NovelToon NovelToon

Satria Kera Sakti

Maganta

Maganta, Tahun 935 Kalender Raheswara.

Tepat di sebuah gubuk bambu ditengah lembah asri nan hijau, terlihat seorang pria sepuh berwajah ramah sedang duduk termenung, dapat tertebak di mata awam bahwa sang pria sepuh barulah bersantai setelah bekerja keras.

“Bu, kemana Rahendra?”

“Sedang ibu suruh mencabut singkong di kebun pak, sebentar lagi juga pulang” Sahut seorang wanita tua menyambut pria sepuh dengan segelas teh hangat ditangannya yang keriput.

Tak lama kemudian dari kejauhan, terlihat pemuda berusia 14 tahun membawa tas keranjang dari bambu yang terlihat berat bagi anak seuisanya.

“Bapak! Ibu! Lihat Rahendra pulang bawa apa?”

Sang pemuda tersenyum hangat.

“Nak.. darimana saja? Ibu suruh mencari singkong tapi kenapa pakaianmu basah semua?” Wanita tua terlihat cemas.

“Bu, Rahendra tadi sekalian dari sungai dapat ini...”

“Ya ampun Rahendra, kamu bawa udang sungai banyak sekali” Sahut pria sepuh..

“Ayo nak masuk kedalam... dari tadi bapak dan ibu sudah menunggu, khawatir kamu kenapa-napa”

“Iyah pak, maafkan Rahendra”

Hari menjelang petang, Rahendra kembali berbincang dengan bapak nya didalam gubuk, sedang ibu menanak singkong dan udang bawa'an anak semata wayang nya yang amat ia kasihi.

Obrolan dan canda'an ketiganya ketika petang mulai larut dalam kehangatan. hingga tiba tiba sang ibu menangis, bahkan rahendra hanya bisa menunduk menutupi kesedihan hatinya, sedang sang bapak berusaha tegar.

“Rahendra, hari ini kamu genap berusia 14 tahun, dan sudah waktunya kamu pergi mengikuti adat istiadat di Desa Ruhsuci, untuk menjadi anggota prajurit kerajaan Maganta. Apakah kamu benar-benar memutuskan untuk pergi nak?”

“Dunia sedang berperang pak, Rahendra tau akan nyaman untuk selamanya tinggal disini bersama ibu dan bapak, tapi Rahendra harus ikut melindungi Desa, melindungi ibu dan bapak. Tapi Rahendra janji akan kembali”

“Nak, sudah adat istiadat desa untuk tidak melarang keinginan anaknya untuk maju berperang, tapi ibu tidak ingin kehilangan kamu” Bercucuran air mata sang ibu,

Rahendra perlahan berdiri dari tempat duduknya dan memeluk sang ibu tanpa sepatah kata.

Malam sangat cepat berlalu seolah waktu sengaja memisahkan antara orang tua dan anak ini.

Pagi harinya Rahendra diantar oleh bapak dan ibu dengan langkah kaki yang lambat seolah tak ingin cepat sampai tujuan.

Desa Ruhsuci adalah desa yang terletak dipinggiran maganta, hanya tersisa anak-anak dan orang tua di desa ini, karena para pemudanya akan pergi menjadi prajurit saat cukup umur, sedang pemudi nya memilih menjadi dayang istana untuk kehidupan yang lebih layak untuk mengabdi pada kerajaan.

Rahendra bersama ibu dan bapaknya sampai dan termenung sebelum masuk kedalam sebuah kuil yang bertuliskan "Bangkit".

Setiap pemuda dari Desa Ruhsuci yang telah berusia 14 tahun dan ingin berpartisipasi sebagai prajurit harus lah melewati kuil ini sebagai penentu tanda kebangkitan seorang prajurit.

Kuil dijaga oleh 2 prajurit bersenjata tombak di kanan kiri pintu masuk, para kesatria ini adalah kesatria suci yang diutus langsung dari maganta untuk melindungi kuil Ruhsuci.

