NovelToon NovelToon

Selalu Salah Pilih Suami

BAB 1

"Papa ini mengarahkan kamu ke hal baik, supaya nanti ke depan nya kamu tidak salah jalan!" suara lantang menggelegar itu membuat seisi rumah terdiam, hanya satu orang yang berani menjawab nya.

"Aku tidak ingin di atur soal pekerjaan, aku ingin bekerja di Bali dengan teman ku. Nanti jika aku ingin melanjutkan salah satu usaha papa baru aku akan melakukan nya atas kemauan ku sendiri bukan kemauan papa!!" pekik Lizda menantang papa nya Marco Syailendra pengusaha terkenal di bidang otomotif.

Bengkel mobil yang sudah memiliki beberapa cabang di beberapa kota dan penjualan mobil-mobil second adalah usaha dari papa Lizda. Ekonomi mereka jauh dari kata kekurangan, bisa di katakan mereka sangat berkecukupan.

"Pa, sudah lah biarkan saja kalau dia mau merantau ke Bali. Nanti juga kalau tidak betah dia akan balik sendiri," ucap Maryam ibu tiri Lizda dengan ketus.

Lizda memalingkan muka nya dan beranjak pergi ke kamar untuk berkemas. Alasan Lizda ingin merantau adalah dia masih belum bisa menerima keadaan di rumah nya. Papa dan Mama kandung nya bercerai sudah 8 tahun yang lalu saat usia nya 15 tahun, tetapi dia masih belum bisa menerima ibu tiri nya itu.

*

*

"Hey, diam saja dari tadi aku perhatikan." seseorang menepuk pundak Lizda di tengah lamunan nya.

Lizda yang sedang duduk di pinggir pantai sembari membayangkan kejadian dua bulan lalu saat dirinya akan meninggalkan rumah pun terkejut. Ternyata itu Nini, teman dekat Lizda yang memaksa nya pergi ke Bali bersama.

"Kamu ini mengagetkan ku saja, Ni. Ada apa?" sahut Lizda.

"Kamu masih kepikiran sama keluarga mu? Sudah lah, menurutku hal biasa merantau meninggalkan orang tua ketika kita sudah beranjak dewasa. Lagian dia juga bukan ibu kandungmu. Kamu kan anak broken home sama seperti ku," Nini selalu memberikan kata-kata seperti itu.

"Sebenarnya jika di lihat aku juga tidak punya masalah secara pribadi ke ibu tiriku itu,"

"Sudah sudah jangan di bahas, aku itu mau mengenalkan mu dengan temanku. Lihat laki-laki yang sedang membawa minuman ke sini, ganteng bukan?" tunjuk nya ke laki-laki berpostur tinggi, kulit nya putih bersih terlihat tampan.

Laki-laki itu mendekat ke arah Lizda sembari membawa minuman dan tersenyum. Tampang palyboy sangat melekat di dirinya.

"Ini aku belikan minuman dingin." laki-laki itu menyodorkan es kelapa muda dari kafe dekat pantai.

Lizda menerima nya dengan tersenyum lalu mengulurkan tangan nya ke laki-laki itu "Aku Lizda,"

"Daniel," jawab nya singkat. Daniel menatap Lizda dengan tatapan tajam, memperhatikan dari atas ke bawah penampilan Lizda. Hal itu sedikit membuat Lizda tidak nyaman karena tampang nya yang mesum.

Mereka bertiga sempat berbincang terkait pekerjaan masing-masing. Daniel berasal dari satu kota yang sama dengan Lizda dan Nini.

Daniel dan Nini memang sudah lebih dulu berteman sejak sekolah, jadi mereka terkesan memang lebih akrab.

Hari mulai malam Lizda dan Nini pulang menuju ke kost, mereka tinggal bersama. Berbeda dengan Daniel yang enggan pulang saat itu. Lizda juga tidak menanyakan alasan dia masih ingin berada di pantai malam hari.

"Aku berencana menyuruh Daniel untuk kost di samping kamar kita saja, jadi kalau kita butuh apa-apa kan enak," cetus Nini di perjalanan.

