NovelToon NovelToon

Gadis Cantik Milik Tuan Mafia

Penagih Hutang Datang

"Ah......" suara berat yang terdengar dari seorang wanita saat mendapat sentuhan di area vital nya.

"kau suka ?"

Tanya lelaki yang tenggelam dalam belahan kedua bola itu menatap nya dengan penuh hasrat.

"Ini sangat menyenangkan Tuan" .

Glenn kembali melanjutkan aksi nya. Dari dua benda bulat menjalar kebagian bawah di mana ia menemukan lembah dengan semak belukar yang telah di cukur rapi. Sesampai nya disana Glenn menjulurkan indra perasa nya, hingga membuat tubuh gadis itu menggeliat dan menjerit nikmat.

Puas bermain disana. Iya pun beringsut bangun dengan sedikit menarik kedua kaki gadis itu. Lalu memasukkan bagian yang telah menegang nya, untuk masuk ke dalam lembah yang telah basah.

suara berat dan desahan semakin menggema saat Glenn menghujam nya dengan cepat

gadis itu meringis merasakan sakit juga nikmat, hingga ia mencengkram selimut dan menggigit bibir bawah nya. Hal itu justru membangkitkan gairah Glenn untuk terus menghujam nya, hingga dimana ia merasa telah sampai di puncak dan memuntahkan lahar kental itu di atas perut si wanita.

Glenn segera merebahkan tubuhnya di samping wanita itu, dengan nafas yang terengah-engah.

"Kau selalu membuat ku puas Clea" ujar Glenn sambil mengecup pipi wanita bayaran nya itu.

"itu sudah tugas ku Tuan, karena aku tidak ingin membuat mu kecewa". sahut Clea sambil membersihkan lahar panas di perutnya dengan tissue.

kemudian menutupi tubuhnya dengan selimut sampai batas leher. Glenn mengecup pundak gadis yang mulai terlelap itu.

Setelah 10 menit mengistirahatkan diri , Glenn segera bangun untuk menuju kamar mandi. Merendamkan dirinya di dalam sebuah bathub yang terbuat dari keramik marmer. Ia menggosok seluruh tubuhnya menggunakan shower puff, dada bidang dan perut kotak nya terlihat semakin seksi karena terkena basahan air.

Selesai membersihkan tubuh Glenn segera keluar dari kamar mandi, dengan memakai kimono berwarna hitam. Lalu ia mengambil satu batang cerutu serta pemantik api, dan duduk di sofa yang menghadap ke arah kusen jendela.

terdengar suara pintu di ketuk, setelah Glenn mengizinkan yang di luar untuk masuk pintu itu pun terbuka. rupanya orang itu tak lain adalah Daniel asisten sekaligus kaki tangan Glenn.

"Ya Daniel, ada apa?"

"saya hanya ingin mengingatkan kembali bahwa nanti malam kita akan ada pertemuan dengan klien dari PT Martapura". Kata Daniel sambil sedikit menundukkan kepala nya.

"Ya" jawab nya singkat

Daniel pun segera pamit undur diri dengan kembali menundukkan kepala nya.

Glenn mematikan cerutu nya yang masih panjang ke dalam asbak. Kemudian merangkak naik ke atas tempat tidur dan menghampiri Clea. Ia kecup punggung wanita itu lalu menyingkirkan selimut yang membalut tubuhnya. Clea sudah harus faham jika Glenn bersikap seperti itu berarti ia ingin menambah ronde kembali. Clea pun membuka kedua mata nya, lalu mengecup bibir Glenn dari yang lembut, sedang hingga buas. Mereka pun kembali mengulang permainan panas tersebut.

*****

Sementara di lain tempat, seorang gadis bernama Jeniffer tengah dihadapkan dengan beberapa pemuda berperawakan tinggi besar, yang di duga sebagai penagih hutang. Mereka datang ke kediaman Jeniffer untuk menagih hutang yang di pinjam oleh Ayah dari Jeniffer sendiri yaitu Demian. Sang Ayah nekat meminjam uang pada rentenir paling sadis di kota tersebut senilai 20 ribu euro. Sang Ayah juga menjanjikan jika ia akan mengembalikan uang tersebut secepatnya. namun nyata nya sampai waktu 3 bulan ini belum juga ada pembayaran. Hal itu yang membuat Baron mengerahkan anak buahnya untuk mendatangi Demian.

"Demian, kau tau tidak lupa dengan perjanjian yang telah kau tandatangani kan?" Bentak bodyguard yang diketahui bernama Tomi.

