Di lapangan parkir sebuah unversitas, seorang pemuda tampan dan bertubuh tegap sehingga nampak gagah, berhadapan dengan seorang gadis cantik yang seksi, gadis itu menjulurkan tangannya kepada sang pemuda dan dengan wajah sedikit merah dia berteriak,
“Aku suka padamu, maukah kamu jadi pacar ku,”
“Maaf, tapi aku sudah punya seseorang yang ku cintai,” jawab sang pemuda tanpa menunda lagi.
“Oh, begitu ya (terlihat kecewa dan sedikit menangis namun langsung pulih kembali) baiklah, aku mengerti, tapi kita masih berteman ?” tanya sang gadis.
“Tentu saja, kita masih berteman,” jawab sang pemuda tersenyum.
“Terima kasih, aku lega sekarang, aku pergi ya, bye bye,”
Tanpa menunggu jawaban sang pemuda, sang gadis berlari dengan air mata berlinang namun hatinya merasa lega dan dia tersenyum. Sang pemuda mematung dan hanya melihat sang gadis yang berlari semakin menjauh dari pandangannya,
“Maaf ya Febi, kalau kamu sudah tidak mau berteman dengan ku juga tidak apa apa,” gumam sang pemuda di dalam hatinya.
Sang pemuda menunduk sedikit kemudian berbalik, dia memasukkan kedua tangannya ke dalam jaketnya dan berjalan menuju ke motornya. Setelah sampai, dia menutup jaketnya dan memakai helmnya, dia menaiki motornya dan berjalan keluar dari kampus.
Setelah berkendara melintasi kota, sang pemuda akhirnya sampai di sebuah komplek apartemen, dia memarkir motornya dan berjalan menuju ke pintu masuk sebuah tower. Di dalam dia menekan tombol lift untuk naik ke lantai tempat apartemen miliknya berada. Dia berjalan di koridor dengan santai dan berbalik menghadap pintu.
“Klek,” dia membuka pintunya dan masuh ke dalam, aroma harum masakan tercium dari dalam apartemennya,
“Aku pulang,” ujar sang pemuda.
Sebuah kursi roda muncul keluar dari dapur, seorang gadis cantik berambut panjang di ikat satu yang duduk di kursi roda menatap sang pemuda, wajahnya langsung ceria dan dia mengayuh kursi rodanya ke arah sang pemuda. Melihat sang gadis mengayuh kursi roda ke arahnya, sang pemuda berlutut dan merentangkan tangannya.
“Hup,” sang gadis melompat dari kursi roda ke pelukan sang pemuda, ternyata sang gadis sama sekali tidak memiliki kaki dari paha ke bawah. Sang pemuda berdiri dan menggendong sang gadis,
“Kamu sudah pulang Adrian,” ujar sang gadis.
“Sudah dong, Elsa,” balas sang pemuda yang di panggil Adrian.
Adrian menggendong Elsa yang merangkulkan kedua lengannya ke leher Adrian, kemudian mereka berciuman dan berjalan masuk ke dapur untuk meneruskan masak bersama sama. Setelah itu, mereka duduk di meja makan dan mulai makan bersama sama,
“Gimana di kampus ?” tanya Elsa.
“Yah begitulah, tapi hari ini ada ujian dadakan, untung semalam aku sudah belajar haha,” jawab Adrian.
“Syukur deh kalo gitu,” balas Elsa.
“Kamu sendiri gimana di kampus ?” tanya Adrian.
“Biasa aja, ga ada ujian tapi enak aja ngobrol ama temen hehe,” jawab Elsa.
“Wah bagus deh,” balas Adrian.
Keduanya saling mengobrol satu sama lain sambil melanjutkan makan malam mereka dengan mesra. Adrian menatap Elsa yang sedang menyingkirkan rambutnya dan menyuap makanan di depannya dengan tersenyum dan menopang dagunya menggunakan tangan. Elsa yang merasa di tatap oleh Adrian, tersenyum dan tangannya terjulur ke hidung Adrian yang mancung.
“Makan, jangan ngeliatin mulu,” ujarnya sambil tersenyum dan menjepit hidung Adrian.