Tidak ada apapun di benak Rahendra selain pertanyaan sepenting apa kuil ini, dan apa yang ada di dalamnya, sampai sampai dijaga oleh 2 kesatria Maganta dan tidak boleh sedikitpun dimasuki oleh orang selain oleh penduduk yang bermaksud menjadi prajurit.

“Mohon maaf tuan, bisa anda Jelaskan tujuan kedatangan anda?” Prajurit bertanya dengan sopan. Yah... walaupun Rahendra dan Ayahnya terlihat seperti pengemis berpakaian lusuh sekalipun Desa Ruhsuci adalah desa yang damai Tanpa Diskriminasi berkat para pendahulu yang mengutamakan kebajikan.

“Mohon maaf apabila kedatangan kami lancang tuan, ini anak hamba Rahendra. Hari ini ia genap 14 tahun dan berkeinginan menjadi seorang prajurit, mohon tuan berkenan mengizinkan anak hamba masuk bertemu dengan Kepala Desa”.

Meskipun hanya prajurit, tapi tingkah Ayah dari Rahendra menunjukan bahwa adanya Kasta di Maganta sangatlah krusial.

Di Maganta sendiri terdapat berbagai urutan kasta , mulai dari Kasta bawah yang merupakan penduduk biasa. Kasta Darma, yang merupakan kumpulan orang yang membaktikan dirinya pada kedamaian tanpa perang, membunuh, bahkan memakan yang hidup seperti binatang dan hanya diperbolehkan meminta dan tidak boleh bekerja. kemudian Kasta Satria, yang diisi oleh para prajurit tangguh di berbagai kerajaan dan kekaisaran.

Kasta Satria sendiri terbagi 4 Yaitu Satria Bumi yang merupakan prajurit kelas Rendah, Satria langit yang merupakan Jendral prajurit yang setidaknya memiliki seribu prajurit dibawahnya, Satria Surga yang setidaknya memiliki seratus ribu prajurit, Dan yang paling Tinggi adalah Satria Kaisar yang hanya satu orang yang pernah mendapatkan gelar tersebut di masa lampau karena mampu menjadi seorang Kaisar lewat kasta Satria adalah hal yang luar biasa mustahil. Kemudian Kasta Nagari yang merupakan para bangsawan dan raja-raja. Sedangkan yang terakhir adalah Kasta yang paling memiliki kuasa di Dunia, Kasta Naga yaitu milik para kaisar dan keturunannya. Setidaknya Rahendra faham betul soal kasta dari Ayahnya.

“Baik, silahkan tunjukan tanda pengenal dan yang boleh masuk hanyalah anak Anda tuan”

“Terimakasih banyak tuan-tuan.. saya sangat berterimkasih, saya dan istri saya akan menunggu disini”

Pintu kuil Dibuka dan ternyata masih ada pintu lain didalamnya, Rahendra melangkah dengan pelannya sembari menatap ibu dan Bapak nya yang mengangguk pelan, saat Rahendra masuk pintu pertama pun ditutup. Maju ke pintu ke dua seorang prajurit bertombak emas yang telah menunggu membukakan pintu berikutnya.

Terbelalak mata Rahendra melihat keindahan yang belum pernah ia lihat sekalipun dihidupnya, belum lagi udara sejuk yang membuat sekujur tubuhnya terasa segar.

“Apa ini?” Rahendra berceloteh didalam hatinya ada rasa penasaran yang terus berkembang di benaknya.

“Sebuah gua? tidak mungkin gua memiliki keindahan seperti ini”.

Kuil Ruhsuci sebenarnya adalah Gua bawah tanah yang memiliki keindahan luar biasa. Stalaktit yang bersinar, batu di dinding gua yang beraneka warna, ukuran gua yang luar biasa besar, bahkan udara nya yang terasa sejuk bagai dialam luar, langit-langit gua yang seolah bertabur bintang, tanaman aneh namun indah berwarna-warni yang belum pernah Rahendra lihat sebelumnya.

