“Naraaa..!!” Suara panggilan yang menggelegar itu membuat seorang gadis cantik yang bernama Kinara cepat-cepat memakai sepatu sekolahnya.
Ya, Kinara yang mana sering dipanggil Nara itu merupakan sosok gadis kecil yang memiliki paras cantik dan postur tubuh yang menggoda jika dibandingkan dengan teman seusianya. Nara masih duduk dibangku kelas 3 SMA, ia harus cepat-cepat sebelum sang Kakak semakin marah nantinya.
Langkah Nara menuruni tangga harus sedikit berlari, ia melihat Noah yang menunggu dengan posisi tangan berkacak pinggang.
“Kau itu dari mana aja si? Lama banget!” Noah marah tentunya, Nara memang lamban dalam melakukan sesuatu hal.
“Maaf, Kak.. Tadi aku mencari_” Tiba-tiba saja tangan Nara ditarik secara paksa oleh Noah. Sudah pasti Nara hanya bisa merintih kesakitan, tubuhnya terhuyung mengikuti langkah kaki Noah yang sangat cepat.
“Cepat masuk!” Noah menyuruh Nara masuk dengan sedikit kasar, tidak ada kelembutan sama sekali.
Nara masuk dengan sedikit terburu-buru, ia melirik kearah Noah yang menutup pintu secara kasar. Sampai tubuh Nara tersentak kaget, tidak heran sebenarnya karna memang Noah memiliki sifat yang kasar kepada Nara.
Dulunya Noah ada sosok yang sangat menyayangi Nara, karna fakta berat membuat semua kasih sayang pria itu berubah seratus persen dengannya. Dimana Jack yang merupakan ayah kandung Noah mengatakan jika sebenarnya Nara hanyalah anak adopsi.
Hal itu yang membuat Noah memang sudah acuh tak acuh kepada Nara. Tapi, bagi Nara ada hal lain yang membuat Noah bertindak kasar dan terkadang melecehkan dirinya dengan ancaman yang membuat Nara pada akhirnya hanya diam pasrah.
“Pasang seatbeltmu itu!” Perintah Noah dengan sedikit bentakkan, mata tajam Noah menatap ke arah Nara yang bahkan bingung memasang seatbelt tersebut.
“Kau memang merepotkan, Nara..” Noah merebut paksa seatbelt itu dari tangan Nara, keduanya saling tatap satu sama lain. Nara menatap Noah dengan tatapan sendu sementara Noah menatap Nara dengan tatapan yang sangat tajam.
“Kau lamban dan tidak berguna! Coba pikirkan untuk apa kau hidup sebenarnya, selain merepotkan diriku saja..” Ucap Noah dengan sangat ketus kepada Nara.
Gadis kecil itu hanya meremas erat tali seatbelt sambil mendengarkan semua cacian dari Noah. Menyakitkan sudah pasti, tapi Nara tidak memiliki kemampuan apapun kecuali tetap menerima segala bentuk perlakuan kasar yang diberikan Noah.
Nara heran karna mobil yang ditumpangi Noah tidak mengarah pada sekolahnya. “Kak, ini bukan jalan menuju sekolahku..” ucap Nara yang mana spontan tangannya memegang lengan Noah.
Merasakan Nara menyentuh lengannya maka langsung saja Noah menatap tajam Nara. “Jangan sentuh aku!” Bentak Noah yang mana ia menghempas tangan Nara yang sudah berani menyentuhnya.
Nara merasa bersalah akan itu. “Maafkan aku, Kak. Kau mau membawaku kemana?” tanya Nara dengan sangat pelan, ia bahkan takut mau bertanya dengan sang Kakak.
Mobil Noah berhenti karena lampu merah menyala, pria itu langsung menatap kearah Nara yang juga menatapnya. Tangan Noah mengelus paha mulus Nara, melakukan usapan yang sangat lembut hingga membuat Nara merinding.
“Aku mau membawamu ke Kantor,” Jawab Noah akan pertanyaan dari Nara tadi.
