Happy Reading
⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳
Di dunia ini, tidak akan ada yang namanya keabadian. Kecuali jika kamu mampu menorehkan namamu dalam dalam tubuh waktu. Catatan waktu akan lebih panjang dari batang umur dan lebih abadi dari memori manusia yang mudah pikun termakan usia. Sekali waktu mengukir namamu, sepanjang sejarah hingga dunia berakhir, akan ada manusia yang akan menyebut dan mengingatmu. Tak peduli catatan apa yang kau tinggalkan, entah baik atau buruk, tak ada beda. Detak waktu akan terus membawanya hingga waktu tak dapat lagi bergulir di dunia ini.
"Jelajahi Waktu Terbaikmu dan Abadikan Kisahmu" adalah selogan yang terpampang di dinding sebuah toko arloji bernama "My Time". Lelaki bernama lengkap Jeevan Aleser adalah pemilik dari toko ini. Orang-orang hanya mengenalnya dengan nama Jeevan, bahkan dia lebih familiar dipanggil Tuan Jee.
Meski cukup ramah, sebenarnya Jeevan adalah laki-laki pendiam. Dia tak pernah banyak bicara bahkan kepada pelanggannya. Hanya saja, dengan wajah tampan dan kharismatik yang dia miliki, Jeevan menjadi magnet tersendiri untuk pelanggan-pelanggan di tokonya, utamanya dari kaum hawa.
Toko arloji milik Jeevan, meski tak begitu besar tapi selalu ramai pengunjung. Pelanggannya tak hanya dari kalangan masyarakat biasa, tetapi juga dari kaum elit dan petinggi negara. Maklum saja, toko yang ukurannya tak seberapa besar ini mampu menyediakan arloji merk apapun yang dipesan pelanggan. Tentunya, semua barang yang dijual di sini adalah barang asli. Kerena itu, toko ini memiliki banyak pelanggan setia. Kualitas barang di toko ini tidak diragukan lagi.
Dalam menjalankan bisnisnya, Jeevan dibantu seorang karyawan bernama Ryan. Pemuda ini telah lama bekerja pada Jeevan dan sekaligus menjadi orang kepercayaan Jeevan. Jeevan percaya sepenuhnya pada Ryan untuk mengurus tokonya jika ia sedang berada di luar kota atau di luar negeri. Ryan tahu, tuanya memang memiliki hobi jalan-jalan di samping berbisnis. Sudah biasa bagi Ryan jika Jeevan tidak pulang beberapa hari lamanya.
"Tuan Jee, penjualan kita dibulan ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Merk baru yang Tuan katakan memiliki kualitas bagus itu kini menjadi incaran para pelanggan. Anda benar-benar jeli membaca keinginan konsumen," ucap Ryan.
"Itu bagus jika penjualan meningkat," jawab Jeevan datar.
"Akhir bulan ini apa Tuan Jee jadi pergi ke luar kota?" tanya Ryan memastikan agenda majikannya.
"Tentu saja ... dan kau harus menjaga toko ini baik-baik," Jeevan menepuk bahu Ryan.
"Baik, Tuan. Saya mengerti."
Tak berapa lama, beberapa pelanggan datang. Dua orang gadis yang masih berseragam sekolah. Selain itu juga ada seorang laki-laki paruh baya dengan seorang pengawalnya. Laki-laki ini tampaknya orang penting.
"Ada yang bisa kami bantu, Tuan, Nona? Silahkan jika ingin melihat-lihat dulu," ucap Ryan dengan sopan.
"Kami ingin dilayani laki-laki tampan yang di sana," ucap salah satu gadis sambil menunjuk Jeevan yang duduk dibelakang meja kasir.
"Tentu saja, Nona. Mari silahkan ... Kalian ingin arloji yang seperti apa?" tanya Jeevan. Dia sudah terbiasa dengan situasi seperti ini.
Sementara itu, Rryan sibuk dengan laki-laki paruh baya yang datang hampir bersamaan dengan kedua gadis tadi. Laki-laki itu sepertinya pelanggan tetap. Dia mencari model terbaru dari merk arloji yang biasa dia pakai. Tidak butuh waktu lama Ryan menunjukkan barang yang diinginkan. Setelah melihat sebentar dan yakin, laki-laki tadi membayar arlojinya. Transaksi selesai. Ini sangat berbeda dengan dua gadis tadi. Akan butuh waktu "berjam-jam" untuk mereka menentukan pilihan.
