NovelToon NovelToon

Jodohku Tetanggaku

Prolog

Namaku Tasya Clarisa, aku berumur 19 tahun

Aku adalah anak dari seorang tentara Angkatan Darat. Ayah ku bernama Rajendra putra dan ibuku bernama Anastasia putri.

Aku adalah anak ke dua dari tiga bersaudara, kakakku yang pertama bekerja di salah satu butik di ibu kota dan adik ku masih berumur 12 tahun, yah dia masih kelas 6 SD.

Aku disini ingin menceritakan kisah cintaku bersama dengan pria baik dan ramah, yaitu Aldo Adiputra.

Kami adalah tetangga, yah jarak rumahku dan dia begitu dekat hanya berjarak 3 langkah saja, karena rumahnya berada di samping rumahku.

Aku menyukainya semenjak aku di tolong olehnya saat ada seorang pereman yang hendak mencuri uangku, tapi Aldo datang menolongku.

Dan semenjak itu mulai timbul perasaan cinta, tapi hanya di dalam diam aku tidak berani mengungkapkan perasaanku kepadanya.

Sudah 3 bulan aku menyimpan perasaan ini, aku hanya bisa mengagumi dia dari jarak jauh, seringkali aku mencuri pandang saat ia berolahraga di depan rumahnya.

Perasaan yang aku pendam ini sungguh tidak wajar di saat aku sudah hampir putus asa dan memilih untuk mundur tiba-tiba dia datang kembali membawaku ke dalam rasa cinta itu.

Lalu saat kami sudah saling mengenal dan terbuka tentang perasaan ini, ayahku malah melarang keras dan menyuruh ku untuk menjauhi cinta pertamaku itu.

Aku saat itu benar-benar putus asa bahkan Aldo juga selalu mendatangi rumahku untuk mencariku, tapi ayah dan ibu malah mengusir nya.

Aku di pindahkan ke rumah nenekku yang berada di Kalimantan, saat itu aku benar-benar menolak atas apa yang ayah perintahkan.Tapi ayah berkata jika aku tidak menerima apa yang dia suruh maka aku bukanlah anak mereka lagi.

Hatiku begitu sakit saat itu, ibu menyarankan ku untuk mengikuti apa yang sudah ayah perintahkan akhirnya aku hanya pasrah saat itu.

Saudara-saudara ku sedih saat aku di pindahkan ke Kalimantan.

Aku di sana memulai kehidupan baru bersama dengan nenek ku.

2 tahun berjalan, kini umurku sudah 21 tahun di umurku ini aku sudah memiliki pekerjaan aku bekerja di salah satu kantor pusat.

Aku sudah memasuki lamaran dan mengikuti interview saat itu, sungguh nasibku begitu baik bahkan aku sudah bisa melupakan cinta pertamaku yaitu Aldo.

Sebenarnya berat bagiku untuk melupakan dia, tapi aku berusaha untuk menghilangkan dia dari perasaan ku.

Saat perasaan itu sudah hilang, aku bertemu kembali dengan dia di suatu acara perayaan kantor sungguh malang nasibku.

Tiba-tiba saja sifat dan karakter dari Aldo berubah seketika, disaat dia mencoba menculikku dan memaksaku untuk menikah dengannya.

Saat itu aku benar-benar menolak ke datangannya dalam hidupku tapi apa dayaku saat ia mulai melakukan cara licik untuk mendapatkan ku.

Lalu apa yang terjadi? saat itu aku benar-benar ingin menangis hidupku serasa hancur berkeping-keping, bahkan Aldo yang sekarang bukanlah Aldo yang dulu.

Aku di kurung dalam apartemen miliknya, aku saat itu begitu tertekan bahkan aku hendak kabur, tapi dia malah mengancam ku jika aku kabur darinya maka keluargaku sebagai taruhannya.

