Rex Hudson tersenyum riang menuju ke sebuah restoran sambil membawa kotak kecil berisi cincin emas putih yang dia beli dari hasil jerih payahnya sendiri.
Rex Hudson ingin membelikan kekasihnya sebuah cincin yang diinginkan kekasihnya sejak setahun yang lalu. Demi cincin itu, Rex mau menerima pekerjaan menjadi private tutor anak dari tetangganya.
Saat pada akhirnya dia berhasil membeli cincin itu dari hasil jerih payahnya sendiri, tentu saja remaja itu terus mengulas senyum bangganya.
"Delia pasti suka sekali cincin ini" Ucap Rex sambil memasukkan kotak cincin ke dalam saku celananya dengan senyum lebar. Hati anak remaja yang masih berumur tujuh belas tahun itu membuncah bahagia kala dia membayangkan wajah kekasihnya saat menerima cincin pemberiannya nanti.
"Aku akan melamar Delia dengan cincin ini lalu akan menikah dengannya setelah lulus SMA nanti. Papa dan Mama pasti setuju karena Delia itu pintar, cantik, lembut, ramah, dan baik" Gumam Rex sambil mempercepat langkahnya memasuki restoran agar dia bisa segera bertemu dengan kekasihnya.
Rex menelepon Delia dan menyuruh Delia datang ke Restoran Rose jam lima sore dan dia akan menyusul karena dia masih harus mengambil cincin pesanannya.
Rex melangkah masuk saat karyawan restoran tersebut membukakan pintu, "Silakan masuk, Tuan"
"Private room nomer lima. Reservasi atas nama Rex Hudson" Ucap Rex Hudson.
"Oh, Anda Tuan muda Rex Hudson?"
Rex Hudson mengangguk mantap.
"Baiklah. Mari ikut saya!" Karyawan restoran tersebut bergegas memimpin langkah menuju ke private room nomer lima.
Rex mengangkat tangan kanan untuk melihat jam tangannya, "Sial! Sudah jam enam. Aku harap Delia belum pergi"
"Kita sudah sampai, Tuan muda. Silahkan masuk"
"Hemm" Sahut Rex Hudson.
Namun, bukan wajah ceria dan cantiknya Delia yang dia lihat saat Rex Hudson membuka pintu private room tersebut. Rex mematung di tengah pintu saat dia melihat Delia menangis sambil memegang pipi, sedangkan papa dan mamanya tengah berdebat hebat.
"Kamu berselingkuh dengan gadis magang ini, Pa?!" Teriak mamanya Rex Hudson.
"Iya! Aku mencintainya dan aku akan menjadikannya istri keduaku dan aku tidak meminta persetujuan darimu!" Papanya Rex Hudson melotot ke istrinya lalu memeluk bahu Delia.
Rex masih mematung dengan wajah yang mulai pias dan kedua tangan mengepal erat.
Bruk! Mamanya Rex Hudson jatuh ke lantai dan Rex Hudson langsung melesat maju untuk membopong mamanya lalu keluar dari private room tanpa menoleh ke papanya apalagi ke Delia.
Delia semakin terisak menangis melihat Rex Hudson mengabaikannya.
Rex Hudson berhasil membawa mamanya ke rumah sakit dengan mobil ambulans lalu dia mengekor mobil ambulans itu dengan motor sportnya.
Begitu sampai di IGD rumah sakit swasta terdekat, mamanya Rex Hudson langsung ditangani dan beberapa menit kemudian Rex menangis histeris dan duduk bersimpuh di lantai IGD setelah dokter yang menangani mamanya berkata, "Maaf, kami sudah berusaha melakukan pertolongan yang terbaik, tapi Tuhan berkehendak lain. Mama Anda sudah naik ke Surga karena serangan jantung, Tuan muda"
Rex kemudian berlari keluar dari IGD dan dokter IGD tersebut hanya bisa menarik napas panjang melihat sang pewaris rumah sakit tempat dia bekerja melesat keluar dari IGD.