"Kakak tampan, menurutmu mana yang lebih cocok untukku, yang ini atau yang ini?" tanya gadis satu.
"Apa ini akan elegan jika aku yang memakai?" tanya gadis satunya.
"Nona-nona, itu adalah barang bagus. Ini akan cocok untukmu dan yang ini untukmu," ucap Jeevan sambil tersenyum.
"Kakak tampan, siapa namamu?" salah satu gadis itu mengalihkan pembicaraan.
"Kalian bisa memanggilku Jee," Jeevan masih bersikap ramah.
"Kak Jee, apa punya waktu? Bagaimana jika kita pergi makan?"
"Maaf, aku masih harus bekerja di sini," jawab Jeevan.
"Sayang sekali, padahal ...."
"Aku bantu pasangkan ini di tanganmu, ini sangat cocok untukmu," potong Jeevan.
"Benarkah? Kalau begitu aku akan membeli yang ini ..." ucap si gadis sambil memandangi arloji di tangannya.
"Bagaimana denganku, Kak Jee?" rengek gadis satunya dengan manja.
"Emmm.... aku rasa kau akan cantik dengan yang ini," Jeevan menyodorkan sebuah arloji kecil model klasik tetapi manis.
"Aku akan menyukai apapun yang Kak Jee pilihkan asal Kak Jee juga memasangkannya di tanganku," ucap gadis berambut sebahu dengan centil.
"Tentu, dengan senang hati," ucap Jeevan.
Begitulah Jeevan memperlakukan pelanggan wanita yang datang ke tokonya. Sejengkel apapun dan semalas apapun dia bicara, dia akan tetap berujar manis dan memberi senyum hingga tak ada satupun pelanggan yang pulang tanpa membeli barang.
"Baiklah nona-nona, itu arloji kalian. Silahkan melakukan pembayaran di kasir," kata Jeevan dengan wajah yang manis.
Kedua gadis tadi berjalan menuju kasir. Ryan menyambut mereka.
"Ingin pakai kartu atau cash, Nona?" tanya Ryan.
"Aku pakai kartu," kata gadis pertama.
"Aku juga," jawab gadis kedua.
"Baik, Nona. Mohon tunggu sebentar." Ryan menggesek kartu yang yang diberikan. "Tolong pin nya, Nona," sambung Ryan.
Gadis berambut sebahu itu masukkan pin yang diminta. Transaksi selesai. Ryan kemudian memproses transaksi gadis satunya. Tak sampai satu menit transaksi berhasil. Ryan meyerahkan nota pembelian, box, dan kartu garansi.
"Terima kasih telah berbelanja, Nona. Kami selalu menunggu kunjungan kalian lagi," kata-kata prosedural yang harus diucapkan setelah pelanggan selesai melakukan pembayaran.
"Oke," jawab kedua gadis itu hampir bersamaan.
"Akhirnya mereka pergi juga," gumam Jeevan.
"Tuan sangat hebat. Setiap pelanggan yang Tuan tangani tidak pernah lolos," puji Ryan.
"Bekerjalah dengan baik. Pelanggan kita datang lagi."
"Baik, Tuan. Akan saya layani." Ryan beranjak menghampiri pelanggan yang baru masuk.
Jeevan tahu siapa yang datang. Ryan bisa mengatasi langganannya yang satu ini. Jeevan tidak perlu turun tangan. Dia kemudian melihat ponselnya. Membuka internet. Mencari sebuah berita.
Berbagai laman di media online ramai memuat pemberitaan tentang acara lelang berlian akhir bulan nanti. Akan ada beberapa berlian yang dilelang. Adapun yang menarik perhatian Jeevan diantara semuanya adalah keberadaan Merah Delima. Sebuah berlian berwarna kemerahan yang langka.
"Kau sangat indah," ucap Jeevan lirih. Matanya memandangi foto-foto berlian Merah Delima yang bertebaran di dunia maya.
"Tuan, apa Anda membaca berita online tentang pameran berlian?" tanya Ryan.
"Kenapa?" Jeevan balik bertanya.
