NovelToon NovelToon

Turun Ranjang

Bab 1 Menjemput Rena

Apa kamu sudah yakin akan membawa adikmu kerumah kita Rani?" tanya Langit saat mereka sedang dalam perjalanan menjemput Rena.

" Sangat yakin mas,jika bukan aku kakanya siapa lagi mas? Kami ini yatim piatu sedari kecil aku adalah satu-satunya keluarga yang Rena miliki.Kasian dia mas,mana bisa aku tenang saja saat adikku menderita.Yang jadi pertanyaanku,apa kamu benar-benar ikhlas jika adikku tinggal bersama kita.Kedepannya dia pasti akan banyak merepotkan kita,dari segi pengeluaran harian sampai bulanan,pastinya rumah juga akan lebih ramai karna ada penghuni baru dan Rena kan sedang hamil,dia butuh vitamin makanan yang sehat dan juga periksa rutin setiap bulan bulum juga yang lainnya. Kamu sudah benar-benar memikirkan ini dengan matang kan mas? Aku tidak mau hanya karna aku kamu jadi kasian sama Rena.Kalau memang kamu keberatan,kita bisa ko cari kontrakan buat Rena tinggal." tanya Rani pada suaminya.

" Tidak masalah sayang,adikmu adalah adikku juga.Lagipula,dengan adanya Rena bisa menjadikan rumah kita lebih ramai.Apa lagi saat anaknya lahir nanti,mungkin bisa mengisi kekosongan dirumah kita.Kamu tau sendiri aku belum bisa memberikanmu keturunan setelah sekian lama pernikahan kita." Wajah Langit tertunduk lesu saat mengatakan kenyataan itu.

Langit dinyatakan tidak subur sejak satu tahun lalu.Sepermanya tidak bisa membuahi,dua tahun pernikahan sudah dilewati.Berbagai cara sudah dilakukan namun nyatanya semua sia-sia saja.Bahkan bebarap bulan lalu mereka berdua sempat berdiskusi ingin melakukan program bayi tabung atau mengadopsi anak dari panti asuhan.Namun karena kesibukan keduanya hingga sampai detik ini mereka belum juga mencari panti asuhan untuk mengadopsi seorang anak.

" Sudahlah mas ,jangan lagi dibahas yang begituan.Aku sudah ikhlas dengan ketetapan Tuhan.Mungkin apa yang terjadi pada Rena adalah jawaban dari doa-doa kita.Nanti kan kita bisa merawat anak Rena bersama-sama.Anak Rena kan juga keponakan kita dan berarti anak kita juga mas. Selain itu kita kan juga jadi bisa membantu Rena.Bukan begitu mas?" Rani menatap lekat wajah suaminya.

" Cup, terimakasih sayang.Kamu memang yang terbaik.Eh bukankah itu Rena?"

Asik ngobrol tanpa terasa mereka sudah sampai ketempat yang ditujukan oleh Rena.

Terlihat dari kejauhan Rena tengah duduk seorang diri dengan dua tas besar diseblah kanan dan kirinya.

Wajahnya sangat lesu dan terlihat pucat.Ditrmester pertama kehamilannya Rena terlihat sangat lemah dan juga kurus.

Ditambah dengan maslah yang tengah ia hadapi membuatnya stress dan kacau hingga wajahnya terlihat sedikit lebih tua dari usianya.

Rena memang menikah muda diusia yang baru menginjak 25 tahun.Kekasihnya Reno membuatnya hamil sebelum menikah namun karena sesuatu hal kandungan Rena bermasalah dan Rani mengalami keguguran diusia kehamilan 7 Minggu.

Dua bulan setelah keguguran Rena dinyatakan hamil kembali,namun disaat kabar bahagia itu datang badai justru menghampiri mahligai rumah tangganya.

Tiiin tiiiin

Langit membunyikan klakson agar Rena tau jika mereka sudah sampai.

" Ka Rani!" Lirih Rena dengan binar bahagia saat melihat mobil kakanya mendekat kearah parkiran taman.

" Astaga kasian sekali adikku."  Lirih Rani saat melihat kondisi adiknya.

Beberapa bulan tidak bertemu membuat Rani sangat syok saat melihat kondisi adik kandung satu-satunya.

" Ayo turun sayang!" Ajak Langit begitu mereka sampai.

" Iya mas,em itu nanti jangan tanya apa-apa terkait suaminya ya mas.Aku tidak mau membuat dia jadi sedih,aku juga ingin memberikan Rena waktu.Nanti juga dia bakal cerita sendiri kalau udah tenang.Tolong ya mas." Rani memohon pada suaminya sebelum mereka turun.