Nara menjauhkan tangan Noah dari pahanya, tentu saja ia merasa risih dengan semua perlakuan itu. “Tapi, aku mau sekolah, Kak..”
“Ada aku peduli, Hem? Kalau aku ingin membawamu ke Kantor maka kau harus mau!” ucapnya dengan intonasi yang sangat tinggi hingga kedua mata Nara terpejam karna terkejut.
Lampu hijau menyala disaat itulah kembali Noah melajukan mobilnya. Tangan satunya memegang salah satu gunung milik Nara, ia meremas erat meskipun terhalang pakaian dalam.
“Ahhh.. Kenapa kau memakai benda itu ha?” tanya Noah dengan raut wajah kesal.
“Aku mau sekolah, Kak. Makannya aku_”
“Sudah diam jangan banyak bicara! Kepalaku sakit mendengar suaramu,” Hardik Noah yang mana langsung membuat Nara terdiam.
Susah payah Nara menahan tangisnya, apa lagi remasan Noah pada gunung kembarnya sangat kasar. Sampai Nara meringis kesakitan atau bahkan rasa lain, tapi Noah seakan tuli. Ia tetap melanjutkan meremas kuat tanpa memikirkan apapun, kecuali kepuasan hatinya.
Sudah seminggu berlalu semenjak fakta itu datang sikap Noah memang sangat berbeda dengan Nara. Pria itu selalu berprilaku kasar dan bahkan melecehkan Nara yang tidak berdaya.
“Jadi maksud Ibu kalau Nara adalah adik tiriku?” tanya Noah dengan tatapan dingin kepada sang Ibu.
“Iya, Noah. Tapi kau harus tetap menyayangi Nara dengan sangat baik, karna bagi kami Nara sudah seakan anak kandung sendiri.” Ucap Jack sembari tersenyum kepada Noah.
Noah melirik kearah Nara yang sebenarnya mengintip tanpa sepengetahuan Jack dan juga Clara. Wanita itu menangis tanpa suara dan Noah menyaksikan semua itu.
“Kau harus menjaga Nara dengan baik selama Ayah dan Ibu pergi ke USA, ayah butuh bantuanmu kali ini, Noah..” harapan Jack sangat besar kepada Noah.
Tentu saja di dalam hati Noah terus mengeluh, banyak sekali hal yang harus ia tanggungjawabkan.
“Berhenti bertindak kasar kepada Nara, kau tahukan seperti apa kehidupan apa yang menimpa dirinya.” ucap Jack sambil menepuk bangga pundak Noah.
Mendapati Noah yang mengangguk saja membuat Jack menjadi lega, ia segera pergi menemui Nara bersama dengan Clara.
~
Nara menjerit kecil disaat tangan Noah masih meremas miliknya, disaat ia mengingat tentang perbincangan keluarga tirinya itu ntah mengapa membuat Nara menjadi teramat sedih. Karena selama ini Nara selalu penasaran, kenapa ia tidak mirip dengan Clara.
Ternyata alasan terbesarnya karna Nara tidak anak kandung dari Clara dan Jack. Ia hanya anak adopsi dari panti asuhan, anak yang tidak tahu seperti apa wanita yang melahirkannya. Tapi, tidak perduli alasan apapun tetap saja Nara menyayangi keluarga tirinya selayaknya kandung.
“Pelan, Kak.. Itu sakit,” Rintih Nara disaat tangan Noah semakin kasar saja.
Noah menjauhkan tangannya, ia menatap Nara tajam karena wanita itu menangis ternyata. “Lagi lagi kau menangis, Nara.. Kau memang cengeng!”
Apa yang dikatakan Noah membuat Nara susah mati menahan tangisnya, ia tidak mau Noah marah hanya karna melihat dirinya menangis. Tangan Nara membekap mulutnya sendiri agar tidak terdengar suara tangisnya, tapi yang ada Nara tidak kuasa menahan semua rasa sedih yang ada.
“Aku bilang berhenti menangis, Nara!” Bentak Noah hingga membuat tubuh Nara tersentak kaget. “Berhenti menangis aku bilang, apa kau tidak dengar.. Hem!” Noah menatap tajam Nara yang berusaha untuk menahan air matanya.