"Hah untuk apa kita kan ada motor mau kemana-mana tinggal pergi saja. Aku kurang nyaman kalau nanti nya dia sering berkunjung ke kamar kita!" sahut Lizda dengan suara samar menyatu dengan angin akibat mengendari motor.

"Aku tidak dengaaarr... Pokoknya mulai lusa dia akan pindah ke samping kamar kita, aku ingin menjodohkan dia dengan mu," teriak Nini.

Sesampainya di kost, Nini setengah memaksa Lizda untuk dekat dengan Daniel entah apa yang dia rencanakan. Sedangkan Lizda terlihat belum menemukan kecocokan di antara mereka.

"Ihh!! Gimana mau kan kamu pacaran dengan Daniel?" ucap Nini mendekat ke arah Lizda yang sedang memakai skincare sebelum tidur.

"Apa sih ini kan baru hari pertama ketemu, aku belum suka sama dia. Lagian kenapa kamu maksa aku sih?" Lizda mengernyit.

"Aku cuma ngga pengen kamu jomblo, Liz."

"Kamu aja lah yang pacaran sama dia, kan kamu sudah kenal dekat juga." jawab Lizda sembari menepuk pundak Nini.

"Dia saja minta aku untuk kenalin ke cewek lain," ucap Nini meruncingkan bibir nya.

***

Dua hari berlalu sejak pertemuan pertama itu...

Lizda yang lelah setelah lembur di kantor ingin segera merebahkan diri nya di kasur, kamar nya berada di lantai 2 paling pojok. Dia melihat kamar di dekat tangga lantai 2 terbuka saat dirinya hendak lewat.

"Siapa juga yang bersih-bersih sampai malam begini." gumam nya sembari mencuci tangan di wastafel umum yang ada didekat tangga setiap lantai.

Dengan cuek dia hanya melewati kamar itu tanpa menoleh sedikitpun.

"Hey, nyelonong aja sih?!" suara tidak asing memanggil diri nya. Lizda pun membalikkan badan nya untuk melihat apa suara itu benar memanggil nya atau bukan. Karena hanya dia yang lewat saat itu.

"Lho kamuuu..." jari nya menunjuk ke arah laki-laki itu, ya betul itu Daniel.

"Baru kali ini aku di cuekin sama wanita, hemmmm." Daniel mengernyit.

"Katanya kamu pindah di sebelah kamar ku, ternyata ada di ujung dekat tangga," seru Lizda.

"Iya aku lebih suka di sebelah sini. Sini lah lihat-lihat kamar ku atau bantu aku membereskan kamar," ucap Daniel. Karena merasa tidak enak Lizda mendekat ke kamar Daniel untuk melihat dan sedikit membantu nya.

Sambil bercakap Lizda membantu Daniel menata baju-baju nya ke dalam lemari. Setelah cukup lama berbincang Lizda berpikir bahwa Daniel tidak seburuk itu. Ternyata dia anak yang baik dan asik untuk di ajak berbicara.

"Kamu yang pindahan tapi merepotkan orang lain." cetus Lizda yang masih menata baju-baju Daniel.

"Apa kamu bilang?" Daniel mendekat ke arah Lizda yang duduk di pinggir kasur dan menggelitik bagian perut nya.

Lizda yang kegelian berusaha menghindar hingga tubuh nya terjatuh di kasur dengan posisi terlentang. Daniel yang melihat itu bukan nya mundur justru semakin mendekat dan terus menggelitik nya.

"Cukup cukup ini geli sekali," Lizda tertawa terbahak-bahak.

Daniel justru menindih dengan badan nya agar Lizda tidak lolos. Seketika keadaan nya menjadi canggung, tanpa disadari tubuh Daniel sudah berada di atas Lizda. Harum wangi tercium dari tubuh Daniel membuat Lizda membeku sejenak.

Daniel mendekat, semakin mendekat dan bibir mereka pun menyatu bercium*n, laki-laki itu lihai memainkan lidah nya mengoyak seluruh bibir Lizda. Nafas yang terengah-engah menandakan hasrat mereka sudah naik...

