Hiks...hiks...hiks....
Tangis seorang gadis pecah, karena hampir saja kesuciannya di renggut oleh pria brengsek, untung ada seseorang yang melihat kejadian itu dan mau menolongnya.
"Ana ... Sudah dong! Kamu sudah selamat, jangan menangis terus ya, udah ada kita di sini." Ucap sahabat Ana yang bernama Putri.
"Iya Ana, jangan menangis terus ya. Besok kita harus ke kampus, kalau kamu menangis terus seperti ini. Mata kamu akan bengkak nanti." Ucap Lisa menimpali.
Segala cara sudah mereka lakukan untuk membuat Ana berhenti menangis, tapi Ana tetap saja masih menangis.
Kini Lisa dan Putri tidak tahu harus berbuat apa lagi untuk membujuk Ana.
Ana adalah seorang gadis cantik dan cerdas, dia bahkan mendapatkan beasiswa di sebuah Universitas ternama.
Ana kini hidup sebatang kara, Ayahnya meninggal sejak Ana berumur 10 tahun, sedangkan Ibunya sudah menikah lagi, dan mempunyai keluarga baru.
Semenjak Ibunya menikah lagi, Ana tidak pernah lagi bertemu dengan Ibunya.
Sekarang kehidupan Ana terasa sangat menyedihkan.
***
Sementara itu di sebuah club malam terkenal, seorang pemuda tampan, dengan ciri khas pria timur tengah, sedang menikmati alunan musik, dan segelas wine di tangannya.
Sedangkan di sebelahnya ada dua orang wanita yang sedang menggodanya.
"Wahhh.... Aku sudah tidak tahan bro, Aku langsung ke atas ya, kalau kamu mau menyusul ayo." Elliot sahabat sekaligus asisten pribadi itu, sangat di kenal sebagai pria yang memikat banyak wanita.
Tapi tidak dengan bosnya, pria itu di kenal sebagai pria yang dingin dan kejam. Dia tidak akan segan-segan menghabisi nyawa siapapun yang berani melawannya.
Dia adalah Steve Adam, seorang mafia kejam yang mempunyai kekuasaan yang di wariskan dari keluarganya.
Dia memiliki club malam di berbagai negara, perusahaan yang terkenal di dunia, dan juga kekayaan lainnya, seperti hotel, villa, mobil mewah dan masih banyak lagi.
Tapi ada satu sifat Adam yang sangat di takuti oleh para wanita yang mencoba merayu dan menggodanya, yaitu dia tidak akan segan-segan membunuh mereka.
Kecuali jika memang Adam sendiri yang menginginkan wanita itu.
"Bagaimana? Apa ada masalah akhir-akhir ini?" Tanya Adam pada sahabatnya Joane yang mengelola club malam miliknya.
"Semua aman terkendali!" Jawab Joane, Joane hampir sama seperti Adam yang tak mudah terpikat oleh wanita.
"Baiklah, kalau begitu aku ke atas dulu." Adam berdiri dan memanggil wanita panggilan yang dari tadi menunggu di sampingnya.
Mereka menuju lantai atas, dan masuk ke kamar VVIP.
"Puaskan aku sekarang." Perintah Adam pada wanita itu.
Tanpa menunggu lama lagi mereka langsung bergerak, membuka kancing dan seluruh pakaian yang melekat di tubuh mereka.
Pukul 2 malam, perempuan yang tadi memuaskan Adam kini meringis kesakitan, dan berjalan keluar kamar.
"Seperti ini ternyata rasanya di sentuh oleh seseorang yang katanya paling hot." Ucap Kate pada temannya.
"Kamu tahu? Aku hampir saja pingsan tadi, Aku baru pertama kali merasakan kenikmatan seorang Adam yang perkasa dan menggairahkan."
Hanya dengan membayangkannya saja sudah membuat mereka tergila-gila.
"Meski aku di siksa, tapi aku tetap mau melayani seorang Steve Adam." Ucap Kate lagi.
Siapa yang tak menginginkan seorang Steve Adam?
Penguasa yang sangat terkenal, yang hampir semua wanita menyerahkan tubuhnya dengan suka rela pada seorang Adam.
***
"Bagaimana? Kamu merasa puas?" Tanya Elliot yang duduk sambil menghisap rokoknya.
"Aku tidak akan pernah puas sebelum aku benar-benar menghabisi mereka!" Jawab Adam tegas.
