NovelToon NovelToon

Jejak Tanpa Nama

Arga dan Jejak yang Tersembunyi

Arga menatap langit malam yang gelap dari jendela kantornya. Di luar, hujan turun deras, menambah kesunyian yang terasa pekat di ruang penyelidikannya. Lampu neon di sudut ruangan berkedip-kedip, berusaha memberi penerangan di tengah kegelapan malam yang sepi. Arga menyandarkan tubuhnya pada kursi, merenggangkan pundaknya yang terasa tegang setelah seharian bekerja tanpa henti. Dalam dunia yang dipenuhi oleh kejahatan, ia adalah seseorang yang selalu berusaha mencari kebenaran, meskipun itu berarti harus berhadapan dengan kenyataan yang paling kelam sekalipun.

Sebagai detektif muda di divisi kriminal, Arga dikenal sebagai pribadi yang tidak mudah menyerah. Dia memiliki kecerdasan tajam dan naluri yang seringkali membawanya lebih dekat pada jawaban yang sulit ditemukan oleh orang lain. Tetapi di balik kemampuan itu, ada keraguan yang selalu menghantui pikirannya—rasa bahwa, meskipun banyak kasus yang ia selesaikan, ia belum menemukan apa yang benar-benar dicari dalam hidupnya.

Telepon di meja kerjanya berdering, memecah keheningan yang menghiasi ruangannya. Arga segera meraih gagangnya, suara berat yang familiar terdengar di ujung sana.

"Arga, ada kasus untukmu," kata suara itu, yang merupakan panggilan dari rekan setimnya, Raka, seorang penyidik senior yang sudah lama bekerja di kepolisian.

"Tunggu sebentar, Raka. Kasus apa yang kamu maksud?" tanya Arga, segera merasa ada sesuatu yang berbeda. Raka biasanya akan memberi detail lebih banyak sebelum memanggilnya.

"Datanglah ke tempat kejadian perkara. Ada pembunuhan yang tidak biasa, dan kami butuh orang dengan insting yang tajam. Cepat."

Tanpa banyak berpikir lagi, Arga menggantungkan telepon dan segera mengenakan jaketnya. Dalam perjalanan menuju lokasi kejadian, pikirannya berkecamuk. Pembunuhan tak biasa? Apa yang dimaksud Raka? Arga tahu, sebagai seorang detektif, ia harus siap menghadapi hal-hal yang tidak terduga, tapi entah kenapa kali ini ada firasat buruk yang menyelimuti hatinya.

Ketika Arga sampai di lokasi—sebuah apartemen tua di pinggiran kota—ia langsung disambut oleh suasana yang suram. Polisi dan petugas forensik sibuk memeriksa tempat kejadian perkara. Arga tidak melihat ada petunjuk yang mencolok. Pembunuhan seharusnya memiliki jejak yang jelas, tapi kali ini tidak ada darah berceceran, tidak ada perlawanan yang terlihat. Semuanya terlalu bersih, terlalu teratur.

Dia berjalan mendekati Raka yang sedang berbicara dengan seorang petugas. Raka menatapnya dengan serius, lalu memberi isyarat agar Arga mengikuti.

"Kami belum menemukan identitas korban," kata Raka sambil menunjukkan tubuh seorang pria yang tergeletak di lantai. "Namun ada sesuatu yang aneh. Pria ini tidak memiliki dokumen apa pun di tubuhnya. Bahkan telepon genggamnya pun hilang."

Arga menundukkan kepalanya, menilai korban. Usianya tampak sekitar 40 tahun, dengan tubuh yang tampaknya terawat, namun matanya terbuka lebar, seolah ketakutan. Tapi yang lebih aneh, meskipun tak ada tanda-tanda perlawanan atau darah yang mengalir, pria itu tampak meninggal dengan cara yang sangat tidak biasa.

"Satu lagi," lanjut Raka dengan suara rendah, "di sini ada catatan yang ditemukan di bawah pintu."

Arga menatap selembar kertas putih yang tampak lusuh, terselip di bawah pintu ruangan. Ia membungkuk dan mengambilnya. Setelah membaca beberapa kata di atasnya, raut wajahnya berubah.

“Jika kamu ingin tahu siapa yang membunuhku, ikuti jejak tanpa nama.”

Arga mengerutkan kening. Pesan itu begitu singkat, namun penuh dengan makna yang mendalam. Ada yang salah dengan pembunuhan ini, dan Arga merasa seperti ada seseorang yang sengaja memberinya tantangan, seolah mengundangnya untuk mencari lebih dalam.

