Anniversary sebagai suatu momen istimewa yang rutin dirayakan oleh setiap pasangan.
Bukan hanya bagi mereka yang sudah menikah, namun tidak sedikit yang juga pasti akan merayakan Anniversary hubungan mereka dengan kekasihnya.
Di mana moment ini akan selalu mengingatkan tentang hubungan mereka sebagai pasang kekasih, mulai pada saat pendekatan hingga terjalin hubungan.
Seperti halnya,-
Tepat tanggal 23 November 2024 dimana Aleta akan merayakan Anniversary nya bersama sang kekasih Savero Bintara yang sudah terjalin 2 tahun.
Dan Malam sore ini, setelah pulang sekolah dengan seperti biasanya Vero mengantar kekasihnya sampai di rumah itu lah rutinitas yang selalu mereka jalani sudah hampir 2 tahun ini dimana Vero selalu menjemput Leta dan mengantar pulang.
"Kamu gak lupa hari ini kan?" Ucap Leta saat mereka sudah sampai di depan sebuah rumah berlantai 2 tempat Leta tinggal di Bandung.
"Gak mungkin aku lupa sayang, nanti malam aku jemput kamu jam 7 oke"
Leta tersenyum dan mengangguk.
"Ya udah aku masuk dulu ya, kamu hati-hati di jalan gak usah ngebut bawa motornya."
Vero hanya mengangguk dengan terus menatap wajah sang kekasih, entahlah rasanya dia merasa berbeda hari ini. Dia yang merasa ingin terus bersama dan dekat dengan Leta.
"Sayang hei, kenapa?" Ucap Leta menatap Vero.
Vero tersenyum dan menggeleng. "Gapapa sayang, ya udah masuk aku pulang dulu."
Leta mengangguk dan akan berjalan masuk, namun Vero menahan tangannya.
"Kenapa?"
"I love you more Aleta Gracelyn."
Deg.!
Leta terdiam, kenapa dadanya terasa sesak bahkan hanya mendengar Vero memanggil namanya.
"Saya hei- Ulang Vero mengusap wajah ayu Leta.
"I love you." Ulang Vero tersenyum.
"I love you too."
Setelah mendengar jawaban Leta, Vero melajukan motor besarnya bahkan hingga tidak sudah tidak terlihat Leta masih berdiri di depan gerbang rumahnya.
Entahlah kenapa hari ini Vero terlihat berbeda bahkan Vero terus mengatakan jika dirinya sangat menyayangi juga mencintai nya.
Tin..
Tin..
Leta mengerjabkan matanya mendengar suara klakson mobil.
"Leta kamu ngapain di sini Dek?" Ucap seorang laki-laki keluar dari mobil.
"Eh Bang Jojo, engga ngapa-ngapain Bang."
Dialah Jonatan Alexander, kakak laki-laki Leta.
"Ya udah bang, ayo masuk."
Jonatan menautkan kedua alisnya bingung, namun dia kembali masuk mobil dan melajukan masuk ke dalam halaman rumah mereka.
Aleta Gracelyn tinggal bersama kakak laki-lakinya di Bandung sementara kedua orang tuanya berada di Jakarta dengan bisnis mereka.
"Kamu baru pulang De, terus tadi ngapain di depan gerbang? Kenapa gak masuk?" Pertanyaan beruntun dari Jonatan membuat Leta memutar tubuhnya dan menatap Jonatan dengan tatapan tajamnya.
"Iya Abang, Leta baru pulang sekolah tadi si antar Vero terus Vero pulang."
"Oh, terus ngapain berdiri di depan gerbang kaya orang ilang?"
"Ih Abang, tadi tuh Leta nunggu Vero jalan dulu."
"Lah, Abang juga gak liat Vero tuh tadi."
"Ya kan udah jalan juga."
Jonatan mengangguk.
"Oya Bang, nanti malam Leta ijin keluar ya."
"Kemana?"
"Jalan sama Vero bang, boleh ya."
Jonatan terdiam, dia memang sudah mengenal Vero dan juga tau hubungan adiknya itu namun sebagai seorang Kakak laki-laki dia harus tetap menjaga adik gadisnya apalagi kedua orangtuanya menitipkan Leta kepadanya.
"Boleh ya Bang plis"
"Boleh tapi gak boleh sampai malam, lagian ngapain sih bukan malam Minggu juga."
"Emang cuma malam Minggu aja yang boleh pergi?"
