Seruni Mayang berusia 21 tahun, terpaksa harus menikah dengan Randi. Ia di jodohkan oleh ibu tiri nya pada pria arogan dan tempramen itu, demi bisa melunasi hutang kakak tiri nya bernama Sonya pada Randi.
Mayang menempati rumah orang tua Randi, dan satu rumah dengan mertua juga kakak ipar nya yang sudah menikah.
Selama ini Mayang selalu di perlakukan semena-mena oleh suami dan keluarga suaminya. Kecuali Rion yang merupakan suami Lia, kakak kandung Randi.
"Mayang, kenapa kamu tidur di teras? Ayo masuk, disini dingin. Apa Randi yang melakukan ini?" ajak Rion, yang baru pulang dari bekerja. Ia terkejut melihat Mayang yang tidur meringkuk diatas lantai teras.
Mayang yang kaget mendengar suara bariton milik kakak iparnya langsung duduk dan menunduk malu. "Nggak papa mas! Aku takut mas Randi akan memarahiku, jika aku memaksa masuk dan tidur di dalam."
"Keterlaluan sekali Randi, bisa-bisa nya menyuruh istrinya tidur di luar, padahal di luar hujan deras." Rion menggertakkan rahangnya hingga menegas.
Ia membantu Mayang untuk bangun, namun Mayang menolaknya. "Mas, aku nggak berani masuk!" ucap Mayang dengan suara serak.
Rion menghembuskan nafas kasar dan menatap iba pada wanita itu, ia berlutut menopang tubuhnya menggunakan satu kaki, untuk mensejajarkan tubuhnya dengan Mayang, dan menatap lekat Mayang yang sedang menangis. Ia melihat ada bekas telapak tangan yang memerah di pipi kiri Mayang.
"Apa yang terjadi?" tanya Rion dengan nada dingin.
Mayang tak mampu mengucapkan sepatah katapun. Ia menggelengkan kepalanya pelan, lalu kembali terisak. Isak tangis Mayang terdengar pilu di pendengaran Rion.
Ia menarik tubuh Mayang dan memeluknya, Rion mengusap-usap punggung Mayang agar tenang.
Rion melihat arloji di pergelangan tangannya, yang menunjukan pukul 1 dinihari. Rion baru kembali dari luar kota dan memutuskan untuk langsung pulang ke rumah. Tapi ia di sambut oleh Mayang yang sedang meringkuk diatas lantai teras yang dingin.
"Kenapa kamu tidak bercerai saja dengan pria itu?" ucap Rion.
"Aku tidak mempunyai apapun dan siapapun lagi di dunia ini, hanya mas Randi dan keluarganya yang menjadi keluargaku saat ini." jawab Mayang dengan suara parau. Sebenarnya Mayang berkali-kali berpikir untuk bercerai. Tapi ia takut karena tak memiliki siapapun lagi di dunia ini. Ayahnya meninggal beberapa tahun lalu, sehingga membuatnya harus mau menikah dengan pria arogan seperti Randi.
Hati Rion benar-benar iba mendengar perkataan Mayang. "Jangan siksa dirimu seperti ini, hidup hanya sekali. Kau harus membahagiakan dirimu sendiri, jika tidak ada satu orang pun yang bisa membahagiakanmu. Mereka sama sekali tidak menganggap mu menantu di rumah ini. Mereka hanya menganggap mu pelayan. Pelayan yang harus selalu siap melayani semua kebutuhan anggota rumah, dan pel*c*r gratisan di atas ranjang Randi." kata Rion lagi. Ia ingin membuka pikiran Mayang, agar ia mau meninggalkan Randi. Karena sesungguhnya, kehadirannya di rumah ini sama sekali tidak di anggap.