"Tunggu," kata Arga, menghentikan langkah Raka yang hendak pergi. "Apakah kamu yakin tidak ada yang bisa mengidentifikasi pria ini?"

Raka menggelengkan kepala. "Tidak ada. Seolah-olah dia sengaja dihapus dari dunia ini."

Arga berdiri tegak, merenung sejenak. Ini bukan hanya sebuah pembunuhan biasa. Ada lebih banyak hal yang tersembunyi di baliknya, dan ia merasa bahwa dirinya terlibat dalam permainan yang lebih besar. Tanpa banyak kata, ia mulai menyelidiki tempat kejadian perkara lebih dalam.

Kamar itu dipenuhi barang-barang biasa, namun satu hal menarik perhatian Arga—sebuah foto yang tampak usang terjatuh di sudut ruangan. Ia mengambilnya dan melihatnya lebih dekat. Foto itu menampilkan tiga orang—sebuah keluarga yang tampaknya bahagia, namun wajah salah satu orang di dalam foto itu terlihat kabur, seolah sengaja disamarkan. Arga bisa merasakan bahwa ini bukan kebetulan.

"Siapa mereka?" gumam Arga, tertegun. Foto itu sepertinya adalah kunci pertama yang akan membawanya lebih dekat pada kebenaran.

Beberapa saat kemudian, ia memeriksa lebih lanjut. Ada beberapa dokumen yang terselip di rak buku. Beberapa di antaranya berisi data yang tampaknya tidak relevan, tetapi ada satu berkas yang menarik perhatian Arga. Di dalamnya tercatat nama-nama orang yang memiliki hubungan dengan dunia politik dan bisnis yang berpengaruh, namun salah satu nama yang tertera di sana tampaknya baru dan asing. Arga menandai dokumen itu dalam pikirannya.

"Mereka... siapa saja yang terlibat dalam ini?" pikir Arga, merasakan dorongan untuk menggali lebih dalam.

Hanya dalam beberapa jam sejak ia menerima panggilan, Arga merasa bahwa dirinya telah masuk ke dalam dunia yang penuh dengan rahasia, tipu daya, dan mungkin, bahaya yang lebih besar dari yang bisa ia bayangkan. Pembunuhan ini bukan hanya tentang satu orang yang tewas. Ini adalah awal dari sebuah perjalanan yang akan mengungkap lebih banyak kebenaran—dan Arga tahu bahwa ia tak bisa mundur.

Ketika Arga berbalik untuk meninggalkan tempat kejadian, teleponnya berdering lagi. Kali ini, panggilan itu datang dari nomor yang tidak dikenal.

"Arga," suara itu terdengar di ujung sana, terdistorsi namun jelas. "Jika kamu ingin tahu lebih banyak, ikuti jejak yang kami tinggalkan. Kami tahu kamu mulai mendekati kebenaran."

Sebelum Arga bisa menjawab, sambungan itu terputus. Hatinya berdegup kencang. Ini bukan hanya sebuah kasus—ini adalah permainan yang melibatkan hidup dan mati.

Dan Arga baru saja terjebak di dalamnya.

---

Jejak yang Terlupakan

Pagi itu, hujan masih turun dengan derasnya. Arga duduk di ruang kerjanya yang sepi, memandangi foto yang ia temukan di tempat kejadian. Foto itu tergenggam erat di tangannya, dan meskipun tampaknya hanya gambar biasa dari sebuah keluarga, ada sesuatu yang membuatnya merasa tak nyaman. Wajah salah satu orang dalam foto itu sengaja diburamkan, dan Arga tahu bahwa ini bukan kebetulan. Foto ini adalah petunjuk yang tak bisa diabaikan.

Ia menyandarkan tubuhnya pada kursi, merenung. Apa maksudnya semua ini? Siapa orang-orang dalam foto itu? Mengapa wajah salah satu dari mereka dihapus? Pertanyaan-pertanyaan ini terus berputar di pikirannya. Arga merasa seolah-olah ada sesuatu yang sangat penting yang sedang disembunyikan, dan ia bertekad untuk menemukan jawabannya.

Teleponnya berbunyi, memecah keheningan ruangan. Arga meraih gagang telepon dengan cepat, berharap ada informasi baru yang bisa membantunya memecahkan misteri ini.

“Arga,” suara Raka terdengar di ujung sana, “kamu harus datang ke kantor forensik. Ada sesuatu yang kita temukan.”

Arga mengangguk meski Raka tidak bisa melihatnya. “Apa yang kamu temukan?”