Rex melesat cepat ke parkiran sepeda motor, menaiki motor sportnya lalu melesat ke jalan raya. Belum jauh Rex mengebut dengan motor sportnya, sebuah truk besar tiba-tiba muncul di depannya dan Braaakkkkk!!!!! Rex terjungkal ke depan lalu tidak sadarkan diri.
Di hari ketiga setelah kecelakaan, Rex terbangun dan remaja berdarah campuran Inggris-Manado itu terkejut karena semuanya gelap.
"Siapa yang mematikan lampu?! Nyalakan lampunya!" Teriak Rex dengan wajah panik karena otak cerdasnya mengirim sinyal bahwa dirinya buta dan semoga otak cerdasnya salah kali ini.
Tapi, sayangnya otak cerdasnya Rex tidak pernah salah.
Dokter dengan sangat terpaksa berkata, "Maafkan kami kalau harus berkata terus terang, Tuan muda Rex............."
"Katakan cepat!" Rex berteriak dengan nada suara menahan isak tangis.
"Anda buta"
Rex diam mematung.
"Tapi, kata dokter kalau ada donor mata yang tepat, kamu bisa dioperasi dan bisa melihat lagi" Suara papanya membuat Rex muak dan Rex sontak berteriak, "Aku lebih baik selamanya menjadi buta daripada harus melihat wajah munafiknya Papa dan Delia........aku sangat membenci kalian.......pergi, Pa......Pergiiiii!!!!!!"
Sejak hari itu, Rex memutuskan tinggal di rumah peninggalan mamanya dan hidup mandiri tanpa papanya. Rex hidup di rumah peninggalan mamanya bersama dengan sekretaris pribadi yang dipilih oleh papanya sejak hari itu. Dia terpaksa mau menerima sekretaris itu karena bagaimana pun dia butuh bantuan seseorang karena dia buta. Dia bersedia hidup bersama sesama manusia asalkan itu bukan papanya dan bukan Delia.
Satu Minggu kemudian, Rex mendengar kabar pernikahan papanya dengan Delia dan Rex sudah tidak bisa menangis lagi. Hatinya sudah menjadi batu dan perasaanya sudah dingin sedingin Kutub Utara. Rex kemudian memutuskan untuk fokus pada latihan kemandirian bagi tuna netra, lalu giat mempelajari huruf braille, giat menyelesaikan pendidikannya sampai dia berhasil meraih gelar sarjana lima tahun kemudian.
Di hari Minggu pagi yang cerah, Rex memanggil Roy, sekretaris pribadi papanya yang sudah menemaninya selama lima tahun belakangan ini, "Om Roy, kemarilah!"
"Iya, Tuan Muda?"
"Aku ingin jalan-jalan"
"Hah?!" Roy tercengang kaget karena selama lima tahun belakangan ini, Rex tidak pernah keluar rumah. Semua kegiatan yang harus Rex lakukan, semuanya dilakukan di rumah.
"Aku ingin melatih tongkatku ini" Rex baru saja membeli tongkat tuna netra yang katanya canggih dan ada sensor penanda bahaya yang akan berbunyi kalau bahaya berada di titik dua meter dari tongkat tersebut.
"Lebih baik besok saja karena kita belum latihan dengan tongkat itu di dalam rumah dan......"
Rex bangkit berdiri dan langsung melangkah lebar mendahului Roy sambil berkata, "Apa aku minta persetujuan darimu?"
Sial! Ya, Anda memang tidak pernah meminta persetujuan karena Anda selalu bertindak sesuka hati Anda selama ini. Batin Roy sambil ngos-ngosan mengejar langkah lebar tuan mudanya.
Baru saja berjalan beberapa puluh langkah, Rex mengaduh kencang, "Aduh!" Lalu berjongkok sambil memegang perutnya.
Roy sontak panik dan ikutan berjongkok, "Maag Anda kumat lagi, Tuan muda?"