Setelah Mayang tenang, Rion melepaskan pelukannya pada Mayang. Ia menyeka airmata di wajah Mayang dengan lembut. Jika di lihat dari dekat, ternyata wajah Mayang cantik. Kecantikan yang alami dan tidak membosankan ketika di pandang. Selama ini kecantikan Mayang tertutup oleh wajah tertekan dan lebam. Karena selalu menjadi samsak Randi. Berbeda dengan istrinya Ranti, yang selalu tertutup kosmetik mahal dan tebal. Meskipun cantik, namun kesan sombong dan angkuh sangat terlihat. Hingga tak bisa menggetarkan hati Rion sampai saat ini. Meskipun sudah 3 tahun menikah. Rion menikahi Ranti karena terpaksa. Ranti dulu nya adalah sekertaris Rion. Dan pada satu malam, Rion melakukan kesalahan dengan meniduri Ranti. Hingga membuat Ranti hamil. Mau tak mau Rion harus menikahi Ranti. Meskipun sudah memiliki buah hati dari Ranti. Namun Rion belum bisa membuka hatinya untuk Ranti.
"Aku akan membantumu lepas dari Randi, jika kamu menginginkannya. Dan akan memberikanmu pekerjaan dan tempat tinggal yang layak. Pikirkan baik-baik tawaranku ini, hanya dirimu yang bisa menghargai dirimu sendiri. Sekarang bangun, mereka pasti sudah tidur. Masuk ke dalam dan tidur di kamar tamu. Besok pagi sebelum orang rumah bangun kamu harus sudah keluar dari kamar itu." Rion bangkit dan membantu Mayang untuk bangun.
"Terimakasih mas." ucap Mayang, ketika sudah berdiri.
"Pikirkan baik-baik perkataanku tadi. Hanya dirimu sendiri yang bisa membantumu. Sekuat apapun aku berjuang untuk membantumu, jika dirimu tidak ingin. Sia-sia saja." kata Rion lagi.
Mayang mengangguk paham dan mengekori Rion untuk masuk ke dalam rumah. Keadaan bagian dalam rumah sudah sangat gelap. Menandakan semua penghuni nya sudah terlelap.
"Masuk ke kamar tamu! Aku akan ambilkan air es untuk mengompres memar di pipi mu." kata Rion dengan suara berbisik. Ia takut membangunkan penghuni rumah yang sedang terlelap.
Mayang hanya mengangguk mengikuti perintah kakak iparnya. Ia membuka pintu kamar tamu dengan perlahan, agar tak menimbulkan suara. Sementara Rion, meletakkan jas dan tas kerjanya diatas sofa ruang tengah, dan berjalan menuju dapur untuk mengambil es.
Mayang menatap wajahnya yang merah di depan cermin besar di lemari. Ia kembali menangis meratapi nasib nya yang malang.
"Papa! Mayang rindu!" ucap Mayang dengan Isak tangis. Sebenarnya Mayang merupakan nona muda sebelum ayah nya meninggal.
Namun setelah sang ayah meninggal, kekayaan milik ayahnya di kuasai oleh ibu dan kakak tirinya.
Mayang yang saat itu masih duduk di bangku kuliah, terpaksa harus berhenti kuliah. Karena ibu tirinya memaksanya untuk menikah dengan Randi. Demi membayar hutang sang kakak. Randi dan Sonya memiliki bisnis bersama, namun Sonya menggelapkan uang perusahaan dan membuat Randi murka. Randi meminta Sonya untuk membayar kerugian yang ia alami. Namun Sonya malah menawarkan Mayang sebagai istri Randi.
Randi yang di kenal sebagai cassanova yang menyukai gadis-gadis cantik. Tentu tidak menolak tawaran Sonya.
Mayang di jadikan alat tebusan bagi Sonya dan ibu tirinya. Menikah dengan Randi merupakan mimpi buruk bagi Mayang. Karena hidupnya benar-benar telah hancur.
Semua aset milik ayah nya, telah di alihkan atas nama ibu dan kakak tirinya.
Mayang tak mendapatkan sepeserpun harta peninggalan sang ayah.
"Sudah jangan menangis terus. Sini aku kompres pipi mu!" suara berat milik Rion mengangetkan Mayang yang sedang tergugu di depan cermin.
Karena terlalu larut dalam kesedihan, Mayang sampai tidak menyadari jika Rion sudah masuk ke dalam kamar dan duduk di tepi ranjang.
