NovelToon NovelToon

Suami Pilihan Ibu Tiri Kejam

BAB 1

"Apa!!!! Menikah?" Tanya Alea terbelalak kaget mendengar ucapan Tante Nita. "Maksud Tante apa? Aku kan masih sekolah"

"Mau tidak mau kamu harus tetap menikah dengan Mahesa, Lea... Ini semua demi ayahmu” Tante Nita tetap bersikeras dengan keputusannya. "Jangan jadi anak tak tahu balas budi, ayahmu sedang di ruang operasi saat ini. Kamu mau ayahmu mati, hah?" Ucap Tante Nita dengan nada tinggi.

Alea terdiam, menundukkan kepalanya yang terasa berdenyut.

"Tenang saja Lea, biaya operasi ayahmu kali ini full ditanggung Mahesa, kita tidak perlu susah payah cari pinjaman seperti dulu" Tante Nita terus berusaha meyakinkan Alea.

"Tapi aku tidak mau Tante" Alea berkata lirih, air mata terlihat mulai menggenang dipelupuk matanya yang indah.

Tante Nita yang kesabarannya setipis tisu merasa begitu jengkel dengan jawaban Alea. Dia beringsut mendekati Alea yang mulai menangis.

"Kamu harus menerima perjodohan ini Lea"

"Tapi aku kan...."

PLAK!!

Alea tidak sempat meneruskan kata-katanya, sebab tangan Tante Nita yang tiba-tiba saja melayang menampar pipi mulus gadis berusia 17 tahun itu.

Alea terpekik kesakitan, memegangi pipinya yang terasa perih. Air matanya mengalir begitu saja tanpa mampu dia bendung lagi.

.

Sejak kematian ibu Alea setahun yang lalu, ayah Alea memutuskan untuk menikahi Tante Nita. Pada awalnya tante nita sangat baik pada Alea. Namun, semakin waktu berjalan, semua sifat asli Tante Nita mulai nampak. Dia sering sekali bersikap kasar pada Alea. Dipukul, dijambak sudah jadi makanan Alea sehari-hari. Tentu saja semua itu dilakukan tanpa sepengetahuan Ayah Alea.

Dan yang paling parah, sekarang Alea malah mau dijual pada seorang pemilik perusahaan kopi terbesar yang ada di Sumatera Selatan, dengan alasan untuk biaya operasi jantung Ayahnya.

Meski Alea merasa sangat amat sedih dan kecewa, namun apa lagi yang mampu dia perbuat. Pasalnya usianya kini baru beranjak 17 tahun dan dia masih duduk di kelas 2 SMA. Usia yang tergolong sangat muda untuk menikahi seorang laki-laki dewasa berusia 25 tahun.

Mau tidak mau akhirnya Alea menyetujui perjodohan itu, tentu saja karena paksaan dari ibu tirinya dan perasaan iba melihat Ayahnya yang sedang terbaring lemah di kamar rumah sakit.

Karena perjodohan itu pula, Alea terpaksa mengakhiri hubungannya dengan kekasihnya, Dimas Prayoga. Hubungan yang mereka rajut sejak duduk di bangku SMP itu, kini harus berakhir begitu saja.

🍁 Hari Pernikahan🍁

"Bik, dulu bibik menikah umur berapa?" Tanya Alea pada Bik Jum, pembantu sekaligus pengasuhnya sejak ia kecil dulu.

"Bibik dulu menikah umur 14 tahun Mbak Lea" Jawab Bik Jum yang sejak tadi setia menemani Alea.

Alea menatap wajah Bik Jum lamat-lamat seakan tak percaya dengan jawaban yang baru saja dia dengar.

"Jaman dulu tidak seperti sekarang Mbak, perempuan dulu seperti di jajah pria. Anak kecil yang harusnya masih sekolah malah dipaksa untuk menikah dan melahirkan anak yang mungkin lebih pantas menjadi adiknya" Jelas Bik Jum

"Yang sabar ya Mbak Lea" Imbuh Bik Jum sambil mengusap punggung gadis cantik bergaun pengantin itu.

Alea diam tidak menanggapi, butiran-butiran kristal terus meluncur membasahi riasan wajahnya. Membuatnya beberapa kali di tegur oleh sang perias.