“Habisnya kamu cantik hehe,” balas Adrian.
“Dasar, udah bisa gombal ya,” balas Elsa malu malu namun tersenyum.
“Aku sayang kamu,” ujar Adrian yang hidungnya di jepit.
“Aku juga sayang kamu,” balas Elsa tersenyum.
Ya, alasan ku menolak yang lain karena cinta ku sudah habis tercurah untuk gadis di depan ku ini, dialah istri ku dan dia segalanya bagiku. Namaku Adrian Miller, usia ku baru saja 20 tahun bulan ini, aku masih kuliah dan bekerja untuk menghidupi keluarga ku, istriku bernama Elsa Widiastuti yang sekarang sudah berubah menjadi Elsa Miller, saat ini usia nya 19 tahun tapi 3 bulan lagi yaitu januari dia jadi 20 tahun.
Alasan kita menikah lebih dulu, karena kita berdua sama sama yatim piatu dan tidak memiliki sanak saudara sama sekali, di tambah lagi, istriku Elsa tidak memiliki kaki, itu sebabnya aku menikahi dia dan tidak mungkin meninggalkan nya karena aku sangat mencintai nya. Aku dan istriku di pertemukan karena takdir, namun kisah kita berdua sedikit lebih ajaib dari orang lain. Inilah kisah kita berdua, semua berawal dari operasi transplantasi jantung.
******
Arc 1 our hearts
5 tahun yang lalu, di sebuah rumah sakit yang berada di singapura. “Plip,” terdengar suara mesin ekg di dalam sebuah ruang icu di rumah sakit, Adrian terbaring lemah di rumah sakit, sejak kecil Adrian di rawat di rumah sakit karena masalah pada jantungnya. Ada kelainan sejak lahir di katup jantungny sehingga sirkulasi jantungnya tidak normal seperti orang pada umumnya.
Akibat penyakitnya itu, Adrian di vonis oleh dokter kalau hidupnya hanya sampai usia 15 tahun bahkan kurang. “Ugh,” Adrian terbangun, dengan perlahan dia membuka matanya, dia menatap langit langit kamar di atasnya, dia melirik ke samping, tidak ada orang sama sekali di sampingnya.
Air matanya mulai menetes, dia teringat ayah, ibu dan adik perempuannya yang baru dua bulan lalu meninggal akibat pesawat yang mereka tumpangi ketika mereka pergi ke Amerika untuk mengunjungi keluarga ayahnya, mengalami kecelakaan fatal. Dia tidak ikut karena dia sedang di rawat di rumah sakit.
“Dug,”
“Dug,”
Tiba tiba jantungnya berdetak dengan kencang dan sedikit menyakitkan, Adrian mengangkat tangannya dan memegang dadanya, masih terasa ada bekas jahitan melintang vertikal di tengah dadanya. Kesadarannya kembali menghilang dan dia kembali tertidur, tapi mata Adrian terlihat bergerak gerak, dia sedang bermimpi.
“Huh...aku dimana ?” tanya Adrian.
Dia melihat dirinya berada di sebuah ruang yang sepanjang mata memandang semuanya berwarna putih. Selagi kebingungan, “tap,” tiba tiba pundaknya di pegang dari belakang, Adrian yang kaget melompat dan berbalik, dia melihat seorang pria paruh baya berparas tampan dan berpakaian rapi yang tidak dia kenal sedang tersenyum melihat dirinya.
“Si..siapa ?” tanya Adrian kaget.
“Hmm siapa ya, aku adalah memori yang tertanam di jantung baru mu,” ujar sang pria paruh baya sambil menunjuk dada Adrian.
“Jantung ?” tanya Adrian bingung.
“Ya, aku dan istriku mendonorkan jantung kita berdua, sepertinya kamu penerima donornya, aku senang melihat kamu yang menerima donor ku, sekarang kamu harus hidup,” ujar sang pria paruh baya.
Adrian diam saja, dia tidak mengerti apa maksud pria paruh baya yang wajahnya nampak bijaksana di depannya. Melihat Adrian termenung, pria itu mendekat dan memegang kedua pundak Adrian kemudian menatapnya,
“Namamu siapa ?” tanya sang pria.