"Biar aku saja mas!" Mayang merasa tidak enak dengan Rion, jika Rion melakukan hal itu.
"Sudah, diam saja. biarkan aku mengobatinya. Bibirmu pecah begini. Dasar wanita bodoh, mau-maunya di jadikan samsak hidup." ucap Rion dengan nada dingin.
Mayang meneguk ludahnya mendengar perkataan Rion. Ia membenarkan apa yang Rion katakan, dirinya memang bodoh karena mau di jadikan samsak hidup.
Mayang diam-diam memperhatikan wajah Rion yang berada tepat di depannya. Ia menahan nafasnya karena takut aroma tak sedap dari hembusan nafasnya tercium oleh Rion.
Rahang tegas, hidung mancung, bibir tebal dan alis yang lebat seperti ulat bulu, menurut Mayang, Rion memiliki ketampanan yang paripurna. Sifatnya yang dingin dan cuek bisa di maafkan karena wajahnya yang tampan.
Mayang berkata dalam hati, jika kakak iparnya Ranti sangat beruntung memiliki suami seperti Rion.
"Kenapa kak Ranti sangat beruntung, memiliki suami tampan dan baik seperti kak Rion." gumam Mayang pelan tanpa sadar. Rion yang sedang mengobati pelipis Mayang menghentikan pergerakan tangannya dan menatap intens manik mata Mayang.
Sadar ia telah berkata yang tidak-tidak, Mayang menutup mulutnya dengan kedua tangannya. "Ma-maaf kak! Aku salah bicara." ucap Mayang lirih, lalu menunduk karena malu.
Tanpa Mayang tau, Rion menyunggingkan senyum tipis di bibirnya. Ia kembali mengoleskan salep pada pelipis Mayang.
"Sudah selesai." kata Rion. Lalu meletakkan salep pada kotak obat yang ia bawa.
Mendengar perkataan Rion, Mayang memberanikan diri untuk mengangkat wajahnya.
"Te-terimakasih kak!"
Rion menatap Mayang dengan tatapan yang entah, Mayang sampai di buat salah tingkah dengan tatapan Rion.
"Bercerai lah dengan Randi, aku akan mencukupi kebutuhanmu." ucap Rion lirih. Ia mengusap pipi Mayang dengan lembut, hingga Mayang memejamkan matanya. Sudah sangat lama Mayang tak mendapatkan sentuhan lembut. Sehingga Membuatnya terbuai. Selama ini suaminya selalu bersikap kasar padanya. Bahkan dirinya merasa lebih rendah dari pel*cur.
Rion menangkup kedua pipi Mayang dengan kedua telapak tangannya. Mayang membuka matanya dan tatapannya langsung bersirobok dengan mata elang milik Rion.
Jantung Mayang berdebar kencang di tatap Rion dengan jarak yang sangat dekat, hingga ia bisa merasakan aroma mint dari hembusan nafas milik Rion.
Rion semakin mendekatkan wajahnya secara perlahan, Mayang kembali memejamkan matanya. Pesona Rion sangat sulit untuk di hindari. Hingga ia merasakan sentuhan dingin nan lembut di bibirnya.
Mayang membuka matanya, Rion juga menatapnya dengan tatapan sayu. Rion melumat bibir ranum milik Mayang yang memabukkan. Ia menggigit bibir bawah Mayang karena Mayang hanya diam tak membalasnya.
Setelah Mayang membuka bibirnya, Rion mulai mengeksplor bagian dalam mulut Mayang dengan lidahnya, ia juga sesekali menyesap lidah milik Mayang.
Rion merebahkan tubuh Mayang diatas ranjang dengan perlahan dan menindihnya.
Hingga, entah siapa yang memulai nya terlebih dulu. Mereka sudah sama-sama dengan keadaan polos.
Mayang yang sangat haus akan sentuhan kelembutan dari seorang pria, sama sekali tidak berpikir waras saat ini. Begitupun dengan Rion, sudah sangat lama dirinya tidak menyentuh Ranti karena tak berhasrat. Selama 3 tahun menikah, Rion menyentuh Ranti tanpa perasaan. Ia melakukannya hanya sebagai bentuk kewajibannya sebagai seorang suami.