Dulu Adam seorang anak yang baik, semenjak Ayahnya meninggal karena serangan jantung, dia berubah menjadi sosok paling mengerikan.
Semenjak Ibunya berselingkuh di dalam kamar Ayahnya sendiri dan dia menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri bagaimana pria itu memuaskan Ibunya.
Dia juga melihat Ayahnya yang syok dan terkena serangan jantung di depan matanya sendiri.
Tapi Ibunya tetap melanjutkan percintaannya bersama kekasih barunya itu.
Dari situ Adam sangat membenci Ibunya dan juga seluruh wanita.
Menurutnya, semua wanita sama saja, sama-sama penghianat, dan tidak akan puas hanya dengan satu laki-laki.
***
Di kontrakan tempat Anastasia, Putri dan Lisa, sedang bersiap untuk berangkat kuliah.
Putri dan Lisa memiliki keluarga, tapi mereka tidak pernah akur.
Jadi, mereka memutuskan tinggal di kontrakan bersama sahabatnya yang tidak mempunyai siapapun.
"Sudah... Tidak usah bersedih lagi, kita selalu ada di samping kamu." Putri dan Lisa langsung memeluk Ana yang hampir menangis lagi.
Setelah sarapan, mereka langsung berangkat ke kampus.
Mereka bertiga menunggu bus lewat dan hampir setiap hari mereka terlambat.
"Jadi bagaimana, kamu masih tetap mau bekerja di sana?" Tanya Putri.
"Tidak, aku tidak mau hal yang kemarin terulang lagi!" Jawab Ana.
"Bagaimana kalau kamu ikut bekerja di tempat kita saja." Ucap Lisa.
"Benar juga, tapi disana terlalu beresiko karena disana banyak pria hidung belang." Ucap Putri.
"Nanti aku pikir-pikir dulu!" Jawab Ana.
Mereka bertiga akhirnya sudah sampai di kampus.
"Ana kamu semakin hari semakin cantik saja." Ucap seorang Pria yang biasa mendekati Ana.
Ana hanya tersenyum menanggapi pria itu. Dan mereka semua belajar dengan tenang.
Saat jam makan siang, mereka di buat heboh dengan kedatangan pria tampan yang gagah dan perkasa.
Mereka berteriak histeris melihat ketampanan pria yang berjalan ke dalam kampus mereka.
Ya!! Pria itu adalah Adam, yang mendatangi kampus ternama itu.
Hampir setiap bulan dia mengunjungi kampus itu, karena dia adalah salah satu investor terbesar di kampus tempat Ana belajar.
"Hehhh... kalian berdua." Ana menggelengkan kepalanya, melihat tingkah dua sahabatnya itu.
"Tunggu!! Itu kan Pak Joane." Putri dan Lisa saling pandang.
"Jangan-jangan..." Mereka berdua langsung berlari ke arah kerumunan mahasiswi lain.
Karena dimana ada Joane di situ pasti ada Adam.
Ana yang melihat tingkah dua sahabatnya hanya bisa menghela nafas panjang.
Tatapan Adam kini beralih menatap seseorang yang duduk di meja kantin seorang diri.
"Kenapa gadis itu tidak tertarik padaku? Bahkan dia tidak menoleh sedikit pun ke arahku." batin Adam, dia penasaran pada perempuan yang bersikap acuh dengan kehadirannya.
Adam dan Joane langsung masuk keruang dekan.
***
"Hey Ana... Kenapa kamu tidak kesana tadi?" Tanya Putri.
"Malas!" Jawab Ana.
"Kamu tahu tidak? Yang tadi itu atasan kita di tempat bekerja, dan yang di sebelahnya itu pasti Pak Adam. Dia adalah pria yang paling berkuasa di tempat kita bekerja, semua perempuan mau mendekatinya, tapi tidak ada yang berhasil." Jelas Putri.
"Kenapa kalian tidak mencoba mendekati dia saja? Siapa tahu dia mau!" Jawab Ana.
"Mana mungkin, kita saja baru hari ini melihat dia." Jawab Lisa.
"Tadi katanya atasan kamu." Ejek Ana.
"Iya, tapi dia tidak pernah terlihat disana, jarang sekali dia datang ke club. Walau terkadang datang tapi jarang ada yang tahu, karena memang dia jarang turun ke bawah." Jelas Putri panjang lebar.