Padahal yang Nara butuhkan disaat seperti ini adalah pelukan, tapi Noah tidak akan pernah melakukan hal itu padanya. Pada akhirnya Nara berusaha sekuat mungkin untuk tidak menangis, ia berusaha menahan buliran bening yang akan meluncur dimata indahnya.
Tangan Noah meremas erat dada Nara hingga wanita itu meringis kesakitan. Mobil sedan mewah milik Noah terparkir dihalaman Perusahaan Dawson Group. Nara lega karena tangan Noah sudah tidak memegang dadanya lagi, setidaknya rasa sakit itu sudah tidak ia rasakan lagi.
Tapi, semua harapan Nara itu sirna karna Noah mengarahkan dirinya untuk duduk di pangkuannya. “Patuhlah!” Perintah Noah dengan tatapan super tajam karna Nara kelihatan mau memberontak.
Nara memang pada dasarnya memang patuh kepada Noah maka langsung mengikuti kemauan pria tampan yang tidak memiliki hati itu. Disaat Nara sudah duduk manis di pangkuannya maka langsung saja tangan Noah meremas erat dua bongkahan milik. Nara dengan sangat kasar.
“Sial! Kenapa tubuhmu sangat indah, Nara!” Noah geram melihat keindahan yang dimiliki Nara, benar-benar tertata dengan indah hanya untuknya.
Nara menahan tangan Noah yang terus meremas dua gunung kembarnya. “Jangan sentuh aku!”
Seketika tangan Nara langsung menjauh, ia bingung harus memegang apa selain tubuh Noah bukan. Tanpa merasa kasihan sedikitpun langsung saja Noah melahap bibir merah delima milik Nara. Melakukan lumayan yang sangat kasar meskipun tidak ada balasan dari Nara karna wanita itu tidak tahu harus membalas dengan cara apa.
Tok.. Tok.
Suara kaca jendela yang diketuk membuat aktivitas dua manusia itu tertunda. Nara menunduk malu karna bibirnya diusap oleh tangan Noah.
“Kembali ke tempat mu tadi,” Suara Noah sangat dingin dan tidak ramah sekali.
Tanpa dibantu oleh Noah, Nara membenarkan seragamnya yang terlihat acak-acakan. Ia duduk kembali di bangku awal sambil memperhatikan Noah yang sedang meredakan tarikan napasnya.
“Ingat, jangan katakan apapun dengan orang yang menyapa dirimu!” Ancam Noah yang mana Nara angguki.
Noah membuka pintu mobil hingga terlihat wajah Daffa yang merupakan asisten pribadinya.
“Tuan, meeting dengan Pak Farid sebentar lagi. Sebaiknya Anda segera bersiap-siap,” ucap Farid dengan sangat serius kepada Noah.
“Hem,” Noah turun dari mobil begitu pula Nara. Sebagai seorang yang sudah lama mengenal Noah tentu saja Daffa tidak akan hal apa yang membuat Nara malah pergi Perusahaan bukan ke sekolah.
Semua karyawan menatap penuh benci kepada sosok Nara yang berjalan di samping Noah. Memang setiap orang yang melihat Nara meskipun dia terlahir sebagai anak adopsi dari keluarga kaya tapi tetap saja ada orang-orang yang benci dengan sosok Nara yang lemah itu.
Nara terus berjalan mendekati Noah yang bahkan tidak terlihat sama sekali rasa pedulinya dengannya. Tapi, bagi Nara bersama dengan Noah ia merasa aman. Setidaknya Noah adalah Kakaknya sendiri meskipun terkadang melakukan tindakan kasar.
~
Pintu lift terbuka menuju ruangan Noah yang berada di lantai atas, kala Noah masuk kedalam ruangannya rupanya ada orang yang sudah duduk manis disana.
“Hei keponakanku..” Sapa Rendi, ya adik dari Mama Clara yang merupakan sosok wanita yang melahirkan Noah bukan Nara.
