Amelia duduk di ruang makan dengan tenang tapi perasaannya tidak nyaman. beberapa kali ia melihat ponsel yang tergeletak di atas meja tepat hadapannya. ia sedang menunggu telepon dari seseorang.
sementara itu seorang pria berjalan mendekat ke arah meja makan. pria itu nampak rapi sekali dengan stelan kemeja hitam dan dandanan rambut klimis disisir ke belakang. tanpa aba-aba ia mengecup kening Amelia. membuat wanita itu tersentak kaget.
Yah pria itu tak lain adalah Tantra, suami Amelia. keduanya sudah menikah selama seminggu. Tantra seorang gubernur, ia dikenal pintar, kaya raya dan tentu saja dekat dengan rakyatnya. saat ini Amelia adalah nyonya gubernur yang terhormat . ia ikut di cintai oleh rakyat karena menjadi istri Tantra.
Amelia terpaksa menikahi Tantra karena Alvin. Sudah lama Amelia dan Alvin menjalin hubungan asmara, Alvin berambisi menjadi gubernur dan menyingkirkan Tantra karena itu ia sengaja memanfaatkan Amelia untuk menjadi mata-mata, dengan begitu Alvin bisa tahu rahasia Tantra dan dengan mudah mengalahkannya di pemilihan gubernur selanjutnya.
Amelia sendiri karena di butakan cintanya pada Alvin, ia menurut saja dan mau menikah dengan pria yang sama sekali tidak ia cintai yaitu Tantra.
Sampai detik ini Amelia dan Tantra belum melakukan hubungan suami istri, Amelia akan selalu mencari alasan agar Tantra tidak menyentuh dirinya. ia juga yakin Tantra tidak mengetahui rencana Amelia dan Alvin.
"Kenapa melamun? apa yang kau pikirkan?" suara khas sedikit serak dan berat itu membuyarkan lamunan Amelia.
"Tidak ada, aku mau ke rumah sakit" kata Amelia. ia memang berprofesi sebagai seorang dokter dan bekerja di salah satu rumah sakit swasta.
"Biar Johan mengantar mu" kata Tantra sembari meraih pergelangan tangan Amelia yang hampir beranjak pergi.
Jantung Amelia berdebar, itu selalu terjadi ketika kulitnya dan kulit Tantra bersentuhan. rasa geli, panas dingin seperti tersetrum menjadi satu. Amelia menatap tangannya yang di pegang Tantra.
"Tidak perlu mas aku bisa berangkat sendiri" kata Amelia sedikit ketus.
"Jalan macet, jadi akan lebih aman jika Johan mengantar mu"
"Johan ajudan mas bukan sopir ku" kata Amelia.
Sebenarnya Amelia janjian dengan Alvin untuk bertemu, kalau Johan mengantarnya semua bisa runyam.
Tantra tersenyum, ia melepas genggaman tangannya di pergelangan tangan istrinya.
"Baiklah, dokter Amelia yang keras kepala kau boleh pergi sendiri tapi jika sudah sampai telepon aku"
"Iya mas"
Amelia bergegas menuju kamar, ia mengambil tas kerjanya.
Tantra terdiam, ia menyadari sesuatu tentang istrinya tapi ia tidak mengungkapkan nya. ia jatuh cinta, begitu mencintai Amelia saat pandangan pertama. keduanya tidak sengaja bertemu di acara sosial yang melibatkan check up kesehatan untuk masyarakat. disanalah Tantra melihat Amelia dengan baju kerjanya terlihat sedang memeriksa pasien. Tantra berhasil mendapatkan Amelia dan menikahinya. tapi sampai detik ini ia tahu jika hati Amelia bukan untuk dirinya.
"Mas aku berangkat" kata Amelia berjalan mendekati Tantra.
"Hati-hati sayang jangan lupa kabari aku" kata Tantra sembari mengulurkan tangannya.
Amelia menyambut tangan suaminya lalu menciumnya.
Senyum puas terlihat di bibir Tantra,
"Johan!" Tantra berdiri memasukan kedua tangannya ke dalam saku celana, pandangannya menatap Amelia yang memasuki taksi online. ekspresi wajahnya terlihat dingin.
"Iya pak" Johan berjalan mendekati tuannya.
"Cari tahu hari ini Amelia bertemu dengan siapa saja"
"Baik pak" Johan mengangguk perlahan.
"Oh ya siapkan mobil kita akan pergi meninjau proyek jembatan yang baru di bangun" kata Tantra sambil merapikan kemeja hitamnya. ia jarang mengenakan baju dinas hanya saat acara tertentu saja.