🍁

Sebuah pelaminan type outdoor sudah berdiri megah, selendang-selendang putih menari-nari tertiup angin seperti tengah menengadahkan lengannya untuk merengkuh kedua mempelai. Bunga-bunga mawar berwarna putih mendominasi, membuat nuansa elegan dengan wangi asli dari dekorasi bebungaan yang sudah terpasang indah sekali.

Kursi-kursi sudah berjejer rapi menunggu para tamu undangan datang. Disudut lain berbagai hidangan serba mewah telah disajikan, dari makanan tradisional, modern hingga western semua ada. Sedikit berlebihan untuk sebuah intimate wedding.

Tidak banyak tamu yang datang. Hanya segenap keluarga, kerabat dan teman dekat dari pihak kedua mempelai saja yang hadir. Atau lebih tepatnya dari pihak mempelai pria. Karena di antara tamu-tamu yang hadir di acara pernikahan itu Alea hanya mengenal beberapa orang saja. Sisanya hanya orang asing baginya.

Alea terlihat duduk mematung di atas altar pernikahan, kebaya putih yang membalut tubuhnya terlihat begitu anggun. Wajahnya sangat cantik bak boneka barbie yang diberi nyawa.

Alea menolehkan pandangannya ke arah Mahesa yang tepat berada disampingnya, baru kali ini dia melihat langsung pria yang digadang-gadang sebagai orang paling kaya pemilik pabrik kopi yang cabangnya sudah beredar di seluruh pulau di Indonesia.

Dari samping tubuhnya terlihat tinggi, sekitar 185 cm, rambutnya berwarna hitam pekat. Lebat, sedikit bergelombang. Beberapa helai anak rambutnya menjuntai ke dahi. Sementara ujung rambut di lehernya mencium kerah kemeja berbalut jas berwarna putih yang dia kenakan. Di saku jasnya menempel sekuntum mawar merah, terlihat sangat kontras dengan warna jasnya.

Mahesa yang merasa diperhatikan, langsung menolehkan pandangannya ke arah calon istrinya itu. Sorot matanya sangat tajam, dengan alisnya yang lebat hampir bertemu di pangkal hidungnya yang tinggi.

Tak dapat dipungkiri, jika lelaki yang akan menjadi suaminya itu memiliki paras yang begitu menawan. Bahkan saat matanya bersitatap dengan mata lelaki itu, Alea seakan tenggelam, tertegun melihat kesempurnaan wajah milik Mahesa.

Acara ijab kabul akan segera dimulai, semua tamu undangan yang hadir menghentikan aktifitasnya, dan khusyuk menyimak dengan seksama.

"Saya terima nikahnya Azalea Hanum Siswandono bin ......"

Mahesa mengucap ijab kabul dengan sangat tegas. Suaranya lantang menggema membuat para tamu undangan ikut merasa terharu bahagia.

Namun sebaliknya, Alea hanya menunduk, menatap kosong jari jemari tangannya yang mencengkeram kuat kebaya dan lututnya berusaha menahan agar tangisannya tidak pecah. Namun meski berusaha begitu keras tetap saja, buliran buliran kristal tetap berjatuhan dari kedua netranya.

Mahesa menoleh, menatap gadis yang kini sudah sah menjadi istrinya itu. Kedua tangannya meraih pelan pipi Alea, dengan perlahan Mahesa mengecup kening Alea dengan lembut.

Alea hanya menurut, dia sama sekali tidak berani mendongakkan wajahnya. Dadanya terasa sesak sekali. Menahan rasa marah yang berkecamuk disana.

Sepanjang acara berlangsung tak pernah sekalipun terlihat Alea melempar senyuman ke para tamu undangan. Dia menatap lurus kedepan, pandangannya kosong dan beberapa kali terlihat butiran bening meluncur di pipinya yang mulus. Sedangkan Mahesa terlihat sibuk menyalami dan mempersilahkan para tamu undangan.

Untungnya acara hari itu berjalan dengan lancar, meski raut sedih di wajah mempelai wanita meninggalkan berbagai tanda tanya di benak para tamu undangan yang datang.

Akhirnya Alea sekarang sudah sah menjadi seorang istri di umurnya yang masih menginjak 17 tahun, kehidupan yang sangat jauh dari angan-angannya dulu. Dia tidak tahu apa yang akan terjadi pada dirinya setelah ini. Dia tidak mengenal suaminya, dan tidak tahu kemana suaminya akan membawanya setelah ini.

Yang dia tahu, suaminya bernama Mahesa seorang pemilik perusahaan kopi terbesar di Indonesia, orang yang terkenal mapan dan kaya raya.