Melihat Rendi membuat Nara menjadi takut, ia langsung memegang tangan Noah meskipun mendapatkan tatapan tajam dari pria itu. Tapi, Nara tidak perduli. Ia ingin mendapat perlindungan dari Noah, ia tidak mau dekat dengan Rendi yang memiliki pandangan sangat cabul kepadanya.
“Paman sedang apa di ruanganku?” tanya Noah dengan nada ataupun ekspresi wajah yang tidak ramah sama sekali.
Rendi yang memang tahu dari awal kalau memang Noah memiliki sifat yang dingin terlihat biasa saja. Menikmati permen yang ada di meja Noah sambil menatap intens Nara yang bersembunyi dibelakang Nara.
“Kenapa kau malah membawa adikmu ke Kantor, Noah? Bukankah dia harusnya sekolah?” Malah Rendi mengalihkan pertanyaan Noah dengan pertanyaan balik.
“Aku rasa hal seperti ini bukanlah urusan paman sama sekali,” jawab Noah begitu saja, ia mengarahkan Nara untuk duduk berhadapan dengan Rendi disofa.
Padahal Nara sudah menggelengkan kepalanya kepada Noah untuk jangan membiarkan dia duduk berhadapan dengan pria tua itu.
“Tidak apa, Nara.. Dia Pamanmu.. Tidak akan mungkin menyakiti, bukankah begitu, Paman?” tanya Noah kepada Rendi yang tersenyum manis.
“Itu benar sekali, ah kau membuatku menjadi tidak nyaman saja, Noah. Sebaiknya aku mau kembali ke ruangan Manager dulu,” Rendi pamit pergi karna disanalah pria itu bekerja.
Kepergian Rendi langsung saja Noah menghela napas panjang, menatap ke arah Nara yang terlihat menunduk meremas erat rok abu-abunya.
“Dengar, Nara..” Seketika Nara langsung melihat kearah Noah. “Jangan dekat-dekat dengan Rendi, dia itu cabul.” Peringatnya.
“Baik, Kak..” Nara merespon seadanya saja, ia melihat dengan baik Noah yang kembali berbicara dengan Daffa.
Sebenarnya Nara tidak tahu apa gunanya dia dibawa ke tempat seperti ini kalau hanya untuk diam merenungkan segala nasibnya. Tapi, Nara sangat takut untuk bertanya dengan Noah. Pria itu akan marah dan menampilkan ekspresi wajah yang menyeramkan pastinya.
“Kau tetap disini, jangan lupa kunci pintu ruangan ini, Nara. Jangan biar siapapun orang masuk,” ujar Noah yang Nara angguki mantap dengan tatapan lugunya.
Noah mendekati Nara, meraih tangan wanita itu hingga bangkit. Tangan Noah melingkar pada pinggang ramping Nara, membuat wajah cantik itu mendongak kearahnya.
“Aku heran.. Kenapa setiap pria yang melihatmu selalu berpikir kotor..” ucap Noah yang sebenarnya Nara juga tidak tahu akan itu.
“Darah memang tidak pernah menipu,” Kata Noah lagi, tentu alis Nara sampai mengkerut karna tidak mengerti dengan apa maksud yang dikatakan Noah itu.
Tangan satunya milik Noah menangkup wajah cantik Nara, ia melumat secara kasar bibir Nara meskipun wanita itu sedikit susah membalasnya.
“Emmm..” Tangan Nara bingung harus memegang apa disaat seperti ini.
Andai Noah tidak marah kalau disentuh pasi Nara akan memegang tangan pria itu. Tapi, hal seperti itu tidak pernah diizinkan oleh Noah.
“Kau cantik disaat sehabis aku cium begini,” ujar Noah sembari tersenyum sinis kepada Nara yang hanya diam saja.
Bahkan dihadapan Daffa tanpa malu Noah melakukan semua itu, ia hanya memikirkan keinginan saja. Siapa yang bisa mengatur dan melarang Noah? Ayah dan Ibunya saja angkat tangan kalau soal itu.