Rex mengangguk beberapa kali sambil meringis kesakitan.
"Kita balik ke rumah saja" Roy membantu Rex berdiri.
Rex menepuk pundak Roy dan berkata, "Aku tidak mau pulang. Kita ke minimarket terdekat saja. Aku ingin pergi ke minimarket"
"Apakah Tuan muda kuat berjalan ke sana? Kita pulang saja!"
"Tidak!" Wajah Rex mengeras.
Roy menghela napas panjang lalu berkata, "Baiklah. Mari saya papah Anda ke minimarket terdekat"
Setelah sampai di minimarket terdekat dan berhasil mengambil obat maag dan air mineral, Roy segera berkata, "Segera minum obat ini, Tuan muda! Saya akan mengantre di kasir untuk membayarnya"
Rex ikut mengantre di sebelahnya Roy setelah dia selesai meminum obat maag.
"Kenapa Tuan muda ikut berdiri di sini?" Roy menoleh kaget.
"Aku tidak tahu harus ke mana"
"Ah, iya, maafkan saya! Mari saya antarkan dulu ke bangku"
"Tidak usah! Antriannya tidak panjang, kan?" Roy berkata dengan ekspresi datar seperti biasanya.
"Tinggal satu orang terus kita" Sahut Roy.
"Ya sudah tidak usah duduk" Dengus Rex.
"Baiklah"
Setelah tiba gilirannya untuk membayar, Roy langsung berkata sambil mengeluarkan kartu kredit, "Obat maag satu bungkus dan air mineral 500 mili, satu"
"Maaf, Pak, kalau pakai kartu kredit minimal belanja seratus ribu sedangkan belanjaan Bapak cuma habis lima belas ribu rupiah" Ucap mbak kasir dengan senyum sopan.
"Pakai Qris, bisa?" Tanya Roy.
"Kami belum melayani pemakaian Qris" Jawab Mbak Kasir.
"Ada apa, Om Roy?" Tanya Rex.
"Saya tidak bawa uang cash. Apa Tuan muda bawa uang cash?"
"Apa kamu pikir aku gembel yang bawa uang recehan, hah?!" Bisik Rex geram.
"Lalu, bagaimana ini?" Roy mulai panik.
Tiba-tiba terdengar suara perempuan, "Saya akan membayar belanjaan Bapak ini. Lima belas ribu, kan?"
"Iya" Sahut mbak kasir.
"Ini lima belas ribu dan permen ini harganya lima ribu, kan, jadi pas dua puluh ribu" Ucap perempuan itu sambil meletakkan selembar uang dua puluh ribuan.
Roy langsung berkata ke perempuan itu, "Maaf, nama Nona siapa dan berapa nomor rekening Nona? Saya akan transfer via M-Banking"
"Nama saya Yasmin Putri Herlambang. Saya tulus menolong Bapak, jadi tidak usah diganti"
"Terima kasih banyak, Non"
"Sama-sama, Pak. Saya permisi"
Setelah perempuan itu menghilang dan Roy mengajak Rex pulang, Rex bertanya, "Perempuan tadi masih muda apa sudah tua?"
"Masih muda"
"Apa ada cincin melingkar di jari manis tangan kanannya?"
"Seingat saya tidak ada. Kenapa Anda menanyakan soal cincin?"
"Itu berarti dia belum menikah dan aku ingin kau mencari dia"
"Untuk apa mencari dia? Dia sudah tulus menolong kita"
"Aku ingin menikah dengannya"
"Apa?! Tapi dia........."
"Jelek?"
"Tidak jelek, sih, tapi kalau dibandingkan dengan Non Delia tunangan Anda, dia tidak ada apa-apanya. Tingginya hanya sekitar 165cm, rambut pendek bergelombang, lalu tubuhnya kurus dan.........."
"Aku mau menikah dengannya secepatnya!"
"Jangan bikin saya pusing, Tuan muda! Anda sudah bertunangan dan......."