Untuk saat ini dia hanya bisa berandai-andai. Andai ibu masih ada dan tidak meninggalkan kami. Andai Tante Nita tak pernah datang dikehidupan Ayahnya. Andai ayah tidak sakit. Mungkin semuanya tidak akan berakhir seperti ini.

.

.

BAB 2

Acara selesai sekitar pukul 5 sore. Alea terlihat duduk seorang diri di sebuah kamar hotel yang lokasinya berdekatan dengan tempat berlangsungnya acara pernikahannya tadi.

Dia masih mengenakan kebaya lengkap dengan riasannya, matanya terlihat sembab namun tidak mengurangi kesan ayu yang sudah menjadi pembawaannya sejak lahir.

Beberapa derap langkah kaki terdengar mendekat memasuki ruangan tempat Alea duduk seorang diri. Alea menoleh, terlihat Ayahnya yang sedang duduk dikursi roda yang di dorong oleh Bik Jum mendekat kearahnya. Dibelakangnya Tante Nita dan Mahesa mengikuti.

Alea yang yang sejak tadi merenung seorang diri buru-buru berlari dan langsung berlutut tersungkur di kaki Ayahnya, Alea menangis sejadi-jadinya seperti seorang anak kecil yang mengharap pertolongan orang tuanya.

Ayah serta Bik Jum pun tak kuasa menahan air matanya, putri semata wayangnya yang masih berusia remaja sudah di ambil paksa oleh orang lain demi menyelamatkan hidupnya.

"Kuatkan hatimu nak, setelah keadaan ayah membaik, ayah akan segera menjengukmu di rumah yang baru" Ucap Ayah berusaha menguatkan putrinya.

"Maafkan Ayah Alea" tangis Ayah semakin menjadi, karena perasaan bersalah pada putri semata wayangnya.

Alea hanya mengangguk perlahan, dia sudah tidak mampu berkata apapun. Dia menyadari bahwa sekarang statusnya berubah menjadi seorang istri. Dan dia harus turut serta kemanapun suaminya membawanya.

Bik Jum telah diminta oleh Ayah untuk ikut serta menemani Alea, untuk memastikan Alea merasa nyaman di rumahnya yang baru.

"Tentu saja Bik Jum boleh ikut bersama kami, selama itu membuat istriku ini merasa nyaman berada di tempat tinggalnya yang baru" Ucap Mahesa memberi persetujuan kepada Ayah.

"Tenang saja, saya akan menjaga dan memastikan putri anda akan aman bersama saya" Imbuh Mahesa meyakinkan

Sore itu juga, Mahesa membawa Alea pulang kerumahnya menggunakan mobil yang di kendarai oleh seorang supir. Alea merasa sangat lelah, tak terasa dia tiba-tiba terlelap sepanjang perjalanan.

Sekitar pukul 9 malam, akhirnya mereka tiba di halaman sebuah rumah. Rumahnya tidak terlalu besar, bahkan tergolong sederhana. Halamannya cukup luas dikelilingi pagar beton yang terlihat kokoh, disebelah kanan dan kirinya terdapat taman dengan bunga-bunga yang indah. Ada kolam ikan yang airnya mengalir jernih sekali.

Rumahnya memiliki 2 tingkat berlantaikan marmer, di lantai atas ada ruang kerja Mahesa, ruang santai, 1 buah kamar tidur berukuran standart dan kamar utama. Ukuran yang cukup luas dengan ranjang mewah berukuran king size.

Meskipun dari luar rumah ini terkesan sederhana, namun Interior yang ada di dalamnya sepertinya bukan interior abal-abal yang di jual di toko-toko mabel pada umumnya. Jelas terlihat perbedaan dari fisik dan kualitasnya, sangat berkelas sekali.

Di lantai bawah terdapat sebuah ruang tamu dengan sofa-sofa dan pajangan yang menarik untuk di lihat, 1 kamar tamu, 3 kamar ART, dapur, kamar mandi dan ruang keluarga.

Rumahnya tertata begitu apik dan nyaman, sederhana namun terkesan elegan. Alea mengerjap-ngerjapkan matanya, rasanya ingin sekali dia home tour di rumah itu. Mengamati ada apa saja di setiap sudut rumah.

"Ada apa?" Mahesa bertanya keheranan.