Terlihat di kejauhan pria sepuh memakai kain Satria berwarna kecokelatan dan emas, Namun tidak memakai zirah. Rahendra menghampiri sang pria sepuh dan disambut dengan senyum hangat.

“hmm.. sudah lama tidak ada pemuda yang datang. nak perkenalkanlah dirimu dan apakah tujuanmu kemari?”

“Hormat hamba tuan, hamba Rahendra dari keluarga petani di ujung desa Ruh suci, Ayah hamba Reganda dan ibu hamba Sinambi, hamba ingin mengabdikan diri sebagai prajurit Maganta”

“hahahaha!” tawa dari Sang pria sepuh yang cukup membuat bulu kuduk Rahendra berdiri membuatnya merasa bak kerikil yang menghadapi gunung, begitu berwibawa dan penuh karisma.

“wahai anak muda, tabiat mu sunguh baik, tidak banyak anak seumuranmu yang berbicara sopan dan dewasa meski dia dari kasta Nagari sekalipun”

“Panggil kakek tua ini, Ki Reksa anak muda. Sebagai kepala Desa aku sudah terlalu tua dan hari ini merasa bahagia menemukan masih ada nya anak muda sepertimu”

“Salam hormat hamba pada ki Reksa” Rahendra bersujud tanda hormat dari kasta Bawah pada kasta Satria.

Kekuatan Batin

“Anak muda.. sekarang dirimu telah genap 14 tahun, sudah waktu nya untuk mu mengetahui kekuatan batin mu”

“Mohon ampun Ki Reksa, hamba tidak mengetahui soal apa yang Ki Reksa maksud dengan Kekuatan Batin”

“Hahaha! sudah sepantasnya kamu tidak mengetahui apapun soal ini anak muda, sudah rahasia bahwa hanya kasta satria yang mengetahui soal kekuatan batin”

“Mohon petunjuk ki...” Rahendra berlutut dan memberi hormat dengan kedua tangan yang mengepal pada ki Reksa.

“Di Dunia ini Kekuatan Batin adalah bawa'an sejak lahir, tapi hanya ada satu cara untuk mengetahui dan membangkitkan kekuatan batin manusia biasa seperti kita nak”

Ki Reksa kemudian menjelaskan pada Rahendra perihal Kekuatan Batin yang terbagi menjadi beberapa jenis.

Mulai dari Batin Senjata yang memiliki kemampuan untuk menggunakan senjata Satria, mampu menguatkan senjata dan juga menempa senjata, umumnya orang dengan Batin senjata memiliki indra dan bakat yang lebih mahir dalam penggunaaan senjata.

Kemudian Batin Alam yang mampu menggunakan dan meminjam kekuatan Alam seperti Guntur, Api, Air, Tanah dan sebagainya, biasanya orang dengan kekuatan Batin Alam hanya mampu mengendalikan satu Elemen yang ia kuasai, tapi ada beberapa yang mampu menguasi lebih dari satu elemen.

Dan Terakhir, Batin Penunduk yaitu kekuatan yang mampu menjinakan hewan mistis yang mudah di temui di seluruh dataran Raheswara ini, umumnya orang dengan kekuatan ini hanya mampu memiliki ikatan batin dengan 1 ekor binatang mistis yang memiliki ikatan takdir dengan nya.

“Di maganta sendiri ada 3 kuil yang mampu membangkitkan kekuatan Batin, salah satunya adalah kuil Ruhsuci ini sendiri”

“Hamba mengerti ki”

“Nak, ada banyak jalan selain pembangkitan kekuatan batin untuk menjadi Satria sejati tapi ini belum saat nya untuk mu, kamu harus melalui begitu banyak petualangan dan pengalaman untuk mampu menjadi seorang Satria yabg hebat”

“Baik Ki, Hamba akan selalu ingat nasehat ki Reksa”

“Nak, sekarang ikutlah dengan ku” Ki Reksa menuntun Rahendra masuk lebih dalam ke gua.