"Delia pilihannya Ayahku. Aku tidak mau menikah dengan Delia. Ayah pikir luka di hatiku selama ini bisa hilang kalau dia mencarikan wanita dengan nama Delia, Cih! Itu justru membuatku semakin muak dan aku tidak mau menikah dengan gadis yang bernama Delia. Aku benci nama Delia"
"Tapi, Anda belum mengenal gadis tadi dan belum tentu juga gadis tadi mau menikah dengan Anda.....siapa tahu gadis tadi juga sudah memiliki tunangan lalu ......"
"Aku tidak peduli dan aku tidak meminta pendapat kamu. Aku mau menikah dengan Yasmin Putri Herlambang, titik!"
Arghhhhh!!!!! Kenapa Anda selalu begini, Tuan muda. Anda tidak bisa dibantah. Roy menjambak rambut cepaknya.
Belum sampai Yasmin meletakkan tasnya di atas meja kecil, meja yang selama ini berada di kamar sempitnya, meja yang selalu menemani dirinya bekerja, meja yang terbuat dari kayu yang mulai rapuh itu menjadi saksi pipi Yasmin ditampar sangat keras oleh ibu tirinya.
Setelah mendapatkan tamparan yang sangat keras hingga membuat kepala Yasmin terhuyung, Yasmin mengusap pipinya dan menoleh cepat ke ibu tirinya untuk bertanya, "Kenapa Ibu menampar saya?"
"Jangan memanggilku Ibu kalau Ayah kamu tidak ada! Aku bukan ibumu! Ibumu sudah mati!"
"Kenapa Ibu menampar saya?" Yasmin masih bertanya dengan nada lembut dan sopan.
"Karena kamu membuat adik kamu dipecat dari sekolahan. Kamu merasa sudah senior mengajar di sana jadi kamu merasa tersaingi saat adik kamu magang di sana, hah?! Kamu tega!"
Yasmin bekerja sebagai pengajar di sekolahan swasta bergengsi setelah dia menamatkan pendidikan D3 bahasa Inggris dari uang hasil keringatnya sendiri karena Ibu tirinya tidak pernah memberinya uang. Padahal ayahnya Yasmin memberikan semua gajinya ke Istri barunya itu. Selama menempuh pendidikan D3, Yasmin bekerja di toko kue milik sahabat mendiang ibunya. Sahabat mendiang ibunya itu bernama Eliza dan Eliza memiliki putra yang umurnya tiga tahun lebih tua dari Yasmin yang bernama Angga. Angga adalah pacar Yasmin sejak Yasmin masih duduk di bangku SMA dan mereka berencana akan menikah setelah Angga menjadi pegawai tetap di tempat Angga bekerja. Eliza dan Angga yang selama ini membantu Yasmin menyelesaikan pendidikannya Yasmin.
Yasmin menghela napas panjang lalu berkata, "Yemima melakukan kesalahan dan siapakah saya ini, Ibu? Saya cuma guru di sana. Saya tidak mungkin bisa........."
"Kesalahan apa, hah?! Yemima itu anak pinter mana mungkin dia bikin kesalahan"
Yasmin kembali menghela napas panjang, "Lebih baik Ibu bertanya ke kepala sekolah mengenai penghentian masa magangnya Yemima. Karena apapun yang saya katakan, Ibu tidak akan memercayainya, kan?"
"Kau......" Ibu tirinya Yasmin mengajar tangannya dan hendak menampar Yasmin kembali tapi dengan cepat tangan ibu tirinya Yasmin ditahan oleh tangan adik bontotnya Yasmin yang bernama Yoga.
"Ibu, cukup!" Pekik Yoga.
Ibu tirinya Yasmin menarik tangannya sambil mendelik ke Yoga, "Kau membelanya? Kamu ini anak Ibu, kenapa kau malah membela dia?!"
"Karena Kak Yasmin tidak bersalah dan Kak Yasmin adalah kakaknya Yoga"
"Yemima juga Kakak kamu!" Pekik ibu tirinya Yasmin dengan semakin melotot.