"Ya bukan gitu Dek, tunggu ini tanggal- Ucapan Jonatan terhenti dia menatap jam di tangannya tepat tanggal 23 November yang artinya-
"Hem, pasti mau ngerayain Anniversary kalian kan?"
Leta mengangguk.
"Ya udah boleh, tapi ingat gak boleh pulang malem-malem."
"Iya,, makasih Abang." Ucap Leta yang langsung berlari masuk ke kamarnya sementara Jonatan hanya menggeleng dengan tingkah adiknya.
Leta langsung masuk ke dalam kamarnya, dia membuka lemari dan mengambil sebuah kotak yang sudah dia siapkan.
Setiap bulan Leta juga Vero memang selalu merayakan hari jadi mereka, mereka akan selalu bertukar kado di hari Anniversary mereka.
Seperti saat ini, Leta telah menyiapkan kado berupa jam tangan yang sengaja dia siapkan untuk kekasihnya itu.
Aku gak nyangka hubungan aku dengan Vero bisa terus berjalan, bahkan aku gak nyangka bisa seperti ini.
Dua tahun bukan waktu yang singkat, tapi Vero begitu sabar dengan tingkah aku.
Semoga kamu suka hadiah dari aku sayang,
Leta tersenyum, namun dia teringat dengan wajah Vero hari ini yang selalu tersenyum, namun kenapa malah wajahnya terlihat sedikit pucat.
Astaga, kenapa aku baru sadar.
Wajah Vero bahkan terlihat pucat dan tadi juga-
Leta langsung mengambil benda pipih mahalnya dari dalam tas, dia langsung menghubungi Vero namun panggilannya tidak di jawab.
Sementara Vero melajukan motornya dengan kecepatan tinggi melewati jalanan Kota yang sedikit ramai.
Vero harus cepat sampai di tempat dimana dia akan mengambil sesuatu yang sudah dia pesan beberapa hari yang lalu untuk Leta.
Cuaca yang terlihat mendung, membuat Vero semakin menarik gas motornya.
Suara knalpot terdengar begitu nyaring di jalan, hingga dia pun sampai di depan sebuah toko perhiasan.
Vero sengaja memesan sebuah kalung khusus berinisial V&L sesuai dengan inisial nama depan mereka. Setelah selesai dengan pembayarannya dia kembali menatapnya. Senyuman terlihat di wajah tampannya.
Semoga kamu suka sayang dengan hadiah ini.
Vero menyimpannya ke dalam tas, dia menatap langit yang semakin mendung bahkan terlihat gerimis kecil membuat Vero langsung berlari menuju motor besarnya. Dia segera melajukan nya untuk bisa segera sampai di rumah sebelum hujan deras.
Apalagi mengingat jika dia ada janji bersama Leta membuatnya semakin menarik gas motornya namun di saat melewati sebuah jalanan berbelok, tampak sebuah truk melaju cukup cepat Vero yang tampak kaget lantas membanting stir motor nya hingga-
Brak..!!
Motor besar nya menabrak sebuah pembatas jalan, tubuhnya terpelanting jauh dengan helm yang bahkan terlepas dari kepalanya.
Darah seger langsung keluar dari hidung, mulut bahkan telinganya.
Beberapa orang yang berada di sana bahkan langsung berlari mendekat.
Vero masih sadar, bahkan dia memanggil namanya Leta membuat beberapa orang di sana langsung berjongkok.
Bayangan wajah Leta, disaat tersenyum, wajah cantik Leta, sikap manja Leta semua seakan terlihat jelas namun sepersekian detik Vero menutup matanya.
"Astaga, panggil Ambulans."
"Ya Tuhan, kasihan sekali."
Beberapa orang langsung berusaha memanggil ambulan.
"Vero.." Teriak Leta langsung beranjak bangun.
"Astaga Dek, kamu kenapa?" Ucap Jonatan langsung menghampiri Leta.
Leta terdiam dengan keringat yang bercucuran di wajah.
"Dek hei, minum dulu."
Leta menatap Jonatan dan menerima gelas berisi air putih dan meneguknya.
"Kamu mimpi buruk?"
Leta memejamkan matanya, dia bermimpi jika Vero pergi meninggalkan nya.
"A-aku mimpi Vero pergi Bang."
Jonatan menarik Leta dan memeluk nya.
"Itu cuma mimpi Dek."