"Tidak ada" Jawab Alea, "Kukira rumah seorang pengusaha bisa lebih besar daripada ini" Ucap Alea melanjutkan.

Mahesa tertawa geli melihat ekspresi Alea. "Rumah sebesar apa yang kau harapkan dari seorang pria sebatang kara sepertiku?"

Alea tercengang, tak berekspektasi Mahesa akan menjawab seperti itu. Jika dipikir-pikir ada benarnya juga, untuk apa rumah yang super besar jika kau hanya tinggal seorang diri. Pikirnya.

"Tenang saja, rumah ini cukup nyaman untuk ditinggali. Kau bisa berkeliling besok. Sekarang sudah malam mari kita istirahat" Ucap Mahesa sambil merengkuh pundak istrinya. Namun segera dilepaskan kembali setelah melihat ekspresi canggung istrinya. "Baiklah, mungkin butuh sedikit waktu agar kau bisa relax di sini"

Alea hanya diam, jantungnya berdetak tidak karuan.

"Ganti bajumu, apa kau ingin tidur memakai itu?" Ucap Mahesa sambil menunjuk gaun kebaya yang masih dikenakan Alea. "Aku mau mandi air dingin, disini panas sekali".

Alea hanya mengangguk, kemudian membuka koper yang tadi sudah di siapkan Bik Jum dari rumah dan memilih baju mana yang akan dia pakai.

"Disini hawanya dingin sekali, AC nya juga menyala, kenapa dia kepanasan" Alea bergumam sendiri.

Tak berselang lama, setelah berganti baju dan menghapus make up. Aleapun segera berbaring di ranjang yang empuk dan nyaman ingin rasanya segera terlelap, mengistirahatkan tubuhnya yang kelelahan setelah acara besar tadi siang.

Namun, seketika dia teringat, bahwa dia tidak akan tidur sendiri malam ini. Dia menelan ludah, ada ketakutan dan kekhawatiran yang menyeruak dalam hatinya membuat dadanya bergetar, antara gugup dan takut yang tak bisa di artikan.

Cklek!!

Terdengar pintu kamar mandi dalam dibuka, terlihat Mahesa keluar dengan tubuh hanya berbalut handuk putih menutupi bagian bawahnya saja, memamerkan dadanya yang bidang, sangat atletis, dibawah pusarnya terlihat bulu-bulu halus tumbuh di kulitnya yang putih bersih.

Alea seketika terbelalak, buru-buru dia menutupi mukanya dengan selimut. Dia merasa sangat gugup dan gemetar ketakutan. tak pernah ia bayangkan jika malam ini dia akan tidur dengan om-om seperti di film-film yang pernah dia lihat di layar televisi.

Bayangan-bayangan ketika dia menonton film dewasa, mulai menari-nari di benaknya. Ya, meskipun Alea terlihat seperti gadis yang lugu, namun tak dapat dipungkiri jika dia pernah beberapa kali menonton adegan-adegan dewasa bersama teman satu geng nya.

Meski matanya sudah ternoda, namun Alea belum pernah sama sekali melakukan hubungan terlarang itu, walaupun dengan kekasihnya sekalipun.

Mahesa yang memperhatikan hanya senyum-senyum saja. Dia memaklumi jika mungkin Alea masih malu dan belum terbiasa melihat pemandangan seperti itu.

Usai memakai baju tidurnya, Mahesa segera berbaring di samping Alea, dia melirik gadis yang tengah meringkuk membelakanginya itu. Kemudian beringsut berlahan mendekatinya.

"Secepatnya biasakan dirimu, aku tak mau menunggu terlalu lama sayang" Ucap mahesa lirih, nafasnya membentur leher Alea, geli sekali membuat bulu kudu Alea seketika merinding dibuatnya.

Perlahan mahesa mengecup leher belakang istrinya dengan lembut, kemudian beringsut menjauh. Dia takut jika diteruskan dia akan kebablasan. Mahesa tidak ingin terlalu memaksa istrinya yang masih remaja untuk melayaninya, meski ini adalah malam pertama mereka.

Mahesa lebih suka membiarkan Alea terbiasa, hingga Alea sendiri yang mau menyerahkan tubuhnya sendiri pada Mahesa.

Mereka tidur saling membelakangi, meski sebenarnya mereka tidak benar-benar tidur. Terlebih Alea yang merasa sangat ketakutan karena dipikirannya saat ini, disampingnya ada Om-Om mesum yang siap memperkosa Alea kapanpun itu.