Semakin dalam mereka berjalan, semakin gelap dan redup cahaya Dinding gua Ruhsuci ini, hingga Rahendra kesulitan melihat. Tapi Rahendra tetap tenang melangkah, mengikuti Ki Reksa yang seolah memberi cahaya untuk Rahendra. Hingga mereka berhenti setelah berjalan selama 5 menit.

“Apakah ini sudah diujung gua? aku tidak mampu melihat melainkan hanya pakaian Ki Reksa yang sedikit bersinar dikegelapan” Gumam Rahendra dalam hati.

Tapi lamunan rahendra seketika lenyap setelah melihat ki reksa kini berganti posisi berlutut dengan sebelah kaki.

“Wahai bumi, langit, kahyangan, surga, dan neraka. aku Satria langit Reksa Diwangga dari Maganta, datang untuk meminta hak yang fitrah bagi manusia. tunjukanlah jalan bagi Satria muda!!”

Seketika semuanya menjadi terang berwarna kebiruan, ada sebuah mata air dalam gua yang lebih mirip sebuah danau kecil dengan dasarnya yang terlihat terang benderang dengan wara kebiruan, dan air yang sangat jernih.

“Nak, majulah... tanggalkan semua pakaianmu dan kemudian masuk kedalam air perlahan hingga mencapai tengah danau, jangan berenang sedikitpun, jagalah kaki mu berada di dasar danau, jangan khawatir tenggelam” Ki reksa berpesan.

“Baik ki, hamba mengerti” Rahendra menanggalkan semua pakaiannya kemudian maju perlahan. Dalam hatinya tiada lain selain bertanya-tanya apakah diriinya ini sedang melakukan bunuh diri, tapi disisi lain hati nya begitu mantap melalui jalan satria, lagipula Rahendra terbisa mencari udang dan ikan di sungai sehingga dirinya yakin tidak akan tenggelam.

Awalnya bagi Rahendra danau nya terasa tidaklah dalam, tapi perlahan semakin ia pergi ke tengah danau maka semakin dalam juga kedalaman dari danau yang ia selami, hingga kedalaman danau hampir mencapai hidungnya.

“Tunggu nak, jangan sekalipun mencoba untuk menahan nafas, atau kau akan gagal!”

Bak disambar petir, Rahendra hanya mampu berkata kasar didalam hatinya. Bagaimana mungkin dia mampu menghirup air yang bahkan terasa sedingin es ini bagi tubuhnya yang mulai menggigil, bahkan ikan pun nampak tidak mampu hidup di Danau itu.

Dalam hirupan pertama membuat Rahendra kesakitan, seketika paru-parunya tertusuk ribuan jarum, namun ia tak gentar, maju selangkah demi selangkah hingga akhirnya semakin dalam ia telah melaju bahkan kini seluruh tubuhnya telah terendam air. tak dapat dibayangkan olehnya apabila seluruh prajurit Maganta harus menjalani ritual mematikan nan menyiksa ini.

Rahendra seolah menahan tangis, bahkan hampir menyerah karena tak mampu menahan sakit yang amat sangat, tapi tekadnya untuk melindungi tanah airnya membuatnya tetap melaju, hingga rasa sakit di paru-parunya terasa sirnah.

Ajaib! kini Rahendra seolah mampu bernafas dalam air, kini hanya rasa kagum yang tersisa dibenak nya. Semakin dalam ia menapakan kaki di dasar danau semakin tenang pula batin nya.

Semakin dalam ke permukaan danau pandangannya seolah semakin terang, ia mampu melihat seolah terang didalam danau yang gelap.

Mengherankan bagi Rahendra, tubuhnya tidak mengambang meski didalam danau, bahkan mampu bernafas di dalam nya.

“Apa itu? sebuah pohon berdaun emas di bawah air?” Rahendra mendekat ke sebuah pohon yang terlihat sangat besar di tengah permukaan danau.