"Tentu Tuan, saya tidak mungkin lupa tapi saya mohon beri saya waktu untuk mencicil nya".

"Apa kau bilang? Di cicil?" Tomi menarik kerah baju Demian dengan kuat, memposisikan wajah nya untuk berhadapan langsung. Kemudian melayangkan nya bogem mentah.

Jeniffer dan adiknya ingin menolong namun pemuda lain yang berperawakan sama seperti Tomi mencegahnya. Bahkan mereka juga menodongkan belati tajam ke arah Jeniffer dan Jessica dengan tatapan mengancam.

"Tolong ampuni saya Tuan, saya janji minggu depan akan saya lunasi semua hutang-hutang saya"

"Apa aku harus percaya pada omong kosong mu itu?"

"Sungguh Tuan, saya tidak akan berbohong. jika saya tidak dapat melunasi hutang-hutang tersebut minggu depan. Nyawa saya yang menjadi taruhan nya"

"Ayah!!!" Seru Jeniffer dan Jessica kompak ketika mendengar pernyataan dari mulut sang Ayah.

Tomi dan rekan nya yang lain tertawa saat Demian berkata demikian.

"Kalau soal melenyapkan nyawa seseorang itu adalah hal mudah. Namun ku rasa Tuan Baron pasti akan meminta lebih"

"A-a-apa.maksud mu?" Tanya Demian dengan suara gemetar.

Tomi melepaskan cengkraman nya lalu menjatuhkan Demian dengan kasar ke lantai. Lalu berjalan mendekat ke arah Jeniffer dan Jessica. Menatap dua gadis cantik Demian dengan penuh hasrat.

"kedua Putri mu cantik juga, aku pasti akan mendapatkan bonus yang besar jika bisa membawa nya ke hadapan Tuan Baron" .

Jeniffer dan Jessica saling memeluk saat Tomi semakin mendekat pada keduanya. Terpancar aura ketakutan karena Tomi menatap nya dengan penuh nafsu.

"jangan macam-macam Tuan" ujar Jeniffer,dengan mata yang berkaca-kaca, tubuhnya berkeringat serta jantung yang berdegup kencang, seolah mereka sedang berhadapan dengan hewan buas.

"Tolong, jangan ganggu kedua anak saya" Demian memohon sambil menarik kaki Tomi.

"Hei!!! Lepaskan!!!" Tomi menarik kaki nya dengan kuat hingga membuat Demian tersungkur dan mengeluarkan cairan merah dari mulutnya.

"Berengsek!!!" Jeniffer menyerang dengan mendorong tubuh Tomi. Namun kekuatan wanita itu tidak ada apa-apa nya bagi mereka yang terlatih. Tomi menahan kedua tangan Jeniffer dengan kuat, "lepaskan aku bajingan!!"

"berani sekali kau padaku"

Plak!

Satu tamparan mendarat di pipi mulus Jeniffer, noda merah keluar dari sudut bibir nya. Namun gadis itu tidak mempedulikan nya.

Selagi ada kesempatan Jessica mendekati sang Ayah untuk menolong Ayah nya yang terkapar lemas.

"Ayah, bangun!!!". Teriak Jessica. Ia panik karena Demian pingsan karena tendangan keras dari Tomi.

"kalian benar-benar iblis yang berwujud manusia, tidak punya hati nurani. hanya berani pada orang miskin seperti kami" . Teriak Jeniffer

ia pun kembali mendapat tamparan dari Tomi

"Aku tidak suka ada orang yang berani berteriak saat bicara dengan ku".

Tomi pun mengeluarkan belati nya, lalu menodongkan ke arah Jeniffer.

"Dengar baik-baik Nona! kami tidak suka dipermainkan, aku akan menagih ucapan ayah mu tadi yang akan melunasi hutang nya minggu depan. Jika sampai Ayah mu berani menipu kami. Kalian akan tau sendiri akibat nya".

Tomi kemudian memberi kode kepada rekan nya yang lain untuk meninggalkan lokasi.

Jeniffer segera menghampiri sang Ayah, bersama dengan Jessica membopong nya ke atas sofa.

keadaan rumah pun begitu berantakan karena Tomi datang dalam keadaan marah, dan langsung membuat kekacauan. kaca figura yang terpajang di dinding pun hancur karena ulah mereka.