..."Kenangan persahabatan kita akan selamanya terukir di pasir waktu." (Adrian)...
...------------------------------------------------ ...
Drrt,,
Drtt,,
Leta menatap benda pipih nya di atas meja, dia lantas mengambilnya dan mengernyit saat melihat id name di layar ponselnya.
Adrian is Calling ,,,
"Halo,,
"Halo Ta, Lo dimana?"
"Di rumah, kenapa Dri?"
"Vero kecelakaan dan sekarang ada Di Rumah Sakit Pramadika."
"Apa, Vero kecelakaan.. Gue ke sana sekarang."
Leta langsung beranjak bangun, menyambar tas dan langsung berlari keluar.
Air matanya terus menetes di wajahnya, dia terus berlari menuruni tangga.
"Leta,, kamu mau kaman Dek?" Ucap Jonatan yang berada di ruang tengah.
"Vero Bang, Vero kecelakaan Leta harus ke Rumah Sakit sekarang."
"Apa Vero kecelakaan, kenapa bisa?"
"Gak tau, sekarang Leta harus ke sana."
"Abang antar."
Leta mengangguk dan berlari keluar, Jonatan langsung menyusul Leta yang sudah masuk ke dalam mobil.
"Cepetan Bang."
"Iya Dek, kamu yang tenang ya."
Jonatan melajukan mobilnya keluar halaman rumah mereka, dia berusaha tenang dengan sesekali menoleh Leta yang terus terisak di sampingnya.
"A- aku takut Bang, Aku takut terjadi sesuatu dengan Vero."
"Sst,, kamu tenang dulu ya Dek. Vero pasti baik-baik saja Oke."
"Cepetan Bang."
Jonatan mengusap wajah Leta dan terus melajukan mobilnya hingga setelah beberapa menit sampai di depan Rumah Sakit Pramadika.
Leta segera keluar dan berlari masuk, dia menyusuri lorong Rumah Sakit untuk mencari keberadaan Adrian.
Hingga matanya menatap Adrian berdiri di depan pintu IGD.
"Dri, gimana keadaan Vero kenapa dia bisa kecelakaan?"
Adrian menoleh, terlihat Aleta yang tampak menangis dan juga Jonatan yang berada di belakangnya.
"Vero masih di dalam Ta, gue kurang paham gimana ceritanya. pas gue lewat ada ramai-ramai dan gue lihat ternyata kecelakaan dan Vero-
Adrian menjeda ucapannya, dia tidak tega mengatakan keadaan Vero saat di jalan.
"Vero kenapa Dri?"
"Vero mengalami luka yang parah di kepala."
Deg.!!
Leta menggeleng,,
"Gak- Vero Pasti baik-baik aja kan?"
Jonathan yang melihat nya langsung menarik Leta dan memeluknya.
"Sabar Dek, kita berdoa untuk keselamatan Vero oke. Dia kuat dia pasti baik-baik saja."
"Adrian, dimana Vero?"
Semua menoleh, terlihat Kedua orang tua Vero yang juga tampak panik.
Adrian juga langsung menghubungi kedua orang tua Vero memberitahu soal kecelakaan ini.
"Vero masih di periksa dokter Tante."
"Astaga Vero- Lita menangis dan langsung mendapatkan pelukan Vito.
"Bagaimana kejadian nya Dri, kenapa Vero bisa kecelakaan seperti ini." Ucap Vito Ayah Vero.
"Saya juga kurang paham Om, pas saya lewat Vero sudah kecelakaan."
Vito memejamkan matanya-
Dia berusaha menenangkan Lita yang juga terisak dalam pelukannya.
Hingga tidak lama pintu terbuka membuat semua menoleh.
"Bagaimana keadaan anak saya Sok." Ucap Lita yang langsung menodong pertama.
Dokter tampak diam, dia menatap beberapa orang yang berada di sana.
"Kami sudah berusaha semaksimal mungkin tapi pasien-
"Gak usah becanda Dokter, Vero pasti baik-baik saja kan?" Ucap Leta terisak.
"Pasien tidak terselamatkan karena benturan yang sangat keras di kepalanya. Saya minta Maaf."
Leta menggeleng.
"Gak mungkin -
Leta menggeleng, tubuh nya mulai melemah matanya mulai gelap hingga akan terjatuh jika saja Jonatan tidak menahan tubuh nya.
Jonatan segera membopong tubuh Leta menuju ruang rawat. Dia sangat khawatir dengan kondisi Adiknya itu.