Di pohon itu bertuliskan "Bangkit" dalam tulisan Maganta kuno. Hawa yang dihadirkan oleh pohon tua misterius itu rasanya membuat Rahendra nyaman dan mengantuk, begitu menghangatkan di air yang sedingin itu.

Rasa kantuk yang sangat amat menggelayuti Rahendra kini, ia berusaha kuat untuk tidak tertidur, langkahnya tegap perlahan menuju ke arah pohon tua itu.

*srrrkkkk!!

Tiba-tiba akar pohon itu memanjang menggapai tubuh Rahendra, melilitnya dengan lembut. Normalnya orang awam akan ketakutan dengan lilitan itu, tapi yang dirasakan Rahendra saat ini hanyalah kenyamanan hingga tak sadar tubuhnya sedikit demi sedikit masuk kedalam pohon tua itu dan tertidur didalamnya.

“Hah? dimana aku?” Rahendra tersadar dari tidurnya dan berada di ruangan hampa berwarna putih sejauh mata memandang.

“Rahendra...” Suara pria tua menggema disekeliling ruang hampa itu.

“Rahendra...” Sekali lagi membuat Rahendra semakin waspada.

“Siapa??”

“hahahah... siapa aku? siapa kamu?”

Rahendra terdiam, teringat dirinya yang berniat menjadi seorang Satria dan tersadar akan apa yang sudah dilaluinya hingga terserap kedalam pohon misterius.

“Apa aku berada didalam pohon itu?” Rahendra bergumam dalam hati.

“Benar Rahendra, aku lah sang pembangkit Batin, penjaga pohon Kebangkitan, hmm... Aku fikir nak Reksa membawakan aku pemuda yang lancang”

“Mohon ampun ki, hamba telah lancang”

Rahendra segera berlutut memberi hormat.

“Rahendra... aku telah melihat masa lalu mu, sungguh tragis kamu bahkan tidak mengetahui siapa dirimu.”

“Mohon ampun ki, hamba tidak mengerti”

”Bangunlah nak, kamu bukanlah seorang dari kasta bawah lagi. mulai hari ini akan ku anugerahkan Kasta Satria padamu, jangan terlalu merendah lagi, lupakan masa lalu mu sebagai orang dari Kasta bawah”

Seketika itu juga tubuh Rahendra terasa sakit, seluruh tubuhnya bergetar hebat, Tumbang dan terus menggigil merasakan sakitnya yang tak kunjung henti, hingga menggeliat kesana kemari.

Satria

"Arghhhh!!!" Rahendra masih terus kesakitan selama lebih dari 3 jam berlalu, menggeliat kesana kemari. membuatnya hampir merasa lebih baik mati.

"Tidak mudah menempuh jalan seorang Satria, rasa sakit yang kamu lalui sekarang hanyalah awal dari segala yang akan di lewati oleh seorang Satria"

2 jam kemudian berlalu barulah rasa sakit ditubuh Rahendra menghilang perlahan, hingga akhirnya pulih dalam 1 jam selanjutnya. pandangan matanya memudar, tubuhnya tidak lagi bertenaga hingga akhirnya kesadarannya pun mulai berkurang dan kemudian tumbang.

Setelah beberapa lama Rahendra mulai membuka mata perlahan, melihat ke sekelilingnya sebeleum kemudian merasakan ada yang berbeda dari dirinya.

"Wahai Satria muda, kekuatan Batin mu telah bangkit. akan ada ciri yang berbeda di setiap Kebangkitan kekuatan Batin."

Suasana hening sejenak sebelum Penjaga Pohon Kebangkitan kembali menjelaskan.