Sambil menunggu sang Ayah sadar, Jenifer dan Jessica bekerjasama untuk membersihkan rumah. untung nya tidak ada barang berharga yang dihancurkan, mengingat mereka hanyalah keluarga sederhana, bisa makan saja itu sudah cukup.

Selesai merapihkan rumah Jeniffer merebahkan tubuhnya di atas sofa. Sedangkan Jessica bergegas menuju ke kamar mandi. Jeniffer kembali teringat dengan perkataan sang ayah kepada para debt collector tadi. Apa mungkin sang ayah sanggup untuk membayar hutang sebesar itu dalam waktu dekat? dan darimana ia akan mendapatkan uang tersebut?

Jeniffer menarik nafas panjang memijat kening nya yang terasa pusing.

"Sebaiknya aku bicara setelah Ayah sadar nanti" gumam Jeniffer.

Tuan Baron

Tak lama kemudian Demian sadar dengan memegang kepala nya yang terasa pusing. Wajah nya juga terasa seperti remuk karena tendangan yang dilayangkan oleh kaki Tomi.

Jessica yang menyadari Ayah nya telah membuka mata segera menghampiri lalu duduk di sisi tempat tidur.

"Syukurlah, akhirnya kau sadar Ayah" Jessica menggenggam lengan Pria itu. Lengan yang sudah memperlihatkan urat nadi dan kulitnya tak lagi kencang. Demian hanya membalas dengan senyuman

Jessica segera mengambil air yang sudah tersedia dalam gelas di atas nakas, lalu meminumkan nya kepada sang Ayah.

"Terimakasih ya nak"

"Sama-sama Ayah"

"Ayah" seru Jeniffer yang juga ikut duduk di samping tempat tidur. ia pun sama hal nya dengan sang adik langsung meraih tangan yang telah renta itu lalu mengecup nya. Kedua bola mata berwarna hazel itu mengeluarkan cairan bening nya, ia tak kuasa menahan kesedihan melihat kondisi sang Ayah paska menerima kekerasan. "Jes, tolong ambilkan beberapa obat dan peralatan di kamar ku. Aku kau mengobati luka di wajah Ayah" perintah Jeniffer pada sang adik.

Baik Kak" dengan sigap Jessica menuruti perintah sang kakak dan lekas mencari yang tadi telah disebutkan di dalam kamar sang kakak.

"Kalian berdua tidak usah khawatir , Ayah baik-baik saja". Ucap Demian dengan memandang lekat wajah sang putri.

"Ayah, kami tidak mau Ayah kenapa-kenapa, kami berdua sudah tidak punya siapa-siapa lagi selain Ayah" . Jeniffer langsung memeluk sang Ayah yang masih dalam posisi berbaring di tempat tidur, di iringi isak tangis.

"Hei, ini hanya luka kecil nak. Ayah tidak akan mati karena itu. Apalagi Ayah mempunyai anak seorang perawat yang hebat, luka di wajah ini sebentar lagi akan sembuh" Demian mencoba menghibur sang putri, ia belai rambut panjang Jeniffer kemudian mengecup puncak kepala sang putri.

Tak lama kemudian sang adik kembai dengan membawa segala obat dan peralatan medis. sebelum menyentuh luka di wajah sang Ayah, Jeniffer mencuci kedua tangan nya dengan Hand Sanitizer. Dengan telaten Jeniffer membersihkan cairan merah yang telah mengering di bagian hidung dan sudut bibir, lalu di tutup dengan mengoleskan salep anti inflamasi.

Selesai mengobati wajah Demian, Jeniffer kembali merapikan peralatan medis nya. Ia sudah tidak sabar ingin menanyakan perihal ucapan Demian yang berjanji untuk membayar hutangnya minggu depan di hadapan para debt collector tadi.

"Ayah, ada yang ingin ku tanyakan padamu".

"Apa itu nak?"

"Apa ucapan Ayah di depan para debt collector tadi benar? Jika Ayah akan membayar hutang itu minggu depan? kata Jeniffer sambil memandang lekat sang Ayah.

Demian terdiam kemudian menghela nafas panjang. Ia mengubah posisi nya agar bisa lebih nyaman berbicara dengan sang anak.

Demian menggelengkan kepala nya. Jeniffer membulatkan kedua matannya.

"Lalu kenapa Ayah nekat bicara seperti itu? Dengan menjanjikan akan membayar hutang Minggu depan? Ayah tahu sendiri manusia seperti mereka tidak terima bilang di bohongi". Jeniffer mencoba mengontrol dirinya untuk tidak marah pada sang Ayah.