“Adrian Miller,” jawab Adrian.
“Adrian ya, salam kenal, boleh aku minta tolong ?” tanya sang pria.
“Mi..minta tolong apa ?” tanya Adrian bingung.
“Cari istriku, katakan padanya kalau aku minta maaf dan menyesal menceraikannya sesaat sebelum kematian nya,” jawab sang pria.
“Hah...aku harus cari istri om ?” tanya Adrian.
“Oh maksud ku, istriku sudah meninggal juga, sama dengan ku dan dia juga mendonorkan jantungnya sama seperti ku, karena kita berdua memang berjanji kalau salah satu dari kita jalan terlebih dahulu, yang masih hidup harus mencari jantung yang sudah meninggal dan membantu sang pemilik jantung baru,” jawab sang pria.
“Jadi...maksud om, aku harus cari orang yang menerima donor jantung istri om gitu ?” tanya Adrian.
“Benar, tapi tidak perlu kamu fokuskan dan om ingin kamu menjalani hidup mu dengan bahagia, kalau kamu sempat saja, sebagai imbalannya, om akan kasih kamu semua milik om,” jawab sang pria.
“Hah...aku ngerti om, tapi maksud om semua milik om apa ?” tanya Adrian.
“Begini Adrian, aku dan istriku bukan orang normal, yang akan ku berikan bukan harta, tapi kemampuan,” jawab sang pria.
“Kemampuan apa om ?” tanya Adrian.
“Karena aku adalah orang yang cacat bisu dan tuli, aku memiliki kemampuan di mata ku yang bisa melihat isi pikiran orang lain seperti membaca teks di kepala orang yang kulihat, aku juga bisa melihat tembus seperti x ray dan bisa melihat sangat jauh dengan akurat dan kemampuan ku yang satunya adalah aku memiliki photographic memory,” jawab sang pria.
“Begitu ya om,” balas Adrian bingung.
“Jadi om minta kamu harus hidup dan bahagia, kalau kamu sempat tolong cari istri om, kamu pasti mengerti kalau kamu menemukan orang yang memiliki jantungnya, karena kemampuan om pasti tidak akan berfungsi pada istri om sebab dia juga sama, kita pasangan bisu tuli dan buta, tapi tidak ada yang tahu loh kalau kita sebenarnya cacat hahaha,” balas sang pria.
“Tapi terakhir kenapa om ceraikan dia ?” tanya Adrian bingung.
“Ah...itu karena ada kesalah pahaman di antara kita berdua, itu sebabnya aku menyesal dan ingin minta maaf padanya, namun semua sudah terlambat, dia meninggal lebih dulu dari ku, jadi kalau kamu sempat tolong cari siapa yang menerima donornya dan katakan maaf padanya,” jawab sang pria.
“Nama om siapa ?” tanya Adrian.
“Nama ku Jimmy, salam kenal ya,” jawab Jimmy.
“Iya om, salam kenal,” balas Adrian.
“Nah sekarang kayaknya kamu harus bangun, sebab kamu sedang di periksa dokter,” ujar Jimmy sambil mendongak ke atas.
“Tapi aku masih bisa bertemu om kan ?” tanya Adrian.
“Mana bisa, aku sudah mati, aku hanyalah memori di jantung baru mu, jadi kita tidak akan bertemu lagi, tapi tidak usah khawatir, aku bersama kamu selalu seumur hidupmu, karena aku adalah jantung mu,” jawab Jimmy tersenyum.
“Prak,” ruangan terlihat retak, Adrian menjadi sangat kebingungan dan ketakutan, “prang,” seluruh ruangan runtuh seperti kaca yang pecah, “waaaaaaaa,” Adrian berteriak karena dirinya jatuh ke dalam kegelapan menuju titik cahaya yang semakin lama semakin membesar. Setelah menembus cahaya terang, Adrian membuka matanya,
“Whoaaah,”
Dia langsung kaget karena melihat wajah dokter berkepala tengkorak tepat di depannya yang ternyata juga kaget ketika melihat dirinya membuka mata.
