"Hahaha, ternyata gadis cantik uncle sangat jeli. Bagaimanapun kehilangan orang yang sangat kita sayangi sungguh sangat menyakitkan."

"Maaf, mari kita segera masuk dan kita bisa melanjutkan obrolan kita lagi."

Setelah mengatakan hal itu Bram langsung keluar dari dalam mobil, yang kemudian disambut oleh seorang lelaki paruh tua yang sedikit membungkuk.

Setelah menjabat tangan dan berbincang-bincang sebentar. Bram segera membuka pintu mobil untuk Kinara.

"Selamat datang di Vila Uncle, ayo Uncle antar di kamar Nona, agar bisa membersihkan diri atau melanjutkan berisik." ucap Bram sambil berjalan beriringan dengan Kinara.

"Aku menunggu Uncle menjelaskan apa yang tadi sempat tertunda." jawab Kinara yang kemudian memilih duduk di salah satu sofa yang menghadap ke laut.

Terlihat pemandangan laut yang begitu luas, dengan pasir pantainya yang putih bersih bak gila pasir yang ditumpahkan di tepi pantai. Sinar matahari menambah keindahan pantai yang sangat memanjakan mata.

Bram berjalan menuju ke dapur untuk mengambil minuman kaleng dan beberapa makanan ringan yang selalu tersedia di Vila itu.

"Seandainya kau masih ada, pasti kau sangat menyukai coklat ini." Bram bergumam lirih saat mengambil sebuah coklat yang merupakan penghuni wajib di villa ini.

Ya coklat adalah makanan favorit sang adik, sejak kedua orang tuanya meninggal, Bram selalu menyediakan coklat kesukaan sang adik, agar sewaktu-waktu ia bisa memberikan coklat tersebut disaat sang adik sedang menangis.

"Jangan kau tangisi sesuatu yang telah pergi. Doakan yang terbaik untuk adikmu." ucap pria tua yang bernama Fatih.

"Terimakasih paman, tapi aku tidak bisa melupakan adikku meskipun sudah bertahun tahun lamanya."

"Sakit, sangat menyakitkan saat aku teringat bagaimana dia harus pergi meninggalkan dunia ini paman."

Fatih menepuk pundak Bram, ia tidak bisa berkata-kata lagi. Karena ia adalah saksi hidup bagaimana Anggel meregang nyawa.

Keponakan yang ia rawat sejak kecil, bahkan sudah ia anggap sebagai putri kandung sendiri harus mengalami nasib yang begitu tragis di akhir hidupnya. Hanya karena keegoisan seorang wanita yang serakah akan harta dan kedudukan.

"Kita hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk Anggel. Paman harap kau bisa menyimpan luka itu demi tujuan kita."

"Paman dia ternyata adalah darah daging Anggel. Setelah sampai di sana tanpa sengaja aku melihat golongan darahnya yang sama dengan Anggel."

"Tanpa pikir panjang aku langsung melakukan tes DNA padanya dan hasilnya seratus persen sama paman."

Fatih terhuyung kebelakang, beruntung ada sebuah meja yang menopang tubuh tuanya. Jika tidak pasti ia akan jatuh kelantai karena terkejut mendengar penjelasan dari keponakannya.

"Uncle !." panggil Kinara.

"Aku akan kesana paman, aku harap paman bisa menjaga rahasia ini. Hingga saatnya nanti."

Bram melangkah meninggalkan Fatih yang masih shock mendengar penjelasan Bram. Sementara Bram melangkah mendekati gadis kecilnya yang sudah terlihat sangat kesal.

"Makanlah coklat manis ini agar bisa memadamkan api amarah yang membakar putri cantik ini."

Dengan senyuman yang manis, Bram menyerah coklat kepada Kinara. Ia kemudian duduk di sebelah Kinara yang langsung menikmati makanan favoritnya.