“Ini penting,” jawab Raka dengan suara yang lebih serius. “Datanglah segera.”

Arga merasa sedikit cemas. Jika Raka mengatakan bahwa itu penting, berarti ada sesuatu yang besar yang baru saja ditemukan. Tanpa ragu, ia segera meninggalkan kantornya dan menuju ke kantor forensik.

Begitu tiba, Arga langsung disambut oleh Raka yang terlihat lebih tegang dari biasanya. Mereka berjalan menuju ruang forensik, tempat di mana jasad korban disimpan. Begitu memasuki ruang itu, Arga merasa bau khas antiseptik yang menyengat memenuhi udara. Di meja forensik, tubuh pria yang tewas itu terbaring, terlihat lebih rapuh dan lebih tak bernyawa daripada saat pertama kali ia melihatnya. Namun kali ini, ada yang berbeda.

“Ada sesuatu yang aneh pada tubuhnya,” kata Raka dengan suara pelan.

Arga mendekati meja forensik dan mengamati lebih dekat. Saat ia memperhatikan tubuh pria itu, ia melihat sesuatu yang tidak biasa. Pada bagian leher korban, ada bekas seperti luka yang sangat halus, seolah-olah dibuat dengan alat yang sangat tajam. Namun yang lebih mencurigakan lagi adalah pola luka itu, yang membentuk sebuah simbol yang tak Arga kenal.

“Ini bukan luka biasa,” ujar Arga, “ini disengaja. Ini pesan.”

Raka mengangguk. “Kamu benar. Kami sudah memeriksa dengan seksama, dan luka ini tidak berasal dari senjata tajam yang biasa. Kami bahkan mengirimkan sampel ke lab untuk diperiksa lebih lanjut. Tapi ada satu hal lagi yang kami temukan.”

Raka mengeluarkan sebuah kantong plastik kecil dan membukanya, mengeluarkan sebuah kunci. Arga memeriksa kunci itu. Bentuknya biasa saja, namun ada sesuatu yang mencurigakan pada bentuknya—terdapat ukiran yang sangat kecil di samping kunci tersebut, sebuah simbol yang serupa dengan yang ada di tubuh korban.

“Ini kunci untuk apa?” tanya Arga, matanya semakin tajam meneliti kunci itu.

“Kami tidak tahu,” jawab Raka. “Namun, berdasarkan pengamatan kami, kunci ini sangat unik. Tidak ada di mana pun yang kami cari.”

Arga merenung sejenak. Foto yang ia temukan di tempat kejadian memiliki hubungan yang jelas dengan korban. Namun, kini dengan ditemukannya simbol yang sama pada luka dan kunci ini, semuanya semakin membingungkan. Siapa yang ingin memberi pesan seperti ini? Dan mengapa?

“Raka, aku butuh informasi lebih lanjut tentang simbol ini,” kata Arga, memutuskan untuk melanjutkan penyelidikan. “Cobalah cari tahu apakah simbol ini pernah muncul di tempat lain.”

“Sudah saya mulai mencari,” jawab Raka. “Tapi kamu harus hati-hati. Seseorang tampaknya memang ingin menyembunyikan jejak-jejak ini.”

Arga tidak mengatakan apa-apa, tetapi ia tahu bahwa ini bukanlah kasus biasa. Ini adalah permainan yang lebih besar. Seseorang ingin ia mencari sesuatu, tapi tidak ingin ia sampai terlalu dekat dengan kebenaran.

Setelah meninggalkan kantor forensik, Arga melanjutkan penyelidikannya. Pikirannya terus berputar, mencoba menyusun potongan-potongan teka-teki yang sepertinya tak pernah cukup lengkap. Ia memutuskan untuk kembali ke apartemen tempat korban ditemukan. Meskipun tidak banyak petunjuk yang tersisa, Arga merasa bahwa ada sesuatu yang tertinggal—sesuatu yang bisa menjelaskan semuanya.

Ketika ia tiba di tempat kejadian, hujan sudah mulai reda, tetapi udara terasa dingin dan lembap. Arga berjalan menuju pintu apartemen, yang kini sudah dipasang segel polisi. Ia menunjukkan kartu identitasnya pada petugas dan meminta izin untuk masuk. Setelah beberapa saat, petugas itu akhirnya mengizinkannya.

