NovelToon NovelToon

CINTA PRESDIR PILIHAN

Hari Pertama

POV Sevim.

Tidurku terusik, ketika mama mengguncang-ngguncang tubuhku. Padahal, aku baru saja beristirahat 3 jam yang lalu.

" Vim..bangun sayang, ini hari pertama kamu kerja ",

Aku menggeliat, rasanya masih ingin memejamkan mata. Namun, aku langsung beranjak dari tempat tidur ketika kuraih jam yang berada di atas nakas sudah menunjukkan pukul 6 pagi . Aku segera mandi.

Aku malu ditatap seperti ini oleh Mama. Beliau melihat penampilanku dari bawah sampai atas. Apa ada yang salah?

" Ma..ada yang kurang pas sama penampilan Sevim?"

" Sayang, kamu cantik banget. Jadi Feminim gini",

Memang aku lebih suka berpenampilan tomboy. Sering memakai celana dibandingkan rok atau dress. Aku menyukai sesuatu yang simple. Namun, bukan berarti aku tidak bisa untuk mengenakan setelan rok pendek ala-ala orang kantoran seperti ini.

" Mama, Sevim malu..",ucapku lalu duduk bergabung bersama mama dan papa di meja makan"

" Nanti kamu langsung aja bilang ke resepsionist kalau kamu ini sekretaris baru ya, putri papa", ucap papa ketika kami menikmati makan pagi.

" Iya pa..",

" Kerja yang bener, jangan sampai mengecewakan. Kamu kerja tanpa melamar, tanpa psikotes, tanpa wawancara. Jadi jangan sia-siakan kesempatan emas ini ",ucap papa lagi.

" Iya pa..",

" Kamu mau bareng sama papa, atau bawa mobil sendiri Vim?" papa menawarkan untuk kami pergi bersama, karena tempat kerjanya juga searah denganku.

" Sevim bawa mobil sendiri saja pa..",

" Ya udah, papa pergi dulu. Kamu jangan sampai telat ya Vim..",

" Iya pa..",

" Ma..papa kerja dulu", pamit papa sambil mengecup kening mama.

" Hati-hati sayang ",

Namaku Sevim Zehra Mahveen, aku anak bungsu dari pasangan Affandy Ramadhan dan Elisa Azkiya. Aku baru saja selesai menempuh pendidikan strata 1 disalah satu perguruan tinggi terkemuka di Jakarta. Dan, tadi pukul 1 malam aku baru saja tiba di Rumah. Kembali pulang, karena permintaan mama. Beliau merengek, memintaku untuk bekerja di salah satu perusahaan milik keluarga Sanjaya. Kata mama, aku sudah diterima bekerja. Kok bisa? sebelumnya orang tuaku sudah mengirimkan CV -ku, tentu saja tanpa sepengetahuanku. Kenapa aku tidak menolak? Aku tidak berani, Papa juga pasti akan menggunakan segala cara agar aku menyetujuinya. Daripada harus berdebat, lebih baik aku mengalah.

Sebenarnya , aku enggan untuk bekerja di perusahaan tersebut. Tapi Papa dan Mama memaksaku. Terpaksa, aku harus mengubur impianku untuk bisa mewujudkan cita-citaku sebagai seorang Desainer. Hanya sementara, ya aku harus menguburnya sementara sampai menemukan cara untuk mewujudkannya. Meskipun aku mempunyai cita-cita sebagai seorang Desainer, tapi aku mengambil kuliah jurusan ekonomi bisnis. Kenapa? Lagi-lagi karena permintaan mama dan papa. Sepertinya kedua orang tuaku sudah mempersiapkan semuanya, agar aku bisa masuk dalam perusahaan Sanjaya grup.