"Emmmhhh" suara des*han Daniel membuat Lizda merinding....

BAB 2

Tersadar seketika dengan apa yang dia lakukan, Lizda segera menjauhkan diri nya dari Daniel saat itu juga. Dia mendorong Daniel sangat kuat hingga tubuh Daniel tersungkur.

"Maaf, aku rasa yang kita lakukan adalah sebuah kesalahan." berlari keluar kamar Daniel.

"Lizzz, hey!!!" seru Daniel memanggil nya.

Brakkk!!

Suara Lizda menutup pintu kamar dengan kencang.

"Bodoh, kenapa kamu bercium*an sama laki-laki yang jelas bukan pasangan mu." ucap Lizda sembari memukul-mukul kepala nya.

Dia duduk di kasur menyikap kedua lutut nya membayangkan kejadian tadi, tidak di pungkiri dia merasa degup jantung nya kencang sekali saat Daniel mencium nya. Perasaan yang belum pernah dia rasakan sebelum nya.

Tok Tok Tok

"Lizzz!!" terdengar suara Nini mengetuk pintu memanggil nya. Lizda beranjak dari kasur dan membukakan pintu dengan wajah panik.

"Kenapa kamu?" tanya Nini yang baru saja pulang.

"Engga, nggak kenapa-kenapa. Kamu dari mana sih baru pulang?" Lizda mengalihkan pembicaraan agar Nini tidak curiga padanya. Meskipun dia berpikir Daniel bisa saja bercerita ke Nini karena mereka sangat dekat.

"Oh aku habis ketemuan sama orang." jawab Nini tersenyum.

"Kamu ini nggak ada takut nya kenalan-kenalan sama orang baru. Ini di kota orang lho, hati-hati lah jaga dirimu," jawab Lizda ketus yang tidak di dengarkan oleh Nini.

Mereka memang masih muda namun untuk pergaulan sebenarnya Lizda ini lebih terjaga dari pada Nini. Sedari sekolah Nini ini sudah terkenal suka gonta-ganti pacar. Tapi yang Lizda lihat bukan dari sudut pandang tersebut, Nini sudah berteman dengan Lizda sejak kecil rumah mereka juga berdekatan dan selama berteman Nini selalu ada untuk Lizda.

***

Prang!

Suara barang jatuh yang membuat seisi ruangan menghadap ke sumber suara tersebut.

"Lizdaaaaa." teriak atasan Lizda yang bernama bu Ima, terkenal dengan sebutan si perawan tua garang.

"Kamu ini kerja ga becus! Ini barang baru yang akan di jadikan display di toko utama kita. Kalau jatuh begini gimana coba? Barang ini harus segera di kirim ke toko. Pokoknya kamu harus ganti rugi." seru nya lagi sembari menggebrak meja.

"Maafkan saya, Bu. Saya tidak sengaja, bagaimana cara saya mengganti barang ini sangat mahal?" lirih Lizda.

"Mau di potong dari gajimu atau kamu segera berikan uang itu ke saya secepatnya." ucap nya lalu pergi.

Lizda menangis meninggalkan kantor nya saat itu juga, dia ada di dalam situasi amat bingung dan ketakutan. Dia tidak mungkin meminta uang kepada orang tua nya. Tak ada tujuan lain selain pulang ke kost, meratapi kesalahan nya hari ini.

Sesampainya di kost dari kejauhan Lizda sudah melihat Daniel yang akan naik ke tangga. Dia berusaha untuk menghindari laki-laki playboy itu.

"Lizz..." teriak nya.

"Ah sial ternyata dia sudah melihat ku, kenapa dia harus muncul di saat hari buruk ku," gumam nya lalu berbalik tersenyum ke arah Daniel.

"Lho habis nangis kamu? Tumben jam segini sudah pulang kantor?" tanya nya dengan wajah khawatir.