Nara bingung harus melakukan apa sedari tadi, ia hanya diam memainkan ponsel miliknya. Terkadang juga menonton televisi yang sangat membosankan, pada akhirnya Nara sangat lapar sekarang. Karna terburu-buru takut Noah marah sampai Nara melewatkan sarapan paginya.
Tiba-tiba Nara teringat dengan kata Noah sebelum pergi meninggalkan dirinya tadi. “Kalau membutuhkan sesuatu hubungi Daffa dengan telpon genggam itu,” Itulah yang dikatakan sang kakak beberapa waktu yang lalu.
Nara langsung menuju meja kerja milik Noah, ia melihat ada foto keluarga kecil mereka disana. Dimana disaat itu Nara merasa sebagai anak yang paling bahagia, disayang oleh kedua orang tuanya dan juga Noah.
“Loh.. Nara kan lapar bukan mau sedih-sedih,” Nara tersadar.
Tapi, disaat Nara ingin mengambilnya telpon genggam itu malah terdengar suara pintu terbuka. Nara kira kalau mungkin saja sang Kakak, ternyata salah.
“Kakak_” Senyuman Nara memudar disaat melihat sosok pria asing yang menatapnya serius.
“Hai, Nara!” Sapa pria asing itu yang mungkin saja usianya sangat sama dengan Ayah Jack.
Perlahan kaki Nara mundur karna pria tua itu terus berjalan kearahnya. “Aku tidak tahu kalau Tuan Dawson membawa adiknya ke tempat ini,” ucap pria itu.
Pria tua itu adalah Farid, sosok musuh bebuyutan bagi Noah tidak bagi Jack. Sistem bekerja dari Noah dan Jack sungguh berbeda, kalau Jack terkenal dengan kelembutan. Lain dengan Noah yang terkenal sadis dan tidak mengenal ampun, hal itu yang membuat perusahaan Dawson grup ditakuti siapapun yang mendengar namanya.
“Jangan takut, Nara.. Aku ini teman Kakakmu,” Kata Farid yang kini sudah menarik tangan Nara agar tidak menjauh darinya.
“Aku tahu seperti apa hubunganmu dengan Noah, kau diperlakukan secara tidak_”
“Jangan macam-macam, Paman. Kalau Kakakku tahu apa yang kau lakukan ini maka pasti kau tidak akan_”
“Tidak akan apa, Nara.. Tenanglah, kau ini mudah sekali marah,” Farid memotong pembicaraan Nara, ia tersenyum melihat gadis memakai seragam sekolah itu.
“Hahaha.. Betapa liciknya Noah itu, bukannya mengantarmu ke sekolah malah ke kantornya untuk belaian bukan?”
Kedua mata Nara melotot sempurna mendengar apa yang Farid katakan. “Sudalah, apa salahnya aku juga menikmati tubuhmu!” Farid menarik paksa tangan Nara yang terus memberontak.
“Lepaskan!” Nara terus berteriak histeris, apa lagi disaat tangan Farid sudah memegang kedua pahanya hingga Nara merasakan merinding sekujur tubuh.
“Lepaskan adikku, Farid!” Suara Noah yang menggelegar itu membuat Nara langsung berlari kearah sang Kakak.
Nara lega sudah ada Noah, setidaknya ia akan aman dari orang-orang yang jahat. Nara bersembunyi dibelakang tubuh Noah, ia memegang tangan pria itu dengan sangat erat. Dapat Noah rasakan jika Nara gemetar ketakutan, hingga tanpa ragu menyentuh tangannya.
“Apa yang dia lakukan padamu, Nara.. Katakan saja padaku.”
Farid tertawa kencang melihat interaksi Noah kepada Nara. “Berhenti munafik, Noah. Kau tidak akan bisa menipu aku, jangan kau kira aku tidak tahu.. Kalau adikmu yang sexy itu binal. Dia yang menggodaku dulu,” ucap Farid tanpa malu sedikitpun.
Tentu saja Nara langsung menggelengkan kepalanya cepat kepada Noah. “Tidak, kak, tidak! Dia yang telah melakukan hal macam-macam padaku, Kak! Aku tidak bohong!” Nara membantah semua yang dikatakan Farid itu.