"Aku jadi semakin penasaran dengan Pak Adam." Ucap Lisa.
Di tengah pembicaraan mereka, teriakan heboh kembali terdengar, saat pintu lift terbuka dan memperlihatkan sosok yang gagah keluar dari sana.
Mereka semua ada yang memotret dan lain sebagainya.
Sementara Ana masih di tempat duduknya, sedangkan temannya sudah dari tadi entah kemana.
Tatapan Adam kembali tertuju ke arah Ana.
"Benar-benar membuat penasaran. Kenapa dia sama sekali tidak melirik ke arah sini?" batin Adam.
Adam langsung keluar dari kampus itu dan kembali memasuki mobil.
"Cari tahu perempuan yang duduk di bangku kantin tadi?" perintah Adam pada Joane.
"Yang duduk di kantin tadi banyak Bro!" Jawab Joane.
"Yang tadi tidak heboh waktu melihat aku masuk, cari tahu sedetail mungkin, kamu punya waktu 10 menit!" Ucap Adam enteng.
"Apa!!!" Joane seketika memekik kaget.
Bosnya ini kadang memang sedikit agak gila. Bagaimana caranya dia bisa mencari tahu indentitas lengkap seseorang yang sama sekali tidak terkenal.
Tapi setelah melirik tatapan tajam Adam, Joane mau tak mau harus melakukan tugas nya.
***************
***************
Tidak sampai 10 menit, Joane sudah memberi laporan pada bosnya.
"Dia anak sebatang kara, Ibunya menikah lagi semenjak Ayahnya meninggal. Dia sekarang tinggal di kontrakan bersama dua sahabatnya, dia juga pernah bekerja di kafe di dekat sini, tapi anak pemilik kafe hampir saja melecehkannya. Sekarang dia sudah tidak punya pekerjaan." Jelas Joane panjang lebar.
"Apa Ibunya tidak pernah perduli padanya?" Tanya Adam
"Iya, Ibunya meninggalkan dia saat usianya hampir 10 tahun tepat setelah Ayahnya meninggal. Awalnya dia tinggal bersama Bibinya, tapi Bibinya kejam, dan dia punya sepupu yang sering kali menyiksanya, maka dari itu dia memilih pindah ke kontrakan."
Wajah Adam merah padam, entah apa yang ada di pikirannya saat ini.
"Ada satu lagi Bos." Joane melihat tablet nya.
"Kedua sahabatnya bekerja di club yang saya kelola." Jelas Joane
Adam seketika tersenyum mendengar berita itu, sebuah senyuman yang terlihat sangat menakutkan.
***
Setelah selesai kelas, Ana dan sahabat nya langsung kembali pulang.
"Bagaimana, kamu jadi kerja di tempat kita kerja? Kebetulan disana sedang butuh karyawan, untuk mengantarkan minuman. Kamu tenang saja, di sana penjagaannya sangat ketat, kita tidak mungkin diganggu kecuali kita sendiri yang mau menjual diri kita." Jelas Putri.
"Iya, aku juga awalnya ragu, tapi lama-lama betah. Kamu tenang saja, kita akan selalu di samping kamu?" Ucap Lisa.
Akhirnya Ana menerima tawaran dua sahabatnya tersebut, hidup di kota sangat susah mendapatkan pekerjaan.
Apalagi mereka masih kuliah, jadi terpaksa Ana menerima tawaran sahabatnya.
"Ya sudah sekarang kita siap-siap, setengah jam lagi kita berangkat. Kamu tidak usah pakai baju aneh-aneh, tinggal pakai baju bebas saja. Kita juga jangan pakai baju kurang bahan, nanti disangka PSK!" Ana hanya tersenyum mendengar perkataan sahabatnya.
Sore hari mereka sudah berangkat ke club malam tempat Putri dan Risa berkerja. Saat sampai di sana Ana langsung merasa sangat takut.
"Kamu pakai masker saja, agar Rendi pria brengsek tidak mengenali kamu." Ucap Putri, Putri khawatir Rendi akan datang lagi untuk mengganggu Ana.
"Iya, aku juga takut nanti Sela melihatku, dia pasti berfikir kalau aku menjual diri!" Ucap Ana, Sela adalah sepupu Ana.
"Iya, kamu tidak usah khawatir, kita akan selalu melindungi sahabat kita." Mereka bertiga langsung berpelukan.
