Tuk...tuk...tuk
Ruangan serba putih yang begitu monoton,rapih dan bersih menjadi objek perhatian dari wanita yang tengah duduk sambil mengetuk-ngetuk jarinya pada meja menutupi betapa gugup nya ia sekarang ini. Suara hembusan nafas kembali terdengar dari mulut gadis itu, keringat dingin lagi-lagi meluncur di pelipis nya, matanya yang sayu bergerak - gerak kesegala arah mengabsen setiap benda yang ada disana.
Tirai terbuka menampakkan wujud seorang paruh baya dengan jas putih nya. Gadis itu mengalihkan pandangan nya sepenuhnya pada dokter yang kini sedang membawa berkas di tangannya.
"bukankah sudah kukatakan untuk jangan memaksakan diri " dokter itu memperhatikan si wanita yang kini hanya menundukkan kepalanya.
" apakah hasilnya semakin buruk" sang gadis mulai menatap dokter yang kini sedang membuka hasil rekap medisnya.
" bukan hanya buruk tapi sangat buruk"
" benarkah.. Apa aku akan mati" tanpa sadar air mata menetes di pipinya, mengetahui kematian akan mendatanginya adalah hal menakutkan yang pernah dia dengar.
" soal kematian sudah di atur oleh yang kuasa, hanya saja menurut rekap medis yang keluar kanker leukimia yang kau derita kini sudah memasuki tahap stadium akhir, kamu hanya punya waktu kurang lebih 3 bulan lagi, atau kau mau mencoba operasi, meski tingkat keberhasilan nya rendah tapi patut diusahakan bukan"
Gadis itu meraih hasil rekap medis nya, hatinya hancur saat tahu bahwa waktunya tak akan lama lagi.layar hp nya menampilkan notifikasi yang baru masuk membuatnya menghembuskan nafas lagi.
" akan aku pikirkan dokter, terima kasih saya pulang dulu "
" sebaiknya jangan terlalu memaksakan diri, disaat seperti ini cobalah untuk istirahat lebih banyak "
" terimakasih dokter ,saya pamit"
Ana nama gadis itu, anak perempuan pertama yang memikul tanggung jawab untuk menafkahi keluarganya setelah kepergian ayah nya.matanya kembali menatap pada notifikasi layar hp nya yang menunjukkan satu pesan masuk dari ibunya.
Ibu:
Apa kamu sudah transfer uang nya , ibu butuh buat bayar uang kuliah adik mu.
Trriingg......trriiinng
" halo buk"
" kamu ini gimana sih ,pesan ibu kok cuma di read"
" maaf buk, ana baru sempat baca soalnya tadi ana ada urusan"
"ya sudah,pokoknya kamu kirim uang nya ya"
" tapi buk bukannya seminggu yang lalu ana udah kirim buat uang kuliah sama uang belanja ya buk"
" itu mana cukup , 5 juta yang kamu kirim itu cuma tahan sampe 3 atau 4 hari doang"
" kok bisa gitu buk, uang segitukan banyak buk, ibuk sama adek-adek jangan boros dulu buk"
" kalau kamu nggak niat ngasih bilang aja, kamu mau durhaka sama ibu ya, keperluan kami kan banyak sebagai anak pertama yang udah kerja kayak kamu harusnya bisa bantu ibu dong "
" tapi buk itu uang gaji ana untuk bulan ini buk, kalau ibuk Sama adik-adik nggak hemat, nanti bisa makan apa buk"
" aduh kamu pokok nya transfer uangnya malam ini juga Mau ngutang sama teman kek, atau kau bisa ambil pinjaman di perusahaan banyak kok yang begitu.Sudah ibu masih ada kerja jangan lupa di transfer nanti ya"
Sambungan telepon mati, ana duduk di halte bus sambil melihat-lihat sekelilingnya , bagi ana duduk di halte adalah rutinitas yang ia lakukan setiap hari saat pulang bekerja, dia terus memperhatikan setiap orang yang turun dan naik ke bus secara bergantian, hingga hanya tersisa dirinya sendiri saja di halte.kepalanya ditumpukan pada lutut nya tidak ada yang tahu kalau dia tengah menangis saat itu,surat rekap medisnya di remas kuat oleh nya .