Lizda enggan menjawab nya karena menurutnya tidak berguna cerita ke orang lain. Keteledoran nya akan memalukan jika orang lain tahu. Lizda memilih naik ke lantai dua tanpa sepatah kata pun.

"Hey, cerita lah sama aku. Itu akan sedikit mengurangi beban mu, siapa tahu aku bisa bantu." Daniel menarik tangan Lizda.

"Cerita di kamar mu saja, nanti kalau di sini terdengar banyak orang," sahut nya cepat.

Mereka pun menuju lantai dua ke kamar Daniel. Baru saja meletakkan bokong nya di karpet kecil yang ada di dalam kamar itu, Lizda sudah menangis sesenggukan...

"Coba ceritakan pelan-pelan." ucap Daniel seraya memeluk Lizda yang sedang menangis.

Lizda mulai menceritakan semua yang di alami hari ini, perusahaan nya merupakan perusahaan elektronik besar yang ada di seluruh Indonesia. Namun atasan nya tidak cukup baik kepada dirinya, mengganti barang senilai jutaan terasa berat untuk Lizda saat itu.

"Tenang, kamu bisa pakai uang ku dulu. Tidak usah memikirkan kapan akan di ganti yang terpenting kamu masih bisa bekerja di sana," cetus nya.

"Benarkah? Kalau tiba-tiba kamu butuh uang nya bagaimana?" tanya Lizda lagi memastikan.

"Pakai saja, nanti kamu bisa kirimkan nomor rekening mu aku akan transfer uang nya," jawab nya, Lizda yang senang mendengar hal itu tiba-tiba saja memeluk Daniel dan mengucapkan terima kasih.

***

"Selamat pagi, Bu. Permisi, saya mau membayar ganti rugi atas kelalaian saya dalam bekerja." Lizda mengetuk pintu di ruangan bu Ima.

Setelah atasan nya menyuruh nya masuk mereka sempat berdiskusi dan akhirnya Lizda mendapat satu kali kesempatan lagi untuk bekerja. Tapi jika dia melakukan kesalahan fatal lagi maka perusahaan akan memecat nya.

Tak lupa dia mengirimkan pesan ke Daniel untuk memberinya kabar.

"Terima kasih atas pertolongan mu, aku masih di beri kesempatan untuk bekerja lagi. Aku berencana mengajak mu makan malam, kamu bisa?"

"Oke." jawaban singkat dari playboy itu. Semua tentang nya selalu membuat Lizda penasaran, balasan pesan nya singkat namun berbeda sekali saat bertemu.

Jam pulang kerja pun datang...

Lizda mengendarai motor nya menuju tempat makan yang sudah di tentukan. Daniel terlihat sudah tiba di sana lebih dulu. Daniel sudah memesankan menu makanan tanpa bertanya pada Lizda, bagi Lizda itu bukan suatu masalah.

Hanya ada satu hal yang mengganjal di pikiran nya...

"Eh maaf kalau aku lancang. Boleh aku tahu apa pekerjaan mu seperti nya kamu belum bercerita,"

"Aku apa aja di kerjakan, bisa di bilang serabutan. Kenapa hal itu membuat mu ilfeel kah?" Daniel melontarkan pertanyaan balik ke Lizda.

Lizda menggelengkan kepala nya "Hanya penasaran saja,"

"Ya apapun yang menghasilkan uang aku lakukan, tenang aku bukan pemb*nuh." jawab nya sembari tertawa meledek.

Hubungan mereka semakin lama semakin dekat semenjak kejadian yang menimpa Lizda itu. Apalagi kamar mereka berdekatan. Sudah tidak ada rasa canggung mereka mengunjungi kamar satu sama lain.

Hingga akhirnya sesuatu yang tidak di inginkan terjadi...

BAB 3

"Hahaha lucu sekali film nya, ternyata selera mu menonton film sangat bagus. Aku suka genre komedi gini," ucap Lizda yang sedang duduk di depan televisi yang ada di kamar Daniel.

Kegiatan mereka selama berpacaran juga tidak monoton, selain makan dan jalan bersama menonton film adalah salah satu hal kesukaan mereka. Daniel dan Lizda banyak mengalami first impression di dalam hubungan nya.