Aku semakin menaruh benci kepada Aldo, air mata tidak dapat di bendung lagi aku merasa aku hanyalah simpanan dia di saat dia membawa beberapa wanita masuk ke dalam apartemen nya itu.

Aku merasa kehadiran ku tidak di hargai lagi, dan saat itu aku memilih kabur dari apartemen itu dan menjauh dari pria yang bernama Aldo.

Dan saat itu ada pria baik yang membantuku dan membawaku pergi jauh dari Aldo.

Dia adalah Endrow teman kantorku.

Dia yang menjaga ku di saat aku benar-benar terpuruk dia juga yang menyemangati ku, tapi semakin berjalannya waktu aku sampai tidak menyadari bahwa aku hamil, dan janin ini adalah hasil dari perbuatan Aldo.

Aku sungguh sakit hati sekali, saat itu pikiranku buntu sehingga aku sampai berniat ingin membunuh darah dagingku sendiri.

Tetapi Endrow menolong ku lagi dan ia mau untuk bertanggung jawab atas kehamilan itu.

Saat tiba pernikahan ku dengan Endrow tiba-tiba saja di acara pernikahan itu datang seorang pria bertubuh besar menghancurkan semua resepsi pernikahan ku.

Bahkan aku di culik oleh seorang pria tinggi dan tampan, entahlah aku tidak terlalu melihat wajahnya.

Lalu bagaimana apa yang akan terjadi denganku?

Baca part berikutnya ya😊

001

Seorang wanita cantik bertubuh tinggi dan memiliki kulit putih, sedang di hadang oleh beberapa preman di salah satu gang kecil dan sempit.

Wanita itu bernama Tasya, dia berteriak di lorong yang sempit itu sambil merangkul tas selempang kecil miliknya.

"Tolong...., tolong aku." Teriakan Tasya

"Wanita cantik, percuma kau berteriak begitu keras tidak akan ada yang menolongmu." Ucap salah satu pria bertubuh tinggi.

"Tolong, jangan menggangguku." Ucap Tasya ketakutan.

Salah satu pereman itu mulai mendekat ke arah Tasya, tubuh Tasya mulai bergetar keringat dingin mulai bercucuran membasahi keningnya.

"Tolong, lepaskan aku." Ucap Tasya bergetar

Saat pria bertubuh tinggi itu mulai menarik tas selempang milik Tasya, tiba-tiba dari arah belakang terdengar suara hantaman begitu keras bahkan pria yang ada di hadapan Tasya saat ini ambruk mengenai kaki milik Tasya.

Brukk....

"Aaaaa...." Teriakan Tasya saat pria itu jatuh tersungkur di hadapannya.

Tasya lalu mendongakan kepalanya dan melihat ke arah wajah pria yang terkena sinar matahari itu.

Silau, ya itu satu kata yang Tasya ingin katakan saat ini ia tidak begitu jelas melihat wajah pria yang ada di hadapannya ini.

"Bangun." Ucap pria bertubuh tinggi itu sambil mengulurkan tangan.

Tasya langsung meraih uluran tangan itu, dan berdiri tepat di hadapan pria yang menolongnya tadi.

"Terimaksih." Ucap Tasya

Saat Tasya menatap wajah itu ia begitu kaget karena pria yang ada di hadapannya ini adalah Aldo tetangga samping rumahnya itu.

"A...Aldo?" Ucap Tasya gugup

"Hm, iya aku Aldo apa kau baik-baik saja?" Ucap Aldo seraya tersenyum manis

"A..aku tidak apa-apa." Ucap Tasya sambil terus mentap wajah tampan Aldo.

"Ya sudah ayo pergi dari sini, nanti mereka bisa bangun dan mengganggumu lagi." Ucap Aldo seraya menarik tangan Tasya.

Tasya dan Aldo berlari keluar gang sempit itu, mereka berdua berlari sambil menggenggam satu sama lain, tatapan mata Tasya terus mengarah ke tangan Aldo yang menggenggam tangannya itu.