“Aaaaaah....tolooong,”
Adrian memberontak, tangan dan kakinya bergerak memukul juga menendang kemana mana, dia melihat dokter di depannya sebagai tengkorak berjalan yang memiliki organ dalam dan bola mata,
“Aaaaa...ja..jangan makan aku....tolong....siapa saja tolong,”
“Tenanglah,”
Seorang perawat pria dan beberapa perawat wanita memegangi Adrian, namun dia tambah ketakutan dan semakin menjadi panik karena para perawat yang memegangi dirinya itu nampak seperti tengkorak hidup yang sedang memegangi dirinya. Adrian menoleh melihat ke kanan, dinding yang berada di kanan nampak tembus dan pandangan matanya sangat jauh menembus bangunan yang menghalanginya.
Melihat Adrian yang histeris dengan wajah nampak sangat ketakutan, akhirnya dokter mengambil jarum suntik dan menyuntik lengan Adrian dengan obat penenang agar Adrian tertidur. Adrian kembali pingsan dan tertidur, sampai beberapa jam kemudian, “ugh,” Adrian kembali membuka mata, dia menatap langit langit yang berbeda dari langit langit sebelumnya.
Dia menoleh melihat sekeliling, ternyata dia sudah di pindahkan ke kamar lain tanpa ada peralatan medis di dalamnya kecuali mesin ekg dan tiang infus. Tapi ketika dia ingin duduk, “grek,” Adrian mendongakkan kepalanya, dia melihat pergelangan lengan dan kakinya nya ikat ke ranjang sehingga dia tidak bisa bergerak.
“Ke..kenapa aku di ikat...hei...siapa saja, tolong,” teriak Adrian.
Seorang perawat membuka pintu dan masuk ke dalam, dia langsung menghampiri Adrian yang sedang menatap nya. Adrian melihat perawat itu nampak normal seperti manusia tidak seperti yang dia lihat sebelumnya.
“Sekarang kamu sudah tidak apa apa ?” tanya sang perawat.
“Tidak apa apa, kenapa aku di ikat,” jawab Adrian kesal.
“Maaf, tapi selama menjalani pemeriksaan kamu akan di ikat sementara,” balas sang perawat.
Tapi tiba tiba di atas kepala sang perawat muncul layar hologram kecil yang berisi tulisan, Adrian memicingkan matanya dan membaca tulisan di layar itu,
[Huh pake nanya lagi, pasien ga tau diri, kamu di ikat karena kamu tadi mengamuk di ruang icu tau, sekarang kamu berada di kamar isolasi yang kedap suara, jadi kalau mau berteriak silahkan teriak, dasar pasien merepotkan, aku benar benar benci pekerjaan ini.]
“Ada apa ? apa kamu lapar ?” tanya sang perawat tersenyum.
Adrian langsung menyadari kalau yang tertulis di layar hologram yang berada di kepala sang perawat adalah isi pikirannya dan dia langsung merasa mual, karena wajah sang perawat yang tersenyum cantik di depannya berbanding terbalik dengan pikirannya.
“Sudah sana pergi, aku merepotkan kan, sori ya tadi ngamuk, kalau benci pekerjaan ini cari kerjaan lain,” ujar Adrian ketus.
“Eh...kamu...bilang apa ?” tanya sang perawat yang kaget setengah mati.
Wajah sang perawat berubah, dia menyadari apa yang baru saja dia pikirkan dan kaget karena Adrian tahu apa yang di pikirkan nya, di tambah dia merasa bersalah karena menyinggung Adrian pasiennya.
“Ma..maaf,” ujar sang perawat.
“Hah maaf ? emang mba ngomong apa ?” tanya Adrian ketus dan nampak sekali dia tersinggung.
“Saya permisi dulu,” jawab sang perawat.
Langsung saja sang perawat lari keluar dari kamar meninggalkan Adrian sendirian, Adrian kembali merebahkan kepalanya, dia kembali menatap ke langit langit, kemudian dia mencoba memfokuskan matanya ke satu titik, ternyata dia bisa melihat menebus langit langit dan melihat suasana lantai atas.