Mayang dan Rion mendesah pelan saat penyatuan semakin panas, keringat bercucuran dari pori-pori kulit mereka berdua.
Rion merasakan hal yang berbeda ketika menyentuh Mayang, jantungnya berdebar seolah sudah mencintai Mayang.
Perasaan ingin melindungi Mayang semakin kuat setelah penyatuan ini terjadi.
Rion menatap lekat wajah Mayang di bawah tubuhnya yang sedang menutup matanya, setelah gelombang kenikmatan menerpa mereka berdua secara bersamaan.
Degup jantung mereka masih berpacu sehingga bisa terdengar. Mayang memberanikan diri untuk membuka matanya. Dan langsung bertemu dengan tatapan sayu milik Rion.
"Kak,,,"
"Ssssst!" Rion menutup bibir Mayang dengan jari telunjuknya. Sehingga Mayang berhenti berbicara.
"Jangan pikirkan apapun. Aku menginginkan ini, aku melakukannya dengan sadar dan tanpa paksaan. Aku tidak akan mengatakan hal ini dengan siapapun. Mulai saat ini jangan sungkan padaku, aku akan melindungi mu dari kekejaman mereka. Dan akan membantumu lepas dari suamimu yang brengsek itu." ucap Rion.
Mayang hanya diam. "Tapi ini salah!" ucapnya.
"Kesalahan terindah dalam hidupku, aku harap hal yang sama juga di hidupmu!" jawab Rion lagi.
"Aku tidak akan melakukannya lagi jika kau menolaknya. Tapi aku mohon, pikirkan baik-baik tawaranku. Bercerai dengan Randi, dan hiduplah denganku."
Mayang dilanda dilema saat ini, satu sisi ia bahagia ada yang perduli dengan hidupnya. satu sisi lagi, ia merasa hina. Bagaimana bisa dirinya terbuai dengan sentuhan kakak iparnya.
Tapi Mayang mengingat kembali perkataan Rion saat di teras tadi. "Kau harus membahagiakan dirimu sendiri, jika tidak ada satu orang pun yang bisa membahagiakanmu. Mereka sama sekali tidak menganggap mu menantu di rumah ini. Mereka hanya menganggap mu pelayan. Pelayan yang harus selalu siap melayani semua kebutuhan anggota rumah, dan pel*c*r gratisan di atas ranjang Randi."
"Benar kata kak Rion, ini adalah kesalahan terindah." batin Mayang.
Rion mengecup kening Mayang dengan penuh perasaan sayang. Lalu bangkit dari atas tubuhnya.
"Aku tidak memakai pengaman." ucap Rion setelah bangkit dari ranjang, sambil memakai kembali pakaiannya.
"Aku meminum pil kontrasepsi." jawab Mayang, dan juga memakai pakaiannya.
Rion mengangguk paham sambil mengacungkan kemejanya. Setelah kembali berpakaian rapih, Rion kembali duduk di tepi ranjang. Sementara Mayang masih duduk di tempat semula sembari memakai kembali dress nya.
"Mulai saat ini jangan sungkan lagi padaku, aku akan membantumu sebisa ku. Katakan jika kau membutuhkan bantuan ku." ucap Rion, sambil mengusap rambut panjang Mayang.
Mayang menatap Rion dengan tatapan penuh arti. "Katakan saja!" ucap Rion, ia seperti tau jika ada yang ingin Mayang katakan.
"Apa kak Rion bisa membantuku untuk merebut kembali harta papa?" ucap Mayang dengan suara parau. Matanya kembali berkaca-kaca, ia kembali merasa sesak mengingat harta peninggalan papanya di kuasai ibu dan saudara tirinya.
Rion menatap lekat Mayang, dan menjulurkan tangannya untuk menghapus airmata Mayang.
"Aku akan membantumu, besok aku akan mempelajari kasusnya." ucap Rion dengan senyum tulus.
Mayang ikut tersenyum mendengarnya. Selain pengusaha, Rion juga merupakan pengacara handal. Ia selalu bisa memenangkan kasus yang di tanganinya.