Hening, hanya terdengar suara Kinara yang sedang asik menikmati coklat favoritnya. Ia lupa akan pertanyaan yang ia berikan kepada Bram. Ia lupa bahwa ia sedang menunggu sebuah penjelasan dari pria yang kini tengah duduk disampingnya sambil menatapnya tanpa berkedip.

"Semoga kau tidak teringat akan tujuanmu kembali ke kota ini nona Muda." batin Bram.

"Uncle. mengapa uncle selalu menyiapkan coklat ini ?." tanya Kinara sambil melahap coklat yang ada ditangannya.

"Karena gadis kecil uncle ini selalu menyukai coklat dimanapun dan dalam keadaan apapun."

"Uncle nyebelin, Kinara sudah besar Uncle, bahkan Kinara sudah lulus S2 kalau uncle lupa."

"Ya ya ya, sudah lulus S2, uncle pasti ingat itu. Tapi bagi uncle kau masih gadis kecil yang harus uncle jaga selama 24 jam."

"Uncle !."

Kinara berteriak sambil menyebikkan mulutnya, kemudian melipat tangannya didepan sambil memalingkan muka.

Selalu saja uncle Bram menganggap ia seperti anak kecil yang baru ia jaga saat sang kakek menitipkannya waktu itu.

Kasih sayang dan perhatian yang ia terima sangat berlimpah dari uncle Bram. Meskipun hanya seorang bodyguard, tapi Bram menyayangi Kinara layaknya putri kandungnya sendiri.

"Uncle masih punya hutang penjelasan kepada Kinara. Jangan lupa itu."

"Baiklah uncle akan menjelaskan semuanya, tapi harus janji apapun itu nona muda harus kuat dan iklas."

"Apa maksudnya uncle ?." tanya Kinara.

Ia langsung menatap Bram dengan tatapan serius, bahkan ia merapikan rambutnya yang diikat sembarangan agar bisa mendengarkan penjelasan dari Bram tanpa terhalang sehelai rambut pun.

"Yang meninggal sebenarnya adalah salah satu pewaris keluarga Abimanya."

Deg

Kinara langsung menelan coklat yang ada didalam mulutnya dengan susah payah. Kalimat yang ia dengar dari uncle Bram seakan membuat tenggorokannya langsung tersumbat.

"Uncle setauku hanya ada aku dan kak Kinan pewaris dari keluarga Abimanya. Sedangkan aku baik-baik saja, Dan kak Kinan, ...". Ucap Kinara terputus karena ia tak bisa melanjutkan kalimatnya.

"Non Kinan ditemukan sudah tidak bernyawa di belakang sekolahnya. Hingga kini belum ditemukan apa penyebab kematiannya." ucap Bram dengan suara yang bergetar.

"Tidak mungkin ! itu tidak mungkin uncle!." ucap Kinara tak bisa menerima ucapan Bram.

"Ada penyusup ! Cepat bersembunyi !." ucap kakek Fatih dari balik lemari.

Dor ! Dor ! Dor !

"Kinara !." teriak Bram saat melihat sebuah peluru menuju Kinara yang masih terlihat shock.

Bab. 3. Penyamaran

Bram langsung membalik sofa yang diduduki oleh Kinara. Meskipun mereka duduk bersebelahan tapi beda sofa dan sang penyusup mengarahkan pelurunya ke arah Kinara.

"Cepat sembunyi !." perintah kakek Fatih.

Dor ! Dor ! Dor !

Tembak menembak terjadi lagi, tanpa menunggu reaksi dari Bram dan Kinara pemuda yang tadi menjemput mereka menghalangi tembakan yang di arahkan pada Kinara dan Bram.

Ah !

Pikik Kinara saat melihat pemuda yang tadi menjemputnya terkena tiga peluru.

"Jangan pernah menampakkan wajah aslimu Nona Kinara, bersembunyi lah kemanapun asalkan kau bisa menyelamatkan nyawamu. Karena saat ini kaulah yang menjadi incaran mereka setelah nona Kinan."