"Akhir-akhir ini banyak pencurian barang antik dan berlian. Pencurinya sepertinya adalah orang yang sama. Dari pemberitaan yang beredar, selalu ditemukan simbol seekor singa yang memakai kalung berlambang huruf A di setiap lokasi. Orang-orang menyebut pencurinya sebagai Mr. A. Apa menurut Tuan dia akan muncul untuk mencuri di pameran nanti?"
"Mana aku tahu. Itu bukan urusan kita. Jangan buang waktumu untuk mengurusi hal yang bukan urusanmu!" ucap Jeevan.
"Maaf, Tuan. Saya hanya penasaran. Mr. A sangat hebat. Tak pernah tertangkap dan identitasnya sangat misterius," kata Ryan penuh kekaguman.
"Orang yang cerdas dapat melakukan apapun. Terlebih dia pasti dapat memanfaat waktu dengan baik. Memiliki waktu yang tepat untuk bertindak ... dan tidak akan tertarik mengurusi perkara orang lain," tutur Jeevan.
"Maaf, Tuan Jee. Sepertinya saya terlalu banyak mulut hari ini, hahaha ..." kelakar Ryan tapi tak lagi mendapat tanggapan dari Jeevan.
~Happy Reading~
❤️
❤️
❤️
⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳
Sekilas, rumah Jeevan seperti rumah pada umumnya. Tak terlihat ada keanehan. Sebuah rumah lantai dua yang tak terlalu besar. Ada pekarangan di belakang rumah dan halaman depan yang cukup asri.
Meski tak terlalu besar, tetapi rumah ini sangat nyaman. Beberapa pohon rindang yang sengaja ditanam Jeevan di sekelilingnya rumahnya membuat rumah ini terasa sejuk ketika siang. Perabot dan tata ruang rumah Jeevan juga tak terlalu mewah. Kebanyakan cenderung bergaya minimalis tapi klasik.
Jeevan tinggal sendirian. Setiap akhir pekan, akan ada dua orang yang diminta untuk membersihkan rumahnya. Kecuali untuk mengurus pekarangan dan halaman, dua hari sekali ada yang ditugaskan membersihkannya. Pada dasarnya Jeevan adalah orang yang rapi dan suka kebersihan. Tak ada banyak sampah di rumahnya. Lagi pula, dia lebih banyak menghabiskan waktu di tokonya.
Selain orang-orang yang bekerja membersihkan rumah, hampir tak pernah ada yang berkunjung ke rumah Jeevan. Kalaupun ada, orang itu pastilah Ryan yang dipanggil Jeevan karena sebuah urusan penting dan mendesak. Itu pun sangat jarang. Jika tidak ada hal mendesak, Jeevan tidak ingin ada urusan toko yang dia bawa pulang ke rumahnya.
Rumah Jeevan memang tak terlihat aneh dari luar. Tak akan pernah ada yang menyangka, rumah yang biasa saja ini adalah sarang buronan internasional. Rumah Jeevan menyimpan rahasia besar. Sebuah ruang bawah tanah yang misterius dia bangun untuk menyimpan koleksi barang curiannya.
Ruang rahasia ini bahkan memiliki sebuah lorong yang tembus hingga puluhan kilo meter dari rumahnya. Ujung lorong itu tidak lain adalah gudang barang miliknya yang berada tepat di samping toko arlojinya. Sebuah papan listrik super canggih menjadi alat transportasi andalan Jeevan untuk menyusuri lorong tersebut.
"Sebentar lagi, kalian akan memiliki teman baru yang cantik. Si Merah Delima akan segera berada bersama kalian di sini," ucap Jeevan sambil memandangi koleksi berlian curiannya.
Jeevan sangat menyukai berlian dan barang-barang antik. Semua barang yang dia curi juga bukan barang sembarang. Dia selalu pilih-pilih. Hanya yang paling indah diantara yang indah yang akan dia ambil. Barang-barang mahal dengan nilai sejarah dan seni tinggi juga menjadi incarannya. Jeevan bahkan memiliki lukisan-lukisan kuno dan guci-guci dari abad pertengahan yang dia curi dari beberapa museum.