"Ya, Kak Yemima juga Kakaknya Yoga. Tapi, Kak Yemima yang bersalah bukan Kak Yasmin"
"Diam kamu! Kamu tahu apa, hah?!"
"Teman Yoga adalah putra dari kepala sekolah tempat di mana Kak Yasmin bekerja. Tempat di mana Kak Yemima bekerja dan Leo, nama temannya Yoga itu bercerita juga meminta maaf sama Yoga soal pemecatan Kak Yemima. Papanya Leo terpaksa memecat Kak Yemima karena Kak Yemima tidur setiap kali menjalankan tugas menjaga koperasi dan lebih parahnya lagi, Kak Yemima berani membentak kepala koperasi saat dia dibangunkan"
"Mana mungkin begitu?! Yemima itu anak yang rajin dan ......"
"Kalau Ibu tidak percaya dengan Yoga, Ibu bisa bertanya langsung ke kepala sekolah"
"Cih!" Ibu tirinya Yasmin lalu memutar badan dan melangkah lebar keluar Deri kamar sempitnya Yasmin.
Yoga menyentuh pipi kakak tirinya sambil bertanya, "Masih sakit, Kak? Yoga bawakan es batu untuk mengompres pipi Kakak, Yoga bantu kompres, ya?"
Yasmin langsung menarik adik tirinya itu ke dalam pelukannya dan berkata dengan senyum bahagia dan tetes air mata haru, "Terima kasih, Dek. Kamu menyayangi Kakak selama ini"
Yoga tersenyum dan mengusap lembut rambut pendek bergelombang kakaknya sambil berkata, "Kita Kakak adik sudah sepantasnya saling menyayangi. Kak Yasmin juga selalu baik sama Yoga"
Di kediaman besar, megah, berlantai tiga, Roy tengah duduk di depan Rex.
"Kau sudah menemukan siapa Yasmin Putri Herlambang?" Tanya Rex dengan tidak sabar.
"Sudah"
"Lalu, kenapa diam? Kenapa tidak langsung memberitahuku?!" Rex memajukan badannya dengan wajah kesal.
"Saya minum dulu, Tuan muda. Haus" Sahut Roy.
"Tzk! Cepat bacakan!" Rex menyandarkan punggung ke sofa dengan wajah yang masih kesal.
"Yasmin Putri Herlambang adalah putri sulungnya Bapak Yanuar Herlambang. Ibu kandung Yasmin sudah meninggal dunia saat Yasmin masih kecil. Lalu, ayahnya menikah lagi dan Yasmin memiliki dua adik tiri. Yang satu masih kuliah di........."
"Aku tidak peduli tentang adik-adiknya Yasmin. Katakan saja soal Yasmin!" Rex menepuk sofa dengan wajah kesal.
"Baik, Tuan muda. Emm, Yasmin bekerja di sekolahan swasta bergengsi sebagai pengajar mata pelajaran bahasa inggris dan......"
"Yanuar Herlambang bekerja di mana?" Tanya Rex dengan tidak sabar.
"Kebetulan Yanuar Herlambang memiliki perusahaan dan perusahaannya Yanuar Herlambang adalah sub dari Grup Hudson yang bergerak di bidang makanan instant. Tapi, akhir-akhir ini perusahaannya Yanuar tidak berjalan mulus. Mulai terseok-seok dan........"
Grup Hudson adalah bisnis terbesar dan terkuat di kota M dan pemiliknya adalah papanya Rex Hudson.
Rex tersenyum lebar lalu berkata, "Buat Yanuar menemuiku"
"Baiklah, Tuan muda. Saya akan membawa Yanuar menghadap Anda besok"
"Siapa yang bilang besok?"
"Hah?!"
"Aku mau hari ini juga bertemu dengan Yanuar Herlambang sebelum Yanuar menemui Ayahku"
"Apa?! Tapi, bukankah Anda ada jadwal rekaman?"