"Maafkan Ayah nak, Ayah cuma tidak ingin kalian berdua di sentuh oleh tangan kotor mereka. Ayah tidak mau sampai kalian di lecehkan. Ayah juga tidak ingin kehilangan kedua putri Ayah. Kehilangan ibu mu sudah membuat batin Ayah terpukul".

Beberapa bulan yang lalu dimana semua wajah terlihat tegang saat Talia, dipindahkan ke ruang ICU. Segala macam alat di pasang demi menyelamatkan nyawa nya. Sebelumnya Talia di vonis kanker serviks stadium empat oleh dokter, dimana virus-virus tersebut telah menggerogoti imun tubuhnya dan sudah menyerang sampai ke otak.

"Keluarga dari Nyonya Talia" seru sang dokter.

Demian dan kedua anak nya segera menghampiri.

"Iya Dok, bagaimana keadaan istri saya?" Kemudian sang Dokter menjelaskan kondisi Talia saat kini, dari sampai A-Z hingga sampai dimana sang Dokter menyarankan Talia untuk melakukan tindakan operasi.

"Kira-kira berapa biaya yang harus saya bayar untuk operasi dok?"

"Anda bisa tanyakan kebagian administrasi, untuk informasi lebih lanjut" terang dokter

"Baik Dok terimakasih" ujar Demian.

"Sama-sama, kalau begitu saya permisi"

Dokter tersebut kemudian berlalu pergi meninggalkan ketiga nya.

"Jeniffer, Jessica lebih baik kalian sekarang kebagian administrasi untuk menanyakan perihal biaya untuk operasi ibu mu" perintah Demian, kedua putri nya mengiyakan lalu lekas pergi meninggalkan Demian seorang diri di kursi tunggu.

"Apa? 20.000 Euro?" seru kedua nya bersamaan setelah tahu nominal dari biaya operasi sang ibu.

"Benar Nona" . Jawab bagian administrasi tersebut dengan singkat.

setelah menanyakan hal tersebut Jeniffer dan Jessica kembali menemui Sang Ayah. untuk memberitahu mengenai biaya operasi Talia.

Demian mengusap wajah nya dengar kasar, memikirkan darimana bisa mendapatkan uang sebanyak itu. Mengingat dirinya hanya memiliki usaha kedai kopi, itu pun ia bangun dari uang pensiun nya selama bekerja di sebuah instansi. Selain dipakai untuk membangun usaha, uang tersebut juga digunakan untuk menutupi hutang-hutang ke bank saat Jeniffer masih menjalani pendidikan.

"Ayah, bagaimana ini? Aku yakin tidak akan memiliki uang sebanyak itu kan?" Ucap Jeniffer

Demian memandang lekat kepada dua anaknya."Kalian tidak usah khawatir nak, Ayah akan mencari cara supaya ibu mu bisa segera melakukan tindakan operasi". Terang Demian.

"Iya, tapi darimana Ayah bisa mendapatkan uang sebanyak itu?" ia kembali mengajukan pertanyaan yang sama.

"Akan Ayah fikirkan"

Jeniffer dan Jessica hanya bisa diam kedua nya saling menatap saat sang Ayah bangkit dari tempat duduk nya.

"Kak, apakah yakin Ayah bisa mendapatkan uang sebanyak itu?" tanya Jessica dengan tatapan penuh keraguan.

Jeniffer menggeleng "Aku juga tidak tahu Jes, tapi lebih baik sekarang kita berdoa agar ibu lekas sembuh dan Ayah segera mendapat bantuan"

Jessica mengangguk. Keduanya diam sejenak sambil berdoa dalam hati agar badai ini cepat berlalu.

Demian berjalan dengan gontai saat keluar dari dalam lift, lalu berjalan menyusuri lorong rumah sakit untuk menuju ke sebuah kantin.

Demian mengeluarkan ponsel dari dalam saku baju nya, lalu membuka kontak untuk mencari nama seseorang.

"Terpaksa, aku harus menghubungi orang ini".

Dengan penuh keraguan Demian mengklik gambar gagang telepon .tak lama kemudian panggilan tersebut terjawab.

"Hallo Tuan ini saya Demian, saya butuh bantuan Anda".

Demian, kini tengah berada di kediaman seorang laki-laki yang terkenal dengan kekejamannya. Rumah megah dengan di kelilingi banyak penjaga itu tidak mudah di masuki oleh sembarang orang.