Sesampainya di depan club, hari sudah mulai gelap. Mereka bertiga hanya bekerja disana hanya sampai pukul 11 malam.
"Aku takut." Ucap Ana.
"Jangan khawatir, Pak Joane pasti mau terima kamu, kamukan yang paling cantik diantara kita hehehe." Canda Putri
"Iya, jangan takut, kamu pasti diterima." Lisa juga ikut memberi semangat.
Tok...tok...tok...
"Permisi!!!"
"Masuk!!!"
"Maaf Pak, teman kami mau melamar pekerjaan?" Ucap Putri menunjuk ke arah Ana.
"Silahkan duduk dulu?" Joane mempersilahkan Ana duduk.
Ana segera duduk di depan Joane.
"Siapa nama kamu?"
"Anastasia Pak!" Jawab Ana.
"Kamu yakin mau kerja disini?"
"Yakin pak."
"Baiklah, tanda tangan disini?" Tunjuk Joane pada kertas yang sudah di sediakan dihadapannya.
Ana membaca surat tersebut, hingga sedetik kemudian ia menatapbke arah Joane.
"Maaf Pak, apa maksudnya ini?" Setahu Ana tidak ada surat kontrak apapun yang harus di tandatangani, tapi kenapa sekarang ada?
"Iya, kamu hanya perlu menjamu Bos besar kami saja, tidak perlu mengantar minuman pada pelanggan lain, hanya sampai Tuan kami meminta kamu untuk berhenti."
"Maaf Pak, tapi saya tidak bisa." Ana langsung berdiri, kenapa perasaannya mulai tak enak.
Apa maksud hanya menjamu Bo besarnya saja?
Tidak, ini pasti tidak benar, dia harus keluar untuk bertemu Putri dan Lisa.
"Tunggu!!" Joane berdiri lalu mengirim pesan pada Bosnya.
"Baiklah, kamu bekerja seperti mereka, hanya mengantar minuman pada pelanggan."
Akhirnya Ana menerima pekerjaan itu, dan dia langsung keluar untuk bertemu sahabatnya.
"Bagaimana, kamu di terima kerja kan?" Tanya Lisa.
"Iya tapi ...." Ana menceritakan semua kejadian tadi pada sahabatnya itu.
"Apa!!! Kenapa tidak kamu terima saja Ana? Itu kesempatan emas, siapa tahu kamu bisa memikat bos kita yang kaya raya." Putri sangat kesal mendengar Ana menolak tawaran emas itu.
Lisa dan Putri lanjut bekerja, Ana juga ikut melayani tamu-tamu yang sudah mulai berdatangan.
Tatapan Ana teralihkan pada pria yang berpakaian sangat rapi, di belakangnya berdiri beberapa pria kekar semacam bodyguard.
Hingga tanpa sengaja tatapan mereka sempat bertemu.
Degh!!!!
Jantung Ana hampir copot melihat mata laki-laki tampan di depannya, ia langsung menunduk dan ingin meninggalkan meja tersebut.
Tapi langkah kakinya terhenti ketika mendengar suara seseorang memanggilnya.
"Hey, kamu gadis yang mamakai masker!! Temani saya minum-minum, saya sedang butuh teman." Ucap pria yang usianya hampir 50 tahunan tersebut.
"Maaf Pak, tapi saya masih banyak pekerjaan." Jawab Ana sopan.
"Tidak ada bantahan, kalau kamu tidak mau temani saya minum, saya akan minta manager disini pecat kamu?"
Ana bingung harus pergi atau duduk, di satu sisi dia baru mendapatkan pekerjaan, tapi di satu sisi dia takut terhadap laki-laki tersebut.
"Kembali ke tempat kamu kerja, tidak perlu melayani orang yang tidak penting." Ucap Adam yang langsung berlalu meninggalkan meja tersebut.
"Kurang ajar!!!" Pria tua itu sangat kesal, tapi dia tahu siapa yang tadi berbicara dengannya, hampir semua seorang tahu pada pemuda yang sangat di takuti di seluruh penjuru kota.
***
Brakkk!!!
Adam sampai menggebrak meja setelah mendengar Ana menolak tawarannya.
"Kenapa dia tidak mau melayaniku?" Adam langsung duduk dengan wajah yang merah padam.