"Siap pak" Johan bergegas pergi ke garasi memasuki salah satu mobil diantara beberapa mobil keluaran eropa yang berjajar disana.
Tantra tidak memakai fasilitas mobil dinas, ia memberikan mobil dinasnya dipakai untuk keperluan rakyat. jika ada yang darurat dan membutuhkan transportasi cepat bisa memakai mobil itu.
Dengan wajah cemas Amelia menunggu Alvin di suatu tempat rahasia. tempat itu jauh dari keramaian dan Amelia yakin Tantra tidak akan tahu jika sat ini diam-diam Amelia menemui kekasihnya.
"Hai bidadariku" Alvin muncul tersenyum lebar menatap Amelia.
"Alvin! kemana saja kau! sejak beberapa hari kau tidak bis aku hubungi?!" omel Amelia.
"Amelia aku disini tidak kemana-mana, aku mengamati mu dari kejauhan. jadi apa kau sudah dapat informasi penting soal Tantra"
"Tidak, di rumah itu tidak ada sesuatu yang mencurigakan"
Alvin terlihat kesal tapi ia mencoba sabar di depan Amelia.
"Alvin tolong aku, Tantra bisa saja dengan leluasa menyentuhku sekarang karena. aku adalah istrinya!"
Amelia mengiba sembari menahan tangis. ia ingin menyerahkan kesuciannya pada pria yang ia cintai yaitu Alvin bukan pada Tantra yang sama sekali tidak ia cintai.
"Tapi Vin, pasti Tantra akan curiga ketika ku terus menghindar darinya"
"Aku mohon Amelia, beri aku waktu atau bulan setelah itu kau bisa meninggalkannya dan bahagia bersama ku" Alvin menggenggam erat tangan Amelia untuk meyakinkannya.
Lagi-lagi Amelia luluh, ia harus bertahan selama satu bulan lagi untuk menjadi istri sang gubernur. Amelia harus lihai mencari alasan agar Tantra tidak menyentuh dirinya.
Di tempat lain Tantra terlihat di sambut walikota dan beberapa orang penting untuk meninjau pembangunan jembatan. ia juga menemui masyarakat yang berkerumun menunggu kedatangannya.
"Mas Johan boleh kami interview dengan pak gubernur sebentar saja?" tanya kerumunan wartawan yang menunggu sejak pagi.
Johan berjalan menghampiri Tantra yang sedang berbicara dengan walikota.
"Pak media ingin wawancara dengan bapak" kata Johan setengah berbisik.
Tantra mengangguk, ia meladeni pertanyaan para wartawan seputar proyek jembatan dan permasalahan lainnya. ada juga yang bertanya masalah pribadi pada Tantra.
"Apa dokter Amelia akan mendampingi Anda di acara peresmian jembatan nanti pak?" tanya seorang wartawan.
Tantra tersenyum sumringah, ia mengangguk sambil berlalu dari kerumunan awak media iringi Johan yang siaga di belakangnya.
Setelah berada di dalam mobilnya, Tantra berpikir mungkin ia ingin melihat Amelia sebentar. ia melihat jam tangannya sekarang waktunya jam istirahat makan siang. pasti Amelia juga sedang istirahat.
"Johan kita ke rumah sakit"
Johan mengerutkan keningnya menatap ke spion memastikan apakah atasannya sedang tidak baik-baik saja sampai harus ke rumah sakit.
"Maaf apa bapak tidak enak badan?"
"Bukan Johan, aku ingin bertemu Amelia"
Johan terlihat lega, ia segera menyalakan mesin mobil dan melajukan kendaran menyusuri jalanan kota menuju rumah sakit tempat dokter Amelia bekerja.
Setibanya di rumah sakit, Tantra bergegas berjalan menyusuri lorong gedung di ikuti Johan di belakangnya. Tantra mengamati sekeliling, rumah sakit itu memiliki halaman yang cukup luas di bagian tengah gedung dengan pepohonan yang cukup teduh karena daunnya rindang. rumput hijau menghampar membuat gedung itu sedikit terlihat hidup dan tidak terkesan angker.
beberapa pasien terlihat sedang berjemur di halaman di temani perawat. mereka duduk di kursi roda.
Tantra dan Johan Toba di lantai dua disana ruang kerja dokter Amelia berada. sebuah ruangan dengan pintu bertuliskan dr. Amelia Tantra, spesialis bedah umum.
Tantra tersenyum senang melihat namanya ada di belakang nama istrinya. dengan begitu ia merasa memiliki Amelia seutuhnya.