Daniel hanya tersenyum kecil menatap Lizda tak menanggapi ucapan nya.

"Eh kamu kenapa? Bosen sama film nya?" tanya Lizda.

"Nggak, kamu cantik!" ucap nya lirih di telinga Lizda lalu mengecup nya. Lizda terpaku dengan sikap Daniel saat itu, wajah nya mulai memerah dan jantung nya terpacu cepat.

Mereka mulai berci*man layak nya sepasang kekasih yang di mabuk asmara. Lama kelamaan ciuman itu menjalar ke seluruh tubuh Lizda.

"Sayang, stop. Aku masih perawan jangan sampai kita kebablasan." tangan Lizda menghentikan Daniel yang sedang mencumb* nya.

Berbeda dengan Lizda yang masih polos, Daniel ini sudah ahli nya di ranjang. Dia sudah menceritakan ke Lizda selama pacaran dengan siapapun dia menormalkan hubungan badan. Awalnya memang Lizda sulit menerima hal itu, tapi sikap Daniel yang manis setiap hari nya membuat dia melupakan nya.

"Sedikit saja kamu harus coba, aku tahu kamu menginginkan nya. Kamu itu hanya takut," ucap Daniel.

Lizda menggigit bibir nya antara rasa takut dan penasaran jadi satu, lalu goyah juga prinsip nya untuk tidak berhubungan badan sebelum menikah.

"Lihat kamu sudah basah di sini." Daniel benar-benar jago melakukan nya, baru awalan saja sudah membuat Lizda mencapai puncak nya.Darah segar yang keluar mendadakan mahkota Lizda sudah hilang ke laki-laki yang di cintai nya itu.

"Tenang, sakit nya akan hilang sebentar lagi." ucap nya setelah puas menggauli pacar nya. Kecupan di kening di darat kan nya untuk menenangkan.

Tengah malam Lizda tidak bisa tidur terus-terusan membolak balikan badan nya membuat Nini terbangun.

"Kamu kenapa? Mentang-mentang besok hari libur jadi ngga bisa tidur ya," tanya Nini.

"Kepikiran sesuatu," jawab Lizda.

Nini pun bangun dari tidur nya dan setengah duduk menyenderkan tubuh nya di tembok, dia seperti siap mendengarkan Lizda yang akan bercerita.

"Emm, aku malu sebenarnya cerita karena ini aib bagi ku." Lizda menggigit kuku nya menandakan dirinya cemas.

"Apa? Kamu sudah di tiduri oleh Daniel?" celetuk Nini sambil mengucek mata nya.

Lizda yang kaget dengan jawaban Nini seolah dia sudah tahu itu pun terdiam. Mungkin bagi Nini itu adalah hal biasa, Nini dan Daniel untuk soal pergaulan tidak perlu di tanyakan. Mereka hidup seperti tidak ada batasan.

"Ya sudah lah yang penting kamu tidak hamil anak nya." jawab Nini lalu kembali tidur. Ekspresi Nini saat itu tidak bisa di tebak atau pun di artikan.

Hingga waktu menunjukan pukul lima pagi...

Lizda yang masih terjaga ingin keluar kamar untuk menghirup udara pagi. Diri nya duduk di balkon kost melamun memikirkan kejadian semalam.

Tiba-tiba melihat sosok Daniel yang baru saja pulang dengan keadaan sempoyongan.

"Aku tahu kamu kerja di bar, tapi aku baru tahu kalau setiap pulang kamu mabuk begini." ucap Lizda yang terburu-buru mendekat ke arah Daniel yang sedang membuka pintu kamar kost nya.

"Arghh awas dulu!" Daniel mendorong Lizda yang berdiri di belakang tubuh nya.

Lizda seketika terdiam kaget dengan perlakuan Daniel yang beda dari biasa nya. Laki-laki itu biasa nya bersikap manis dan tutur kata nya lembut. Bahkan setelah mendorong tubuh Lizda dia menutup pintu kamar nya sangat kencang.