"Permisi" kata Demian dari dalam mobil.

"Anda siapa?" tanya seorang Pria berbadan tinggi kekar sambil berkacak pinggang.

"Saya Demian, saya ingin bertemu dengan Tuan Baron".

"Ada keperluan apa anda datang menemui Tuan Baron*

"Eh, saya"

Belum juga Demian menjelaskan niatnya telepon pria penjaga tersebut berdering dan memutus percakapan keduanya.

Pria tersebut sedikit menjauhkan dirinya dari Demian kemudian mengangkat telepon dari seseorang, dengan sesekali melirik ke arah Demian. Selesai berbicara di telepon Pria itu memasukan ponsel nya ke dalam saku celana, kemudian membuka pintu gerbang dan mempersilahkan Demian masuk. bahkan mengantarkan nya sampai ke dalam. Demian lekas memarkirkan mobil nya di halaman depan rumah tersebut kemudian segera turun dan menaiki beberapa anak tangga.

Dari ambang pintu terlihat jelas seorang pria berperawakan tinggi besar dengan tato ular di punggung nya. Sedang berdiri membelakangi posisi pintu masuk sambil sesekali meneguk segelas Wine. dengan mengenakan jubah hitam dan dua orang pengawal di samping kiri dan kanan nya.

"Permisi Tuan" kata Pria yang mengantarkan Demian.

Baron memutar tubuh nya. "Kau boleh pergi"

"Baik Tuan" . Pria tersebut sedikit menundukkan kepala nya lalu pergi.

Demian terpaku menatap seseorang yang berdiri di hadapan nya kini. Melihat ke sekeliling ruangan tersebut yang di dominasi dengan barang-barang antik nan mahal. Aura rumah tersebut juga seakan mencekam dan membuat bulu kuduk merinding.

"Hmmm" Baron berdeham membuyarkan lamunan Demian.

"Maaf Tuan, saya datang kesini untuk meminta pertolongan anda".

"Silahkan duduk" kata Baron kemudian ia duduk di kursi kebesaran nya dan Demian yang duduk bersebrangan dengan nya.

"Berapa uang yang kau butuhkan?" Ucap Baron langsung pada intinya, ia sudah tahu orang yang datang kesini tak lain karena persoalan uang. Demian kaget saat Baron bisa membaca tujuan nya datang kemari.

"20.000 euro Tuan" kata Demian dengan sedikit gugup.

Demian menyeringai "Jaminan nya?"

"Ma-ma-maksud Anda Tuan?"

"Jaminan nya jika kau tidak bisa membayar".

Demian terdiam, sekujur tubuhnya seakan dihembus oleh angin yang kencang, terasa dingin dan hampir membeku.

"Kalau kau tidak bisa menjamin uang ku ini bisa kembali, aku tidak bisa meminjamkan nya padamu"

"Jaminan nya adalah mobil saya Tuan, ini kunci mobilnya". Kata Demian sambil mengulurkan nya pada Baron.

Baron tertawa saat melihat logo kunci tersebut, ia bisa tahu type mobil apa yang dimiliki Demian.

"Kau bercanda? Mobil butut mu ini dijadikan sebagai jaminan?"

"Ha-ha hanya itu yang saya punya Tuan"

Baron menarik sebelah sudut bibir nya.

"Ah! Santai saja aku hanya bercanda" ia mengambil kunci mobil tersebut memasukan nya ke dalam laci. Kemudian ia memberi aba-aba kepada salah satu pengawal nya untuk mendekat, kemudian membisikkan sesuatu ke telinga nya. Tak lama pengawal itu segera berlalu dari hadapan tuan nya.

Demian menggosokkan kedua tangan nya rasa gugup itu masih saja belum hilang, ingin rasanya ia menghilang setelah mendapatkan uang tersebut. Resiko apa yang akan ia hadapi nanti? begitu isi fikiran nya sejak tadi.

Pengawal tadi lekas kembali setelah 5 menit berlalu, menenteng satu buah koper berwarna silver, lalu memberikan nya kepada Baron.

Sebelum menyerahkan uang tersebut kepada Demian, Baron mengeluarkan secarik kertas kosong dari dalam laci nya.

"Tanda tangan disini" ujar nya.

Tanpa bertanya untuk apa tanda tangan itu Demian hanya bisa mengiyakan.

"Ini, total nya 20.000 euro"

"Eits, tunggu sebentar aku belum selesai bicara"

Tangan Demian terhenti saat akan meraih koper yang berisi uang tersebut.