Jika sudah terjun masuk ke dalam perusahaan Sanjaya grup, maka akan susah untuk keluar. Mengapa? Mereka akan selalu menjerat pegawainya agar terikat , seperti mengimingi-imingi segala macam kemewahan, bukan hanya sekedar memberikan mobil mewah. Pendidikan anak, rumah mewah, segala kebutuhan akan dipenuhi, bahkan jika mau akan diberikan bodyguard untuk mengikuti aktivitas kita. Pegawainya hanya cukup membayar dengan kesetiaan dan keloyalitasan seumur hidup. Itu berlaku bagi semua karyawan, tentunya jika jabatannya sudah tinggi. Seperti papaku, beliau adalah general manager disalah satu kantor cabang milik Sanjaya grup. Gaji , mobil mewah, rumah besar, pendidikan anak-anaknya semua dibiayai oleh perusahaan, termasuk biaya pendidikanku. Lalu, apa masalahnya denganku? Aku tidak suka, jika papa seperti " abdi keraton " yang akan mengikuti perintah atasannya meskipun, itu menyangkut masalah pribadi. Aneh bukan? Ya, pimpinan Sanjaya grup adalah seorang diktator. Dan kakakku satu-satunya, yang sudah membuktikannya, dia korban atas kediktatoran keluarga Sanjaya juga tumbal atas keloyalitasan Papa.

Saat ini aku sudah sampai dikantor pusat Sanjaya Grup. Papa hanya mengatakan, jika aku diterima bekerja sebagai sekretaris. Lalu, bekerja pada siapa? Papa tidak mengatakannya, beliau hanya memintaku memperkenalkan diri sebagai Sevim, putri dari Affandy Ramadhan, kepada resepsionist. Power Papa sebesar itu? Mungkin .

" Pagi mbak..", sapaku kepada resepsionist .

" Pagi, ada yang bisa saya bantu mbak?"

" Saya Sevim mbak, putri Affandy Ramadhan. Maaf, Papa saya berpesan jika saya hanya perlu mengatakan itu..tapi..",ucapanku terhenti karena Resepsionist langsung menyambarnya.

" Oh..ya saya mengerti, mari ikut saya mbak "

Aku hanya mengikuti langkahnya resepsionist yang melangkah menuju lift. Saat hendak masuk ke dalam lift, seseorang menabrakku hingga aku kehilangan keseimbangan, dan terjatuh.

" Aduh...", keluhku, karena kurasa pergelangan kakiku sakit, mungkin terkilir. Aku lantas menutupi rok pendekku dengan tas yang aku bawa karena tidak ingin orang-orang yang berada disana melihat paha mulus nan putihku. Ya, aku sekarang menjadi pusat perhatian. Lalu orang yang menabrakku, dia malah mengomel.

" Kalau jalan pakai mata , jangan pakai dengkul ", aku yang memang masih memijat pergelangan kakiku, hanya diam. Dia yang menabrakku, bukan aku yang menabraknya. Bukan meminta maaf, malah dia yang marah.

" Diajak ngomong malah diam. Kamu budeg ya " , aku tersentil mendengar ucapannya barusan. Bukan minta maaf malah sekarang dia mengataiku tuli? Aku mendonggakkan kepalaku, ingin melihat tampang orang yang menabrakku . Pria berjas hitam, tinggi, tampan, dan masih muda. Sepertinya dia bukan orang biasa disini, dari penampilannya saja terlihat parlente. Tapi, aku tak peduli, dia yang salah bukan aku. Aku berdiri dengan dibantu mbak-mbak Resepsionist yang tadi.

" Maaf, tapi anda yang menabrak saya. Bukannya minta maaf, malah dengan seenaknya bilang saya budeg, anda nggak lihat saya punya telinga? Jangan seenaknya kalau bicara, itu mulut apa cabe? pedes bener ngomongnya ",ucapku dengan lantang. Terlihat jelas dia sangat terkejut, mungkin tidak menyangka jika aku berani berbicara. Dan, aku kembali tersadar akan satu hal, dia pasti bukan orang sembarangan disini. Karena orang-orang di sekitarku langsung berbisik dengan lawan bicaranya.