"Mereka terlalu bodoh untuk bisa menghalangi dan menangkapku. Mereka bisa menjaga ketat target incaranku, tapi sayangnya aku memiliki ribuan cara untuk menerjangnya. Aku seorang Aleser, singa tak terkalahkan. Aku tidak pernah mengandalkan keberuntungan, karena aku menciptakan peluang dan kesempatan untukku sendiri dalam meraih apa yang kuinginkan. Siapapun yang menghalangi singa, hanya akan menjadi domba yang berlumur darah dengan sekali ayunan cakarku ..." Jeevan bicara di depan cermin pada bayangannya sendiri.
Sekali lagi, tak akan ada yang mengira bahwa Jeevan adalah penjahat yang diburu berbagai negara karena aksi pencuriannya. Selain itu, siapa juga yang bakal mengira jika dibalik wajah tampan nan rupawan milik Jeevan, dia adalah seorang yang sadis dan kejam.
Dibalik senyum ramahnya, dia menyimpan ribuan trik mematikan. Entah sudah berapa orang yang terluka bahkan kehilangan nyawa akibat aksinya. Dia tak peduli, asal bisa memeroleh barang incarannya, berapa nyawa pun yang menjadi korban dianggapnya biasa. Jeevan Aleser adalah dua bilah mata pedang. Satu sisi adalah wajah baiknya sebagai Jeevan dan sisi lainnya adalah Aleser, singa tak berperasaan.
"Pencuri yang mengandalkan keberuntungan tak pantas memiliki kesempatan menjadi pencuri! Aku adalah Aleser, aku menciptakan ribuan kesempatan untukku sendiri dan mengubah setiap situasi menjadi keberuntungan bagiku! Tak ada kegagalan, yang ada adalah keberhasilan dalam genggaman ...." Jeevan menyunggingkan senyum licik penuh kebanggaan. Sebuah senyum yang tak pernah dilihat orang lain. Hanya dirinya sendiri dan bayangannya dalam cermin yang tahu dan bisa melihat adanya senyum licik itu.
~Happy Reading~
⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳
"Tuan Jee, Anda akan berangkat sekarang?" tanya Ryan.
"Iya, jaga toko baik-baik," jawab Jeevan singkat.
"Kapan Anda akan kembali?"
"Besok malam aku sudah kembali. Aku hanya akan menghadiri pesta pernikahan rekan lamaku," tutur Jeevan.
"Baik, Tuan. Saya mengerti. Hati-hati di jalan."
"Hmmm ...."
Jeevan langsung meninggalkan Ryan di toko. Ia membawa sebuah koper kecil berisi baju gantinya. Jeevan tak pernah membawa banyak barang ketika bepergian. Bagi Jeevan, yang perlu dibawa hanyalah rencana matang dan sempurna. Juga peralatan tempur yang ada dalam bagasi mobilnya.
Jeevan mengemudikan mobilnya dengan cepat. Meski tampak seperti mobil biasa pada umumnya, tetapi sebenarnya mobil Jeevan telah dimodifikasi. Tak hanya kecepatan mobil yang bisa bertambah melebihi batas normal, mobil Jeevan juga sudah dilengkapi beberapa senjata. Selain itu, sudah pasti mobil ini anti peluru.
Setelah beberapa jam berkendara, Jeevan sampai di kota tujuannya. Hari sudah menjelang senja. Jeevan langsung memesan kamar hotel. Dia ingin beristirahat sejenak dan membersihkan dirinya. Malam ini dia harus melihat lokasi untuk menjalankan aksinya esok hari.
\*
Lokasi pameran telah dijaga ketat meski barang-barang berharga yang akan dipamerkan belum dipajang. Beberapa panitia sibuk menata lokasi. Sementara itu petugas keamanan berjaga di beberapa titik dan sebagian melakukan patroli keliling lokasi.
Jeevan dengan kemampuannya telah berbaur dengan panitia. Dia menyamar menjadi bagian dari mereka. Tak seorang pun curiga. Dengan peralatan canggih yang dia miliki, dia berhasil mengelabuhi sistem keamanan sehingga dia dapat masuk ke lokasi. Adapun kartu pengenal yang dia miliki adalah hasil pemalsuannya dari data salah seorang panitia. Dia meretas sistem penyelenggara dan berhasil mendapatkan nama-nama panitia yang akan bekerja dalam persiapan pameran.