"Ada apalagi Tuan?"

"Ingat! Jangan coba-coba untuk melarikan diri setelah kau mendapat pinjaman uang ini, karena kalau kau sampai berani melakukan itu. Maka nyawa mu yang akan menjadi bayaran nya. Kau mengerti?"

Demian meneguk ludah sambil mengangguk. "Anda tidak perlu khawatir Tuan, saya pasti akan membayar hutang ini secepatnya". Ujar Demian.

"Baiklah, aku pegang ucapan mu. Sekarang kau boleh pergi".

"Terimakasih Tuan, Permisi".

Demian segera keluar dari rumah yang memiliki aura menyeramkan itu. Sejenak ia terhenti saat melihat mobilnya masih terparkir di halaman depan. Sakit dan sesak rasanya, merelakan salah satu benda berharga yang ia punya. Mobil yang begitu menyimpan banyak kenangan bersama istri dan anak-anak nya. Namun jika tidak dengan cara seperti itu darimana lagi ia akan mendapatkan uang untuk biaya operasi sang istri.

Tidak Sengaja

Jeniffer termenung di kamar nya dengan menatap ke arah luar dari kusen jendela, ia memikirkan bagaimana cara untuk melunasi hutang-hutang sang Ayah kepada Baron. isi kepala nya kini hanya memikirkan hal-hal itu saja. tak terasa waktu sudah mulai siang, ia masih punya kesempatan beberapa jam untuk istirahat agar bisa kembali semangat saat menjalani dinas malam.

Sementara di lain tempat Glenn, Daniel dan para klien nya sedang membahas mengenai proyek nya disebuah desa, ada lahan yang sangat luas disana rencana nya ia akan menjadikan lahan itu sebagai pabrik. Dan mereka juga ingin berbicara pada kepala suku di daerah tersebut untuk bisa mengontrol warga yang mungkin tidak setuju akan di didirikan nya pabrik. Biasanya para mereka yang tidak setuju adalah warga yang rumah nya tak jauh dari sekitaran, mengingat pabrik pasti menghasilkan limbah sampah yang dapat mencemari lingkungan.

"Tuan Michael, Bagaimana selesai makan siang kita survey lokasi nya?" usul Glenn.

"Ide bagus, saya ikut saja" sahutnya.

Michael sendiri adalah pemilik dari PT Martapura, ia tertarik untuk bekerja sama dengan Glenn, mengingat perusahaan Glenn sangat jarang mengalami penurunan saham. Apalagi Glenn juga tercatat sebagai salah satu Miliarder muda di negara tersebut. Mengikuti jejak sang Papa yang kini tengah terbaring lemas di rumah sakit. Sudah hampir 3 bulan lamanya Tuan David koma, pasca kecelakaan mobil yang melibatkan dirinya. Dalam insiden tersebut David dinyatakan masih hidup walau keadaan mobil setengah hancur. Namun keadaan nya sampai sekarang belum juga tak sadarkan diri.

Meeting telah selesai Glenn dan Daniel segera menuju ke sebuah hotel untuk makan siang, tak lupa dengan para anak buahnya yang mengikuti dari belakang. Untuk menghindari kecurigaan klien mereka terpaksa harus menjaga jarak. Selain seorang pengusaha sukses dan terkenal, Glenn juga di kenal sebagai mafia paling kejam di dunia bawah. Ia tak segan menghabisi siapa saja yang berani mengusik nya. Seperti tidak mempunyai rasa kemanusiaan kepada siapapun yang penting adalah kepuasan dalam hati nya. Dan Daniel juga salah satu asisten paling setia dari Glenn ,ia di juluki sebagai Serigala pemburu yang tidak berani membantah perintah dari Tuan nya. Julukan itu ia dapat setelah musuh menyaksikan dengan mata kepala nya masing-masing, saat Daniel mencabik-cabik musuh layaknya Serigala yang sedang kelaparan.

"Selamat Datang" sapa pelayan hotel ketika melihat Glenn dan para rombongan nya datang. Dari penampilan nya saja sudah bisa ditebak jika mereka adalah orang-orang penting, dengan sigap mereka mengantarkan para pria mapan ini untuk mendapatkan table. Seorang Pria yang berprofesi sebagai waiter memberikan buku menu untuk masing-masing. Lalu menunggu nya sampai mereka selesai memesan.