"Aku juga tidak tahu, baru pertama kali aku menemukan perempuan menolak seorang Steve Adam, mafia yang sangat di takuti di seluruh penjuru kota." Joane terkekeh melihat wajah sahabat sekaligus atasannya itu
" Aku tidak mau tahu, kamu harus membuat dia memohon agar bisa menjadi salah satu mainanku." Adam langsung masuk ke dalam kamar VVIP khusus miliknya.
Tidak ada yang di perbolehkan masuk ke ruangan itu, termasuk Joane sahabat.
Dia tidak pernah bermain dengan perempuan biasa, dia juga paling anti tidur dengan perempuan yang sama.
Dia membuka tabletnya, untuk melihat CCTV bawah, dia sedang mencari gadis kecil yang sudah mengganggu pikirannya.
Setelah tau posisi Ana, dia langsung turun menemui gadis tersebut.
"Ana, kamu lihat tidak, tadi katanya Pak Adam datang kesini, dia jadi pusat perhatian para gadis, tapi sayang aku gak sempat liat?" Lisa sangat kecewa saat tahu Adam datang dan dia tidak melihatnya.
"Aku tadi bertemu kok sama orang nya langsung!" Jawaban Ana membuat Putri dan Lisa ternganga.
"Hah!! Kamu tadi bicara apa sama dia?" Tanya Putri sangat penasaran.
"Tidak, tadi aku cuma lihat dia masuk dengan pengawalnya, dan ..." Ana lanjut menceritakan yang tadi di katakan Adam padanya.
"Beneran dia bicara seperti itu tadi?" Tanya Lisa tak percaya.
"Iya"
"Ana, kamu di minta mengantar minuman ke kamar VVIP di atas, di kamar paling ujung." Ucap salah satu pekerja.
"Tunggu!! Kamu tidak salah meminta sahabatku untuk mengantarkan minuman ke kamar VVIP paling ujung?" Tanya Putri
"Tidak, Pak Joane sendiri yang minta tadi." Perempuan itu langsung pergi meninggalkan mereka.
"Kalian kenapa?" Tanya Ana yang melihat Putri dan Lisa terdiam.
"Aku tidak tahu harus senang atau sedih Lis, Ana yang baru bekerja langsung di minta mengantarkan minum ke kamarnya Bos besar. Sedangkan kita, yang sudah hampir setahun bekerja disini, tidak pernah menginjakkan kaki di lantai paling atas." Wajah Putri dan Lisa kini sama-sama lemas.
"Memangnya kenapa? Apa ada yang salah? Kalau memang kalian mau mengantar minuman itu ya silahkan.
Kalian pakai saja masker, lagian dia juga tidak akan mengenal kalian kok." Ana justru senang kalau tidak jadi mengantar minuman ke kamar VVIP tersebut.
"Tidak... Tidak... Kamu harus kesana, siapa tahu kamu bisa jadi calonnya Pak Adam, Ana sama Adam, cocok kan?" Putri tertawa melihat Ana yang ketakutan.
"Sudah, tidak usah didengar, cepat ke atas, sebelum Pak Joane datang marah-marah?" Lisa mendorong Ana menjauh.
Ana dengan ragu melangkah ke ruang VVIP paling ujung.
***********
***********
Ana berdiri di depan kamar VVIP dengan perasaan yang tidak karuan, antara takut dan penasaran, kenapa dia yang harus menjamu Bos besar itu?
"Hey .. Kamu sedang apa di sana?"
Ana hampir saja menjatuhkan minuman di tangannya, saking terkejutnya.
"Maaf, tapi saya di minta mengantar minuman ini ke dalam?" Jawab Ana.
"Kamu mimpi ya, tidak ada yang diperbolehkan masuk ke dalam sana. Kamu seharusnya berkaca, tidak usah berpura-pura lugu?" Perempuan di depan Ana langsung mengambil alih minuman yang di bawa oleh Ana.
"Biar aku saja yang masuk, kamu turun saja sana."
Belum sempat perempuan itu masuk, pintu ruangan VVIP sudah lebih dulu terbuka.
"Ada apa kalian ribut-ribut?" Tanya Adam yang baru saja keluar dari dalam.
Ana yang melihat Adam keluar seketika menunduk takut.
"Maaf Pak, perempuan ini pasti pelayan baru, jadi ..."
"Jadi, apa urusannya dengan kamu? Pergi dan jangan kembali lagi kesini, aku muak melihat wajah jalang yang tidak tahu diri, seperti kamu." Adam menyela ucapan perempuan itu dan langsung mengusirnya pergi.