Sama halnya dengan Lita, dia terisak bahkan menangis histeris mendengar kabar jika putranya meninggal.
Vito terus berusaha menenangkan istrinya walaupun dia sendiri tampak terpukul.
Adrian, dia sendiri hanya diam seakan tidak percaya dengan apa yang dia dengar, Sahabatnya Alvaro tidak mungkin pergi meninggalkannya.
Ini gak mungkin-
Lo gak mungkin pergi begitu aja, Lo janji kita bakal bareng-bareng kuliah di Jakarta.
Kenapa Lo malah pergi Ver,
Adrian mengusap wajahnya, bahkan tubuhnya melorot hingga terduduk di lantai.
Dadanya terasa sesak, kehilangan salah satu sahabat nya, Adrian juga Savero sudah bersahabat dari kecil bahkan selama sekolah mereka terus bersama hingga mereka pun memiliki cita-cita yang sama akan kuliah di Jakarta bahkan juga bersama Leta.
Semua terlihat sangat terpukul dengan perginya Savero
Di ruang lain, Jonatan tampak menatap wajah pucat Leta. Dia tidak menyangka jika Vero akan dengan cepat meninggalkan mereka.
Kini yang dia khawatirkan adalah Aleta, adiknya. Bagaimana nantinya. Bagaimana dengan Aleta selama ini dia tau bagaimana hubungan Adiknya dengan Vero. Aleta begitu menyayangi Vero, mereka saling menyayangi.
Jonatan menggenggam tangan kiri Aleta, sementara tangan kanan Aleta terpasang jarum infus.
####
Hari semakin gelap.
Vito telah meminta seseorang untuk menyiapkan pemakaman putranya. Walaupun langit telah gelap namun Vito memutuskan untuk tetap melangsungkan pemakaman Vero malam ini juga.
Dan di sinilah,
Beberapa orang tampak masih berada di pemakaman.
Lita terus memeluk Nisa yang bertulisan Savero Bintara isak tangisnya terus terdengar, dunianya seakan runtuh karena kehilangan putranya.
Vito yang berada di samping Lita tampak mengusap bahu istrinya berusaha memberikan kekuatan walaupun dia sendiri pun merasa terpukul.
Savero putra keduanya harus pergi meninggalkan mereka dengan cara seperti ini, di saat usianya yang masih sangat muda bahkan dia masih memiliki cita-cita.
Adrian yang berada di sana pun mengusap matanya, sedari siang dia terus berada di Rumah sakit hingga pemakaman Savero. Adrian sama sekali tidak pulang.
Beberapa teman Savero pun tampak berada di sana, mereka mulai meninggalkan makam.
"Om, Tante, Saya permisi dulu." Ucap Adrian membuat Vito mendongak.
"Terima kasih Dri, kamu sudah membantu semua nya."
"Sama-sama Om" Ucap Adrian menatap Lita yang masih terisak dengan memeluk Nisa Savero.
"Kenangan persahabatan kita akan selamanya terukir di pasir waktu." Adrian melangkah pergi.
Dia pun harus pulang membersihkan tubuhnya, bahkan pakaiannya pun tampak kotor karena membantu dalam pemakaman Savero.
Kini tinggal-lah Lita dan juga Vito di sana.
"Ma, Kita pulang ya sudah malam."
"Gak mau Pa, Mama mau di sini kasihan Savero kalau kita pergi."
"Tapi ini sudah malam Ma dan juga mendung."
"Mama gak mau Pa-
Vito menghela napasnya dalam.
Selama ini Savero memang sangat dekat dengan istrinya, bahkan Lita selalu memanjakan Savero.
"Kita pulang ya Ma, besok kita datang lagi. Mama juga harus istirahat."
Lita menggeleng.
"Vero bakal sedih kalau lihat Mama seperti ini, kita pulang ya Ma."
Lita terdiam-
Dia masih terus terisak dengan memeluk Nisan.
"Ayo Ma.."
Lita beranjak bangun dengan di bantu Vito.
Mereka berjalan meninggalkan makam yang sudah tampak sepi juga gelap hanya penerangan lampu yang berada di sana.
Cuaca malam ini pun tampak mendung, awan hitam menyelimuti langit malam ini.
Lita masuk ke dalam mobil di susul Vito yang duduk di sampingnya. Mereka bersama supir karena Vito masih harus menenangkan Istrinya.