" kau baik-baik saja" ana merasakan bahunya ditepuk seseorang yang berniat untuk membangunkan nya.
" oh ya aku baik-baik saja " ana mengangkat wajahnya memperhatikan pria muda yang kira- kira seumuran dengan nya atau mungkin lebih tua.
" oh, matamu sembab. Apa kau habis menangis"
"bukan urusan mu" ketus ana . Bertepatan dengan bus terakhir yang sudah tiba ana memilih masuk disusul dengan pria tadi yang memilih duduk dua kursi di belakang nya.
Pria itu memperhatikan bahu ana yang terus bergetar menandakan dia sedang menangis,hanya ada mereka di dalam bus tatapan nya tidak pernah beranjak dari ana yang membelakanginya. Ntahlah, mungkin dia kasihan . Ana turun di halte dekat tempat tinggal nya tanpa menoleh kebelakang.
Ana sedang bersiap-siap untuk berangkat ke kantor hari ini, dengan blus putih polos di padu dengan jas abu-abu yang melekat pas di tubuhnya di tambah dengan celana katun sewarna dengan jas nya menandakan ia siap untuk bekerja.
Ana menatap botol obat di depannya lalu melihat kearah kaca yang kini menampilkan wujudnya. Dia mengambil tiga butir obat sesuai dosis dan dengan cepat meneguk nya.
Ana berdiri di depan kantornya menatap kedepan lalu menghela nafas.
"ayo ana kamu pasti bisa, seperti biasa kamu akan bisa menyelesaikan nya" semangat nya pada dirinya sendiri lalu dengan semangat memasuki kantor tempat ia bekerja. Hal itu tak luput dari perhatian pria yang kini memperhatikan nya, joan pria yang dijumpai ana di halte bis kemarin.
" apa dia selalu aneh begitu, baru saja dia terlihat tidak baik-baik saja sekarang dia sudah bisa se energik itu, wanita memang sulit di tebak"
Joan memutuskan memasuki kantor yang kini akan menjadi tempat nya bekerja.
" kau mau ambil pinjaman kantor" ucap Ryan pada ana. Ryan adalah teman ana selama kerja di sini, Ryan tahu segala hal tentang ana bahkan masalah keluarga nya.
" yah, aku butuh uang itu sekarang"
" bukannya kau baru saja transfer uang pada mereka"
" ya, tapi masih belum cukup, mereka punya banyak keperluan"
" kau bisa meminjam padaku saja aku rasa aku bisa membaginya"
" terima kasih atas kebaikan mu yan. Tapi kurasa itu tidak perlu aku tidak ingin merepotkan mu"
" kau tahu kau berkerja terlalu keras, ingatlah untuk beristirahat dan ingat aku ini teman mu bukan"
Ana tersenyum, dia bersyukur punya sahabat baik seperti Ryan. Ntah apa yang akan terjadi jika ryan tidak ada.
Ana berjalan beriringan dengan Ryan menuju kantin di jam istirahat untuk mengisi perut yang kosong.
" biar aku yang mesan makanan nya kau duduk disana saja dulu " ana mengangguk dan berjalan ke arah tempat duduk kosong yang ada disana. Saat dia duduk ,joan duduk dekat yang sama di hadapannya dengan semangkok mie ayam pesanannya.
" permisi, kau tidak bisa duduk disini"
" tempat sudah penuh dan sekarang aku sangat lapar jadi jangan ganggu a.... Heeeeiii kau nona yang di halte kan " tunjuk nya pada ana yang kebingungan sebelum akhirnya tersadar siapa pria di depannya ini.
" aku tidak mengenal mu , jadi pergilah"
" astaga nona kau tidak bisa main usir begitu saja,lagian kursi ini kosong kan"
" itu kursi orang lain jadi menyingkirlah"
Ryan datang membawa dua mangkok soto ke arah meja dan kebingungan saat mendapati ana yang tengah berdebat dengan pria yang ntah siapa, mungkin karyawan baru pikirnya.