“Wow...ternyata om Jimmy bener ya,” pikir Adrian dalam hati.
“Klap,” pintu ditutup, Adrian kembali mendongakkan kepalanya dan menoleh, dia melihat dokter yang sudah bukan tengkorak lagi masuk kemudian duduk di sebelahnya,
“Bagaimana perasaan mu sekarang ?” tanya dokter.
“Sudah baik dok, bisa tolong lepaskan ikatan saya, saya tidak nyaman seperti ini, saya tidak akan mengamuk lagi,” jawab Adrian.
“Ah ya, untuk sementara aku tidak melepas ikatan kamu dulu, tapi aku bantu kamu duduk,” ujar sang dokter.
Sang dokter berdiri kemudian dia menunduk di sebelah ranjang Adrian dan menekan sesuatu di bawah ranjangnya, ranjang Adrian menekuk dan membuat dirinya menjadi duduk.
“Terima kasih dok,” ujar Adrian sambil menoleh melihat dokter di sebelahnya.
“Sama sama, sebelumnya aku mau minta maaf,” ujar dokter.
“Kenapa dok ?” tanya Adrian.
“Dua bulan lalu, hanya berbeda beberapa hari ketika mendengar kabar soal orang tua mu, tiba tiba aku melakukan operasi transplant jantung untuk mu tanpa memikirkan perasaan mu yang saat itu sedang berduka, aku minta maaf,” jawab dokter.
“Tapi itu bukan salah dokter kan, kata dokter waktu itu karena dokter kebetulan menemukan jantung yang cocok untuk ku kan dan harus cepat di lakukan transplantasi sebelum terlambat,” ujar Adrian.
“Memang benar, aku sendiri kaget melihat kecocokan kamu dengan jantung itu mencapai angka 80%, tidak pernah terjadi sebelumnya dan aku menyebut nya keajaiban,” ujar dokter.
Adrian melirik ke kepala dokter yang menampilkan isi pikirannya di layar hologram kecil yang melayang di atas kepalanya. Isi tulisannya,
[Aku minta maaf karena waktu itu sebenarnya jantung itu sudah mati karena sudah berada di luar tubuh selama satu setengah tahun sebelum di bawa ke kita, tapi entah kenapa jantung itu hidup kembali dan menyatu sempurna dengan Adrian, ini memang keajaiban, tapi tetap saja aku tidak bisa berkata yang sebenarnya di tambah waktu itu dia sedang dalam posisi berduka akibat kematian ayah, ibu dan adik perempuan nya, tapi keajaiban ini adalah keajaiban kedua yang terjadi di rumah sakit ini.]
Adrian yang membaca pikiran sang dokter tersenyum, dia menoleh menatap sang dokter di sebelahnya,
“Terima kasih ya dok,” ujar Adrian sambil tersenyum.
“Oh...iya, sama sama, tapi untuk sementara kamu harus di sini dulu ya selama enam bulan sebab kita harus pantau kondisi kamu,” balas dokter.
“Aku tidak masalah dok, tapi....”
“Kalau soal biaya dan administrasi, kamu tidak perlu khawatir, terakhir ayah dan ibu mu kesini sebelum kecelakaan terjadi, mereka sudah melunasi semuanya dan meninggalkan deposit yang cukup besar untuk mengcover selama enam bulan ke depan, mereka juga menitipkan sesuatu untuk mu yang nanti akan kami berikan kalau kamu keluar dari sini,” ujar dokter memotong ucapan Adrian.
“Begitu ya dok,” ujar Adrian.
“Iya, jadi kamu tidak usah khawatir dan tenang tenang saja di sini, setelah itu kamu boleh kembali ke indonesia,” balas dokter.
“Baik dok, lalu boleh tanya dikit ga ?” tanya Adrian.
“Oh mau tanya apa ?” tanya dokter.
“Tadi dokter bilang kalau diriku ini keajaiban, apa ada yang sama seperti ku dok ?” tanya Adrian mengetes.