Jeevan memperhatikan setiap jengkal lokasi dengan teliti. Dia merekam semua sudut lokasi dengan kamera kecil yang dia sematkan di salah satu kancing kemejanya. Jeevan juga memasang telinganya tajam. Mencuri dengar tentang formasi keamanan yang akan diterapkan besok. Poin penting lainnya yang harus Jeevan dapatkan malam ini adalah tempat paling strategis untuknya jika terjadi hal buruk dan harus kabur. Dia harus mendapat sebuah celah untuk bisa melarikan diri. Ini adalah skenario tambahan jika aksinya tak berjalan mulus. Meski poin ini jarang terjadi, tapi dia selau melakukan persiapan dengan cermat.
"Belakangan ini telah terjadi beberapa kasus pencurian berlian. Pelakunya adalah Mr. A dan sampai sekarang belum tertangkap. Ada kemungkinan besok dia akan beraksi di sini. Karena itu, kita harus melakukan pengamanan dengan ketat. Kita dia benar-benar datang, kita harus menangkapnya baik dalam kondisi hidup ataupun mati!" ucap seseorang. Sepertinya dia adalah komandan dari pasukan keamanan.
Kalian ingin menangkapku? Bahkan ingin membunuhku? Bermimpilah kalian! Esok kalianlah yang akan meregang nyawa di sini jika berusaha menghalangiku! ujar Jeevan dalam hati. Senyum seringainya tipis mengembang.
Setelah memastikan semua akan berada dalam jangkauan kendalinya besok, Jeevan bersiap meninggalkan lokasi. Tak lupa, ia menyembunyikan beberapa peralatan penyamarannya di lokasi yang aman. Terakhir Jeevan mengecek kondisi sekitar gedung tempat diselenggarakannya pameran. Ada taman umum yang cukup luas di dekatnya.
"Besok, di sini akan ramai pengunjung. Ini sempurna sebagai tempat bersembunyi," ujar Jeevan lirih. Sebuah rencana bergulir di otaknya.
Hal menguntungkan lain, lokasi ini tak jauh dari gedung tempat relasi Jeevan mengadakan pesta pernikahan. Jika diperlukan alibi, ini akan sangat sempurna. Pesta pernikahan itu seperti jalan yang mulus untuknya kabur dari kecurigaan siapapun. Sungguh, sebuah kebetulan yang menguntungkan bagi Jeevan.
\*
Hari beranjak siang. Jeevan telah siap menghadiri pesta pernikahan temannya. Dia bergegas menuju lokasi. Tak lupa dia membawa sebuah kotak berisi hadiah untuk sang teman.
Jeevan menikmati pesta itu sebagaimana tamu-tamu yang lain. Tak ada hal mencurigakan. Hingga 30 menit berlalu, Jeevan meminta izin pada beberapa rekan yang duduk bersamanya untuk pergi ke toilet. Tentu ini hanya sebuah alasan.
Jeevan memang pergi ke toilet. Tetapi ketika keluar dari toilet, yang muncul sudah bukan Jeevan lagi. Seorang pria paruh baya dengan jenggot lebat dan kumis tipis. Seseorang yang jauh berbeda dari sosok Jeevan. Tak ada yang akan mengetahui karena Jeevan sudah memastikan kamera CCTV di koridor menuju kamar mandi tidak berfungsi. Lagi-lagi dia sudah melakukan sabotase.
Jeevan kemudian kabur meninggalkan lokasi pesta lewat pintu samping gedung. Lalu menuju ke taman sambil mengamati kondisi. Dalam hitungan menit, Jeevan sudah sudah berada di pintu masuk gedung pameran.
Pemeriksaan ketat dilakukan petugas kepada setiap tamu yang masuk. Selain harus membawa undangan, tamu-tamu yang datang juga digeledah satu per satu. Pada tahap ini, tak ada kendala yang dihadapi Jeevan. Jangan tanya dari mana dia mendapatkan undangannya. Tentu dia mencurinya dari seseorang. Saat digeledah, petugas juga tidak menemukan apapun. Jeevan memang tidak membawa apapun yang berbahaya. Semua senjata yang Jeevan perlukan sudah disembunyikannya dalam gedung semalam.
Suasana cukup ramai. Sudah banyak undangan yang hadir. Seperti pengunjung lain, Jeevan menikmati keindahan barang-barang yang dipamerkan. Fokus Jeevan tentu satu, berlian Merah Delima.