Langit tersenyum mendengar apa yang istrinya ucapkan.

" Tenang saja sayang,mas tau itu ko.Udah ayo turun kasian Rena,dia pasti sudah kepanasan dan kelelahan." Langit turun terlebih dahulu dan memutar  untuk membukakan pintu mobil untuk istrinya.

" Terimakasih suamikuu." Ucap Rani dengan senyum merekah dibibirnya.

Dari kejauhan Rena memeprhatikan keduanya.

" Terlihat bahagia sekali rumah tangga ka Rani.Meskipun mas Langit mandul tapi mereka tetap harmonis dan bahagia.Alangkah bahagianya aku jika keluargaku seprti itu,ah mas tega sekali kamu meninggalkanku dalam keadaan seprti ini.Maaf sayang,mama harus membawamu dalam kesulitan seperti ini.Mama janji saat kamu lahir nanti kamu takan kekurangan apapun." Batin Rena sembari mengusap perutnya yang masih rata.

" Rena!" panggil Rani

" Ka Rani!"

Greeep

" Hiks hiks,kaa maaf aku merepotkanmu,aku..."

" Sudah-sudah jangan menangis.Siapa bilang kamu ngrepotin Kaka,Kaka gak repot ko.Em kamu sepertinya lelah sekali.Ayo kita langsung saja kemobil." ajak Rani ,kemudian Rani menggandeng tangan adiknya dengan penuh perhatian dan kasih sayang.

" Kalian masuk dulu biar mas yang bawa kopernya." Ucap Langit.

Melihat Kaka beradik yang rukun itu Langit tersenyum bangga.

" Kamu beruntung Rena karna memiliki Kaka sebaik Rani.Dia begitu menyayangimu melebihi dirinya sendiri." Gumam Langit dalam hati.

Dengan cekatan Langit membawa kedua koper Rena dan memasukannya kedalam bagasi mobilnya,sementara kedua Kaka beradik itu terlihat sedang bercengkrama didalam mobil.

Braaak

" Kita langsung pulang,atau mau mampir dulu?" tanya Langit saat menoleh kebelakang karena Rani duduk dikursi belakang bersama Rena.

" Bagaimana Ren,kamu mau mampir kemana dulu atau langsung pulang saja?" tanya Rani dengan lembut.

" Langsung pulang saja ka,aku cape pengin rebahan." jawab Rena.

Mendengar jawaban dari Rena, Langit lantas menyalakan mesin mobilnya.

Mobil yang dikemudikan Langit melaju dengan kecepatan sedang karena ia sadar sedang membawa wanita hamil.

Sepanjang perjalanan tak ada pembicaraan apapun lagi diantar ketiganya.Rena terlihat tidur pulas dengan kepala bersandar dipundak sang Kaka.

Rani tak pernah melepaskan pegangan tangannya pada tangan rena.

Hatinya teriris melihat penderitaan yang dialami oleh sang adik.

Tubuhnya kurus kusam dan tak terawat,jangankan untuk perawatan.Untuk makan sehari-hari saja Rena terpaksa menjual beberapa perhiasan untuk bertahan hidup selama dua Minggu ditinggal suaminya pergi tanpa kabar.

Triiing

Triiing

Dering ponsel Langit membuat lamunan Rani buyar.

"Mas ponselnya bunyi terus,coba diangkat dulu barang kali penting." Ujar Rani.

Langit lantas membuka notif diponselnya dan tertera nama ibunya.

" Mamah yang telfon Ran,kamu yang angkat ya bilang mas lagi nyetir.Jalanan agak rame gak mungkin mas nyetir sambil angkat telfon." Ujar Langit sembari menyodorkan ponselnya melalui salah satu tangannya.

" Em,iya mas."

" Hallo Langit,kamu dimana si mama telfon gak diangkat-angkat.Mamah diteras ini,Rani juga kemana si suara ponselnya dirumah terdengar dari luar tapi ko mama ketuk ketuk gak ada yang nyahut.Apa dia tidur sore-sore begini." Cerocos Sarifah disebrang telfon.

" Hallo mah,maaf ponselku tertinggal dimeja.Maaf kami sedang dalam perjalanan pulang sebentar lagi sampai." Papar Rani.

" Oalah Ran,mama pikir kamu ketiduran sampai mama ketuk ketuk pintu gak kedengeran.Oh ya mana Langit ko kamu yang angkat?"  Tanya Sarifah

" Mas Langit lagi nyetir ma,ini jalanan rame jadi mas Langit minta Rani buat angkat telfonnya.Mama gapapa kan nunggu kami sebentar lagi,ya mungkin sepuluh sampai lima belas menit lagi kami sampai." Jelas Rani.