Arga memeriksa ulang apartemen itu dengan teliti, berjalan perlahan sambil mencatat setiap detail yang mungkin terlewatkan sebelumnya. Matanya yang tajam menangkap berbagai benda yang tampaknya biasa—sebuah vas bunga, buku-buku yang berantakan, bahkan meja kecil yang tampak tak teratur. Namun, sesuatu yang menarik perhatian Arga kali ini adalah sebuah lemari kecil yang tersembunyi di balik tirai.

Ia mendekat dan membuka lemari itu. Di dalamnya, terdapat beberapa berkas tertumpuk dengan rapi. Arga menarik satu berkas dan membacanya. Ternyata itu adalah dokumen yang berisi informasi tentang beberapa transaksi bisnis yang sangat besar, yang melibatkan perusahaan-perusahaan besar di kota ini. Namun, yang mengejutkan adalah adanya satu nama yang sering muncul di setiap dokumen tersebut—sebuah nama yang tidak asing baginya: Leonardo Aditya.

Leonardo Aditya adalah seorang pengusaha terkenal yang memiliki banyak pengaruh, bukan hanya di dunia bisnis, tetapi juga di politik. Nama ini sering disebut dalam berbagai laporan penyelidikan sebelumnya, namun tidak pernah ada bukti yang cukup untuk mengaitkannya dengan kegiatan ilegal. Arga tahu bahwa ia harus mencari lebih dalam mengenai Leonardo. Mungkin saja pria itu memiliki kaitan dengan pembunuhan yang sedang ia selidiki.

Dengan berkas itu di tangannya, Arga tahu bahwa ia baru saja membuka pintu menuju dunia yang lebih gelap, dunia di mana kekuasaan dan uang bisa mengatur segalanya. Jejak tanpa nama yang ditinggalkan oleh korban mulai terbuka, namun Arga juga tahu, semakin dekat ia dengan kebenaran, semakin besar pula bahaya yang mengintainya.

---

Terjerat dalam Jaringan

Hari berikutnya, Arga bangun lebih awal dari biasanya. Pagi itu, udara terasa dingin, dan suara hujan yang mulai mereda semalam masih terdengar samar-samar di luar jendela. Pikirannya masih terfokus pada penemuan berkas-berkas di apartemen korban dan nama yang muncul berulang kali: Leonardo Aditya. Pengusaha besar itu adalah nama yang sudah lama terdengar di dunia bisnis dan politik. Namun, Arga merasa ada sesuatu yang tersembunyi di balik wajah publiknya yang bersih.

Arga tahu bahwa ia harus menggali lebih dalam tentang Leonardo, tapi ia juga sadar bahwa semakin ia mendekat, semakin besar risikonya. Pengusaha ini bukanlah orang sembarangan, dan jaringan yang ada di baliknya bisa jadi jauh lebih luas dan lebih berbahaya daripada yang ia bayangkan.

Arga memutuskan untuk pergi ke kantor pusat perusahaan milik Leonardo Aditya. Namun, sebelum itu, ia kembali memeriksa berkas yang ia temukan di apartemen korban. Di dalamnya terdapat banyak informasi mengenai transaksi-transaksi bisnis yang tampaknya sah, namun Arga menyadari ada sesuatu yang aneh. Nama-nama yang terlibat dalam transaksi itu selalu mengarah pada perusahaan-perusahaan yang berafiliasi dengan sektor yang sangat tertutup—perdagangan senjata, teknologi canggih, dan proyek-proyek yang melibatkan pemerintah. Semua hal yang sangat jauh dari apa yang terlihat di permukaan.

Dengan perasaan yang semakin berat, Arga akhirnya memutuskan untuk menemui seseorang yang mungkin bisa memberinya informasi lebih. Ia menghubungi Icha, seorang jurnalis investigasi yang telah lama bekerjasama dengannya dalam beberapa kasus besar. Icha dikenal sebagai seseorang yang memiliki sumber daya yang luas dan memiliki hubungan dengan orang-orang penting di dunia bisnis dan politik.

Setelah beberapa menit berbicara di telepon, mereka sepakat untuk bertemu di kafe yang tidak terlalu ramai. Arga tahu bahwa Icha akan memberikan perspektif yang berbeda mengenai kasus ini. Ia berharap Icha bisa membantu membuka beberapa pintu yang selama ini terkunci rapat.

Setibanya di kafe, Arga melihat Icha sudah menunggu di sudut, mengenakan jaket hitam yang cukup mencolok dengan rambut panjang tergerai. Ketika Icha melihatnya, ia langsung berdiri dan memberikan senyum tipis, meski wajahnya tetap tampak serius.

“Kamu kelihatan cemas,” ujar Icha begitu Arga duduk di depannya.