" Beraninya gadis itu, dia tidak tau sedang berbicara dengan siapa",

" Sepertinya dia pegawai baru disini ",

" Bisa-bisa dia langsung dipecat ",

Aku tak peduli, malah berdoa jika itu benar terjadi. Memang aku sudah setengah hati mau bekerja di kerajaan Sanjaya ini. Ya, perusahaan tapi mirip kerajaan. Siapapun yang bekerja disini, harus menghormati semua keluarga Sanjaya. Baik di dalam maupun di luar perusahaan, jadi sudah dipastikan pegawai disini sudah hafal silsilah keturunan keluarga Sanjaya. Menghafal nama dan visualnya. Dan, sebentar lagi aku juga harus menghafalnya. Malas. Sebentar lagi aku juga pasti akan dimasukkan ke dalam grup Whatsapp pegawai . Aku mengetahui semuanya bukan? Tentu saja, aku mengetahui semuanya dari mamaku. Beliau sudah hafal semua kebiasaan dan peraturan yang berlaku, karena sudah mendampingi Papa yang hampir 30 tahun ini bekerja di perusahaan Sanjaya grup.

Pria itu memilih tidak menggubris perkataanku. Dia berlalu pergi, diiringi dengan bodyguard yang mengawalnya. Cih, di dalam perusahaan saja masih menggunakan pengawalan, apa security saja tidak cukup. Memang siapa yang mau menculiknya. Dia memang tampan, tapi menyebalkan.

" Mbak..jangan galak-galak. Nggak tau dia siapa? "ucap Resepsionist tadi.

" Nggak..dia yang salah bukan aku. Mbak lihat sendiri kan tadi "

" Iya, tapi..dia bukan orang sembarangan mbak ",

" Iya aku tau, tuh tadi dia masuk ke lift khusus kan"

" Kenalin mbak, nama saya Rani",dia mengulurkan tangannya.

" Oh ya, sampai lupa. Aku Sevim..",ucapku sambil menerima jabatan tangannya.

" Sepertinya kita akan sering bertemu mbak , mulai hari ini aku ditempatkan di Resepsionist lantai 10, tempat ruang kerja mbak Sevim berada. ",

" Wah, bagus dong", aku sedikit senang, mendapatkan teman baru seperti Rani, dia terlihat sangat ramah dan menyenangkan.

" Yuk mbak keluar..", ucapnya ketika lift sudah berada di lantai 10.

" Mbak Rani, ini lantai khusus?"

" Iya mbak, ini lantai khusus Presdir ",

" Hah?"

" Mbak Sevim kan sekretaris pribadi Presdir mbak",

" Apa?"

" Mbak Sevim belum tau?"

Aku menggeleng. Bisa-bisanya papa tidak memberitahuku. Aku sekretaris Presdir? Berarti aku sekretaris pak Adiguna Sanjaya? Hah, yang benar saja.

" Mari mbak, saya antar ke ruangan beliau",

" Mbak bisa nggak bicaranya jangan formal gitu "

" Hehe udah terbiasa mbak"

Tok tok tok

Mbak Rani mengetuk pintu, lalu masuk meskipun tidak ada suara atau persetujuan sebelumnya.

" Mbak kok langsung masuk?"tanyaku berbisik

" Nggak apa-apa", katanya.

Kami berdua masuk ke dalam ruangan yang besar. Terdapat beberapa rak buku yang tinggi menjulang, meja kerja besar serta sebuah sofa yang berukuran cukup besar pula. Disana juga sudah ada seseorang yang duduk, tapi aku tidak melihatnya karena posisiku yang membelakanginya. Fokusku kepada Pak Adiguna yang sudah duduk tegap di meja kerjanya.

" Maaf pak, ini mbak Sevim sudah datang. Sesuai perintah bapak tadi langsung saya antar kesini",

Pak Adiguna langsung berdiri dari duduknya.Beliau menghampiriku yang berdiri tepat di depan meja kerjanya, menelisik penampilanaku dari atas sampai bawah, seperti yang dilakukan mama tadi.

" Kamu Sevim, putrinya Fandy?", tanyanya.

" Iya pak..",

" Lebih Cantik aslinya daripada di foto", ucap laki-laki yang sudah berusia lanjut. Mungkin sudah berumur 65 tahunan, tapi perawakannya masih gagah.

" Terima kasih pak ",

" Kamu boleh keluar sekarang. Ran, tunjukkan meja kerja Sevim",

" Baik pak ",

Aku dan mbak Rani kembali keluar dari ruangan tersebut. Ternyata, ruanganku tepat di depan ruangan Presdir. Tidak salah, memang aku bekerja sebagai sekretaris pak Adiguna.