"Em,apa hampir sampai?" tanya Rena saat terbangun dari tidurnya.

Suara Rena terdengar hingga ketelinga Sarifah.

" Sebentar lagi kita sampai,sabar ya Ren." Jawab Langit mewakili Rani.

" Ran suara siapa itu,kalian lagi bersama siapa?" Tanya Sarifah penasaran.

" Oh anu mah ini kami lagi sama Rena adik Rani."

" Rena? Ko bisa?" Heran Sarifah.

" Iya mah,nanti Rani ceritain kalau udah sampai dirumah.Rani tutup dulu telfonnya ya mah,maaf sekali lagi mamah harus menunggu.Duduk aja diteras ya mah ini sebentar lagi sampai ko." Jelas Rani.

" Oke mama tunggu,hati-hati ya sayang." Ucap Sarifah sebelum mengakhiri panggilan telfonnya.

" Ada apa sayang?" Tanya Langit saat Ranu sudah menutup telfonnya.

" Mamah mas dia datang dan nunggu kita diteras,ponselku tertinggal dimeja tadi mamah sempet telfon aku dan suara dering ponselku kedengaran sampai keluar mamah pikir aku ketiduran sampai gak bukain pintu buat mamah." Jelas Rani sembari terkekeh.

Bersambung....

Bab 2 Izin tinggal

Setelah menempuh perjalanan panjang akhirnya mobil yang dikemudikan Langit sudah sampai dipelatarn rumahnya.

Rumah sederhana yang dibuat dari hasil kerja keras Langit dan Rani selama 5 tahun sebelum mereka memutuskan untuk menikah.

Mereka membangun rumah saat mereka masih pacaran,namun setelah rumah jadi mereka baru memutuskan untuk menikah.

Baik Langit ataupun Rani memang ingin hidup mandiri setelah menikah.

" Allhmdulillah akhirnya sampai,Ren ayo kita turun." Rani membantu Rena merapihkan rambutnya yang terlihat sangat berantakan. Sangat terlihat sekali Rani begitu menyayangi adik sematawayangnya.

" Terimakasih ka!" Rena meraih tangan Rani dan mengusapnya lembut.

Dalam hati Rena tak ada berhentinya mengucap syukur karena diberi Kaka sebaik dan selembut Rani.Rani bisa menggantikan sosok ibunya,tak hanya baik hati dan penyayang Rani juga selalu memprioritaskan Rena dalam hal apapun.

" Loh loh! Ko malah masih ngbrol,ayo masuk katanya cape Ren." ajak Langit yang sudah dulu turun dan mengambil dua koper Rena yang ia simpan didalam bagasi.

Dari teras rumah Sarifah mengamati mereka,terlebih saat melihat Rena dipapah Rani saat turun dari mobil.Matanya menangkap tangan Rena yang tak lepas dari perutnya.Rena terlihat begitu lemah,wajahnya pucat dengan kulit yang tampak kusam tak terawat.

Deg

Degup jantung Sarifah seakan berhenti berdetak melihat pemandangan didepannya.

" Kenapa hati ini rasanya resah dan gelisah melihat menantuku membawa adik kandungnya kesini.Perasaan macam apa ini,kehawatiran seperti apa yang aku rasakan ini? Astaga semoga ini hanya perasaanku saja." batin Sarifah.

" Maah,maaf ya mamah harus nunggu lama." Rani mendekat dan menyalami Rani dengan takzim disusul oleh Rena dan Langit.

" Kalian dari mana? Rani,kamu ko tumben si pergi tanpa membawa ponsel hum? Oh ya,itu ko Langit bawa koper,koper siapa nak?" Perasaan Sarifah semakin tak karuan.

Rani tersenyum menanggapi pertanyaan mertuanya.

" Mamah sayang kita maasuk dulu yah mah,nanti kita ngobrol didalam!" ajak Rani dengan sopan dan penuh kelembutan.

Rani memang selalu bersikap lembut kepada siapapun,terlebih pada ibu mertua yang sudah dia anggap seperti ibu kandungnya sendiri.

Hidup yatim piatu membuatnya merasa sangat bersyukur dengan mendapatkan mertua yang baik dan begitu penyayang seperti orangtua langit.

Langit berkali-kali menatap Rani seolah memintanya membantu menjelaskan pada ibunya terkait keputusan mereka mengizinkan Rena yang akan tinggal dirumah mereka.

Melihat caranya Langit menatap, Rani paham akan kegelisahan yang dirasakan suaminya.

Rani mengedipkan matanya saat pandangan mereka bertemu seolah ia sedang mengatakan semuanya akan baik-baik saja mas.