..."Kematian meninggalkan sakit hati yang tidak dapat disembuhkan oleh siapa pun, cinta meninggalkan kenangan yang tidak dapat dicuri oleh siapa pun."...
Jonatan terus menemani Leta berada di kamar rawat inap, kondisi Leta yang lemah membuatnya harus di rawat.
Matanya menatap wajah pucat adiknya, kepedihan yang mendalam juga Jonatan rasakan. Bagaimana nanti saat Adiknya sadar pasti kembali histeris, rasanya sebagai seorang kakak Jonathan tidak bisa melihat adiknya terpukul seperti ini.
Jam terus berputar, namun belum adanya tanda akan kesadaran Leta membuat Jonathan semakin khawatir.
"Dek, bangun Honey, Abang tau kamu kuat bangun Dek." Lirih Jonatan mengusap rambut Leta.
Adzan subuh terdengar, sampai detik ini pun Jonathan sama sekali tidak meninggalkan Leta, terus duduk di kursi samping brankar tempat Leta terbaring.
Jonathan bahkan tidak sama sekali memejamkan matanya, dia tidak merasakan kantuk, kekhawatiran yang melanda dirinya. Dia tidak ingin terjadi sesuatu dengan Adiknya.
"Eugh,," Leguk Leta membuka matanya.
"Dek, kamu udah sadar Honey. Apa yang sakit Abang panggil Dokter dulu ya."
Leta menggeleng, dia menahan tangan Jonatan.
"Ve- Vero ,, Bang Vero." Ucap Leta kembali menangis.
"Dek, kamu tenang ya."
"Vero Bang, ini cuma mimpi kan? Vero baik-baik saja kan Bang?"
Jonatan terdiam, dia mengusap wajah pucat Leta yang masih terlihat cantik.
"Kamu yang sabar ya Dek, Vero udah tenang di sana."
"Engga Bang, semua itu bohong kan?"
Leta terus berontak, dia bahkan akan mencabut infus di tangannya.
"Astaga Dek, jangan seperti ini."
"Aku mau ketemu Vero Bang"
Jonatan memeluk tubuh kecil Leta, mendekapnya dengan sangat erat, mengecup pucuk rambut nya berkali-kali. Dia berusaha menenangkan Adiknya.
"Aku mau ketemu Vero,," Lirih Leta dalam pelukan Jonatan.
"Iya Honey, tapi tunggu besok ya ini masih subuh "
"Mau sekarang Bang."
Jonatan terdiam, dia menatap wajah sendiri Aleta.
"Aku mohon,,"
Jonatan akhirnya mengangguk,,
"Tapi janji sama Abang, sebentar saja kamu masih harus istirahat."
Leta mengangguk,
Jonatan lantas membantu Aleta turun bahkan memapah Leta keluar.
Pemakaman Umum daerah Bandung.
Leta menatap gundukan tanah yang masih terlihat basah, banyak taburan bunga di atasnya membuat Isak tangis kembali terdengar dari bibir mungilnya.
Leta langsung terduduk lemas di samping gundukan makam. Menatap tidak percaya kearah Batu Nisa yang bertuliskan nama Savero Bintara.
Seperti mimpi buruk, namun Leta terbangun dengan merasakan dadanya yang begitu sesak.
"Kenapa kamu ninggalin aku, ini hari Anniversary kita, kamu bilang kita bakal terus bersama, kamu bakal ngejaga aku, tapi kenapa kamu pergi. Aku gak bisa hidup tanpa kamu Ver, gimana aku nantinya tanpa kamu."
Leta terus menangis dengan memeluk gundukan makam Vero, kekasihnya.
Jonathan mengusap bahu Leta, tangannya pun menyeka sudut matanya. Melihat Leta yang seperti ini membuatnya ikut sedih.
Leta terus menangis histeris di sana, Jonatan hanya bisa mengusap bahunya. Hanya itu yang bisa dia lakukan untuk saat ini.
"Dek, kamu jangan seperti ini. Vero bakal sedih liat kamu seperti ini."
Leta menggeleng, bahkan dia tetap memeluk erat gundukan tanah dan terus menangis.
"Ayo Dek, kita pulang ya.. Kamu juga harus istirahat."
"Gak mau Bang, aku mau di sini."
"Jangan seperti ini Dek, kasihan Vero pasti juga bakal sedih liat kamu."
