Tumpukan mayat menggunung di mana-mana, sementara kobaran api menyala, membuat semua tempat bersinar terang layaknya siang hari.
Suara yang sebelumnya hanya terdengar sebagai pekikan kawanan gagak kini terpecah menjadi dua suara berbeda.
Di tengah semua kekacauan itu, berdirilah dua makhluk.
"Siapa kau sebenarnya?"
[ Aku katamu? ]
Luo Yan mengerutkan kening, menampakkan wajah serius. Dia bersikap waspada terhadap makhluk yang ada di hadapannya. Sedetik pun dia berusaha tidak kehilangan fokus, tidak melonggarkan pegangan pada pedangnya yang siap untuk menghunus. Kedua orang itu saling menatap cukup lama satu sama lain.
[ Aku adalah yang kalian sebut, Sang Raja Iblis! ]
"Apa? Tidak mungkin!"
[ Bersyukurlah, manusia, karena aku mengakuimu. ]
Luo Yan mulai menarik napas. Perlahan, dia mengalirkan tenaga dalam ke seluruh tubuhnya.
[ Itu dia, yang membuatku menginginkanmu. Kau memilikinya di dalam tubuhmu bocah... ]
"Sejak tadi kau mengoceh tidak jelas. Sekarang, matilah...!!!"
Dengan gerakan cepat, Luo Yan melangkah maju dan menyerang dengan pedang panjangnya, sementara makhluk di hadapannya itu tetap diam.
Ting!
Kelopak mata Luo Yan terbuka lebar, terkejut saat ilmunya ditepis hanya dengan tangan kosong.
Ting! Ting! Ting!
Serangan Luo Yan tak berhenti di situ, ia segera beralih dengan serangan lainnya. Namun, hasilnya masih tetap sama. Bahkan setelah puluhan kali menyerang, makhluk itu masih berdiri tenang.
"Bagaimana mungkin seorang pendekar tingkat atas sepertiku tidak bisa melakukan apa pun?"
Luo Yan mundur beberapa langkah, jelas makhluk di hadapannya bukan berasal dari dunianya. Makhluk itu berada di tingkat yang jauh lebih tinggi dibandingkan dirinya.
"Mundur! Pergantian pemain!"
"Sekarang biarkan kami yang bertarung!"
Sekilas, Luo Yan menengadah, saat itu tujuh sosok berjubah mewah turun satu per satu dengan lembut.
"Apakah hanya kau yang selamat di sini?"
Luo Yan menelan ludah, mereka bertujuh adalah sosok legendaris di dunia persilatan.
Siapa yang tidak mengenal mereka? Mereka adalah orang-orang dari satu generasi dengan Luo Yan. Salah satunya bahkan adalah cinta pertamanya.
"Yuan Rui."
Luo Yan tertegun. Meski sudah sering berjumpa dengan Yuan Rui, pesonanya tetap mampu memikat hati.
"Kalian berdua saling mengenal?"
Salah satu dari tujuh orang itu meledek dengan tawa ceria.
"Jadi makhluk itukah yang membuat pendekar kedelapan kita kewalahan?"
"Aku masih belum kewalahan, bodoh."
"Aku senang kau masih sama, kedelapan."
"Apa maksudmu itu?"
"Kau tetaplah lemah, sobat."
"Hahhh?!"
Luo Yan mengepalkan tangannya, menahan keinginannya untuk memukul dua orang itu.
"Kalian semua, tolong berhenti bercanda. Musuh kita ada tepat di depan sana."
Makhluk yang dimaksud oleh Yuan Rui adalah sosok menakutkan di hadapan mereka, makhluk tanpa tubuh, hanya mata merah gelap yang mengerikan.
"Makhluk itu memperkenalkan dirinya sebagai Raja Iblis. Dia adalah pelaku kekacauan di sini."
Tatapan semua orang terfokus pada makhluk yang disebut Raja Iblis.