Senyuman Tasya terbit seketika melihat tangannya yang di genggam oleh Aldo.

Aldo membawa Tasya ke arah motor sport miliknya.

"Ayo naik." Ucap Aldo

Tasya yang asik melamun langsung buyar seketika saat suara berat Aldo terdengar.

"Ahhh iya baiklah." Ucap Tasya

Tasya lalu menaiki motor sport milik Aldo.

"Peluk pinggang ku, nanti kau jatuh." Ucap Aldo seraya tersenyum.

Tasya yang mendengar itu langsung membuat pipinya merona, ia benar-benar tersipu malu.

Tasya langsung memeluk pinggang milik Aldo, jantungnya bahkan berdegup dengan kencang seakan ada drum di sana yang sedang di pukul keras oleh seseorang.

"Sudah siap?" Ucap Aldo

Tasya langsung menganggukan kepalanya.

Motor milik Aldo pun berjalan kencang membelah jalanan ibu kota, Tasya tersenyum senang hatinya mulai berbunga-bunga.

Tasya menyandarkan kepalanya di punggung milik Aldo.

Aldo hanya tersenyum saat kepala milik Tasya bersandar di punggung miliknya.

Beberapa menit kemudian, akhirnya motor milik Aldo berhenti tepat di depan rumahnya.

Tasya yang menyadari itu buru-buru mendongakan kepalanya dan melihat ke arah rumah miliknya.

"Sudah sampai Tasya, rumahmu ada di sebelah." Ucap Aldo

"Ehhh iya." Ucap Tasya gugup

Tasya lalu turun dari motor sport milik Aldo.

"Terimakasih ya Aldo." Ucap Tasya seraya tersenyum.

"Iya sama-sama." Ucap Aldo ramah.

Tasya pun melangkah kan kakinya masuk ke dalam rumah miliknya.

"Ibu..., Tasya pulang." Teriakan Tasya mengema di ruangan itu.

Teriakan milik Tasya itu menganggu aktivitas adik laki-laki nya yang bernama Dodo

"Uh ribut sekali." Ucap adik Tasya yang bernama Dodo.

"Ehhh Dodo ibu mana?" Ucap Tasya.

"Ngak tau ganggu aja sih aku lagi asik main PS nih, sana pergi ribut amat." Ucap Dodo sinis

"Idih anak cowok kok sewot amat." Ucap Tasya tak mau kalah

Tasya langsung melangkah kan kakinya mencari ibu tercintanya itu.

"Ibu..." Panggil Tasya

"Dek, kenapa berteriak begitu?" Ucap kakak Tasya yang bernama Aurora.

"Eh, kakak ngak kerja?"

"Ditanyain malah tanya balik." Ucap Aurora sambil memakan roti

"Maaf kak, aku lagi nyariin ibu nih aku mau cerita sesuatu sama ibu." Ucap Tasya

"Pasti tentang cowok lagi." Ucap Aurora seraya tersenyum.

"Ngak lah apaan sih kak." Ucap Tasya kesal

"Kalau bukan cowok terus apaan?"

"Kepo deh buekkk." Ucap Tasya sambil menjulurkan lidahnya ke arah Aurora

"Dasar anak bandel." Ucap Aurora marah

Tasya berlari meninggalkan Aurora yang sedang marah karena ulahnya.

"Selamet, selamet syukur nenek lampir ngak ikutin aku." Ucap Tasya sambil mengelus dadanya.

"Tasya kamu sudah pulang?" Ucap Anastasia ibu dari Tasya.

"Ibu, aku cariin loh dari tadi kemana aja sih?" Ucap Tasya kesal

"Tadi ibu lagi bantuin ayah kamu nyiapin keperluannya, sekarang ayahmu harus ke kantor untuk menangani masalah, ibu ngak dengar kalau Tasya panggil ibu tadi." Ucap Anastasia

"Bu.., aku mau cerita nih."

"Mau cerita apa sayang?"