Rani lantas maju dan membuka pintu rumahnya terlebih dahulu karna memang dia yang memegang kuncinya.

Klek klek

Cklek

" Assalamualaikum,akhirnya sampai rumah juga.Mah duduk yuh,Em amah mau Rani buatkan minum apa? " tanya Rani dengan lembut untuk mencairkan suasana yang sudah tampak kaku dan tegang.

" Mamah mau air putih dingin aja Ran biar otak dan hati mama dingin."  Jawab Sarifah kata-katanya penuh penekanan dan ekor matanya tak bisa lepas dari wajah Rena yang duduk tak jauh darinya.

Sarifah memang sudah mengenal Rena sejak lama namun beberapa tahun terakhir Sarifah tidak bertemu dengan Rena,saat pernikahan Langit dan Rani bahkan Rena tidak datang karena dia sedang berada dikota kelahiran suaminya dan dia tidak bisa pulang dengan alasan suaminya sibuk bekerja.

" Mah,Rani,Rena kalian duduk dulu mas mau bersih-bersih.Rasanya gerah sekali,Rena tas kamu sudah mas taruh dikamar kamu.Nanti kamu masuk aja kalau kamu udah mau istirahat." ujar Langit.

Langit menatap Rena sejenak sebelum dia menghilang dibalik pintu kamarnya.

Ucapan Langit lagi-lagi membuat hati Sarifah semakin gelisah,entah apa yang membuatnya merasa tidak nyaman dengan apa yang putranya sampaikan padahal itu hanya kata-kata biasa.

" Dek,kamu mau minum apa biar Kaka buatkan sekalian?"  Rani yang faham akan kondisi didepannya lantas mencoba mencairkan suasana lagi.

" Aku air putih saja ka." jawab Rena dengan senyum tersungging dibibirnya yang pucat.

Sementara Langit masuk kedalam kamar dan  Rani kebelakang,Sarifah seperti memiliki kesempatan untuk bertanya langsung kepada Rena.

Setelah menoleh kearah pintu kamar dan juga kebelakang untuk memastikan anak dan menantunya benar-benar sudah menjauh Sarifah lantas membenarkan letak duduknya menatap Rena dengan intens membuat Rena merasa seperti dikuliti.

" Tidak mau berbasa-basi lagi,saya mau tanya langsung sama kamu. Kamu ada maksud apa mendekati keluarga putraku? Saya peringatkan jangan coba-coba mengusik kebahagiaan putra dan menantuku.Jika kamu sampai melakukan itu maka aku orang pertama yang akan menjadi garda terdepan menyelamatkan pernikahan putra dan menantuku." Mertua Rani berbicara dengan nada pelan namun setiap kata-katanya ia tekankan agar Rena paham dengan apa yang ia katakan.

" Em,anu Tante saya..."

Belum juga Rena menyelesaikan ucapannya,Rani sudah lebih dulu datang.

" Maaf lama ya mah,ren." suara Rani memecahkan suasana tegang diantara keduanya.

Rani datang dengan nampan berisi dua gelas air putih dingin dan beberapa camilan yang ada didapur.

" Gak papa sayang,kamu ini repot-repot saja seperti mamah tamu dari mana saja.Mamah kan bisa ambil sendri kalau mamah haus.Kamu udah makan sayang,tadi sebelum kesini mamah belikan kamu makanan.Tapi karena lama jadi udah dingin.Sebentar mamah hangatkan dulu sembari menunggu Langit selesai mandi.Kamu kalau mau mandi dulu juga boleh biar badan kamu lebih segeran."  Ucap Sarifah sembari mengusap puncak kepala sang menantu dengan penuh kasih sayang.

Sesekali ekor matanya tertuju pada Rena.

Sikapnya juga seolah ingin menunjukan pada Rena jika kedudukan Rani sudah tak tergantikan lagi dihatinya.

" Ya ampun mah,selalu saja mamah repot-repot.Mamah tau aja si kalau Rani lapar dan juga belum sempat masak." Rani menahan senyumnya.

" Huuh dasar kamu,justru karena mamah tau kebiasaan menantu mamah yang jarang masak.Makanya mamah bawain kamu makanan,ya sudah sana gih bau acem." Sarifah menarik ujung hidup Rani dengan lembut.

Rupanya melihat kedekatan Sarifah dan Rani membuat hati Rena sedikit memanas.

Betapa tidak ,pernikahannya dengan sang suami tanpa restu kedua orangtua Reyno.Namun saat Reyno mengancam ingin kawin lari baru kedua orangtuanya merestui pernikahan mereka namun dengan satu syarat jika mereka harus tinggal bersama dengan orangtua Reyno di kampung halamannya.