Selesai makan siang Glenn dan Michael kembali lagi masuk ke dalam mobil masing-masing. dengan para anak buahnya yang juga setia membuntuti mereka dari belakang.

"Daniel, kau bawa kan proposal nya?" ujar Glenn.

"Tentu Tuan"

Daniel pun lekas mengeluarkan proposal yang ia simpan dalam tas kerja nya. Lalu menunjukkan nya kepada Glenn. Ia membolak-balikkan setiap lembar yang tertera gambar satu persatu. Lalu Glenn mengembalikan nya lagi kepada Daniel. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 40 menit mereka sampai. namun sepertinya jalanan itu tidak bisa masuk untuk sampai ke lahan yang kosong itu.

"Tuan, jalanan nya tidak bisa masuk mobil" ujar sopir Glenn.

"Kita menumpang parkir saja di halaman rumah warga" perintah Glenn.

"Baik Tuan"

Sopir tersebut kemudian memutar-mutar setir nya lalu memperhatikan ke belakang. Lalu mendaratkan nya di depan salah satu rumah warga, sebuah rumah yang sederhana namun memiliki halaman yang cukup luas. Mobil yang ditumpangi Michael pun sama hal nya ia menyimpan nya bersebelahan dengan mobil Glenn. Semuanya turun dari mobil masing-masing kecuali sopir Glenn dan Michael.

"Apa tidak ada jalan pintas selain ini?"

"Tidak ada Tuan, ini jalan satu-satunya" terang Daniel.

"Seperti nya kita harus membeli beberapa rumah yang memang mengapit jalan ke arah lokasi" ujar.

"Ayo Tuan, kita segera melihat lokasi nya" kata Michael yang tiba-tiba menghampiri.

Glenn mengiyakan mereka lekas meninggalkan mobil nya untuk segera meninjau ke sebuah lahan.

"Kau tidak ikut bersama bos mu" tegur sopir pribadi Michael.

"Tidak aku disini saja, aku ingin merokok"

"Oh iya ngomong-ngomong siapa nama mu?"

"Nama ku John, kau?"

"Aku Fredy"

"Mau rokok?

"Boleh, ah tapi aku seperti nya harus menitipkan mobil Tuan ku padamu. Aku mau beli air mineral dulu"

"Baiklah!

"Ah sial aku lupa membawa pemantik api nya. Hei aku titip korek api satu" seru nya sebelum Fredy berjalan lebih jauh. Fredy membalik diri kemudian mengacungkan jempol.

Fredy kemudian lekas pergi dari sana mencari sebuah toko kelontong atau kedai yang menjual minuman dalam kemasan.

Sementara Jessica baru saja selesai mencuci baju dan akan menjemur pakaian yang telah bersih itu di samping rumah nya. Namun langkah nya terhenti ketika melihat sebuah kendaraan terparkir tepat di halaman rumahnya.

"Astaga! mobil siapa sih ini parkir sembarangan?" gumam Jessica geram. Ia kemudian memerhatikan kedua mobil mewah tersebut. Yang satu berwarna hitam metalik dan yang satu nya berwarna putih susu. Tidak ingin penasaran ia segera menghampiri kedua mesin roda empat itu. Sadar ada orang di dalam nya Jessica pun mengetuk kaca mobil. Kaca mobil di turunkan nampak dari dalam seorang pria dengan wajah nya yang tegas dan tatapan mata yang tajam. Namun hal tersebut tak mengurungkan niat jessica untuk menegur.

"Hei, enak sekali kau menaruh mobil di halaman rumah ku?"

"Maaf Nona, kami hanya menumpang sebentar. Karena jalanan disini tidak bisa untuk masuk mobil" kata nya dengan santai

"Bukan urusan ku, tapi tolong jangan memarkir mobil di halaman rumah ku. Aku mau menjemur. astaga! lihat kau merusak pot bunga kesayangan ku"

Jessica mengamuk ia tidak terima tanaman yang ia rawat rusak karena tidak sengaja tergilas oleh ban mobil. Sopir Glenn keluar ia mencoba menahan wanita yang tengah tantrum tersebut.

"Aku tidak mau tahu, kau harus mengganti nya".

"Hei bisakah kau tenang sedikit, aku tidak suka wanita yang suka merajuk"

"Hei!!! Kau yang salah kenapa aku harus tenang, kau sudah merusak barang ku". Jessica hendak melayangkan tinju nya namun dapat di tahan oleh John. Karena terus saja berusaha untuk memukul John terpaksa memiting lengan wanita itu ke belakang.