" Mbak Sevim, pencet tombol 0, kalau butuh saya ya. Meja saya disitu ", tunjuknya pada meja kerjanya yang hanya berjarak sekitar 10meter dariku.

" Oke.."

Huh, mudah-mudahan ini awal yang baik aku bekerja disini. Ada satu hal yang mengusik pikiranku. Pak Adiguna terlihat sangat ramah kepadaku, tidak seperti diktaktor yang selama ini aku dengar. Apa dia naksir sama aku? Hah, yang benar saja. Aku langsung mengusir pikiran negatifku. Ini hari pertamaku kerja, jadi jangan sampai ada kesan yang tidak baik yang aku tinggalkan. Aku hanya perlu menunggu, tugas apa yang akan diberikan oleh pak Adiguna. Mengingat meja kerjaku masih bersih, tidak ada satupun berkas yang berada disana. Hanya ada sebuah macbook, yang menjadi media kerjaku nanti.

Kesan Pertama

POV Ahimsa

Aku tidak percaya dengan apa yang barusan aku alami. Ada seorang gadis yang dengan beraninya menatapku dengan tajam. Bukan tatapan kagum seperti yang biasa gadis tujukan kepadaku. Tapi tatapan marah, karena aku baru saja menabraknya. Aku tak sengaja karena dalam keadaan terburu-buru. Bukan hanya itu, beraninya dia membalas mengataiku. Dia tidak tahu dia berhadapan dengan siapa? Ahimsa Radeya Sanjaya yang saat ini menjabat sebagai wakil Direktur Sanjaya grup. Beraninya dia macam-macam. Tunggu saja, apa yang akan aku perbuat padanya.

Tok tok tok

Dengan terburu-buru, aku segera masuk ke dalam ruangan kakek. Beliau memanggilku, katanya ada yang akan ditunjukkan kepadaku. Apa? Penasaran, karena kakek tidak pernah seperti ini, apalagi saat bicara denganku di Telepon tadi, Beliau terdengar bahagia. Apakah perusahaan menang tender dengan nilaik kontrak trilyunan rupiah? Entah.

" Kek.." sapaku saat melihat kakek sibuk menandatangani berkas di meja kerjanya.

" Duduk Him..",

Aku segera duduk di sofa yang berada tepat di depan meja kerja kakek. Bersamaan dengan itu, terdengar suara ketokan pintu. Disusul dengan seseorang yang masuk ke dalam ruangan itu.

Tap tap tap

Suara sepatu terdengar, aku melihat kakek menghentikan aktivitasnya sejenak. Siapa yang datang, bahkan kakek menyambutnya seperti ini.

"Maaf pak, ini mbak Sevim sudah datang. Sesuai perintah bapak tadi langsung saya antar kesini",

Kakek langsung berdiri dari duduknya dan menghampiri perempuan yang datang bersama pegawai. Kakek meneliti penampilan gadis itu dari atas sampai bawah. Tunggu, itu gadis yang aku tabrak tadi. Kakek mengenalnya? Pantas saja dia bersikap seenaknya seperti tadi. Jika begini aku tidak akan bisa membuat perbuatannya tadi. Mana berani aku, kakek bahkan terlihat sangat senang melihatnya. Siapa dia?

" Kamu Sevim, putrinya Fandy?",

" Iya pak..",

" Lebih Cantik aslinya daripada di foto", ucap kakek.

" Terima kasih pak ",

" Kamu boleh keluar sekarang. Ran, tunjukkan meja kerja Sevim",

" Baik pak ",

Aku hanya diam, karena kakek juga tidak memberiku isyarat apa-apa. Aku menunggu sampai kedua perempuan itu keluar. Kakek, langsung duduk di Sofa, tepatnya berhadapan denganku.

" Kamu lihat gadis tadi?"

" Iya kek, Himsa sudah bertemu dengannya tadi di lantai dasar?"

" Kamu mengenalnya?"

" Tidak, dengan beraninya dia berkata kasar padaku "

" Berkata kasar? mana mungkin.., dia gadis baik-baik. Kakek mengenal betul keluarganya"

" Kalau kakek tidak percaya, tanya saja pada bodyguard ku "

" Tidak perlu, nanti kakek yang akan bertanya pada Rani",

" Ada yang ingin kakek tunjukkan pada Himsa? apa kek ?" tanyaku penasaran.