Bahkan Rena sama sekali tidak pernah merasa sedekat  Rani dan Sarifah saat bersama ibu mertuanya.Timbul rasa iri dan tidak nyaman melihat semua itu,dalam hati Rena merasa bahwa dia juga pantas mendapat perlakuan yang sama.

Rena mengusap lembut perutnya yang masih rata,hatinya teriris.Dikehamilannya bahkan ia ditinggal pergi suaminya.

Cup

Cup

Rani mencium kedua pipi Sarifah dengan penuh kasih sayang.

"Terimakasih mamahku sayang,mamah yang terbaik.Ya udah Rani mandi dulu ya mah,Rena kamu juga mandi biar kamu seger.Itu kamar kamu dan barang-barang kamu sudah ada disana.Kalau butuh sesuatu jangan sungkan bilang sama kaka.Oh ya maaf kalau tempatnya tidak terlalu bagus.Tapi insya Alloh nyaman ko." Ujar Rani.

" Terimakasih Ka." Jawab Rena datar.

Rani lantas masuk kedalam kamarnya berbarengan dengan Rena yang juga masuk kedalam kamarnya.

Sementara  Sarifah gegas pergi kebelakang untuk menghangatkan makanan yang ia bawa dan menyajikan di meja makan.

Setelah menunggu beberapa menit akhirnya semua kumpul dimeja makan,tak ada pembicaraan apapun saat berada dimeja makan hingga acara makan malam selesai.

" Mah duduk diruang tengah yuh,Rani sama mas Langit mau bicara."Ajak Rani pada mertuanya.

Sarifah hanya diam dan tak menjawab apapun ia hanya mengangguk menanggapi ucapan Rani.

Begitu juga dengan Rena yang mengekor dibelakang Rani dan Langit.

Semua orang sudah duduk diruang tengah,suasana mendadak canggung terlebih Rena yang sudah faham akan topik yang akan dibicarakan didalam obrolan tersebut.

" Sebelum maaf ya mah,Rani ngumpulin kalian disini karna ada hal yang harus Rani sampaikan.Jadi gini mah,em Reyno suaminya Rena dipecat dari kantornya dan pergi dia meninggalkan Rena entah kemana.Sampai detik sama sekali tidak ada kabar sama sekali dari dia,jangankan pulang.Uang nafkah saja dia tidak berikan pada Rena.Sementara rumah mereka disita oleh pihak bang lantaran surat-suratnya sudah digadaikan oleh Reyno sebagai jaminan hutang-hutangnya.Saat ini Rena sedang mengandung mah,dia butuh ada seseorang yang membantu dan menjaganya.Rani dan mas Langit sudah sepakat kami memutuskan untuk Rena tinggal disini,mah dirumah kami."

Rani menjeda ucapannya sejenak dan menatap lekat wajah ibu mertuanya,melihat reaksi wajahnya atas apa yang baru saja dia sampaikan.

" Em kami sudah mempertimbangkan semuanya ko mah.Nantinya kan bayi yang dilahirkan Rena bisa kita rawat bersama.Rani satu-satunya keluarga yang Rena punya mah." ucap Rani dengan wajah tertunduk dan mata yang sudah berkaca-kaca.

" Mamah tidak setuju! Apapun alasannya Rani,mau dia saudara kamu,adik kamu kaka kamu atau siapapun itu.Yang namanya membawa masuk orang lain kedalam rumah itu sama saja kamu membawa petaka dalam rumah tangga kamu.Kamu perna dengar istilah ipar adalah maut? Apa kamu tau ,ipar itu tidak boleh tinggal satu rumah,dia bisa menjadi duri dalam rumah tangga kamu nak! Ucap Sarifah dengan penuh penekanan,sesekali matanya melirik Rena saat mengatakan itu pada Rani.

" Tapi mah,kasian Rena,dia tidak punya uang dan dia juga tidak bekerja karena kondisinya.Kasian mah,aku percaya Rena tidak seperti apa yang mamah hawtirkan.Dia tidak akan merusak rumah tangga kakanya sendiri bukan begitu Rena?" tanya Langit.

" Iya Tante,aku tidak akan berani merusak kebahagiaan ka Rani.Aku tidak akan pernah tega mengambil suami Kakaku,aku hanya punya ka Rani aku tidak punya siapapun lagi di dunia ini.Aku," Aura menjawab dengan wajah tertunduk suaranya terdengar berat dan serak seakan dia tengah menahan sesuatu dari dalam hatinya.

" Iya iya mamah paham tapi bukan dengan mengizinkan dia tinggal dirumah ini dan satu rumah dengan kalian.Kalian bisa kan menyewakan kontrakan atau kost buat dia tidak harus tinggal dengan kalian." Pungkas Sarifah dengan nada bicara yang sudah lebih lembut didengar.