"Terimakasih!" ucap Mayang tulus.
"Jangan berpikir apapun lagi, mulai sekarang, katakan semuanya padaku. Aku akan melindungimu!"
Mayang mengangguk paham.
"Berapa nomor ponselmu?" tanya Rion. Ia mengeluarkan ponselnya dari saku celana, bersiap mencatat nomor ponsel Mayang.
Namun Mayang malah menggeleng dengan senyum yang di paksakan. "Aku tidak memiliki ponsel!"
"Astaga!"
"Besok aku belikan!"
"Jangan kak! Aku takut mas Randi mengetahuinya, dan kembali menghajarku!"
"Kau jangan bodoh Mayang, gunakan otakmu! Sebaiknya kau tidur sekarang, besok pagi-pagi sebelum mereka bangun. Aku akan datang kesini untuk membangunkan mu." ucap Rion, sembari mengusap kepala Mayang. Lalu mengecup keningnya.
Rion bangkit dari ranjang dan berjalan menuju keluar dengan membawa baskom berisi air dingin dan juga kotak obat.
Mayang masih merasa ini seperti mimpi, di perhatikan Rion dan mendapatkan kenikmatan yang belum pernah ia rasakan, meskipun dirinya sudah menikah.
Seperti kata Rion semalam. Sekitar pukul setengah 6 pagi, Rion kembali mendatangi kamar tamu untuk membangunkan Mayang, ia sudah menghapal kebiasaan penghuni rumah ini. Mereka semua akan keluar kamar sekitar pukul setengah 7 pagi.
Rion mengendap-endap untuk menuju kamar tamu dan menatap segala arah sebelum memasukkan kunci pintu ke lubangnya. Karena takut aksinya di ketahui para pelayan yang sudah bangun. Semalam Rion sengaja mengunci pintu kamar tamu.
Rumah ini awalnya memang terpasang CCTV, namun karena mereka kerap menyiksa Mayang. Ibu mertua terpaksa mematikan semua CCTV nya. Karena takut Mayang mencuri video CCTV untuk melaporkan tindak kekerasan yang mereka lakukan.
Setelah memastikan semuanya aman, Rion membuka kunci pintu dan segera masuk, tak lupa ia kembali mengunci pintu kamar dari dalam.
Rion melihat Mayang yang masih tidur dengan wajah damai. Lalu mendekati Mayang dan duduk di sisi ranjang.
"Bangun Mayang, ini sudah pagi." kata Rion sambil mengusap pipi Mayang dengan lembut.
Mayang langsung terkesiap karena sentuhan lembut di pipi nya. "Kak Rion!" ucap Mayang dengan kening berkerut. Ia berusaha mengumpulkan kepingan puzzle di otaknya. Karena melihat Rion membangunkannya.
Rion tersenyum hingga memamerkan barisan giginya yang putih. "Sudah hampir setengah 6, bangun dan keluar sebelum penghuni rumah melihatmu." ucap Rion yang kembali mengusap pipi Mayang.
Mayang yang awalnya belum paham, mengapa Rion bisa masuk ke kamarnya dan membangunkannya langsung tersentak dan duduk. Kepingan puzzle sudah tersusun sempurna, sehingga ia bisa mengingat kembali peristiwa semalam.
"Astaga! Aku lupa kalau sedang di hukum tidur di luar." ucap Mayang. Lalu secepat kilat beringsut dari tempat tidur dan membenahi rambutnya.
Rion hanya memperhatikan Mayang dengan tatapan iba, terlihat jelas sekali raut ketakutan di wajah Mayang. Ia benar-benar kasihan pada wanita malang itu. Dalam benaknya ia bertekad, akan membahagiakan Mayang, jika suaminya tidak bisa melakukannya.
"Mas! Aku keluar lewat mana?" tanya Mayang dengan gugup.
"Jangan takut, mereka belum bangun. Aku akan keluar terlebih dahulu." kata Rion. Mayang mengangguk setuju, matanya beralih menatap tempat tidur yang berantakan. Sekelibat adegan panas nya dan Rion semalam, kembali berputar di kepalanya.