Untuk kekuatan Batin senjata biasanya perubahan nya terlihat di fisik yang bertambah kuat dan lebih berotot. sedangkan Kekuatan Batin Alam biasanya terletak pada perubahan warna rambut yang mengikuti unsur alam, seperti misalnya orang yang memiliki penguasaan terhadap Petir akan memiliki warna rambut kuning emas dan yang memiliki kuasa pada tumbuhan memiliki rambut berwarna hijau. kemudian yang terakhir adalah kekuatan Batin Penunduk yang memiliki perubahan di bentuk dan warna Mata yang menjadi merah, hijau dan sebagainya tergantung pada kebangkitannya masing masing pada hewan mistis yang ditakdirkan.

"Sebaiknya kau melihat dirimu sendiri sekarang nak"

Tiba-tiba sebuah cermin besar keluar dari dalam tanah dari ruangan hampa tepat di depan mata Rahendra.

"ini..." Rahendra melihat kedua bola mata nya yang mengalami perubahan, kornea matanya yang dulu berwarna hitam kini menjadi sebiru lautan, dan seperti terdapay kristal es didalamnya jika dilihat dengan lebih teliti.

"Wahau Satria muda ku anugerahkan lambang Satria Bumi padamu"

Berbagai tulisan bahasa Maganta melayang ke tubuh Rahendra yang telanjang. mengelilingi tubunya sebelum akhir nya menempel ke bagian punggung lengan nya bertuliskan "Bangkit" .

"Sebelum pergi akan sulit bagimu menjelajahi Dunia ini sebagai prajurit, untuk Seorang Satria dengan kekuatan Batin penunduk tidaklah bisa langsung berbagung dengan prajurit Maganta"

"Mohon petunjuk ki" Rahendra berlutut dengan sebelah kaki.

"Untuk Batin penunduk kamu harus menemukan Hewan Mistis, kekuatan ini sangatlah lambat kemajuannya. Ditambah menemukan Hewan Mistis yang ditakdirkan tidak lah mudah"

"Bagaiman hamba menemukan Hewan Mistis yang ditakdirkan untuk hamba ki?"

"Di dekat Ruhsuci ada sebuah hutan larangan yang dipenuhi Hewan Mistis, mencarinya tidaklah mudah tapi mata mu akan menuntun mu"

"Baik ki, hamba mengerti"

"Sebaiknya kau berlatih dengan Nak Reksa sebelum pergi ke hutan larangan. ku beri kau ini.."

Muncul tunas tanaman dari bawah tanah, kemudian menjulur keatas, dua tunas saling melilit hingga menjadi sebuah tongkat sepanjang hampir setinggi Rahendra"

"Ambil.."

"Hamba sangat berterimakasih ki.."

"Sudah kubilang jangan lagi terlalu merendah, kamu adalah Satria tidak sepantasnya bersikap seperti itu atau akan menjadi senjata bagimu dimasa depan"

"Baik ki... aku mengerti.."

"Bagus.."

Rahendra mencabut Tongkat yang terbuat dari tanaman itu, Betapa takjubnya dirinya akan kerasnya tongkat itu yang melebihi Besi.

Gumpalan kabut menyelimuti seluruh Ruangan sebelum pandangan mata Rahendra menjadi kabur. dan kemudian membawanya sekali lagi Tertidur perlahan.

*Splashh!!

Tubuh Rahendra seolah tercebur kembali Ke Danau yang dingin, butuh waktu untuk Rahendra menyadari yang terjadi disekitarnya.

"Danau ini... hmm.. Aku sebaiknya segera ke permukaan, Tunggu.. Tongkat Dari ki Penjaga Pohon Kebangkitan, ah sudah digenggaman tanganku"

Beberapa saat kemudian Rahendra berhasil naik ke permukaan.

"Hahahaha! Anak muda yang menarik, Cepat kemari nak!"

Rahendra mendekat pada ki reksa dengan tubuh yang menggigil.