Kebetulan pintu ruangan itu di buka, dokter Amelia nampak terkejut mendapati suaminya berdiri di depan ruang kerjanya.
Dokter Amelia menatap Tantra yang berdiri tersenyum kecil memandang dirinya.
Untuk apa dia kemari? apa mas Tantra tahu kalau tadi aku bertemu Alvin? apa ia curiga?
Amelia terlihat sedikit gugup ia mengalihkan perhatiannya menatap Johan yang ternyata sama saja membuatnya juga gugup.
"Mas?" Amelia membuka suaranya.
"Hmm, aku sengaja kemari untuk mengajak mu makan siang" kata Tantra. pandangannya yang tajam tak beralih sedikitpun dari wajah Amelia.
"Oh, baiklah ayo kita ke restoran di depan rumah sakit" kata Amelia.
Ia melangkah berjalan perlahan di samping Tantra.
"Kau terlihat sedikit pucat, apa kau lelah atau sedang tidak fit?" tanya Tantra.
"Aku baik-baik saja mas, hanya tadi baru selesai menangani pasien"
Tantra mengangguk samar ia tidak lagi bertanya. keduanya berjalan menuju restoran yang tidak jauh dari gedung rumah sakit berada. Johan di minta untuk menunggu di mobil saja karena Tantra ingin berdua dengan Amelia tanpa gangguan.
Saat akan menyebrang jalan Tantra meraih tangan Amelia dan menggenggamnya. memastikan Amelia aman dari kendaraan yang lalu lalang.
Sekali lagi saat keduanya bersentuhan rasanya jantung Amelia ingin lepas. berdebar tidak menentu, padahal dengan Alvin ia tidak merasakan hal itu.
"Amelia kau mau pesan apa?"
"Nasi dengan rendang daging dan es teh manis" kata Amelia.
"Kalau begitu aku juga tapi minumnya teh tawar saja"
Selama makan siang Amelia sesekali memandang Tantra yang menikmati makan siangnya dengan nikmat seperti tanpa beban pikiran. padahal sebagai seorang gubernur ia tentu banyak memikirkan masalah berat yang menyangkut rakyat.
"Aku ke toilet sebentar ya" Tantra berdiri dari duduknya begitu selesai makan. ia meninggalkan ponselnya tergeletak di atas meja.
Amelia menatap benda pipih berwarna hitam itu. ia mengedarkan pandangannya memastikan Johan sedang tidak mengawasi mereka.
Ajaibnya ponsel itu tidak menggunakan password, Amelia membuka kontak dan melihat nama-nama yang ada di kontak itu dengan cepat. ia juga membuka folder file, disana ada susunan rencana kerja Tantra. ada file yang di beri nama tambang gubernur.
Amelia penasaran, apakah Tantra punya bisnis atau usaha lain selain jabatan yang ia emban saat ini. saat menikah dengan Tantra tidak ada satupun keluarga yang hadir. memang sangat misterius dan aneh. pernikahan itu juga di gelar sangat private dan Tantra tidak mengadakan resepsi mewah seperti kebanyakan pejabat jaman sekarang.
Amelia segera memotret kontak itu dengan ponselnya lalu mengirimnya pada Alvin. tidak berapa lama Tantra kembali dari toilet.
"Aku harus pergi lagi" kata Tantra sembari mengulurkan tangannya. dengan canggung Amelia menyambut uluran tangan itu lalu membiarkan Tantra menggenggam tangannya seperti tadi sewaktu menyebrang.
Tantra kembali mengantar Amelia ke rumah sakit.
"Kau pulang jam berapa? biar Johan menjemput mu"
"Tidak perlu mas, aku naik taksi online saja"
"Sayang aku rasa kau harus belajar mengemudi, lain kali aku akan mengajari mu" Tantra mengusap lembut rambut Amelia.
Refleks Amelia hampir menghindari sentuhan itu. tapi ia segera tersenyum manis agar Tantra tidak curiga atau kecewa.
"Iya mas" jawab Amelia sambil mengusap tangan Tantra.
"Aku pergi ya"
Amelia mengangguk, ia terus menatap Tantra yang berjalan menjauh. Amelia menghela napas berat entah sampai kapan ia bisa menahan sentuhan Tantra pada dirinya.
Sebenarnya di balik sisi misteriusnya mas Tantra itu lembut dan penyayang.
Amelia langsung tersadar ia menyesali perkataannya. jangan sampai ia justru luluh dengan Tantra di tengah misi yang di buat Alvin.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!