" Bagaimana menurutmu?"

" Apa kek?"

" Gadis tadi.., Sevim . Cantik kan?",tanya kakek

" Dia sekretaris Presdir yang baru" tanya kakek lagi.

" Cantik kek " aku menjawabnya dengan jujur. Gadis itu memang berparas cantik, dia juga sexy. Jika boleh menilai, aku akan memberinya nilai 9, mendekati sempurna. Tapi, tidak dengan apa yang dia lakukan padaku tadi, dia bar-bar. Sangat galak, tidak selaras dengan penampilan anggunnya.

" Dia calon istrimu ",

Bagaikan petir yang menyambar, tanpa basa-basi kakek mengatakannya padaku. Calon istri? Yang benar saja, aku bahkan baru melihatnya hari ini.

" Calon istri kek?"

" Ya..jika kamu menolaknya maka secara otomatis jabatan Presdir akan kakek berikan kepada kakakmu. Tapi, jika kamu setuju , tanpa berpikir panjang kakek akan memilihmu sebagai Presdir "

Ini gila, nasibku ditentukan oleh gadis yang bernama Sevim? Kesan pertama bertemu dengannya saja, sudah membuatku naik pitam seperti tadi. Padahal, hanya beberapa detik, bagaimana jika aku harus tinggal dan hidup bersama sepanjang umurku. Bisa-bisa mati berdiri.

Apa yang membuat kakek berpikiran aneh seperti ini. Aku tau ini hanya ancaman kakek. Aku cucu laki-laki satu-satunya. Sedangkan kakakku, dia bukan keturunan Sanjaya, dia hanya anak angkat. Bagaimana bisa kakek akan memberikan jabatannya kepada Harsa. Ya..meskipun aku tau, Harsa mempunyai kemampuan untuk itu. Tapi, aku tidak terima.

" Bagaimana Him?"

" Maksud kakek?"

" Kamu menerimanya?"

" Himsa pikir-pikir dulu kek.."

" Sevim, bahkan lebih cantik dari pacarmu itu. Dia juga berpendidikan, dia gadis baik. Bukan seperti perempuan pilihanmu yang menjual tubuhnya. Akan kakek pastikan, kamu tidak akan pernah mendapatkan apa-apa jika kamu masih meneruskan hubunganmu dengan perempuan nggak jelas itu. Sevim, hanya dia yang boleh melahirkan penerus Sanjaya kelak ",

Aku diam\, kakek menyinggungnya lagi. Kakek selalu menganggap Rosy\, kekasihku yang berprofesi model\, sebagai jal*ang kelas atas. Padahal \, aku mengenal Rosy sejak kami berada di bangku SMA. Dan\, beberapa bulan belakangan\, kami mempunyai hubungan dekat. Rosy baik\, tidak seperti yang kakek ucapkan barusan. Hanya saja\, memang dia sering berpenampilan terbuka karena tuntutan pekerjaannya. Tapi bukan menjual tubuh sebagai pelac*ur.

" Tapi, Himsa belum mengenal Sevim kek, bagaimana kami bisa menikah?"

" Kakek tidak menyuruhmu menikah besok, tapi dua bulan lagi. Kakek rasa cukup untuk kalian mengenal satu sama lain. Dan , satu lagi segera putuskan hubunganmu dengan perempuan nggak jelas itu "

" Kalau Himsa menerima, apa Sevim juga setuju menikah denganku kek?"

" Sevim itu penurut, dia hormat sama orang tuanya. Itu urusan kakek, jika kamu menolak maka kakek tidak akan main-main dengan ucapan kakek barusan. Harsa yang akan menyandang status sebagai Presdir, bukan kamu "

Kakek kembali mengancam, dan aku tidak punya pilihan lain. Lihat saja, jika Sevim yang melakukan tipu daya terhadap kakek, maka aku tidak akan segan-segan melenyapkannya.

Aku keluar dari ruangan kakek dengan perasaan kesal sekaligus marah, aku tidak bisa berbuat apa-apa. Saat aku melewati meja kerjanya, aku melihat Sevim tengah tersenyum menatap layar laptopnya. Entah apa yang dilihat oleh gadis itu. Tapi, tak dapat ku pungkiri dia , dia terlihat sungguh sangat cantik dengan senyumnya yang menawan.