Leta menggeleng dan terus memeluk erat gundukan makam Savero tanpa merasa kotor ataupun jijik.
Jonatan terus membujuknya hingga akhirnya Leta pun mau dengan janji jika setiap hari dia akan datang berkunjung.
"Aku pulang dulu, tapi aku janji bakal terus kesini."
Jonatan membantu Leta beranjak, namun Leta kembali menatapnya. Rasanya ini terlalu sakit.
Bagaimana dengan hari-hari nya nanti, di sekolah biasanya Vero akan selalu menemani nya, mengajak nya jalan, makan juga belajar bersama. Apa Leta bisa melalui semua ini sendiri, tanpa kamu, tanpa kekasih tanpa Savero.
"Ayo Dek.."
Leta mengangguk dan mereka berjalan menuju mobil.
*******
Sama Halnya dengan keluarga Bintara.
Lita berada di dalam kamar milik Vero, memeluk erat pakaian yang sering di pakai Vero, memeluk erat foto putranya.
Isak tangis bahkan terdengar begitu pilu, dia harus kehilangan putranya dengan cara tragis seperti ini. Bayangan bagaimana Vero yang hangat, terkadang manja membuatnya semakin merasa sedih.
"Ma, sudah jangan terus menangis kasihan Vero di sana. Dia juga pasti akan sedih lihat Mama yang terus menangis seperti ini."
"Kenapa Vero begitu cepat meninggalkan kita Pa, dia masih muda, masih memiliki cita-cita. Mama masih ingat bagaimana antusias dia mengejar cita-citanya. Bagaimana dia selalu bercerita soal impiannya. Terus sekarang dia sudah pergi. Ninggalin kita semua."
Vito memeluk Lita erat.
Dia berusaha tegar dihadapan istrinya, bagaimana pun dia harus menenangkan Istrinya.
"Ma-
Suara seseorang membuat Liat mendongak.
Laki-laki tampan, tinggi dengan wajah yang begitu tegas, berjalan masuk.
"Cakra- Ucap Lita yang langsung memeluk Putra pertamanya.
Pasangan Vito Bintara bersama Lita Maheswari memang memiliki dua orang putra, dan Savero adalah putra kedua mereka.
Cakra yang memang putra pertama mereka langsung membalas pelukan Lita, dia pun sama halnya terpukul atas kepergian Vero adik kandungnya.
Walaupun setiap harinya mereka jarang bertemu, karena Cakra tinggal di Jakarta namun kedekatan mereka tetap terjalin.
Cakra yang memiliki sifat pendiam, tetapi memiliki sifat hangat terhadap keluarganya.
"Kenapa Vero pergi ninggalin kita Cakra,,
Cakra tidak bisa menjawabnya, dia hanya terus memeluk erat tubuh Lita.
Cakra Langsung terbang ke Bandung saat Vito menghubungi nya tadi malam.
"Vero pasti sedih liat Mama terus nangis, sekarang Mama makan ya." Ucap Cakra namun Lita menggeleng.
"Mama tidak lapar"
"Sedikit saja Ma, Cakra mohon."
Lita menatap wajah putranya.
Cakra yang berlutut di hadapan Lita membuat Lita menangkup wajah tampan putra pertamanya.
Sekarang hanya Cakra yang dia miliki.
"Cakra suapi."
Vito mengambil nampan yang berisi makanan, dia lantas memberikan nya kepada Cakra.
Dengan sabar dan telaten Cakra menyuapi Lita.
"Sudah, Mama sudah kenyang."
"Tapi ini masih banyak Ma, sedikit lagi ya." Ucap Vito yang khawatir dengan keadaan istrinya.
"Mama sudah kenyang Pa."
"Ya sudah, sekarang Mama istirahat."
"Mama mau tidur di kamar Vero."
Cakra membantu Lita, bahkan menyelimuti tubuh Lita yang berbaring dengan terus memeluk foto Vero.
"Mama istirahat, Cakra di luar." Ucap Cakra mengecup kening Lita dan berjalan keluar.
Vito mengikuti Cakra keluar dan membiarkan Lita istirahat. Semalaman Lita tidak tidur dan terus menangis.
"Papa juga istirahat, biar Cakra yang jagain Mama."
"Kamu juga istirahat, Kamu juga tidak tidur dari semalam."
Cakra mengangguk dan duduk di sofa ruang tengah.
Dia menyandarkan tubuhnya, memejamkan matanya sembari memijat pelipisnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!