"Ganti jadwalnya besok dan temui Yanuar Herlambang saat ini juga lalu bawa dia ke sini secepatnya!"
"Tapi, itu........"
"Kau mau aku pecat?"
"Baiklah saya akan segera menemui Yanuar Herlambang dan mengajaknya ke sini menghadap Anda"
Rex tersenyum senang.
Meskipun harta kekayaan papanya dan harta peninggalan mendiang mamanya tidak habis dimakan sampai sepuluh turunan, Rex Hudson menambah pundi-pundi kekayaan keluarganya dengan usahanya sendiri. Dia berhasil menjadi programmer terkenal dengan keyboard khusus untuk tuna netra. Selain itu, Rex juga berhasil menciptakan lagu sekaligus bernyanyi dengan menggunakan nama panggung, Sleepy Dragon. Lagu-lagu ciptaannya Rex meledak di pasaran. Tapi, Rex tidak pernah muncul di depan publik dan selalu menolak jumpa fans.
Di kamar sempit yang hanya berisi ranjang single, meja kecil, bangku kecil, dan lemari kabinet susun empat yang terbuat dari plastik , Yasmin tengah memasukkan nilai-nilai UTS anak didiknya sambil mendengarkan lagu kesukaannya. Lagu-lagunya Sleepy Dragon.
Setelah menyelesaikan semua pekerjaannya, Yasmin naik ke ranjang dengan masih memakai headset dan masih mendengarkan lagu-lagunya Sleepy Dragon.
Yasmin menghela napas panjang dan bergumam, "Andai saja aku bisa bertemu dengan Sleepy Dragon" Yasmin meraih gulingnya lalu memeluk guling itu dan bergumam lagi, "Sayangnya Sleepy Dragon tidak pernah muncul di publik dan tidak pernah menggelar jumpa fans. Aku jadi penasaran bagaimana wajahnya karena di cover albumnya dia juga tidak pernah menunjukkan wajahnya. Dia tidak pernah muncul di publik apa karena dia jelek? Ah! Kalau jelek pun aku akan tetap ngefans sama dia karena suaranya sangat merdu dan lagu-lagunya sangat indah. Sangat lembut dan liriknya sangat dalam. Ah! Sleepy Dragon......aku sangat menyukaimu"
Tidak begitu lama kemudian, Yasmin jatuh ke alam mimpi dengan ditemani lagu-lagu indahnya Sleepy Dragon.
"Ada apa Tuan muda ingin bertemu dengan saya?"
"Aku tahu perusahaan kamu terseok-seok saat ini dan kalau tidak ada kucuran dana segar maka perusahaan kamu akan hancur hanya dalam hitungan bulan, kan?" Rex memasang wajah datar seperti biasanya.
Roy yang berdiri di sebelah Rex, menatap Yanuar Herlambang dengan sikap waspada.
"Bagaimana Anda bisa tahu?"
"Jawab saja, cih!" Rex mendengus kesal.
"Iya, benar. Apakah Anda mengundang saya ke sini untuk membantu perusahaan saya?"
"Hmm"
"Terima kasih, Tuan muda"
"Tapi, ada syaratnya"
"Apa syaratnya? Kalau saya harus mencicilnya selama bertahun-tahun dengan bunga yang Anda tetapkan, itu tidak masalah" Ucap Yanuar dengan penuh antusias.
"Kau butuh satu milyar, kan?"
"Iya, Tuan muda" Yanuar Herlambang tersenyum senang karena dia berpikir Tuan muda grup Hudson akan membantu perusahaannya dengan syarat seperti pada umumnya.
"Apa kau bisa mencicilnya selama lima tahun?"
"Li......lima tahun? Kalau lima tahun terlalu pendek, Tuan muda dan cicilan setiap bulannya juga terlalu berat buat saya karena kedua anak saya masih sekolah"
"Aku hanya bisa menoleransi waktu lima tahun"
"Kalau begitu, saya permisi. Saya akan menemui Ayah Anda dan........"