" ada apa an" keduanya menoleh ke arah Ryan .
" dia datang begitu saja dan duduk di tempatmu, aku mengusir nya tapi dia ngotot tetap duduk disana" tunjuknya pada joan yang tengah menyeruput mie ayamnya .
" sudah tidak apa aku akan ambil kursi cadangan saja"
Ryan bergabung dengan keduanya ana tetap menatap kesal ke arah joan yang justru terlihat tidak terganggu dan malah menghabiskan makanannya dengan penuh hikmat.
" kau mau mie ku dari tadi kau menatap ku terus"
" makan saja semuanya , semoga kau tersedak"
" anna , jangan bicara begitu. Apa kau karyawan baru" Ryan bertanya pada joan yang sudah menghabiskan mie nya.
" ah iya kenalkan nama ku joan aku IT baru perusahaan"
" oh aku Ryan dan ini Anna kami berdua dari staf marketing"
" oh salam kenal Ryan, tak kusangka kau bisa betah berpacaran dengan wanita tidak sopan ini"
" oh kau salah paham, aku dan Anna hanya..."
" pergilah, bukankah Makanan mu sudah habis "
" astaga sabarlah sedikit nona penggerutu, padahal kemarin kau menangis sesenggukan di halte sekarang kau malah seperti ini" Anna memelotototi joan yang sudah berlalu pergi.
" kau menangis , kenapa tidak mengabari ku kemarin"
" sudahlah ,bukan apa-apa. Ayo makan sebentar lagi jam istirahat berakhir"
Anna dan Ryan menikmati makanannya selagi masih ada waktu.
Anna keluar dari mesin ATM setelah mentransfer sejumlah uang kepada ibunya di kampung.Anna lebih dulu mampir ke toko swalayan 24 jam untuk membeli kebutuhan nya.
Anna sibuk memilih keperluannya sampai-sampai tidak menyadari kehadiran joan yang tengah bersandar di rak memperhatikan Anna yang dengan cekatan memindahkan belanjaan nya ke keranjangnya. Anna tengah sibuk menimbang deterjen mana yang akan dia gunakan.
" Aku rasa sebelah kanan lebih wangi dan isinya juga banyak, meski harga nya sedikit lebih mahal."
" Kau benar juga, kurasa aku akan mengambil ini."
Anna tersadar bahwa tanpa sengaja dia tengah berinteraksi dengan seseorang, Anna membalik badan nya dan terkejut ada joan disana.
"Apa yang kau lakukan di sini." tanya Anna.
" Aku membeli ini.'' ucap joan mengangkat minuman rasa coffe yang ada di tangan nya.
"Kau sedang belanja apa."
Anna tak menjawab dan melengos pergi begitu saja. Joan melongo dan mengikuti nya.Anna berjalan ke kasir dengan joan yang mengekor di belakang nya.
" Hei , kenapa kau selalu cuek padaku, aku kan tidak jahat."
" Tolong hitung belanjaan saya." Anna menyerahkan belanjaan nya pada kasir dan tak menghiraukan pertanyaan joan.
" Hitung ini juga." joan meletakkan minuman coffe nya di deretan belanjaan anna.
" Tidak, pisahkan minumannya."
Kasir bingung ntah harus berbuat apa.
" Jadi ini digabung atau tidak."
"iya/tidak."
Hasilnya belanjaan mereka bayar masing- masing.
Anna menjinjing belanjaan nya pulang ke kosnya.
" Berhentilah mengikutiku."
"Aku tidak mengikuti mu, ini juga jalan ke apartemen ku. Kau makan mie instan setiap hari. itukan tidak sehat." hampir belanjaan Anna hanya terisi mie instan dan beberapa telur dan kebutuhan lain.
" Bukan urusan mu."
" Ya memang bukan urusan ku , awas aku mau pulang."