“Ada, satu setengah tahun lalu, kejadiannya sama persis dengan mu, sekarang pasiennya sudah kembali ke indonesia, kalau tidak salah di kota bandung,” jawab dokter.
“Gitu ya, lalu yang mendonorkan jantung ini ke saya siapa ?” tanya Adrian.
“Wah, saya tidak terlalu tahu soal itu, tapi jantung itu cocok dengan kondisi tubuh mu seperti seakan akan jantung itu memang untuk kamu, baiklah, saya periksa kamu dulu ya sebentar,” jawab dokter.
“Baik dok,”
Setelah itu dokter memeriksa Adrian, begitu selesai dokter keluar dari kamar dan meninggalkan Adrian sendirian dalam posisi duduk, dokter juga sempat melepaskan borgol yang mengikat tangan Adrian sehingga Adrian menjadi leluasa, Adrian menoleh melihat jendela, dinding di kamarnya menghilang dan dia bisa melihat suasana kota tanpa halangan. Adrian tersenyum dan air matanya mulai menetes, tiba tiba dia menyadari kalau dia menangis dan memegang matanya,
“Oh...aku menangis ? rasanya bukan....ini...om Jimmy ? (terdiam senjenak dan tangannya naik memegang bekas jahitan vertikal tepat di tengah dadanya) tenang ya om, aku pasti akan mencari orang yang membawa jantung istri om,” ujar Adrian.
Enam bulan setelahnya, Adrian yang sebelumnya kurus sekarang sudah kembali berisi dan nampak sehat, tubuhnya sedikit bertambah tinggi dan wajahnya yang semula tirus menjadi berisi sehingga dia terlihat tampan. Adrian berdiri di cermin, dia menatap wajahnya sendiri dan merapikan rambutnya yang berantakan, kemudian dia keluar dari kamar dan berjalan di koridor.
Hari ini dia akan meninggalkan singapura dan pulang ke jakarta. Dia berhenti di depan pintu bertuliskan spesialis jantung dan bedah dr Kelvin kemudian mengetuknya.
“Masuk,” teriak suara dari dalam.
Adrian membuka pintunya, dia melihat dokter Kelvin sedang melihat hasil ronsen dan duduk di mejanya. Ketika dokter menoleh dan melihat Adrian berdiri di pintu, dia langsung menaruh hasil ronsennya dan berdiri, dia membuka lacinya dan mengambil sebuah amplop coklat dari dalam lacinya,
“Maaf ganggu dok, saya mau pamit,” ujar Adrian.
“Iya saya tahu, sudah waktunya ya, baiklah, ini titipan dari orang tua mu,” ujar Kelvin sambil memberikan amplop coklatnya.
Adrian membukanya, isi amplop coklat itu rupanya adalah data data pribadi Adrian, mulai akte lahir sampai ijazah home schooling yang selama ini dia ikuti. Di dalamnya juga ada sertifikat sebuah apartemen di wilayah jakarta utara lengkap dengan kunci dan kartu akses nya, setelah itu ada sepucuk surat berisi rekening lengkap dengan kartu atm atas namanya dan sejumlah uang yang cukup banyak di dalamnya.
Mata Adrian mulai berlinang melihat isi amplop itu, Kelvin yang melihatnya memegang kemudian menepuk nepuk pundaknya.
“Aku tidak tahu alasan kedua orang tua mu meninggalkan amplop itu, kalau menurut ku, mereka mempunyai feeling kalau mereka akan meninggalkan mu sendirian sebelum terjadinya kecelakaan itu, jadi mulai sekarang, kamu harus hidup juga demi mereka,” ujar Kelvin.
“Aku mengerti dok,” balas Adrian.
“Oh satu lagi, aku merekomendasikan mu ke sekolah yang dekat dengan apartemen mu itu, kebetulan aku ada kolega di sana, jadi walau terlambat satu tahun, mulai sekarang kamu masuk kelas 10 sma ya di sana,” ujar Kelvin sambil memberi amplop putih yang dia ambil dari kantung jas dokternya.
“Oh gitu dok,” ujar Adrian menerima amplopnya.