Ucap pemuda tampan itu dengan menahan rasa sakit akibat tertembak oleh para penyusup.

Sementara kakek Fatih, langsung menembak para penyusup hingga bersih tanpa tersisa. Setelah memastikan keadaan aman, beliau langsung menuju ke arah Bram dan Kinara yang masih shock mendapat serangan yang mendadak.

"Cepat bawa nona Kinara bersembunyi ! Sebelum para penyusup itu datang lagi !." ucap kakek Fatih.

"Tapi dia, ... ."

Tanpa menunggu Kinara menyelesaikan ucapannya Bram langsung membopong tubuh Kinara dan segera melesat menuju ruang rahasia yang ada di villa tersebut.

"Uncle, apa sebenarnya yang terjadi ?." tanya Kinara yang masih shock sambil berpegangan erat pada Bram.

Bram segera mengunci pintu rahasia yang mereka tempati. Tanpa menjawab pertanyaan dari Kinara Bram segera membalik sebuah lemari yang sebenarnya adalah komputer, dimana dari monitor tersebut ia bisa melihat keadaan sekitar dan juga dalam vila.

"Sial !." ucap Bram.

Di sekitar Vila tersebut ada sekitar 200 penyusup yang tersebar mengelilingi Vila dan juga ada yang masuk ke dalam Vila.

Sementara Kinara terpaku melihat apa yang ada didepan matanya. Terlihat salah satu penyusup membawa sosok tubuh yang sudah berlumuran darah.

Tanpa menghiraukan lagi keadaan sekitar, penyusup itu membawa mayat tersebut masuk kedalam sebuah mobil yang berwarna hitam.

Tatapan Kinara tertuju pada mobil tersebut, terutama no plat mobil yang menurut Kinara unik.

"Kakek !." ucap Bram tiba-tiba saat melihat salah satu mayat yang tergeletak di sudut ruano.

Tanpa menunggu reaksi dari Kinara Bram langsung keluar untuk menyelamatkan kakek Fatih.

"Setelah bertahun-tahun tidak kembali ke kota ini. Banyak hal yang aku tidak mengerti. Bagaimana mungkin keluarga Abimanya bisa di serang oleh seseorang tanpa ada yang mengetahui." ucap Kinara.

"Kak Kinan aku pasti akan memberikan keadilan untukmu. Akan aku pastikan mereka mendapatkan balasan sepuluh kali lipat atas apa yang mereka lakukan kepada kakak !."

Setelah mengatakan hal itu, Tubuh Kinara jatuh ke lantai. Ia menangis, meratapi kepergian sang kakak.

Setelah bertahun-tahun berpisah, mereka bahkan tidak bisa bertemu meskipun untuk terahir kalinya sebelum jenazah Kinan di kebumikan.

"Menangislah Non, menangislah agar hatimu terasa lega. Dan setelah itu kita harus pergi dari sini untuk menyusun langkah selanjutnya."

Ucap Bram sambil mengusap punggung Kinara. Ia tau ini sangat berat bagi Kinara, tapi mereka tidak boleh larut dalam kesedihan ini.

Mereka harus bangkit dan harus melanjutkan perjalanan yang masih sangat panjang. Karena sejatinya kita tidak pernah tau jalan yang seperti apa yang akan kita jalani selanjutnya dalam menjalani takdir kehidupan ini.

Dengan sabar Bram menunggu Kinara hingga tangis gadis cantik itu reda.

"Bagaimana dengan kakek Fatih ?." tanya Kinara yang masih sesenggukan.

"Beliau baik-baik saja, hanya butuh sedikit perawatan. Untungnya nyawanya tidak dalam bahaya." jawab Bram.

"Apakah uncle tau tentang semua ini ?." tanya Kinara.

"Uncle tidak tau secara menyeluruh, tapi secara garis besarnya, ada seseorang yang menginginkan seluruh pewaris Abimanya musnah."