“Ada sesuatu yang besar yang sedang terjadi,” jawab Arga tanpa basa-basi. Ia langsung mengeluarkan berkas-berkas yang ia temukan dari apartemen korban. “Aku butuh bantuanmu. Nama Leonardo Aditya, apakah kamu tahu siapa dia?”

Icha memeriksa berkas itu dengan cermat, lalu menatap Arga. “Leonardo Aditya? Pengusaha besar, tentu saja. Dia terlibat dalam banyak proyek besar, baik domestik maupun internasional. Orangnya terkenal punya koneksi kuat. Tapi ada satu hal yang tidak banyak orang tahu tentang dia.”

“Apa itu?” tanya Arga, matanya tajam menatap Icha.

“Dia tidak hanya seorang pengusaha,” jawab Icha dengan suara rendah. “Dia juga terlibat dalam dunia bawah tanah—kegiatan ilegal yang melibatkan penghindaran pajak, peredaran uang gelap, bahkan perdagangan senjata. Tapi itu semua tertutup rapat. Tidak ada yang bisa membuktikannya.”

Arga mendengus pelan. Semua informasi itu sesuai dengan temuan-temuannya selama ini. Leonardo Aditya tampaknya memang menyembunyikan banyak hal di balik tampilan resminya sebagai pengusaha sukses. Namun, ini bukan hanya tentang bisnis atau kejahatan biasa. Arga merasa bahwa ada lebih banyak yang harus ia ungkap.

“Icha, aku butuh akses ke beberapa data pribadi tentang Leonardo,” kata Arga dengan tegas. “Aku tahu itu berisiko, tapi aku butuh informasi tentang transaksi-transaksi yang melibatkan dia dan perusahaan-perusahaannya.”

Icha mengangguk. “Aku akan coba cari. Tapi kamu harus hati-hati, Arga. Seseorang pasti mengawasi setiap langkahmu sekarang. Ini bukan hanya soal bisnis. Ini tentang kekuasaan yang jauh lebih besar dari yang kamu bayangkan.”

Setelah pertemuan itu, Arga kembali ke kantornya. Ia tidak merasa lebih tenang, justru semakin tertekan. Setiap langkah yang ia ambil membawanya lebih dalam ke dalam dunia yang gelap, penuh dengan intrik, dan siap mengancam siapa saja yang berani mengungkapnya. Namun, ia sudah terlanjur terjebak.

Arga kembali memeriksa berkas-berkas yang telah ia kumpulkan. Dalam salah satu dokumen, ada catatan yang menarik perhatian. Ternyata, selain transaksi bisnis, ada juga data tentang sebuah proyek bernama "Helios" yang dipimpin oleh Leonardo. Proyek ini sangat rahasia, dan tidak ada informasi yang banyak mengenai apa sebenarnya yang sedang dikerjakan. Namun, proyek ini disebut-sebut melibatkan teknologi canggih yang dapat mengubah banyak hal dalam industri pertahanan dan keamanan negara.

Arga tidak bisa mengabaikan informasi ini. Proyek Helios bisa jadi kunci untuk mengungkap semuanya. Ia merasa bahwa ini adalah titik terang yang selama ini ia cari. Namun, semakin dalam ia menyelidiki, semakin besar kemungkinan bahwa ia akan melawan kekuatan yang jauh lebih besar dan lebih berbahaya dari yang bisa ia hadapi sendiri.

Keputusan untuk melanjutkan penyelidikan ini semakin mempengaruhi Arga. Namun, ia tidak bisa mundur. Setiap petunjuk yang ia temukan semakin mengarah padanya. Bahkan, saat ia tengah memikirkan langkah selanjutnya, teleponnya berdering lagi. Kali ini, suara yang terdengar sangat berbeda. Suara itu tegas, namun terdengar seperti seseorang yang sudah sangat mengenal dirinya.

“Arga,” suara itu terdengar, begitu dekat dan menekan. “Jika kamu melanjutkan pencarian ini, kamu akan menyesal. Leonardo Aditya lebih berbahaya dari yang kamu kira.”

Sebelum Arga bisa menjawab, sambungan telepon itu terputus begitu saja.

Hatinya berdebar kencang. Arga tahu, peringatan itu bukan tanpa alasan. Ia sudah melangkah terlalu jauh, dan jalan yang ada di depannya semakin gelap.

Namun, Arga sudah bertekad. Ia akan terus mencari kebenaran, meskipun itu berarti harus bertaruh dengan nyawanya sendiri.

---

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!