Adrian melihat isi amplopnya, ternyata isi nya adalah kartu pelajar, rekap formulir pendaftaran dan sebuah kuitansi pembayaran. Selain itu, di dalam amplop juga ada tiket pesawat untuk dia kembali ke jakarta dan visa miliknya yang sudah di perbaharui.
“Sori ya, aku ngintip isi amplop itu minggu lalu,” ujar Kelvin sambil mengedipkan matanya.
“Tapi selama ini aku tidak pernah sekolah, walau ingin sih,” ujar Adrian.
“Tidak apa apa, belajar lah bergaul dengan siapa saja, toh buktinya di sini kamu tidak masalah kan,” balas Kelvin.
“Iya dok, saya mengerti,” balas Adrian.
Setelah itu, Adrian bersalaman dengan Kelvin kemudian keluar ruangan meninggalkan Kelvin sendirian, Kelvin kembali ke tempat duduknya dan menatap pintu,
“Huff...untung dia percaya kalau amplop itu dari orang tuanya, kasihan dia, paman nya mengantarkan seluruh data pribadi dia kesini dan minta kita mencabut alat bantunya ketika dia koma dua bulan setelah operasi, aku mengerti sekali manusia seperti paman nya itu, sudah pasti warisan Adrian di ambil semua oleh nya, untung saja pendonor jantungnya selain mendonorkan jantungnya juga menulis wasiat untuk menyerahkan harta bendanya kepada penerima donornya, jadi biaya dirinya selama di rumah sakit ini, apartemen yang sudah di balik nama menjadi namanya berdasarkan wasiat, tiket pesawat dan biaya sekolahnya sudah bisa tercover,” gumam Kelvin dalam hati.
“Kring,” telepon di mejanya berbunyi, Kelvin menekan intercomnya, seorang perawat mengatakan ada pasien yang ingin menemuinya, ketika perawat menyebut namanya,
“Oh bawa dia masuk ke dalam ruangan ku, bantu dia,” ujar Kelvin.
“Baik dok,” balas perawat.
Kemudian Kelvin duduk dengan santai dan menatap pintu sambil menunggu perawat membawa pasien nya masuk ke dalam ruangan,
“Oh ya, kalau ga salah dia juga gitu ya satu setengah tahun lalu, dia juga anak malang yang beruntung dan enam bulan kemudian dia percaya ketika ku bilang nenek nya yang meninggalkan amplop coklat yang ku berikan padanya, walau sebenarnya yang memberi adalah donatur jantung nya haha,” ujar Kelvin dalam hati.
“Klek,” pintu kantor Kelvin di buka, seorang perawat masuk mendorong sebuah kursi roda yang di atasnya duduk seorang gadis cantik yang tidak memiliki sepasang kaki.
“Halo dokter Kelvin, apa kabar,” sapa gadis itu.
“Halo Elsa, saya baik, bagaimana kabar mu,” balas Kelvin sambil berdiri.
******
Tiga jam kemudian, di bandara internasional, Adrian melangkah keluar dari terminal kedatangan, dia langsung naik taksi yang tersedia di bandara dan memasukkan tasnya ke bagasi. Setelah mengatakan tujuannya pada pengemudi, taksi pun meluncur pergi meninggalkan bandara menuju ke daerah jakarta selatan.
Sepanjang perjalanan, Adrian menatap keluar jendela dan melihat kota jakarta yang sudah berkembang sejak 2 tahun lalu selama dia di singapura dan di rawat. Sesekali dia mencoba melihat menembus gedung gedung tinggi dan tersenyum senyum sendiri,
“Udah 2 tahun ya, kangen rumah rasanya, walau jauh dari sekolah tapi ga apa apa lah, pulang dulu aja,” ujar Adrian.
1 jam kemudian, karena macetnya jalanan jakarta, taksi sampai di sebuah perumahan yang cukup mewah. Taksi berhenti di depan sebuah rumah besar yang nampak luas dari depan, setelah membayar dan mengambil tasnya dari bagasi, Adrian turun dan menatap rumahnya,
“Hehe masih sama ya,” ujarnya dalam hati.