Joan pergi lantaran terlanjur kesal dengan sikap Anna yang tidak pernah ramah padanya. Handphonenya berbunyi tertera nama ibunya disana.
" Iya buk."
"Apa minjam di kantor emang sedikit ya masa kamu cuma bisa kirim 7 juta."
" Buk segitu juga udah banyak uang kuliah Yudha kn cuma 2 JT sisanya kan masih bisa buat kebutuhan kalian bertiga buk."
" Kamu ini emang pelit,kebutuhan kita bertiga itu banyak kamu mah enak tinggal sendiri pasti makan enak kamu kan di sana.
Anna melirik pada kantong plastik ditangannya yang hanya berisikan berbagai macam rasa mie instan saja.
" sudah lah ya buk Anna capek mau istirahat dulu."
"Kamu emang suka gitu ya sudah tapi dua Minggu lagi kamu jangan lupa kirim lagi."
Ibunya langsung mematikan teleponnya, tanpa kata apapun.
" Bahkan keadaan ku saja tidak di tanya."
Anna membuka lembar rekap medisnya dari dalam tasnya dan memperhatikan isi dari berkas itu.Betapa malang nasibnya bahkan untuk menikmati masa muda saja dia tidak bisa.
" ini tidak adil, aku sudah berjuang sekeras ini, malah penyakit ini yang aku dapat. Menyedihkan."
Anna menutup matanya dengan lengan nya dan menangis.
" kau dipindah kan ke kantor pusat, wow itu benar- benar hebat."
" ya, untuk merayakannya aku akan mentraktir mu makan hari ini." kata Ryan pada Anna.
" Kalau kau pindah berarti aku tidak punya teman lagi, tapi tak apa aku bangga pada temanku ini." ucap Anna bangga dengan pencapaian sahabat nya ini, sikap Anna akan berbeda jika sudah berhadapan dengan Ryan, karena dari awal Ryan adalah temannya di kantor ini saat orang sering memerintah nya karena anak baru Ryan justru berbeda dia malah mengajari Anna dan membantu Anna menyelesaikan pekerjaan nya.
Sepulang dari kantor Ryan dan Anna makan malam di cafe tempat mereka biasa makan.
" kok ada tiga kursi"
" Ada satu lagi teman kita yang belum datang.Nah, itu dia."
Anna melirik ke arah yang di maksud Ryan. Disana joan berdiri sambil mengangkat tangan menyapa Ryan.
" kau mengajak nya."
" Dia juga teman kita sekarang."
" Sorry telat bro, eh ada anna juga."
" Nggak usah so ramah."
" Aw, dia emang begitu abaikan." ucapnya pada dirinya sendiri.
"Anna memang begitu, tapi hanya sama orang yang nggak dekat dengannya saja , kalau kau sudah berteman dengan nya dia itu baik kok orang nya."
" sejak kapan kalian berteman."
" aw lihat sekarang ada yang kepo." ucap joan.
" menyebalkan."
Joan dan Ryan tertawa melihat Anna yang tengah kesal sambil memakan makanannya.Selesai makan mereka berbincang meski hanya terdengar joan dan Ryan saja yang bicara.Anna sedang fokus dengan handphonenya, Anna melihat postingan terbaru adiknya Yudha di akun insta-nya. Adiknya tengah mengendarai motor baru yang setahu nya adik nya tidak punya, Anna tersadar ibunya ngotot minta uang pasti untuk motor ini. Anna langsung menelpon ibunya.
" Aku keluar sebentar." Anna bergegas saat telepon tersambung suara ibunya terdengar dari seberang telpon.
"Ada apa kamu nelpon."
" buk Yudha motor baru ya."
" nggak, itu belinya second kok."
" beli second, dapat uang dari mana, katanya uang nya buat kuliah Yudha sama kebutuhan ibu sama Yeni juga, ibu bilang nggak cukup kok ini Yudha bisa dapat motor gimana sih ibu."
" Aduh, kamu nggak perlu tahu , kamu cukup kirim uang aja, disini biar ibu yang atur."