" Mah kontrakan itu mahal,kost juga.Sedangkan kalau tinggal disini kan uangnya bisa kepake buat persiapan lahiran dia mah.Mah,Rani mohon,Rani percaya ko baik Rena ataupun mas Langit tidak akan berbuat yang aneh-aneh.Mereka tidak akan merusak kepercayaan Rani,Rani tau mas Langit begitu mencintai dan menyayangi Ranu.Betulkan mas?" Rani terus meyakinkan Sarifah dengan keyakinannya.

" Tidak! Sekali tidak mamah tetap tidak setuju!"

Bersambung dulu gaiiis.....

Bab 3 Kenapa harus dia

"Mah ,tolong lah pertimbangkan lagi,kasian Rena. Lagi pula Rani juga sudah mempertimbangkan semuanya.Rani satu-satunya keluarga yang dia punya.Mungkin dengan hadirnya bayi Rena akan sedikit mengisi kekosongan dirumah kami,memberi warna baru dalam hidup kami.Mungkin dengan belajar merawat seorang anak,Tuhan akan memberikan keajaiban untuk kami agar kami bisa memberikan cucu yang lucu buat mamah dan papah.Bukan begitu mas?"

Deg deg deg

Degup jantung Sarifah berdetak lebih cepat dan ada sedikit rasa nyeri didalam dadanya.

Ucapan Rani sedikit menyentuh relung hati Sarifah yang terdalam. Dia paham betul seperti apa kondis rumah tangga putranya.Sebagai seorang ibu dia begitu merasa tersayat jika mengingat kenyataan bahwa anaknya divonis mandul.Sementara Rani masih tetap mau menerima kekurangan Langit dan tetap bertahan bersamanya.

" Mah, bukannya mamah sedari dulu selalu menasehati langit jika sesama keluarga itu harus saling tolong menolong?" imbuh Andre.

" Hmmm ya sudah jika itu memang sudah menjadi keputusan kalian.Ingat betul-betul Rani,mamah sudah mengingatkan kamu.Mamah menghormati keputusan kamu,mamah harap suatu hari nanti keputusan yang mamah ambil tidak akan membuat mamah menyesal dikemudian hari."  Pungkas Sarifah pada akhirnya.

Greeep

" Terimakasih mah,mamah selalu jadi yang terbaik.Rani sayang banget sama mamah."

" Iya sayang,mamah juga sayang banget sama kamu.Supir mamah sudah datang,mamah mau pulang ya.Kalian istirahat ya, ini sudah cukup larut." Ucap Sarifah,wajahnya kini tampak lain.Apalagi saat menatap Rena,entah mengapa hati Sarifah tak bisa menerima begitu saja.Namun sebagai seorang mertua Sarifah merasa harus menghormati dan menghargai keputusan yang diambil oleh menantunya.

" Mamah gak nginep mah? ini sudah malam loh,sesekali mah tidur disini.Sudah lama Rani tidak tidur dengan mamah." Rayu Rani sembari bergelut manja dilengan ibu mertuanya.

Griyuuut

" Em,kamu ini manja sekali.Tuhan punya alasan dengan tidak menghadirkan buah hati diantara kalian." Ucap Sarifah sembari mencubit lembut hidung Anjani.

" Kenapa mah?" Tanya Rani dan Langit bersamaan.

" Agar kasih sayang mamah ke kamu tidak terbagi untuk anak kamu.Mamah pasti akan lebih menyayangi cucu mamah dibanding kalian berdua." Rani terkekeh saat mengatakan hal itu sementara Rani dan Langit kompak memeluk Sarifah dari samping kanan dan kirinya.

Cup cup

Langit mencium kedua pipi wanita yang sudah melahirkannya dengan penuh kasih sayang.

" Mamah yang terbaik." Ucap Langit.

" Ya Tuhan,kenapa aku iri melihat kebahagiaan ka Rani.Mertuanya begitu menyayanginya, suaminya apa lagi.Andai saja posisi itu ada padaku,pasti aku akan sangat bahagia.Kenapa dari dulu ka Rani selalu lebih beruntung dariku." Batin Rena melihat kehangatan dari Rani dan mertua serta suaminya.

" Rena!"

" I-iya Tante!" Rena sedikit terkejut saat mendengar Sarifah memanggilnya lantaran ia tengah larut dalam lamunannya.

" Ck,apa yang sedang kamu fikirkan!" sentak Sarufah.

Jika Rani dan Langit tidak sadar namun tidak dengannya, Sarifah begitu paham dengan arti tatapan Rena terhadap menantunya.