"Aaaaaaahhhh, lepaskan! Dasar gilaaa" Jessica meringis kesakitan .

Mendengar suara gaduh di luar rumahnya, membuat Jeniffer beringsut bangun dari tempat tidur nya. Ia segera mencari sumber suara itu. Kaget saat melihat kedua tangan Jessica di tahan dengan kuat oleh seorang Pria berbadan besar.

"Apa yang kau lakukan pada adikku" Seru Jeniffer seraya menghampiri sang adik. John segera melepaskan wanita itu dan mendorong nya ke arah Jeniffer.

"Dasar laki-laki gila, berani nya hanya sama perempuan!!" Jessica terus memaki John dan melampiaskan kekesalannya.

"Kau jangan main-main dengan ku, aku tidak suka dengan wanita cerewet seperti mu". John pun tak mau kalah ia serang lagi Jessica dengan kata-kata pedas.

"Sudah-sudah cukup! Jangan diteruskan lagi. Jessica sekarang jelaskan padaku apa yang sebenarnya terjadi?"

Jessica melotot ia tidak habis fikir dengan kakak nya ini, apa ia tidak melihat jika sudah jelas-jelas ada orang yang memarkirkan kendaraan nya di halaman rumah.

"Kurasa nyawa mu belum sepenuhnya terkumpul, kau tidak lihat ada dua mobil di halaman rumah kita. Mereka tanpa izin memarkiran kedua mobilnya disini" Cerocos Jessica.

Ah! Jeniffer baru sadar jika memang ada dua mobil mewah yang menumpang parkir di halaman rumah nya tanpa izin. Dan tatapan dari John membuat Jeniffer takut, ia teringat akan kejadian Tomi yang memiliki perawakan sama seperti John. Jeniffer menghela nafas panjang lalu memijat kening nya, merasakan sakit pada kepala nya.

"Kak , kau baik-baik saja?" tanya Jessica wajah nya terlihat panik saat melihat reaksi sang kakak seperti itu. Pasalnya Jeniffer pernah mengeluhkan sakit kepala dan tidak lama kemudian jatuh pingsan.

"Aku baik-baik saja Jes, mungkin karena aku tiba-tiba bangun ketika sedang nyenyak tidur".

"Baiklah, kalau begitu kita masuk ke dalam saja kak".

"Ayo"

"Eh tapi tunggu sebentar"

Jessica melepaskan pegangan nya pada Jeniffer lalu kembali menghampiri John.

"Kau bilang tadi akan mengganti nya, mana?" Kata Jessica dengan berani nya sambil menengadahkan satu tangan nya.

John merogoh saku celana lalu mengeluarkan benda yang terbuat dari kulit. Mengeluarkan satu lembar uang yang bernilai 100 euro dan meletakan nya pada telapak tangan Jessica.

Jessica melotot ia tidak terima John hanya memberi nya 100 Euro. "Kau tahu aku membeli tanaman itu 200 euro, kau malah mengganti nya hanya 100 euro"

"Hei, apa kau ingin memeras ku? Lagi pula aku tidak sengaja. Kau saja yang bodoh menaruh pot bunga dengan posisi rendah".

"Apa? Kau mengatai ku bodoh?"

"Jessica sudahlah biarkan saja, nanti akan aku ganti yang baru" lerai Jeniffer.

"Dia yang merusak dia hanya yang harus bertanggung jawab kak"

"Hei, lepaskan kau mau mengambil semua uang ku?" John mempertahankan dompet yang di tarik oleh Jessica.

"Hei!! Ada apa ini kenapa ribut-ribut?"

Glenn segera menghampiri John saat ia sampai dan melihat anak buahnya itu tengah berdebat dengan seorang wanita.

Di waktu yang bersamaan pula tanpa sengaja dua pasang mata saling bertemu. Jeniffer dan Glenn beradu pandang. Dan entah kenapa jantung Glenn tiba-tiba berdegup kencang, saat melihat kecantikan dari suster tersebut. Mata biru, hidung mancung dan rambut berwarna cokelat. Ditambah lagi dengan kulit mulus nya yang terlihat karena Jeniffer hanya memakai dress di atas lutut.

"Kenapa jantung ku berdegup kencang seperti ini saat melihatnya" ucap Glenn dalam hati. Padahal ia sudah sering berkencan bahkan sampai meniduri para gadis cantik, namun yang satu ini terasa berbeda.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!