" buk, bukannya Anna pelit buk, tapi ibu, Yudha sama Yeni harus hemat buk, takutnya nanti Anna kenapa- Napa yang ngasih uang siapa buk."
" Kamu mau ngajarin ibu, ibu tahu apa yang ibu lakuin, jadi kerja aja yang keras disana uang nya biar bisa buat kami bertahan hidup."
" buk,.. Buk... malah dimatiin lagi."
Anna kembali ketempat duduk mereka dan tidak melihat Ryan disana hanya ada joan.
" loh Ryan kemana."
" Tadi Ryan ada urusan, sebenarnya mau pamit sama kamu tapi kamu masih telponan makanya dia cabut duluan, bilang ke aku buat ngasih tahu kamu."
" trus kamu ngapain disini."
" aku dikasih amanah sama Ryan buat antar kamu pulang, udah nggak ada urusan lagi kan, ayo aku antar pulang lagian kita searah kok."
Anna mengikuti joan ke parkiran, Anna menerima helm dari tangan joan.
" kok kamu diem aja ,nanti kesambet Lo."
" lagi malas ngomong."
" kamu jangan cuek cuek dong , Kitakan teman sekarang... Jangan bantah dulu, kita sekarang udah jadi teman jadi kamu nganggap Ryan gimana kamu juga harus anggap aku begitu."
Anna hanya diam dan tidak membantah lagi , joan benar mereka teman sekarang apalagi sekarang hanya joan yang akan menjadi temannya karena Ryan akan pergi bekerja di kantor pusat,belum lagi sikap Anna yang tidak ramah membuatnya kesulitan mendapat teman.
Semenjak joan mengantar Anna malam itu, mereka menjadi dekat sebagai teman sementara Ryan sudah bekerja di kantor pusat mulai dari satu Minggu yang lalu.
Semenjak kepergian Ryan Anna kembali menjadi babu para karyawan lagi, Anna tidak begitu berani menantang mereka takut membuat masalah semakin ribet.
" Anna, beliin kita kopi dong." Sinta memanggil Anna seolah olah Anna seorang OB disana.
" maaf ya sin, aku lagi banyak kerjaan, kamu kan bisa nyuruh OB ."
" Aku kan mau nya kamu yang beliin."
Sinta adalah keponakan dari general manajer di perusahaan ini sehingga dia menjadi orang yang paling berkuasa di kantor ini, Sinta tidak bisa mengganggu Anna saat masih ada Ryan ,karena Sinta menyukai Ryan, tapi sekarang Ryan sudah pindah , Sinta memanfaatkan ini untuk membalas Anna karena sudah berani dekat dengan Ryan selama di kantor.
" Tapi aku...."
" Ada yang bilang mau kopi, kebetulan aku beli banyak kopi untuk karyawan staf marketing. Sudah sebulan aku bekerja tapi aku belum sempat mengunjungi staf marketing , jadi terima kopinya sebagai salam perkenalan dari ku, oh iya kenalkan namaku joan aku staf IT yang baru, selamat menikmati kopinya." joan membagikan kopinya dan dia disambut dengan hangat oleh para staf marketing. Sinta merasa kesal tapi tidak bisa apa-apa.
" ini kopinya Miss Anna." joan mengedipkan sebelah matanya pada Anna. Anna mengerti sekarang dan tersenyum pada joan. Ternyata joan menolong nya kali ini. Ingatkan Anna untuk mentraktir joan nanti.
Sepulang dari kantor Anna duduk di halte menunggu bis tempat ia biasa duduk , sudah tiga bus yang berlalu juga sudah banyak penumpang yang naik turun di halte, tapi Anna masih disana.
Pada pukul 21.00 dan bus terakhir akan datang Anna segera menaiki bus tersebut.Ini sudah menjadi kebiasaan nya setelah pulang bekerja, joan yang memperhatikan Anna dari tadi bingung kenapa Anna hanya mau menaiki bis terakhir. Tapi dia lebih bingung dengan dirinya sendiri, kenapa dia peduli. Joan memilih duduk di dekat Anna .