Breaking News

Hari pertamanya bekerja tadi, dia diajak oleh pak Adiguna untuk melihat-lihat kantor, sekaligus meninjau kinerja pekerjanya. Ini yang paling dibenci oleh Sevim, setiap karyawan yang melihat dirinya, akan langsung tersenyum sambil menundukkan kepalanya. Tanpa aba-aba, dan secara otomatis. Bahkan, karyawan yang melakukannya, berusia lebih tua dari pada dirinya. Huft, sebenarnya dia tidak membutuhkan itu. Toh, dia hanya karyawan baru. Tapi, sebenarnya itu hal yang wajar, mengingat jabatannya adalah seorang sekretaris pribadi Presdir. Lalu apa tugasnya sebagai sekretaris pribadi? Sevim hanya perlu mensinkronkan jadwal pribadi pak Adiguna dengan jadwal kantor. Sevim berhak menolak schedule yang diajukan oleh Sekretaris kantor jika berbenturan dengan jadwal pribadi pak Adiguna. Semua tagihan credit card, pengeluaran pribadi, Asuransi pribadi semua masuk dalam tugas Sevim. Dia hanya perlu merincinya lalu menagihkan ke bagian keuangan. Se simple itu pekerjaannya, tapi dia dibayar dengan sangat fantastis. Puluhan hampir ratusan juta, itu untuk gaji bulan pertama sebagai trainee. Gaji keduanya sebagai karyawan kontrak tentunya akan naik, sesuai dengan perjanjian kontrak kerja yang dia baca tadi. Sevim hanya perlu bertahan maksimal 3 tahun, untuk mengumpulkan uangnya, agar dia bisa kembali kuliah mengambil jurusan fashion seperti yang dia cita-citakan selama ini.

Menjelang petang, Sevim baru sampai rumah. Tadi, dia diajak pak Adiguna untuk menemaninya main Golf. Mau menolak, tapi Sevim sungkan. Untung saja, salah satu bodyguard pak Adiguna ada yang berjenis kelamin perempuan, jadi Sevim tidak terlalu canggung. Sambil menunggu pak Adiguna bermain dengan temannya tadi, Sevim berbincang ringan dengan mbak Reza nama bodyguard itu.

POV Sevim

Saat masuk ke dalam kamar, aku langsung menghempaskan tubuhku di atas tempat tidur. Bekerja memang melelahkan, itulah sebabnya Mama aku selalu mengomel jika aku terus meminta uang. Meskipun sebenarnya mama dan papa juga tidak akan pernah merasa kekurangan memenuhi kebutuhanku. Namun, tetap saja Mama perhitungan. Akan menstop jika merasa pengeluaranku terlalu boros. Maafin Sevim ya Ma, Pa.

Tok tok tok..

Suara pintuku di ketuk oleh seseorang. Belum sempat aku menjawab, seorang laki-laki yang menggendong balita laki-laki langsung masuk ke dalam kamarku. Dia kakakku satu-satunya, dan yang sedang digendongnya adalah putra semata wayangnya.

" Kak..",

" Kapan pulangnya Vim?", tanya nya.

" Semalem kak, tadi pagi langsung kerja. Halo Bian, apa kabar ganteng?", sapaku kepada keponakan gantengku.

" Baik aunty, Pi..Bian sama eyang aja ", ucap anak kecil itu lalu berlari keluar dari kamarku.

" Gimana kerjanya? lancar?"

" Lancar kak, kabar kakak gimana?"

" Kurang baik..", aku langsung memperbaiki posisiku, dan saat ini tengah duduk di atas tempat tidur. Sedang kakakku, duduk di bibir ranjang.

" Kenapa kak?",

" Baru aja, kakak mau buka hati. Ada perempuan yang kakak taksir, tapi udah punya pacar ",

" Sebelum ada janur kuning melengkung, masih bisa ditikung kak..", ucapku menghiburnya.

" Ckckck, mama bahkan udah cocok",

" Kejar terus aja kak..",

" Pacarnya posesif Vim..",

" Siapa namanya?"