Brukkk!

Lizda merasa menyesal telah memberikan mahkota nya kepada laki-laki seperti Daniel. Karena kesal Lizda kembali ke kamar nya, mengumpat sendiri karena kejadian itu.

"Kenapa lagi sih, Liz. Jam berapa ini sudah marah-marah saja ada apa?" Nini terbangun kesal dengan suara Lizda yang di anggap nya mengganggu.

"Kamu mengenalkan aku ke laki-laki kasar dan manipulatif seperti Daniel, aku menyesal telah memberikan keperawanan ku pada nya!!" bentak Lizda.

"Tidak semua wanita bisa tidur dengan Daniel, harus nya kamu tidak perlu marah-marah. Dia memang punya sikap keras, selama pacaran kamu tidak tahu?" jawaban Nini terkesan membela Daniel, dari awal memang mereka dekat jelas saja Nini membela teman nya itu.

Lizda semakin kesal mendengar jawaban itu memilih pergi membawa tas kerja nya dan beberapa pakaian. Dia menangis sepanjang jalan, penyesalahan menyelimuti dirinya. Tujuan nya ini menemui teman kerja nya, Alea.

Tok Tok Tok

Lizda mendatangi kost Alea, untung saja Alea ada di kost nya. Membukakan pintu menyambut Lizda dengan hangat. Melihat Lizda menangis, Alea tidak ingin bertanya lebih sebelum Lizda sendiri yang bercerita.

"Maaf aku merepotkan mu, boleh aku berada di sini hari ini?" pinta Lizda di tengah tangis nya yang sesenggukan. Alea dengan senang hati menerima Lizda.

"Kita sama-sama merantau tidak ada orang tua dan saudara di sini, selama kamu merasa nyaman di sini aku tidak masalah. Kalau kamu berat dan ingin menceritakan masalah mu dengan ku silahkan," jawab Alea.

Akhirnya Lizda bercerita ke Alea tentang semua yang dia alami.

"Liz, mungkin emosi mu saat ini sedang tidak stabil karena kamu baru saja kehilangan hal penting dari hidupmu. Aku rasa ada baik nya kamu selesaikan masalahmu, coba kalau pacar mu sudah sadar kalian bisa bicara dengan kepala dingin," jawaban bijak dari Alea. Tetapi Lizda memilih bermalam di kost Alea dan bekerja besok hari nya.

Malam hari nya Daniel menelpon Lizda terus menerus, Lizda tidak ingin mengangkat nya. Dia ingin menenangkan diri nya lebih dulu, lagi pula Daniel tidak mengirimkan pesan apapun. Lizda mengharapkan permohonan maaf dari Daniel.

Sampai di hari esok nya saat Lizda di tempat kerja, terdengar suara ribut-ribut dari luar kantor.

"Liz, ada laki-laki yang berteriak di luar kantor memanggil-manggil nama mu!" seru Alea berlari menghampiri Lizda yang sedang di ruangan dengan teman-teman lain nya.

Lizda berlari keluar kantor melihat itu adalah Daniel dengan gaya nya yang sok jagoan, badan nya di halangi security untuk masuk. Daniel melihat Lizda berdiri di pintu masuk kantor nya.

"Lizdaa!! Jadi begini cara mu menghindari ku!!" teriak Daniel. Lizda sangat malu menjadi tontonan teman-teman kantor nya, sampai atasan nya pun keluar melihat kejadian itu.

"Lizda siapa itu?" bentak Ima.

"Pacar saya bu, maaf. Saya sudah putuskan dia tapi dia tidak mau," ucap Lizda berbohong.

"Selesaikan masalah mu cepat, jangan biarkan dia bikin onar di sini. Kalau sampai owner kita datang habis lah kita semua! Sana pulang lah dengan pacar mu!!" Ima mendorong tubuh Lizda untuk menghentikan kekacauan yang di buat Daniel.

Lizda berjalan ke arah Daniel menunduk malu di saksikan banyak orang...

Plakkk

Plakkk

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!