“Nara..” Panggil Farid hingga Nara maupun Noah menatap kearah pria tua itu. “Kau yang mengajak Paman untuk berciuman bukan, bahkan tanganmu yang memaksa tanganku ini untuk menyentuh pahamu..” Ujar Farid lagi.
Nara menangis mendengar apa yang Farid katakan, menatap serius kearah Noah yang masih menatap tajam Farid dengan sangat dingin. “Kak, percayalah padaku. Dia yang duluan menyentuh pahaku, Kak..” Bantah Nara lagi kali ini ia sampai menangis deras.
Farid tetap mengatakan ini itu yang tidak tidak kepada Noah intinya menuduh Nara atas segalanya.
“Diamlah, Nara!” Sentak Noah meskipun dengan nada yang sangat dingin tapi sudah berhasil membuat Nara tertegun takut.
Tangan Nara yang sedari tadi memegang lengan Noah seketika menjauh, ia pasrah kalau sang Kakak lebih mempercayai perkataan Farid.
“Farid.. Aku tahu seperti apa kehidupan mu, kau hanya Pria tua yang tidak berguna. Setiap malam hanya menghabiskan waktu dengan para wanita murahan bukan?”
Apa yang dikatakan Noah hanya mendapatkan decakan sebal saja dari Farid. “Apa maksudmu, Noah?”
“Aku memiliki semua bukti bahwa kau telah melakukan hal tidak senonoh pada Nara, dan laporan itu akan sampai ke kantormu sebentar lagi.” ucap Noah yang mana langsung membuat Farid terkejut.
“Sialan kau, Noah!” Maki Farid.
“Sebaiknya segera pulang ke Kantormu, tunggu saja apa yang akan aku lakukan pada hidupmu karna sudah berani melakukan hal seperti itu kepada Nara!” Hardik Noah, ia menatap tajam Farid yang juga menatapnya tak kalah tajam.
“Sialan! Lihat saja.. Aku akan tindakan tidak sopan mu itu kepada Jack,” Ancam Farid yang mana Noah tidak perdulikan itu sama sekali.
Sebelum Farid keluar dari ruangan Noah, ia menyempatkan menatap tajam Nara lalu pergi begitu saja. Nara menghela napas lega, tapi semua itu sirna karna menemukan tatapan yang sangat tajam dari Noah.
“Katakan bagian mana saja yang sudah disentuh bajingan itu!” Noah menarik tangan Nara untuk duduk disofa. Nara duduk, ia bingung harus menjelaskan dari mana.
“Disini, Kak..” Tangan Nara menunjukkan kearah kedua pahanya lalu tangannya.
Terlihat sekali kalau Noah tidak suka dengan kenyataan itu, ia menatap tajam Nara yang hanya menunduk. “Sudah aku katakan untuk mengunci pintu bukan? Apa kau lupa, ha?!” Noah murka.
“Seluruh bagian tubuhmu adalah milikku, tidak ada boleh siapapun menyentuhnya selain aku!” Noah murka lagi, bahkan suara kemarahannya terdengar di seluruh ruangan.
Nara diam saja karna takut, apa lagi disaat Noah membanting semua barang-barang yang ada. “Kau tidak berguna, Nara!”
Berusaha sekuat mungkin Nara untuk tidak menangis, apa yang Noah katakan benar-benar menyakiti hatinya. Tapi, setidaknya karna pria itu ia aman dari Farid yang cabul itu.
“DAFFA!!” Panggil Noah dengan teriakan yang mana membuat Nara semakin takut.
Sang pemilik nama langsung muncul. “Ada apa, Tuan?
“Urus semua masalah Farid, buat dia merasakan penyesalan yang luar biasa karna sudah berani menyentuh milikku!” perintah Noah yang langsung Daffa angguki.
Kepergian Daffa langsung Noah kembali fokus pada Nara, ia berjalan maju mendekati wanita itu yang menatapnya penuh takut.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!