" Kau naik bus , dimana motor mu."
" Di bengkel." Joan meninggal kan motornya di parkiran kantor hanya karena penasaran dengan Anna.
" Kau lembur juga, hari ini."
" Sebenarnya tidak, tapi tadi ada karyawan yang meminta bantuan ku untuk memperbaiki komputer nya."
" Ohh begitu."
"Kenapa harus bus terakhir." Joan melirik ke arah Anna yang kini juga melirik padanya.
"Apa?"
" Maaf bukan niat ku untuk menguntit mu tapi aku heran kau sudah duduk di halte satu jam lamanya, dan sudah ada tiga bus yang kau lewat kan , dan ini bus terakhir baru kau mau naik, jadi kenapa harus bus terakhir."
" Apa aku harus menjawab nya."
" Aku tahu kau akan bicara begitu."
Keduanya terdiam beberapa menit, joan tahu Anna tidak akan memberitahunya apapun.
" Kenapa bus terakhir, alasannya aku benci kesepian. Aku suka melihat orang berlalu naik dan turun dari bus .M yaungkin ini agak aneh tapi dengan begitu aku merasa hidup, karena melihat kehidupan orang lain."
" Kau agak creepy."
"Hahahahhahaha." Anna tertawa karena merasa lucu dengan perkataan joan.
" Kau harusnya lebih sering tertawa, kau manis kalau sedang tertawa."
" Kau sedang mencoba merayuku." Anna memicingkan matanya pada joan.
" Oh tidak bukan itu maksud ku." Ucap joan gelagapan, melihat reaksi joan membuat Anna tertawa, joan melongo melihatnya.
" Kau menertawakan ku." Ucap joan sambil tertawa.
" Ekspresi mu lucu sekali kau tahu."
" Berhentilah menertawai ku, aku tahu aku lucu."
" Terima kasih ."
" Hmm terima kasih untuk apa."
"Untuk tadi dikantor ,terima kasih sudah membantuku keluar dari masalah yang coba dibuat Sinta."
" Oh itu bukan lah apa-apa kita teman bukan."
" Ya kita teman, kau benar kau bukan lah orang jahat."
" Yah aku terlalu tampan untuk jadi penjahat."
Mereka tertawa bersama. Hingga mereka sampai di halte tempat pemberhentian terakhir mereka.
" Mau ku antar sampe rumah." Tawar joan
" Tidak perlu aku bisa pulang sendiri."
" Baiklah ,sampai jumpa di kantor besok."
" Sampai jumpa."
Anna merasa pusing kepalanya kambuh segera membuka laci lemarinya untuk mengambil obat nya disana Dengan sekali teguk pil itu berhasil ditelannya. Kepalanya mulai membaik.
Anna mengambil buku diary nya.
18/11/20**
Hari ini aku kembali di jadikan babu oleh Sinta ,tapi joan datang membantuku, bagi orang mungkin itu hanya bantuan kecil tapi bagiku itu adalah bantuan besar, aku tidak takut melawan Sinta aku hanya tidak ingin kehilangan pekerjaan ku , karena keluarga ku sepenuhnya bergantung pada ku.
Anna menyimpan diarinya kembali kedalam tas nya, dan lanjut tidur.
Anna terkejut mendapati joan di depan kamar kos nya dengan motor pespa nya dan satu helm cadangan.
" Apa yang kau lakukan disini."
" Menjemputmu, ayo kita bisa terlambat nanti."
Anna melirik jam nya dan mungkin berangkat bersama joan lebih baik daripada terlambat.
" Kau motor baru lagi."
" Bukan , ini motor eyank, dah gak bisa dipake Ama dia lagi, sayang kan ni motor nganggur, udah siap belom, kita berangkat Sekarang."
" Iya."
Anna di panggil keruangan manajer. Dan kini Anna tengah berdiri di depan manajer, kertas map melayang ke dadanya, Anna hanya bisa diam tanpa berbuat apa-apa.