Jeevan memandangi tergetnya yang berada dalam box kaca. Ada rangkaian pola sinar pengaman. Selain itu ada garis batas dan ranjau listrik yang melindungi di sekitar kaca. Jeevan hanya tersenyum memandangnya dari posisi agak jauh. Ada jarak sekitar satu setengah meter. Pengunjung memang tak bisa terlalu dekat apa lagi menyentuhnya.
Setelah memastikan kondisi terkendali seperti yang dia rencanakan, Jeevan bergegas ke sebuah ruangan tempat dia menyembunyikan perlengkapannya. Dalam sekejap, Jeevan telah berubah. Kini dia menyamar sebagai petugas keamanan. Senjata dan peralatannya pun sudah dia ambil. Kini Jeevan membaur bersama petugas yang lain dan bersiap menjalankan aksinya.
Dengan leluasa dan tanpa dicurigai, Jeevan pergi ke berbagai sudut. Dia seakan sedang melakukan patroli. Tetapi yang sebenarnya dia lakukan adalah mendekati tempat dia memasang peledak semalam dan ingin menyalakan pemantiknya.
"Hei, apa yang kamu lakukan di sana? Kita harus berkeliling," kata seorang petugas jaga.
"Iya, tentu saja. Aku hanya ingin memantau kondisi di luar gedung dari jendela tadi," ucap Jeevan.
"Apa ada yang mencurigakan?"
"Tidak ada kawan. Kondisi di luar baik-baik saja. Tetapi ... aku tidak yakin dengan keadaan di sini,"
"Apa maksudmu?"
Jeevan hanya tersenyum tanpa memberi jawaban. Kemudian, tiba-tiba sebuah ledakan terjadi. Orang-orang panik. Sirine tanda bahaya berbunyi. Suasana dalam sekejap menjadi kacau balau. Semua berebut untuk keluar. Petugas kewalahan menenangkan pengunjung. Apa lagi disusul ledakan lain di sisi lain gedung. Suasana semakin tak terkontrol.
Ditengah kekacauan, Jeevan mematikan aliran ranjau listrik yang ada di sekitar berlian. Tanpa ada yang menyadari, Jeevan mengambil berliannya dan menggantinya dengan patung singa kecil berkalung huruf A. Setelah itu Jeevan memasukkan berliannya ke dalam sebuah bola berwana silver. Bola itu kemudian dilemparnya keluar gedung melalui tembok yang telah hancur karena ledakan.
Setelah itu, dengan tenang Jeevan membatu korban yang terluka. Memapahnya ke luar gedung dan mengantarnya ke mobil ambulans. Tak ada seorang pun yang curiga pada Jeevan. Dengan penuh kemenangan, Jeevan tersenyum kecil. Dia menatap gedung tempat pameran yang sudah kacau. Dia lalu menyelinap meninggalkan kerumunan. Berjalan menuju taman.
Jeevan mencari toilet umum dan mengganti pakaiannya. Setelah itu, dia mengaktifkan alat pelacaknya. Mencari kebenaran bola silver berisi berlian miliknya. Dia menemukan titik lokasi bola itu berada. Ternyata bola itu sudah berada dalam genggaman seorang anak kecil.
"Hai nak, bolamu sangat indah. Bagaiamana jika Paman menukarnya dengan es krim dan coklat ini?" Jeevan merayu untuk melakukan barter.
Anak kecil itu memandangi Jeevan. Sejenak kemudian melihat bola di tangannya. Anak itu lalu tersenyum.
"Baiklah, Paman ambil saja. Ini juga bukan bolaku," kata si anak.
"Oke anak baik .... Ambil ini dan biar Paman yang menyimpan bolanya," ucap Jeevan sambil tersenyum.
Barter berjalan mulus. Misi selesai. Jeevan kembali ke lokasi pesta pernikahan temannya. Seakan tak terjadi apapun, Jeevan kembali berbaur dengan rekan-rekannya.
"Kenapa kau lama sekali di toilet?"
"Aku tidak tahu, perutku tiba-tiba sangat sakit, mungkin aku tidak cocok dengan salah satu hidangan yang kumakan tadi," jawab Jeevan dengan kebohongannya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!