Anastasia pun mendekat ke arah anak perempuannya itu.

"Ayo cerita apa nak?"

"Bu tadi itu Tasya hampir di bunuh sama pereman." Ucap Tasya heboh

"Kenapa bisa seperti itu?" Ucap Anastasia khawatir.

"Tasya juga ngak tau Bu, Tasya kan lewat di gang sempit Deket pertokoan yang menjual peralatan elektronik itu, nah terus tiba-tiba ada pereman yang hadang Tasya."

"Lalu?" Ucap Aurora menimpali

Tasya yang mendengar suara kakaknya itu langsung membuatnya kesal.

"Ihhh... kakak ikut-ikutan aja sana pergi ini rahasia." Ucap Tasya kesal

"Idih sok tua kamu." Ucap Aurora sambil terkekeh geli

"Aku udah tua kali kak umur aku kan udah 19 tahun." Ucap Tasya tidak terima.

"Hahaha..., Yaya memang kamu sudah tua seperti nenek-nenek iya ngak Bu?" Ucap Aurora mengejek

"Ibu kak Aurora tuh, suka banget ngejek aku." Ucap Tasya mengadu.

"Udah, kalian ini sudah besar masih aja kaya anak kecil apalagi kamu Aurora ngalah dong sama adik kamu." Ucap Anastasia lembut

"Siapa juga yang ngejek Tasya, aku kan jujur." Ucap Aurora sambil menahan tawa.

"Uhh..., menyebalkan." Ucap Tasya sambil merenggut kesal

"Bu aku mau berangkat kerja dulu, bilangin ayah juga ya." Ucap Aurora sambil menyalim tangan sang ibu

"Iya nak hati-hati." Ucap Anastasia

"Dah..., adik ku yang tua." Ucap Aurora sambil berlari meninggalkan Tasya yang marah-marah tidak jelas.

"Ihhh menyebalkan, itu tuh Bu lihat anak ibu suka banget ngeledekin aku" Ucap Tasya kesal.

"Kamu jangan kesel gitu dong, kamu juga kan suka negeldekin kakak kamu." Ucap Anastasia

"Tuh kan udah aku duga ibu membelanya lagi." Ucap Tasya sebal

"Siapa yang bela, ibu ngak bela siapa-siapa."

"Terserah ibu deh aku mau ke kamar dulu capek pengen tidur." Ucap Tasya berlalu pergi meninggalkan Anastasia sendiri.

"Ehh.., Tasya kamu kan belum selesai cerita." Ucap Anastasia sambil berteriak

"Lupain aja." Ucap Tasya ikut berteriak sambil menutup pintu kamarnya.

002

Keesokan harinya Tasya kembali melakukan aktivitas sehari-hari nya yaitu mengepel lantai rumahnya.

Sambil bersenandung Tasya mulai mengepel lantai dengan lincah.

Setelah selesai mengepel lantai Tasya kembali mengelap kaca jendela di setiap bagian rumahnya itu, sampai ia berhenti tepat di ruang tamu, ia mengintip sedikit dari selah gorden jendelanya.

Dilihatnya Aldo yang sedang meregangkan otot-otot tubuhnya seraya pemanasan sebelum memulai ritual lari paginya.

Tasya tak berkedip sedikitpun matanya semakin melebar kala Aldo berlari-lari kecil di depan pagar rumahnya itu.

"Ahh...aku seperti pengintai kenapa aku terus mengintip dan melihat setiap gerak-gerik Aldo, apa aku sudah gila." Ucap Tasya sambil memukul kepalanya.

Aurora yang melihat sang adik yang menempel di dekat kaca itu membuatnya terkikik geli, dia lalu mendekat ke arah Tasya sekedar untuk memberi pelajaran kepada Tasya karena tadi pagi sudah mengerjainya.

Aurora mendekat ke arah Tasya ia ikut melihat kemana arah mata Tasya, siapa sangka ternyata adiknya ini malah mengintip pria bahkan tetangganya sendiri.