" Aira..ketemu waktu nikahan anak temen mama, tapi ternyata dia juga guru bimbelnya Bian ",

" Jangan nyerah dong "

" Berat Vim.."

Isfandiyar Fahmi, dia adalah kakak laki-lakiku satu-satunya yang berprofesi seorang dokter. Dia adalah korban keloyalitasan Papa, dipaksa menikah dengan keturunan keluarga Sanjaya. Sehingga, rela memutuskan tali kasih dengan pacarnya yang sudah bertahun-tahun dia jalin. Aku adalah saksi betapa galaunya kakakku saat itu. Tapi, demi menunjukkan seorang bakti anak kepada orang tuanya, kakakku menerima perjodohan itu. Namun sayangnya ketika kakakku sudah menerima dan mencintai istrinya, kakak iparku meninggal saat dia berjuang melahirkan Bian. Sungguh kakakku yang malang.

Setelah mandi dan menggunakan pakaian rumahan, aku langsung turun untuk bergabung di meja makan bersama Papa, mama, kak Fahmi juga Bian. Rasanya sudah lama tidak merasakan suasana seperti ini, lengkap. Kak Fahmi sendiri, memutuskan untuk tetap tinggal di rumahnya sendiri, dia dibantu oleh baby sitter untuk mengurus Bian, dan beberapa pekerja rumah tangga untuk mengurus rumahnya.

" Gimana Vim, hari pertama kerja?", papa mengawali obrolan kami

" Lancar Pa..",

" Syukurlah.., kerja yang bener ya Nak ", nasehatnya.

" Kenapa Papa nggak bilang kalo Sevim jadi sekretaris Presdir?",

" Maaf sayang, Papa mau bikin kejutan ",

" Pa..tapi kan Sevim jadi shock..",

" Papa minta maaf ya..",

" Udah yuk, lanjutin makannya. Keburu dingin. Bian, mau tambah makannya?" ucap mama.

Selesai makan malam bersama keluarga, aku pamit untuk ke kamar. Ingin melanjutkan gambar desain yang selama ini aku coba buat. Hanya sekedar iseng sebenarnya, karena selama ini juga aku hanya belajar otodidak.

Namun, saat aku iseng menggambar ponselku terus saja berbunyi. Entah siapa yang menghubungiku, karena selama ini aku juga tidak mempunyai teman dekat. Bagaimana bisa mempunyai teman dekat, selama aku kuliah saja selalu dibuntuti oleh bodyguard suruhan Papa. Huft, menyebalkan.

Karena penasaran, aku langsung menyambar ponselku. Wow, ketika membukanya sudah ada puluhan pesan yang masuk. Pantas saja, ponselku berbunyi sedari tadi. Seperti dugaanku, ternyata aku dimasukkan ke dalam grup whatsapp pegawai Sanjaya grup. Grup ini hanya khusus pegawai yang ada dikantor pusat. Sedangkan pegawai yang bekerja di kantor Cabang milik Sanjaya grup, tentu akan mempunyai grup sendiri. Dimana nanti setiap ketua grup dari kantor masing-masing, juga akan mempunyai grup sendiri, khusus untuk ketua grup. Oh ya, nama grup whatsapp dikantorku diberi nama " Ghibah Sanjaya pusat ". Hahaha, daebak......dari namanya saja, kalian sudah tau isi grup tersebut. Pasti banyak gosip daripada fakta. Aku membaca pesan dari grup itu satu persatu.

Selamat bergabung mbak Sevim, kenalkan aku mbak maya ketua grup.

Wah, mbak Sevim ini anggota baru ya. Sekretaris pak Adiguna

Selamat malam mbak Sevim, duh cantik banget fotonya.

Mbak Sevim.., semoga betah kerja ya.

Beberapa pegawai menyapaku, karena merasa harus bersikap ramah, aku membalasnya.

Terima kasih mbak maya, sudah dimasukkan ke dalam grup WA

Iya, saya sekretaris pribadi pak Adiguna.

Salam kenal

Wah, makasih mbak..

Aamiin, semoga saya betah ya mbak.