"Ki.. saya hampir mati tadi"

"Hahahah.. bukannya kamu sendiri yang ingin jadi satria? lihatlah cara bicaramu sekarang sudah berubah dalam sekejap"

"Hamba mohon ampun ki"

"Hahahah kau benar-benar membuat orang tua ini tertawa, tidak usah kembali begitu juga. aku lebih suka kau yang tidak terlalu tegang tadi, kau sekarang Satria nak" Ki Reksa menepuk punggung Rahendra.

Tubuh Rahendra anehnya mengering dengan sendiri nya setalah di tepuk oleh Ki Reksa, bahkan tubuhnya kini terasa hangat.

"Kau mau Diam terus seperti itu sampai kapan? cepat pakai bajumu"

"Ehh.. baik ki maaf.." Rahendra segera mengenakan pakaiannya.

"Aku yakin Ki Anturi menyuruhmu berlatih denganku kan?"

"Maksud ki Reksa, Aki penjaga pohon kebangkitan itu?"

"Nak... Ki Anturi sudah berjaga di pohon itu mengawasi semua anak muda dari Ruhsuci selama 300 tahun dari bawah sana, tugasnya cukup berat bukan?" Ki Reksa tersenyum, namun terlihat kesedihan didalam nya.

"Itu kah caranya mampu mengetahui namaku saat aku bahkan baru masuk ke Pohon kebangkitan ki?"

"Benar nak.. itulah kekuatan mata tanaman dari Ki Anturi sang Pemilik kekuatan Batin Alam Tanaman, ia mampu melihat dan mendengar keadaan seluruh Ruhsuci meski tubuhnya diam dibawah sana"

"Ki... Apakah yang membuat Ki Anturu berada di dalam sana?" Rahendra bertanya dengan penuh rasa penasaran.

"Nak... Apakah kamu tau arti dari Satria?"

"Mohon petunjuk ki"

"Satria adalah mereka yang menanggung beban, seorang Satria harus mampu melindungi seluruh manusia tidak peduli dari kasta manapun, ia yang menjadi kunci dari keselamatan Dunia"

"Tapi ki.. bukankah Kasta adalah sesuatu yang mengikat manusia, lalu kenapa Para Satria juga bertarung dengan Satria dari negara lain? bahkan malah membuat penduduk Maganta terancam?"

"Nak... jalan mu adalah jalan Satria, kamu lah yang akan membuka matamu sendiri akan pertanyaan mu"

"Baik Ki... Aku akan mengingat nasehat Ki Reksa" Rahendra berlutut sebelah kaki. memberi ki reksa penghormatan.

"Selanjutnya temui orang tua mu yang telah menunggu nak, Ku beri waktu 1 hari untuk mengantar dan berkumpul bersama orang tua mu sebelum esok benar benar menempuh jalan Satria bersama ku"

"Baik ki..."

Rahendra pun meninggalkan Kuil Ruhsuci dan bertemu Dengan kedua orang tuanya dan tersenyum penuh makna memeluk kedua orang tua nya yang kini telah renta, termakan usia.

lalu ketiganya kembali pulang.

Malam berlalu Rahendra tidak mampu tidur, dan keluar kamarnya, kemudian teruduk di teras dari gubuk tua yang menjadi saksi awal kehidupannya.

yang terbesit olehnya kini hanya rasa bersalah, dan takut untuk meninggalkan orang tua nya yang telah tua, yang Rahendra takutkan hanyalah untuk menempuh jalan satria dia tidak dapat bertemu dengan orang tua nya lagih. semuanya terbesit menjadi satu difikirannya sebelum akhirnya pagi datang menjemput.

kini Rahendra mantap untuk pergi, memeluk kedua orang tuanya cukup lama karena Ibunya terus menangis, meninggalkan rasa bersalah di hati nya.

"Bu.. pak.. Rahendra pergi"

"Jaga dirimu nak.. kamu pasti bisa menjadi Satria yang hebat."

######

Hai semua!!

terimakasih sudah membaca karya ku ini, jika kamu suka mohon dukungannya dengan Like dan tambahkan ke favorit yah.. supaya aku makin semangat menulis.

Sampai Jumpa!

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!