" Mah!" Langit mengingatkan Sarifah.

" Rena ingat pesan ini baik-baik,tau dirilah kamu sebagai tamu.Meskipun Rani adalah kaka kandungmu tapi kamu juga harus bisa menjaga batasanmu.Ingat baik-baik jangan coba-coba usik kebahagiaan menantuku."  Gertak Sarifah sebelum berpamitan kepada putra dan menantunya.

" Mah,tadi kan mamah sudah bilang itu sama Rena ko diulangi lagi sih!" Ucap Langit merasa tidak enak hati dengan Rena dan Rani.

" Mamah harus sering mengingatkan dia nak, biar dia tanamkan dalam otaknya dan ingat dengan baik dengan tidak memanfaatkan kebaikan dan kasih sayang kakanya!" Sindir Sarifah.

" Mah!" seru Rani.

" Ya sayang,mamah pulang dulu ya baik-baik dirumah. Assalamualaikum." Pamit Sarifah.

Rani dan Langit menyalami Sarifah dengan takzim namun saat Rena hendak menyalaminya Sarifah pergi begitu saja tanpa ada niat menyambut uluran tangan Rena.

" Hati-hati maah!" Seru Ranj dari teras saat Sarifah sudah masuk kedalam mobil yang menjemputnya.

Tiin tiiin

Klakson mobil Sarifah terdengar sampai akhirnya mobil itu melaju dengan kencang meninggalkan halaman rumah Langit dan Rani.

" Ren,jangan ambil hati ucapan mamah ya.Maklum mamah itu sangat menyayangi Rani,bahkan dia saja selalu mengingatkan mas untuk tidak mengecewakan apa lagi menyakiti kakamu." Ucap Langit pada Rena.

" Iya Ren,apa yang masmu bilang itu benar.Ya,kalau difikir-fikir emang mamah lebih terlihat sayang sama aku dibanding sama mas Langit sih." Ucap Rani sembari terkekeh.

" Diih mulai nih ya mulai,iya deh iya anak mamah." goda langit pada istrinya.

Tanpa ragu Langit merengguh pinggang Rani dan memeluknya dari samping didepan Rena.

Rani membalas dengan mencium pipi suaminya hingga akhirnya Langit yang merasa dirayu oleh istrinya lantas menggendong Rani tepat didepan Rena dan membawanya masuk kedalam kamar.

Dari luar Rena bisa mendengar dengan jelas gelak tawa bahagia Rani dan juga kemesraan mereka didalam.

" Ampun mas ampun. Ahahaaa,Maas aduuh mas ampun." Suara Rani terdengar begitu bahagia.

Entah apa yang mereka lakukan didalam sana yang jelas telinga Rena terasa panas mendengar semua itu.

" Tidak ada ampun Rani,kamu sudah menggoda mas dan mas sudah sangat tergoda.Sekarang terima hukuman dari mas."

Cetak

Plaaap

Lampu kamar Rani padam dan tak ada suara appun lagi yang terdengar.

Rena meremas tangannya dengan kuat,air matanya menetes tanpa ia sadari.

" Tak sepantasnya kamu pamer kemesraan didepanku.Kaka begitu menghinaku dengan keadaanku sekarang.Dasar gak punya hati,didepan aja kamu bilang kasian sama aku.Nyatanya kamu sengaja kan manas-mansin aku." Gumam Rena yang berdiri tepat didepan pintu kamar Rani.

Setelah memastikan pintu utama terkunci dengan baik Rena mematikan lampu ruang tamu dan ruang tengah,setelahnya Rena lantas masuk kedalam kamar.

Merebahkan tubuhnya diatas kasur,matanya terus menatap langit-langit Tenggorokannya terasa tercekat,bulir air matanya menetes tanpa henti.Rasa sakit,kecewa,sedih dan marah bersarang dalam hatinya.

Rintik hujan mulai terdengar turun,Angin berhembus menelusup melalui celah-celah lubang udara dikamar tersebut.

Hawa dingin mulai menyapu tubuh Rena. Perlahan Rena menarik selimut hingga menutupi semua tubuhnya,memeluk erat tubuhnya sendiri.

" Ka Rani pasti kamu dan mas Langit sedang menikmati malam indah dikamar kalian.Aku kedinginan seorang diri disini,sementara kamu tengah merengguh nikmatnya cinta.Adilkah ini untukku ka Rani? Harusnya kamu disini,menemaniku bukan bercinta dengan suamimu." Gumam Rena dengan lirih.

Tes tes tes

Airmata aura menetes sederas hujan yang turun membasahi bumi.