“Silahkan pak,”
Karena mendengar suara, Adrian menoleh, dia kaget melihat seorang pria berkemeja membawa map bertuliskan “properti” melewatinya dan membukakan gembok pagar agar sepasang suami istri yang terlihat glamor agar masuk ke dalam. Adrian langsung menoleh dan melihat sebuah spanduk di pagarnya yang bertuliskan “Di jual,”
“Loh ? kok ?” tanya Adrian.
Namun belum sempat dia melangkah untuk menyusul orang orang yang masuk ke dalam rumahnya,
“Hei siapa kamu, jangan menghalangi jalan,” tegur seorang pria.
Adrian menoleh dan kaget melihat pamannya di dalam mobil yang juga kaget ketika melihat wajah Adrian. Sang paman langsung turun dari mobil dan berdiri di depan Adrian,
“Kamu Adrian ?” tanya sang paman.
“Iya om, aku sudah pulang, ini maksudnya apa ya ?” tanya Adrian sambil menunjuk ke spanduk bertuliskan di jual.
“Oh om ga tau kamu bakal pulang, waktu itu om pikir rumah ini kosong dan biayanya cukup besar kalau di pertahankan, jadi om memutuskan untuk di jual saja, tentu saja nanti duitnya om kasih kamu, om paling ambil komisi aja,” ujar sang paman.
Adrian menatap layar hologram kecil yang melayang di atas kepala sang paman kemudian membaca tulisan di dalamnya,
“Sial, kenapa juga ni anak pulang, bukannya dia harusnya udah ikut mati juga ya kayak ipar sialan gue dan ade perempuan gue, parah banget nih, mana ini rumah udah gue balik nama atas nama gue lagi, trus perusahaan ipar gue juga udah pindah tangan ke gue, bener bener cilaka nih, gue lagi perlu duit lagi buat gedein bisnis gue,”
Tangan Adrian mengepal, wajahnya mendadak menjadi merah karena marah dan menahan emosi tinggi, dia langsung menatap paman yang adalah kakak ibunya di depannya.
“Maaf ya om kalau gue masih hidup, emang sih dokter dokter bilang umur gue cuman sampe 15 tahun mungkin kurang, tapi asal om tahu aja nih, gue sudah ulang tahun ke 15 dan oktober nanti gue 16 tahun,” ujar Adrian marah.
“Eh..apa apaan kamu ? kok marah marah ?” tanya paman.
“Tenang om, gue tahu semuanya, rumah ini udah atas nama om kan, trus juga perusahaan papa juga udah om ambil kan, tenang aja om, gue ga marah, tapi liat aja, suatu hari nanti gue bakal balik nuntut om, ngerti om,” jawab Adrian marah.
“Ka..kamu ini bicara apa sih, mana mungkin om sejahat itu, om cuman ambil alih sementara karena kalau ga, siapa yang ngurus coba, kamu kan belum cukup umur dan lagi di rawat waktu itu, om khawatir tau,” balas paman dengan keringat mengucur deras.
Adrian menoleh lagi melihat layar yang sekarang tulisannya sudah berganti menjadi tulisan yang berbeda,
[Kok dia bisa tau sih, kaga mungkin, siapa juga yang kasih tau anak ingusan ini, kenapa sih dia ga mati aja, bikin gue susah doang, sekarang gimana nih cara ngusir dia lagian silahkan aja kalau mau nuntut gue, lo udah ga punya apa apa anak sial]
“Gue ga bilang sekarang om, tapi nanti kalo gue udah besar dan udah sukses, udah lah om, lo ga perlu cari cara buat ngusir gue, selamat bersenang senang memakai duit bokap dan nyokap gue, semoga kebawa duitnya ampe neraka,” ujar Adrian sambil melangkah pergi.
“Oi Adri...Adrian, tunggu,” teriak paman memanggil Adrian.
Adrian melangkah dengan cepat meninggalkan rumahnya, wajahnya terlihat sangat merah karena menahan emosi dan giginya gemeretak, kedua tangannya mengepal kencang. Dia terus melangkah sampai akhirnya sampai di pintu keluar komplek.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!