"Kamu!! Masuk." tunjuk Adam pada Ana.
Ana mengambil minuman ditangan perempuan itu dan langsung masuk ke dalam.
Adam langsung menutup pintu.
"Kemari." Adam meminta Ana duduk di sofa dekat jendela.
Ana tampak ragu, tapi dia tidak berani melawan. Karena dia mendengar bahwa pria di hadapannya sangat kejam terhadap perempuan. Dia tidak akan segan-segan membunuh atau menyiksa siapa saja yang berani melawannya.
"Duduk?" Adam kembali memerintah.
"Ma....maaf Pak, tapi saya masih ada pekerjaan!" Ana tampak ragu dengan pandangannya mengarah ke bawah.
"Aku pemilik tempat ini, jadi apapun yang aku minta jangan membantah." Adam yang tidak sabar langsung menarik Ana, sehingga Ana terjatuh di atas pangkuannya.
Deghhh!!!
Ana terpaku di tempat, dia tidak berani bergerak sedikit pun.
"Kenapa harus pakai masker?"
Tangan Adam memegang pipi, dan memindahkan anak rambut Ana membuat leher putih Ana terlihat jelas di mata Adam.
"Ma...maaf Pak, saya..." Ana tidak mampu menjawab, air matanya langsung luruh begitu saja dengan tangan yang gemetar.
"Tenang saja, aku tidak akan menyakitimu, asal kamu menjadi jadi gadis yang penurut." Adam membuka masker yang di pakai Ana, tapi Ana dengan cepat menahan tangan Adam dan menggelengkan kepalanya.
"Apa wajahmu begitu jelek?"
Adam bukan seseorang yang penyabar, tapi entah kenapa pada Ana dia bisa bersikap sangat lembut, dia juga tidak biasanya memperlakukan perempuan seperti ini.
"Aku punya tawaran untukmu, jadi lah teman ranjangku, sampai aku ..."
PLAKKKK!!!!
Satu tamparan mendarat di pipi Adam, baru kali ini dia mendapat tamparan dari seorang perempuan, dan baru kali ini dia yang menginginkan seorang perempuan.
Ana berdiri, menatap ke arah Adam dengan tatapan benci sekaligus marah.
"Hahahaha, kenapa kamu marah? Bukannya sama saja, bekerja di club sama dengan menjual diri." Adam mendekat hendak mencium Ana.
Tapi Ana mundur, dia langsung lari ke arah pintu, tapi sayangnya pintu itu dalam keadaan terkunci.
"Kamu tidak bisa kemana mana gadis kecil, kamu orang pertama yang menolak, dan menamparku. Jadi, kamu harus membayar mahal atas perbuatanmu itu?" Adam mendekat, tapi Ana lari ke arah pisau buah yang tergeletak di atas meja.
"Jangan mendekat!!!" Ana menodongkan pisau itu ke arah Adam.
"Hahaha, kamu mengancamku?" Adam justru malah mendekat.
"Bunuh aku, cepat lakukan!"
Tangan Ana gemetar, dia membalikkan arah pisau itu ke arah tangannya sendiri.
"Aku tidak berani membunuh Anda, tapi aku akan bunuh diri." Ancam Ana.
Adam yang melihat sorot mata Ana yang bersungguh-sungguh seketika melemah.
"Kenapa jadi begini? Kenapa aku begitu terpukul saat melihat wajah putus asanya?" batin Adam.
"Baiklah... aku tidak akan menyentuhmu." Adam mundur dan keluar dari dalam kamar.
Ana langsung luruh ke lantai, tangisnya pecah saat itu juga.
"Aku akan keluar dari tempat ini, aku tidak mau menjadi jalang." Ana langsung keluar dari kamar Adam.
***
"Bawa wanita kemarin malam ke sini." Adam sangat marah, dia sangat menginginkan tubuh perempuan yang menarik perhatiannya itu.
Tak lama pintu terbuka, menampilkan sosok perempuan yang dia panggil.
"Tuan memanggil saya?"
Adam langsung melempar perempuan itu ke atas ranjang, dia langsung mengambil cambuk untuk menghajar perempuan itu.
"Buka baju kamu?" Adam langsung menghajar perempuan tersebut.
"Ampun Tuan, apa salah saya?" Wanita itu menangis.