Aku lalu menscroll layar. Wah, ternyata ponselku berbunyi, karena ada pesan yang membuat mereka heboh. Sepertinya satu persatu anggota grup keluar dari sarangnya, tidak ingin ketinggalan berita yang satu ini.

BREAKING NEWS!!!!~

Calon Presdir muda kita ternyata sudah dijodohkan oleh pak Adiguna. Kata suamiku, orangnya cantik banget. Dia juga salah satu pegawai Sanjaya grup. Tapi, sayangnya suamiku nggak tau siapa nama perempuan itu.

Wah mbak, bisa dipertanggung jawabkan nggak nih beritanya?

Loh, ya jelas dong info dari mbak Maya valid, suaminya kan kerja salah satu orang kepercayaan pak Adiguna.

Aku jadi penasaran, siapa perempuan yang beruntung itu.

Yang jelas perempuan itu harus lebih cantik dari Rosy Sephora, pacarnya mas Himsa.

Rosy Sephora? Model idolaku? Aku bahkan selalu bermimpi hasil karyaku menjadi desainer nanti akan diperagakan oleh Rosy. Jadi, Himsa calon presdir itu pacaran dengan Rosy, model papan atas? Wah..., obrolan yang menarik.

Kata suamiku, orangnya nggak kalah cantik sama Rosy. Kalian kan tau sendiri pak Adiguna nggak pernah setuju mas Himsa pacaran sama Rosy.

Wah, beruntung ya yang jadi istri pak Himsa nanti.

Iyalah, mas Himsa ganteng, kaya, calon Presdir pula. Siapa yang nggak mau.

Suamiku bilang, yang jadi calon istri mas Himsa itu pegawai baru.

Pegawai baru? mbak Sevim maksudnya

Hah, aku langsung membelalakkan mataku. Sedari tadi aku memang hanya menyimak saja, tidak ingin menimpali. Karena aku juga masih canggung, belum kenal dengan mereka semua.

Ya, bisa jadi, hehehehe tapi suamiku kan nggak tau, pegawai itu ditempatkan di kantor mana.

Aku langsung mengabaikan pesan selanjutnya. Lebih tertarik dengan pesan pribadi yang masuk di ponselku.

Hai, mbak Sevim. Ini aku Rani.

Me :

Halo mbak Rani..Jangan panggil aku Mbak, panggil aja Sevim.

Nggak ah, sungkan.

Me :

Nggak apa-apa. Panggil mbak kalau di kantor aja.

Oke deh, Vim jangan kaget ya kalau di grup itu , lebih banyak gosipnya daripada fakta. Hitung-hitung hiburan.

Me :

Iya mbak nggak apa-apa. Aku maklum.

Oh ya, mbak Maya itu ketua grup. Suaminya itu salah satu orang dekatnya pak Adiguna, makanya dia tau semuanya.

Me :

Oh..gitu ya mbak.

Jadi, emang kamu yang dijodohin sama mas Himsa?

Me :

Hahaha, mbak Rani ternyata suka ghibah juga.

Aku penasaran Vim.

Me :

Nggak kok mbak, bukan aku orangnya.

Hahaha, karena seingatku nggak ada pegawai yang cantiknya itu cetar kayak kamu Vim.

Me :

Ah, mbak Rani bisa aja.

Ya udah, sampai jumpa besok ya. Selamat malam

Me:

Iya mbak, selamat malam...

Bersamaan itu pula, banyak pesan pribadi yang masuk ke ponselku. Mungkin mereka terusik dengan kata-kata mbak Maya tadi yang menyebutkan jika perempuan yang dijodohkan dengan Himsa, calon Presdir adalah pegawai baru. Puluhan pesan yang masuk ke dalam ponselku juga isinya hampir sama. Mereka menanyakan kebenaran berita yang menyebutkan kalau perempuan yang dijodohkan oleh pak Adiguna dengan cucunya adalah pegawai baru. Dan mereka menyangka, akulah orangnya. Ini lucu, wajah Himsa saja aku belum pernah melihatnya, jadi bagaimana bisa aku dijodohkan dengannya? Aku hanya membaca pesan dari teman-teman kantor, mengabaikan dan membiarkannya tanpa berniat membalasnya. Aku malas, lebih baik aku tidur.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!