Aurora langsung menjitak kepala adik perempuannya itu.

Pltakkk....

"Aw...aduh sakit siapa sih." Ucap Tasya berteriak

"Hm...apa mau marah? ayo marah ntar aku aduin ke ayah kalau kamu ngintipin cowok." Ucap Aurora mengancam

Tasya yang mendengar itu hanya menyengir seperti orang yang tidak bersalah.

"Santai dong kakak, kita kan saudara jangan gitu dong, aku janji deh ngak akan buat ulah lagi apalagi ngerjain kakak." Ucap Tasya tersenyum imut.

"Idih jijik deh lihat kamu senyum begitu." Ucap Aurora sambil pura-pura muntah

"Kakak kok gitu sih."

"Kalau kamu ngak mau di aduin ke ayah sekarang beliin kakak Es cream, coklat, Snack." Ucap Aurora sambil menaik turunkan alisnya.

"Uhh, neyebelin lebih baik aku nurut aja deh dari pada di laporin ke ayah." Batin Tasya

"Iya deh kakak, uangnya mana?" Ucap Tasya sambil menyodorkan tangan kanannya.

"Pakai uangmu dong."

"Aaaapaaa....." Ucap Tasya berteriak

"Ihh suara kamu cempreng banget, sakit nih telinga kakak." Ucap Aurora sambil menutup telinganya.

"Kakak keterlaluan Tasya mana punya uang, kan kakak yang kerja, Tasya kan belum kerja jadi cari uang di mana?" Ucap Tasya memohon

"Pikir aja sendiri, itu sih terserah kamu mau beli atau ngak, siapa suruh belum kerja." Ucap Aurora sambil terkikik geli

Aurora langsung berlari meninggalkan Tasya yang sedang kesal di sudut jendela itu.

"Nasib... nasib." Gumam Tasya

Tasya kembali berpikir bagaimana caranya dia membelikan kakaknya makanan tetapi tidak menggunakan uang miliknya.

Setelah berpikir cukup lama akhirnya Tasya memiliki ide cemerlang.

Tasya mendekati adik laki-lakinya yang bernama Dodo.

"Do, bantuin kakak dong." Ucap Tasya pura-pura sedih.

"Hmmm..." Jawab Dodo

"Ayo dong Do, bantuin kakak ya please." Ucap Tasya sambil memohon

Karena cuman ini jalan satu-satunya yaitu meminta uang ke Dodo, Dodo ini meskipun anak kecil tapi tabungan miliknya begitu banyak, karena ayah dan ibu sudah mengajari Dodo bagaimana cara membuat aplikasi sendiri sehingga Dodo biasa mendapatkan penghasilan dari sana, tidak salah kecerdasan Dodo mengambil kecerdasan ibunya yaitu Anastasia.

"Do, kok diam aja sih ayo dong bantuin kakak." Ucap Tasya sambil memeluk sang adik yang asik bermain PS itu.

"Emang bantuin apa." Ucap Dodo

Tasya yang mendengar itu langsung membuka matanya lebar-lebar.

"Yes berhasil yuhu..." Batin Tasya

"Ini kakak ada perlu sama temen kakak mau beli peralatan melukis, tapi kakak ngak ada uang boleh minta uang kamu ngak dek." Ucap Tasya memelas

Dodo masih berpikir, Dodo diam sedangkan Tasya matanya sudah berbinar-binar menunggu ucapan Dodo selanjutnya.

"Oke." Jawaban Dodo singkat, padat, dan jelas.

Tasya yang mendengar itu langsung berjingkrak-jingrak kegirangan.

"Etsss...tapi ada syaratnya." Ucap Dodo

Tasya yang mendengar itu langsung diam ia kembali menatap ke arah adik kecilnya itu.

"Apa?" Ucap Tasya mulai mengepalkan tangannya.