.

.

BAB 3

Keesokan harinya sinar matahari samar-samar masuk dari celah celah gorden kamar. Alea mulai membuka matanya suasana yang sedikit asing membuatnya sedikit tersentak kaget namun segera terdasarkan kembali oleh kenyataan bahwa saat ini dirinya sedang berada di rumah Mahesa dan sudah sah berstatus sebagai istrinya.

Alea melayangkan kedua matanya mengamati setiap sudut kamar yang tenang itu, Mahesa sudah tidak ada di sampingnya, 'mungkin dia sudah bangun'. Pikirnya.

Alea mengeliat sebentar, kemudian melirik jam analog yang ada di atas nakas tempat tidur. 'wah sudah jam 11.08, kalau aku masih dirumah yang dulu, Tante Nita pasti akan menggebrak pintu kamar, dan berkata. Anak pemalas bangun siang-siang bla bla bla' Alea bergumam sendiri.

Tiba-tiba wajah Alea berubah muram. Dia teringat akan ayahnya, ingat pada sekolahnya yang terbengkalai begitu saja, dan yang paling jelas ingat pada Dimas, mantan kekasihnya.

Entah bagaimana keadaan Dimas saat ini, dia pasti sangat sedih dan terguncang mendengar pernikahan Alea yang tiba-tiba itu. Tak bisa dibayangkan betapa sakitnya hati mantan kekasihnya itu. 'Pasti Dimas sangat membenciku saat ini'.

Alea menghela nafas panjang, kemudian beringsut turun dari kasurnya hendak menuju ke kamar mandi.

Tok!! Tok!! Tok!!

Suara ketukan dari luar kamar membuat Alea mengurungkan niatnya untuk mandi, di memutar balik badannya dan berjalan membuka pintu kamar.

"Mbak, sudah bangun" Bik Jum datang membawa satu nampan besar berisikan makanan dan dibelakangnya ada satu orang lagi yang tidak Alea kenal membawa air mineral dan segelas teh hangat.

"Kenapa makanannya di bawa kesini semua Bik?"

"Den Hesa yang menyuruh Mbak"

Alea sedikit tercengang, bagaimana bisa makanan sebanyak ini dimasukkan ke kamar, siapa yang akan memakan semua ini.

"Oh... Ini untukku?" Tanya Alea memastikan.

Bik Jum hanya mengangguk pelan sambil tersenyum ramah meng-iya-kan.

"Kalau begitu ayo masuk Bik" Alea mempersilahkan kedua ART nya itu untuk masuk.

"Pekenalkan, Saya Ratih Non, salah satu pembantu disini. Kalau Non Lea membutuhkan sesuatu, saya siap membantu" Seorang ART yang membawa nampan berisikan minuman itu memperkenalkan dirinya pada Alea.

"Iya Bik Ratih, jangan panggil saya Non, panggil Mbak aja gapapa. Saya lebih suka dipanggil Mbak" jawab Alea ramah.

"Baik Mbak Lea, oh iya, setelah sarapan nanti Aden menyuruh Mbak Lea untuk bersiap-siap. Aden sudah menunggu dibawah" Ucap Bik Ratih lagi.

"Siap-siap, memangnya kita mau kemana?" Tanya Alea penasaran.

"Sepertinya mau di ajak keliling rumah, sama diperkenalkan dengan ART disini Mbak" Jawab Bik Ratih.

"Ayo mbak dimakan dulu sarapannya, keburu dingin" Bik Jum menimpali.

"Bik Jum nanti disini aja ya, bantuin Lea siap-siap" Pinta Lea, dia merasa sedikit khawatir dan cemas jika di tinggal sendirian.

"Iya Mbak, tenang aja ada Bibik disini" Bik Jum tersenyum mencoba menenangkan Alea.

"Kalau begitu saya pamit turun ya Mbak, mau meneruskan pekerjaan yang lain" Ucap Bik Ratih.

"Iya Bik, terimakasih banyak" Ucap Alea.

Alea hanya memakan beberapa sendok bubur ayam dan menenggak habis air mineral. Kemudian segera mandi dan bersiap-siap turun, sedangkan Bik Jum membantu Alea merapikan kamar tidur.

.

Alea menuruni anak tangga dengan ragu-ragu. Bik Jum mengikutinya dari belakang. Nampan-nampan berisi makanan sudah sejak tadi di bawa turun oleh Bik Ratih.