"Tidak usah di bereskan, setelah kau keluar, aku akan tidur di sini. Jadi tidak ada yang akan curiga jika semalam kamu tidur di kamar ini." ucap Rion, seolah mengerti kecemasan Mayang.
Mayang kembali mengangguk paham. Rion berjalan mendekati pintu, dan membukanya perlahan. Ia melongokkan kepalanya untuk melihat situasi.
Ketika di rasa aman, karena para pelayan masih sibuk berkutat di dapur, ia menarik tangan Mayang yang berdiri di belakangnya. Membawanya keluar.
Ketika sudah di luar kamar, ternyata ada seorang pelayan yang memergoki mereka berdua.
Pelayan paruh baya tersebut mengerutkan keningnya ketika melihat para menantu di rumah ini keluar dari dalam kamar tamu secara diam-diam.
"Den Rion, dan non Mayang kenapa keluar kamar tamu?" Rion dan Mayang yang akan berjalan menuju luar rumah, berjingkat kaget mendengar pertanyaan dari seorang pelayan, dari arah depan. Mereka tidak melihat keberadaan pelayan itu yang baru masuk dari depan rumah.
Jantung Mayang serasa akan lepas dari tempatnya. Lidahnya kelu untuk menjawab pertanyaan pelayan itu. Namun Rion masih terlihat tenang, dengan tetap memasang tampang datar.
"Bik, semalam aku pulang dari luar kota melihat Mayang tidur di teras. Aku tidak tau apa yang telah terjadi. Jadi aku meminta Mayang untuk masuk, dan tidur di kamar tamu. Dan pagi ini aku membangunkan Mayang, agar Mayang bisa keluar kamar tamu, sebelum para binatang itu bangun dari tidur nya. Aku harap bibik bisa menjaga rahasia ini. Aku hanya kasihan pada Mayang. Semalam hujan sangat deras, mana mungkin aku membiarkan Mayang tidur di teras dengan udara yang dingin." jelas Rion.
Pelayan tersebut akhirnya mengangguk paham. Karena semalam memang ia mendengar Mayang dan Randi kembali bertengkar. Namun ia tak mengetahui jika Randi meminta Mayang untuk tidur di luar.
"Kasihan sekali non Mayang. Saya tidak akan mengatakan hal ini pada siapapun." ucap pelayan tersebut.
Mayang yang semula menunduk karena ketakutan, langsung mendongakkan kepalanya. Matanya berkaca-kaca menatap pelayan itu.
Sementara Rion mengusap-usap punggung Mayang. "Bik, mulai sekarang. Adukan padaku apapun yang mereka lakukan pada Mayang, aku akan berusaha untuk melindungi Mayang." pinta Rion.
Pelayan tersebut mengangguk patuh, ia memiliki seorang putri seusia Mayang, tak sanggup rasanya membayangkan jika kelak putrinya akan mendapatkan kekerasan dari suami dan keluarganya ketika sudah menikah, sebenarnya ia sudah lama merasa iba pada Mayang, namun karena semua pelayan disini di ancam akan di pecat, ia hanya bisa menutup mata dan telinga ketika melihat Mayang di siksa suami dan keluarganya.
"Saya akan melakukannya den, saya juga semua pelayan rumah ini sebenarnya merasa kasihan pada non Mayang, namun kami semua di ancam jika berani menolong non Mayang, karena kami masih membutuhkan pekerjaan ini. Jadi kami memilih untuk diam ketika non Mayang di siksa." jelas pelayan yang bernama Sumi tersebut.
"Mulai saat ini aku yang akan melindungi Mayang, jadi apapun yang mereka lakukan pada Mayang, katakan padaku." terang Rion lagi.
Pelayan tersebut mengangguk patuh. Sementara Mayang sudah bersimbah airmata, karena ternyata masih ada orang yang perduli dengan dirinya.
"Sudah jangan menangis, sebaiknya kau pergi ke dapur. Aku ingin sarapan nasi goreng buatanmu!" ucap Rion. Mayang menghapus air matanya dan mengangguk. Ia berjalan menuju dapur bersama dengan bik Sumi.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!