"Aku akan bermain denganmu setelah aku puas, jadi bertahanlah?" Dia melayangkan cambuk ke atas tubuh gadis itu.
Adam segera memulai aksinya, dia melakukan itu sambil membayang wajah cantik Ana.
Mereka langsung memulai permainan panas di atas ranjang.
Tok....tok....tok...
"Siapa, yang berani mengetuk pintu?" Adam tidak perduli, dia terus mengerakkan tubuhnya dia atas wanita itu.
Tok.....tok....tok...
"Kurang ajar!!!" Adam berdiri memakai pakaiannya dan langsung mengambil pistol miliknya.
Ceklekkk
"Apa kamu mau mati?" Adam meletakkan pistolnya di depan kepala Putri.
Putri langsung gemetar, Lisa yang berdiri di samping hanya bisa mematung.
"Apa mau kalian, hahhh?" Adam menarik pelatuk dan hampir menembak kepala Putri.
"Ana.. Kami mencari Ana, sudah 30 menit dia belum kembali." Putri memberanikan diri untuk menjawab.
Adam menurunkan senjatanya, dan menoleh ke arah samping.
"Kami sudah melihat ke lantai atas, kamar paling ujung, tapi dia tidak ada?" Jawab Lisa yang melihat ke arah tatapan Adam.
Adam yang mendengarnya langsung pergi ke ruangan Joane.
Putri dan Lisa langsung masuk, melihat siapa yang berada di atas ranjang.
Mereka langsung shok melihat perempuan yang telanjang dengan sekujur tubuhnya lebam, akibat cambukan.
Putri langsung menarik Lisa dari sana, mereka mencari Ana sampai ke bawah, di mana semua orang sedang menari.
***
Sedangkan Ana, Saat ingin turun ke bawah, dia di hadang oleh pria buncit yang sedang mabuk.
Ana di bawa paksa oleh pria itu, untuk menuntaskan hasratnya.
"Tolong!!! Tolong!!!" Ana memberontak, tapi tenaganya kalah kuat oleh laki-laki tersebut, meski sudah sekuat tenaga dia melawan.
PLAKKKK!!!
Satu tamparan mendarat di pipi mulus Ana.
"Dasar jalang, berani sekali kamu menolak pria kaya ini, dasar jalang!!!" Pria buncit itu langsung menjambak rambut Ana, membawa Ana ke dalam kamar yang sudah dia bayar.
Ana di lempar ke atas ranjang, laki-laki buncit tersebut mendekati Ana dan merobek paksa baju yang dia kenakan.
"Lepas!! Tolong!!! Tolong!!!" Ana berteriak keras, tapi tidak ada yang membantunya.
Dia menendang aset berharga milik pria buncit tersebut.
"Kurang ajar, dasar jalang!!!"
PLAKKKK!!! PLAKKKK!!! PLAKKKK!!!
Tiga tamparan mendarat di pipi Ana.
"Jangan.. jangan.. Saya mohon.."
BRAKKK!!!
Tiba-tiba pintu kamar tersebut terbuka lebar.
Bugh!! Bugh!! Bugh!!
"Berani-beraninya kamu mendekati wanitaku?" Adam tanpa sadar menyebut Ana sebagai wanitanya.
Dia langsung menghajar pria itu sampai tidak sadarkan diri. Adam mengambil pistol, hendak menembak kepala pria itu.
"Jangan!!!" Ana langsung memeluk tubuh kekar Adam.
"Jangan Tuan! Tolong jangan bunuh dia. Saya mohon!" Ana menangis sambil memeluk tubuh Adam.
Adam yang tiba-tiba di peluk seketika terkejut, dia tidak menyangka akan merasa langsung tenang.
"Ana!!" Putri dan Lisa langsung berlari memeluk sahabatnya.
Ana melepaskan pelukan Adam, dan langsung memeluk sahabatnya.
"Kamu baik-baik saja." Lisa melepas pelukannya, dan hendak membawa Ana keluar.
"Ikut denganku!!" Adam langsung menarik tangan Ana dan meninggalkan kamar tersebut.
Putri dan Lisa langsung berlari mengejar Ana, tapi kalah cepat karena mereka sudah masuk ke kamar VVIP milik Adam.
"Semoga Ana baik-baik saja."
Gumam Lisa yang berdiri mematung di depan pintu kamar Adam.
*************
*************
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!