Alea mengenakan baju terusan tanpa lengan berwarna cream motif bunga-bunga, dilapisi cardigan warna sky blue. Rambutnya dibiarkan lurus tergerai.

Pemandangan itu membuat Mahesa menelan ludah, dia menyadari betapa cantik istrinya itu meski tanpa riasan. Namun sayangnya Mahesa harus memperlakukan Alea selayaknya barang antik yang harus di perlakukan dan dijaga dengan sangat hati-hati.

"Kenapa makanmu sedikit sekali?" Mahesa beranjak mendekati Alea mengulurkan tangannya yang hendak menggandeng tangan sang istri.

"Aku tidak terlalu lapar" Jawab Alea singkat, ragu-ragu dia mengulurkan tangannya menyentuh jari Mahesa yang besar.

"Makanlah yang banyak, tubuhmu terlalu kurus. Aku lebih suka wanita berisi"

'Lalu kenapa dia memaksa untuk menikahiku, dasar Om Om Pedofil' Alea menggerutu dalam hatinya.

Mahesa memperkenalkan para pembantunya, ada 2 pembantu perempuan, Bik Ratih dan Bik Mar ditambah Bik Jum jadi 3. Kemudian ada seorang sopir dan tukang kebun. Namanya Pak Mamat dan Pak Muji.

Mereka semua saling memperkenalkan dirinya masing-masing pada Alea, mereka sangat baik dan tersenyum ramah membuat Alea sedikit mulai merasa nyaman berada di rumah itu.

Mahesa membawa Alea berkeliling rumah, dihalaman belakang ternyata luas sekali. Berlantaikan rumput asli yang terlihat sangat terawat. 3 buah pohon santigi ditanam sejajar, pohon yang bagus mirip seperti bonsai raksasa masing-masing dibawahnya ada beberapa tempat duduk yang terbuat dari kayu jati lengkap dengan meja-meja bulat ditengahnya.

"Aku sering mengadakan meeting disini, udara disini masih bagus dan yang terpenting suasananya sangat tenang." Ucap Mahesa seperti tahu pertanyaan yang ada di benak Alea.

Di halaman belakang juga ada Aviary yang cukup besar, didalamnya sangat indah seperti hutan buatan dengan beberapa macam burung beterbangan. Terlihat sangat alami. Di sekelilingnya terdapat sungai kecil buatan, dengan ikan-ikan koi yang berenang bebas didalamnya, suara gemericik sungai membuat Alea merasa tenang dan merasa sangat nyaman.

Alea memejamkan mata, menghirup udara dalam-dalam dan tanpa dia sadari senyumnya mengembang sempurna dibibirnya. Alea suka suasana seperti ini. Tempat yang sangat cocok untuk membaca buku. Itulah yang sekejap terlintas dalam pikirannya.

Mahesa seakan terpana saat melihat senyum di bibir Alea. baru pertama kali dia melihat Alea tersenyum sejak memasuki rumah ini. Tak disangka gadis di depannya ini memiliki senyum yang sangat menawan. Menambah aura cantiknya semakin terasa.

"Sepertinya istriku sangat menyukai tempat ini" Mahesa melirik Alea sambil tersenyum jenaka.

"Pak Muji, besok suruh orang pindahkan beberapa bangku dan meja itu, terserah mau di pindah dimana. Aku tidak akan mengadakan meeting dirumah lagi" Perintah Mahesa pada tukang kebunnya.

"Nggeh Den"

"Tempat ini sekarang sepenuhnya milik Istriku. Tolong dijaga dan dirawat dengan baik ya Pak" Ucap Mahesa lagi.

"Nggeh, siap Den" Jawab Pak Muji.

"Jika kamu mau, kamu boleh mengubah tatanan di halaman belakang ini, entah mau ditanami bunga atau apapun itu. Tempat ini sepenuhnya milikmu" Ucap mahesa pada Alea.

Alea sedikit terkejut, bagaimana bisa Mahesa tahu kalau dia sangat menyukai tempat itu. Alea sama sekali tidak menjawab, dia bingung harus berkata apa.

Kemudian Mahesa menggandeng tangan mungil Alea, memperlihatkan ruangan-ruangan yang ada di dalam rumah. Sejujurnya rumah itu terasa sangat nyaman bagi Alea. Meski sederhana namun terkesan mewah.

.

.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!