"Sebaiknya nona bersembunyi saja, jangan sampai mereka mengetahui bahwa nona Kinara masih hidup."

"Tapi bagaimana dengan Uncle ?."

"Selama nona muda baik-baik saja, uncle pasti baik-baik saja."

"Kita akan selalu bersama uncle."

Ucap Kinara dengan yakin, ia tau hanya Bram satu-satunya yang bisa ia percaya saat ini.

"Apakah nona muda akan menghubungi tuan besar dan nyonya ?." tanya Bram sambil memastikan reaksi Kinara.

Tapi Kinara justru menggelengkan kepalanya. Ia kemudian bangkit sambil mengusap air mata yang membasahi pipinya.

"Jika kedatangan ku ke kota ini bisa diketahui oleh musuh, itu artinya ada musuh dalam selimut di dalam keluarga Abimanya."

"Aku tidak tau siapa yang menjadi lawanku dan siapa yang menjadi lawanku. Untuk saat ini aku percaya dengan orang kepercayaan uncle yang meminta aku untuk bersembunyi."

"Uncle percaya kepada nona muda. Lalu apakah kita akan kembali ke rumah kita yang diluar negeri ?." tanya Bram lagi.

"Tidak uncle, kita tidak akan kembali kesana. Kita akan tetap disini untuk membalaskan kematian kak Kinan."

"Mereka tidak akan menemukan kita, jika mereka tidak mengenali wajah kita." jelas Kinara sambil tersenyum.

.

.

Di sinilah Bram dan juga Kinara saat ini, mereka berdua tinggal disebuah rumah sederhana yang tidak jauh dari kediaman utama keluarga Abimanya.

Dengan penampilan yang baru, Kinara dan juga Bram tinggal dengan menyewa sebuah rumah dan juga mobil sederhana.

Rencananya mereka akan mendaftar ke sekolah tempat Kinan menuntut ilmu. Dengan identitas yang baru dan juga dengan penampilan yang baru.

"Apakah kau sudah siap cantik ?." tanya Bram sambil mengetuk pintu kamar Kinara.

Perlahan pintu kamar terbuka, terlihat seorang gadis cantik dengan kacamata yang tebal, serta rambut yang dikepang dua, lengkap dengan tompel di pipi kakannya.

Gadis itu tersenyum dengan polosnya, namun senyuman itu dapat menggucang dunia. Senyuman yang tampak manis dari gadis lugu yang sangat murni.

Bram menganga melihat perubahan Kinara, gadis cantik yang begitu modis kini berubah menjadi gadis cantik namun terlihat sangat lugu.

Seandainya saja Bram tidak tau rencana Kinara pasti ia tidak akan mengenali gadis polos yang kini berdiri dihadapannya.

"Bagaimana uncle, apakah aku sudah terlihat berbeda dengan penampilan seperti ini ?." tanya Kinara sambil berputar dihadapan Bram.

Ia ingin memastikan bahwa ia telah merubah seluruh penampilannya. Bahkan kulitnya yang putih seperti salju kini berubah menjadi sawo matang.

"Sempurna ! Uncle bahkan tidak bisa melihat ada kemiripan dari nona Kinara yang sebelumnya."

"Tapi jangan panggil uncle lagi, panggil aku paman saja. Karena tidak ada gadis polos dan lugu serta kampungan ini, memanggil uncle kepala pamannya." ucap Bram sambil tersenyum puas melihat perubahan gadis di depannya.

"Artinya penyamaran ini sempurna ?." tanya Kinara sambil menaik turunkan alisnya.

"Sangat sempurna Nara !." jawab Bram.

"Nara ?." ucap Kinara penuh tanda tanya.

"Ya Nara Bramastyo alias Kinara Abimanya."

Kinara tersenyum puas sambil mengangguk-anggukkan kepalanya sebagai tanda setuju dengan nama barunya. Penyamaran untuk menyelidiki kasus pembunuhan yang menimpa Kinan Abimanya alias kakak kembarnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!