"Kalau kau berani menemui Ayahku, aku akan patahkan kaki kamu saat ini juga!" Teriak Rex.
Roy menoleh kaget ke tuan mudanya.
"A......apa?!" Yanuar Herlambang tak kalah kagetnya.
"Aku serius! Om Roy!"
"Ya, Tuan muda"
"Katakan ke dia sudah berapa banyak kaki yang aku patahkan selama ini?"
Hah?! Apa maksud Anda, Tuan muda? Anda belum pernah mematahkan kaki orang. Roy mengernyit.
"Om Roy!"
Roy tergagap dan spontan menjawab, "Banyak sekali"
"Nah! Kau dengar sendiri, kan?" Rex menyeringai.
Yanuar Herlambang mulai gemetar. "Lalu, apa yang Anda inginkan, Tuan muda? Syarat apa yang Anda punya?"
"Aku ingin menikah dengan Yasmin Putri Herlambang"
Roy kembali menoleh kaget ke tuan mudanya dengan mata membeliak kaget.
Yanuar tak kalah kagetnya, "Apa?! Saya tidak akan menyerahkan anak saya. Mana mungkin saya menikahkan anak saya dengan orang gila dan bu........."
"Buta.........katakan saja kenapa kamu menahan kata itu?! Kau bahkan tidak menahan kata gila, cih!" Geram Rex.
"Tolong jaga bicara Anda, Pak Yanuar!" Roy.
Yanuar mengabaikan ucapan Roy, "Patahkan saja kaki saya! Saya tidak peduli! Kalau toh saya lumpuh, saya masih bisa bekerja di atas kursi roda" Yanuar berteriak dengan suara gemetar.
"Bagaimana kalau aku melumpuhkan nama kamu di dunia bisnis? Bagaimana kalau aku membuatmu tidak bisa menjalankan bisnis di kota manapun.....oh, tidak! Bahkan di luar negeri pun kamu tidak akan bisa menjalankan bisnis kamu kalau aku melumpuhkan nama kamu" Geram Rex.
Yanuar Herlambang bergidik ngeri membayangkan anak-anak dan istrinya menjadi gembel di jalanan.
Suasana hening selama lima menit.
"Baiklah. Saya akan menikahkan Anda dengan Yasmin, putri saya"
"Baiklah! Om Roy akan menyiapkan semuanya besok dan besok bawa Yasmin ke sini untuk membuat buku pernikahan di depan pejabat negara yang berwenang menikahkan" Jawab Rex dengan wajah datar dsn sangat serius.
"Besok?!" Roy dan Yanuar terkejut.
"Besok!" Tandas Rex.
Rex menoleh ke Roy dan dengan cepat Roy melangkah ke Yanuar sambil berkata, "Mari saya antarkan ke depan, Pak Yanuar agar Anda bisa lekas pulang, beristirahat, dsn menyiapkan pernikahan putri Anda dengan Tuan muda Rex Hudson, besok"
"Jam sepuluh tepat dan jangan terlambat!" Teriak Rex.
Setelah mengantarkan Yanuar ke halaman depan, Roy bergegas kembali ke kamar utama.
Roy tidak bisa menahan diri lagi untuk bertanya, "Kenapa Tuan muda ingin sekali menikah dengan Yasmin Putri Herlambang? Anda baru mendengar suaranya tadi di minimarket dan Anda tidak......."
"Aku sudah pernah mendengar suaranya" Potong Rex.
"Hah?! Maksudnya?" Roy duduk di depan Rex.
"Om ingat pas aku melarikan diri dari rumah karena Ayah tiba-tiba datang ke sini dengan istri brengseknya itu, yeeeahhhh, mereka berdua sama-sama brengsek, cih!'