" Kau tahu kesalahan mu, kau bekerja sudah tiga tahun disini tapi soal ini saja kamu nggak becus, bagaimana bisa kamu buat keuntungan yang lebih besar di dalam kontrak dari perjanjian sebelumnya kau tahu dikarenakan ini kita kehilangan kerja sama dengan PT z , dan kita akan mengalami kerugian 2,5 miliyar , apa kau mau tanggung jawab , kau mau dipecat apa hah" pak tyo manajer Anna marah besar padanya.
" Pak jangan pecat saya ,pak. Saya sangat yakin saya mencantumkan keuntungan 15 % pak bukan 30 %."
" Lalu bagaimana kamu bisa menjelaskan isi dari map itu hah, dengar Anna saya tidak tahu apa Masalah mu tapi sekarang selesaikan ini bagaimanapun caranya bujuk PT z agar mau menandatangani kerja sama ini jika tidak dapat kau selesaikan maka ucapkan selamat tinggal pada pekerjaan mu."
Anna bingung sekarang bagaimana bisa dokumen yang dia serahkan isinya berubah itupun hanya pada bagian persen keuntungan nya saja. Dia yakin ada yang tengah mencoba menjebak nya.
" Aku harus segera menyelesaikan ini , aku tidak boleh kehilangan pekerjaan ini."
Anna bergegas pergi ke PT z untuk menyelesaikan masalah kontrak kerja sama ini.dia berharap PT z dapat diajak kerja sama.
" Ada yang bisa saya bantu buk." ucap resepsionis PT z.
" Begini buk, bisa saya bertemu dengan pak jaya manajer PT z."
" Apa sudah ada janji lebih dulu."
" Tidak, tapi ini sangat penting bisa saya bicara dengan beliau."
" Maaf buk , jadwal pak manajer tengah padat hari ini mungkin ibu bisa mambuat janji dulu dan menemui beliau kembali pada hari berikutnya."
" tidak bisa ini sangat penting saya mohon."
" maaf buk sesuai prosedurnya buatlah janji lebih dulu jika ingin berjumpa dengan pak manajer."
Anna frustasi dia tidak tahu harus berbuat apa lagi sekarang.Jika hari ini dia tidak dapat membuat kontrak dengan PT z maka dia akan di pecat.
" ya tuhan tolong aku."
Anna melihat manajer PT z tengah berjalan keluar bersama beberapa koleganya, Anna langsung berlari menghampirinya.
" permisi pak, mohon maaf sebelumnya, mungkin ini adalah hal yang tidak pantas tapi saya ingin menjelaskan kekeliruan ini pak, begini saya salah satu staff marketing dari S corp pak, ada kesalahan dalam dokumen kerja sama dan itu kesalahan pahaman pak , dan ini saya membawakan kontrak yang baru pak."
" saya sudah memutuskan untuk tidak bekerjasama dengan S corp lagi. kesalahan pahaman atau pun tidak tapi kesalahan seperti ini sangat lah fatal."
" Tolong pak, saya berani jamin tidak akan ada kesalahan seperti itu pak, saya akan bekerja lebih baik lagi dan saya akan berusaha lebih keras pak , tolong pak "
" Begini saja, yakin kan saya dengan produk baru yang lebih meyakinkan jika kamu bisa berhasil memberikan saya kepuasan akan produk yang kamu buat maka saya akan menaikkan keuntungan dua kali lipat dari sebelumnya."
" baik pak terima kasih atas kesempatannya, saya akan berusaha lebih keras,."
" baik saya ingin produk yang fresh, bernilai tinggi, dan suatu yang baru. Saya beri kamu waktu seminggu ,jika kamu mengecewakan saya lagi, maka tidak ada kesempatan lagi."
" baik pak terima kasih pak, saya berjanji tidak akan mengecewakan bapak lagi."
" baik kalau begitu, saya suka semangat kamu , saya pamit dulu."
"iya pak."
Anna bergeser dari tempatnya berdiri dan membiarkan pak jaya dan koleganya berlalu pergi.
Anna bersyukur dan akan memanfaatkan kesempatan ini dengan baik.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!