"Kakak harus mencuci baju-baju Dodo tanpa menggunakan mesin cuci." Ucap Dodo sambil menahan tawanya.

"Sialan bocah ini ada maunya." Batin Tasya

"Baiklah nanti akan kakak cuci, sekarang uangnya mana." Ucap Tasya sambil menyodorkan tangannya ke arah Dodo.

Dodo langsung mengambil uangnya di dalam kantung celananya.

"Ini." Ucap Dodo memberikan uang 50 ribuan ke arah Tasya.

"Terimakasih adik kecil." Ucap Tasya sambil mencium dan meremas-remas rambut adiknya itu.

"Aduh sakit." Ucap Dodo kesal

Tasya langsung berlari keluar rumah sambil tertawa karena melihat wajah kesakitan adiknya itu.

"Uh siapa suruh ngerjain aku, nanti aku ngak mau cuciin bajunya dia, biar aja dia nangis yang penting uangnya udah ada di tangan aku hahahaha...." Ucap Tasya seperti orang gila

Tiba-tiba pundak Tasya di sentuh oleh Aldo dari belakang, Tasya langsung tersentak kaget.

"Ah.., Aldo kamu kaget-kagetin aja." Ucap Tasya kembali mengeluarkan suara yang di lembut-lembutkan.

"Aduh ****** tadi Aldo lihat ngak ya kalau aku kaya orang gila ngomng sendiri, aduh kalau sampe dia tau pasti dia bakal ilfil sama aku." Batin Tasya.

"Kamu lagi ngapain?" ucap Aldo

"Anu, aku lagi ini mau belanja buat kak Aurora dia nitip beli jajanan." Ucap Tasya malu-malu

"Ah begitu, aku boleh ikut ngak?" Ucapan Aldo seraya tersenyum.

"Yuhu..., mimpi apa gue semalem akhirnya Aldo ikut gue pergi belanja." Batin Tasya

"Tasya kok kamu diam." Ucap Aldo

Tasya langsung gelagapan saat Aldo menyentuh pundaknya lagi.

"Eh, iya boleh ayo kita ke supermarket." Ucap Tasya gugup.

"Oke."

Aldo dan Tasya berjalan beriringan menuju Supermarket terdekat.

Sesampainya di Supermarket Tasya langsung mengambil pesanan kakaknya itu.

Tasya menenteng keranjang kecil sambil menunggu Aldo yang masih memilih beberapa cemilan di rak tengah.

Saat Tasya ingin mendatangi Aldo tiba-tiba saja ada seorang ibu-ibu yang memanggil Tasya.

"Nak..." Panggil ibu-ibu tua itu kepada Tasya

Tasya langsung menoleh ke arah ibu-ibu tua itu.

"Iya Bu ada apa?" Ucap Tasya seraya tersenyum.

"Nak kamu sedang datang bulan ya?" Ucap ibu itu.

"Ah, ngak kok Bu." Ucap Tasya

"Itu nak, celana kamu ada bercak darahnya."

"Astaga mati aku, kenapa sih datang bulan di waktu yang salah pas ada Aldo lagi, gimana ini uangku sudah pas untuk membayar belanjaan ini, lalu aku tidak menggunakan jaket lagi bagaimana cara aku menutup bercak darah ini, benar-benar mamalukan." Batin Tasya.

"Terimakasih Bu sudah memberi tahu saya." Ucap Tasya.

"Iya nak sama-sama kalau gitu ibu pergi dulu ya." Ucap ibu-ibu tuan itu

Tasya langsung berlari kearah pojok didinding untuk menutupi bercak darahnya, ia mengurungkan niatnya untuk menemui Aldo.

Aldo yang sudah selesai membayar belanjaan langsung berjalan mendekat ke arah Tasya.

"Tasya ayo kita pulang aku sudah selesai membayar." Ucap Aldo seraya tersenyum manis.

"Kamu pulang duluan aja." Ucap Tasya sambil menyengir

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!