"Saya ingat dan Anda kembali pulang dengan taksi online setelah Anda menghilang selama kurang lebih empat jam"
"Hmm. Saat itu aku berjalan tanpa arah dan aku memang tidak tahu arah karena aku buta. Bersyukur aku tidak tertabrak mobil karena ada beberapa orang baik yang mau menyeberangkan aku hingga aku sampai di sebuah toko yang harumnya sangat wangi, sangat enak, membuatku lapar, dan ternyata itu toko kue"
"Lalu?" Tanya Roy dengan tidak sabar.
"Aku berdiri cukup lama di depan toko itu. Entah di depan pintunya atau di bagian mana toko itu, tapi yang jelas tiba-tiba terdengar suara langkah kaki lalu terdengar suara perempuan yang sangat merdu, "Apa yang bisa saya bantu?"
Jawabku kala itu, "Saya berjalan tanpa arah dari rumah dan sampai di sini tanpa sadar karena hidung saya mengikuti bau harum yang sangat enak dan kaki saya berhenti di sini. Saya ingin masuk tapi saya ini buta dan tidak tahu yang mana pintunya lalu.....saya.....saya lupa tidak membawa dompet saya"
"Lalu perempuan bersuara merdu itu menarik pergelangan tanganku sambil berkata, ayo masuk! Saya akan memberimu kue buatan saya dan teh hangat"
"Tidak begitu lama kemudian aku sudah duduk dan makan roti saat perempuan itu terus berbicara......dia bilang namanya Yasmin Putri Herlambang dan dia bekerja di toko kue itu......lalu.....apakah kamu tahu, Om Roy?"
Roy melihat wajah tuan mudanya terus tersenyum saat menceritakan toko kue dan perempuan yang bernama Yasmin Putri Herlambang.
"Tahu apa, Tuan muda?"
"Kue yang aku makan adalah kue buatannya sendiri yang perdana dia bikin dan kue itu enak sekali......kata dia nama kue itu brownies cinta" Wajah Rex membentuk senyum lebar.
"Jadi, Anda jatuh cinta pada Yasmin Putri Herlambang karena brownies cinta?" Roy mengernyit heran.
"Bukan karena itu saja.......dia baik hati, dia suka berbagi. Dia bahkan membagikan kue itu ke anak kecil yang menangis kehilangan ibunya. Anak kecil itu duduk di sebelahku sementara Yasmin mencari ibu anak itu. Saat anak itu sudah bertemu dengan ibunya, saat itu pula Yasmin berkata kepadaku, taksi online yang akan mengantarmu pulang sudah datang"
"Saat aku minta nomer rekeningnya untuk mengganti kue, teh, dan taksi online, dia berkata persis sama dengan yang dia katakan di minimarket tadi. Saking terpesonanya dengan kebaikan hati Yasmin, aku sampai lupa mengatakan namaku ke dia dan dia lupa menanyakan namaku karena tiba-tiba ada anak kecil menangis mencari ibunya"
"Tapi.............." Roy ragu meneruskan ucapannya.
"Tapi, apa?"
"Non Yasmin sudah memiliki pacar dan saya takut kalau Non Yasmin akan menolak pernikahan yang........."
"Aku tidak peduli! Apapun yang terjadi Yasmin harus menjadi milikku karena aku tidak mau perempuan yang lain. Aku tidak mau menikahi perempuan pilihan Ayahku, titik!"
"Baiklah, Tuan muda"
Keesokan harinya,
Senyum Rex merekah sempurna karena hari ini dia akan menikah dengan bidadari penyelamatnya.
Sementara Yasmin, tengah bersimpuh di depan kaki ayahnya dan menangis sesenggukan sambil berkata, "Tolong Ayah cabut keputusan Ayah......hiks, hiks, hiks, Yasmin sudah punya pacar dan Yasmin sangat mencintai Mas Yoga. Jangan nikahkan Yasmin dengan orang yang belum pernah Yasmin temui dan belum pernah Yasmin kenal, Ayah, huhuhuhuhu, Yasmin mohon"
Ayah Yasmin bergeming...........
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!