Entah sampai seberapa lama ia menangis meratapi kesendiriannya sampai akhirnya mata Rena terpejam dan tidur dalam keadaan wajah yang basah karna air mata.

" Emmmppth!" Rena menggeliat kala sinar mentari menelusup masuk melalui celah udara yang ada dikamarnya,cahaya matahari yang membuatnya silau.

Tubuhnya masih ingin terbaring,namun akal sehatnya meminta dia untuk bangun.

Tok tok tok

" Kamu sudah bangun Ren?" Terdengar suara Rani dari luar membangunkan Rena.

" Astaga aku kesiangan." Gumam Rena saat melihat jam diponselnya.

Tok tok tok

Rani kembali mengetuk pintu kamar Rena karna tak ada jawaban dari dalam.

" Rena kamu baik-baik saja?" Seru Rena lagi.

" I-iya ka aku sudah bangun, tunggu sebentar."Seru Rena dari dalam kamarnya.

Rani merapihkan sedikit pakaian dan rambutnya yang berantakan setelah itu Rena membuka pintu.

Cklek

" Matamu sembab Ren,sudah kaka bilang jangan lagi menangisi suamimu.Ada kaka disini,jangan hawatir semuanya akan baik-baik saja." ucap Rani yang menanggapi Rena tidak bisa tidur lantaran menangisi suaminya.

Bukannya menanggapi ucapan kakanya,Rena justru menatap Rani dan fokusnya pada rambut Rani yang basah.

"Apa yang aku fikirkan itu benar,ka Rani keramas.Pasti dia semalam sudah...." Batin Rena sembari matanya terus memindai penampilan Anjani dari atas sampai bawah dan begitu sebaliknya.

Rani memang sudah mandi dan wajahnya tampak sangat segar.Rambutnya yang masih sedikit basah mencuri perhatian Rena.Rani sudah rapih dengan pakaian kerjanya,harum parfumnya menyeruak hingga ke indra penciuman Rena.Rena seakan terhipnotis dengan tampilan kakanya yang sangat berbeda jauh dengan dirinya saat ini.

Rani tipikal orang tidak suka mengeringkan rambut dengan hairdryer,ia lebih suka membiarkan rambutnya mengering dengan sendirinya dan membiarkannya tetap tergerai.

" Haii,ko malah ngelamun! ayo mandi setelah itu sarapan." Ucap Rani saat melihat adiknya terpaku diambang pintu.

" Iya Ren,sebentar lagi mas dan kakamu mau berangkat kantor. Kamu gapapa ya ditinggal sendiri,maaf mas sama ka Rani tadi sarapan duluan." Seru langit yang entah sejak kapan sudah berdiri dibelakang Rani dengan memeluk tubuh Rani dari belakang.

Mata Rena tertuju pada tangan langit yang melingkar diperut Rani.Lalu tatapannya beralih pada rambut Langit yang juga basah.

" Mas Langit juga basah rambutnya!" Batin Rena.

Ada gelenyar aneh yang menjalar dalam aliran darahnya,sebagai wanita yang ditinggal pergi oleh suaminya.Rena merasa senang saat melihat Langit yang selalu tampil cool dan juga tampan dimata Rena,apa lagi aroma parfum Langit membuat Rena ingin bersandar di dada bidangnya.

" Deek,kamu kenapa si ko bengong liatin mas sama kaka gitu banget." Celetuk Rani yang sadar akan tatapan Rena.

" Eh anu ka,em gapapa ko.Kaka sudah rapih maaf ya aku terlambat bangun semalam hujan deras aku gak bisa tidur ka." Kilahnya namun ekor matanya melirik kearah Langit.

Langit yang tengah sibuk menatap layar ponselnya tak sadar jika adik iparnya tak pernah lepas memeprhatikannya.

" Gapapa Ren,ya sudah sana mandi jangan lupa sarapan ya,maaf kaka pikir kamu belum bangun." ucap Rani dan setelahnya berlalu dari kamar adiknya.

" Kita pergi sekarang ya mas! Rena Kaka berangkat dulu ya assalamualaikum."

" Ren mas juga brangkat ya, assalamualaikum."

" Wa'alaikumsalam."

Jawab Rena setelah melihat punggung Langit dan Rani menghilang dibalik tembok pembatas.

Rani mematung didepan pintu,aroma parfum Langit masih tertinggal diruangan itu meskipun orangnya sudah pergi.

" Mas,salahkan perasaan ini yang muncul tanpa permisi? Ka Rani,maaf ternyata aku menginginkan suamimu.Seharusnya aku yang berada diposisimu,kenapa harus Kaka?" ucap Rena lirih sembari menatap mobil Langit yang mulai meninggalkan pekarangan Rumahnya.

Bersambung....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!