[ Kita kedatangan tamu tak diundang. Aku akan membereskan kalian bertujuh dengan cepat. ]
"Menakjubkan dia masih bisa seberani ini, kalian semua dengar itu?"
Semua orang memiringkan kepala, tampak tidak mengerti maksud Luo Yan.
[ Hahaha. Bodoh! Hanya dirimu yang memiliki kualifikasi untuk berbicara denganku. ]
Luo Yan segera menyadari mengapa teman-temannya tampak bingung dengan ucapannya.
Ia berusaha menyampaikan informasi yang didapat, namun makhluk itu sudah maju, siap menyerang semua orang.
Tujuh pendekar legenda itu mengeluarkan aura masing-masing, yang membuat udara dan tanah bergetar.
"Jadi inilah kekuatan pendekar kelas Raja."
Luo Yan tidak dapat berbuat apa-apa. Dia hanya dapat menyaksikan, terpuruk dalam ketidakberdayaan.
Gunung terbelah, dan lembah tercipta akibat pertarungan dahsyat yang berlangsung selama tiga hari dan tiga malam. Dalam kegelapan langit, suara gemuruh dan cahaya petir menyelimuti medan laga.
Akhirnya, pertarungan itu berakhir dengan kemenangan tujuh pendekar raja. Sementara itu, makhluk tersebut kini terduduk, menatap ketujuh Pendekar Raja dengan tatapan penuh kebencian.
[Inang ini sama sekali tidak berguna. Aku tidak percaya bahwa aku dikalahkan oleh pendekar rendahan sepertimu.]
Luo Yan hanya bisa tersenyum pahit. Pendekar Raja, simbol tertinggi dalam dunia persilatan, kini dianggap seperti serangga oleh makhluk ini.
[Sekarang, aku tidak bisa memenuhi janjiku kepada 'penyihir dunia' itu.]
Samar-samar, kata-kata Raja Iblis terdengar di telinga Luo Yan, menimbulkan rasa ingin tahunya. Ia mendekat untuk menangkap setiap kata.
[Tapi sekarang aku telah menemukannya... Rupanya kau hidup di zaman ini...]
"Apa sebenarnya kau ini..." Luo Yan mencoba bertanya, namun kata-katanya terhenti saat ketujuh Pendekar Raja di sekelilingnya menahannya. Mereka tampak lelah, bahkan salah satu dari mereka terbaring di tanah, terengah-engah.
[Takdirmu adalah bertemu dengan 'penyihir dunia'. Kau harus menemuinya, dan aku tidak akan membiarkan jaman mengambilmu kembali.]
Luo Yan mengerutkan kening, berusaha memahami maksud dari makhluk hitam tersebut. Namun, tiba-tiba, makhluk itu menghilang seperti kabut.
"Ha? Kita hanya melawan Pendekar Ahli biasa?!"
Raja Iblis itu telah menciptakan serangan dari manusia dengan tingkat kekuatan pendekar ahli biasa.
Mereka bertujuh tertegun, hanya bisa menahan napas menatap keanehan di depan mereka.
[Aku mendapatkanmu.]
Luo Yan berbalik, berusaha menghindar, tetapi seribu bayangan di langit menghujaninya seperti hujan deras dalam sekejap. Ribuan bayangan itu merasuki dirinya, tanpa disadari oleh ketujuh Pendekar Raja.
"Kuh! Bunuh aku...!"
Dengan penuh kesadaran, Luo Yan berseru.
"Cepat bunuh aku...!!"
Ketujuh Pendekar Raja bingung dengan apa yang diucapkan Luo Yan, hingga akhirnya dia menjelaskan bahwa Raja Iblis telah merasuki tubuhnya. Dengan penuh ketegangan, Luo Yan mencengkeram pundak Yuan Rui, memohon padanya.
Akan tetapi, ketujuh Pendekar Raja masih belum bergerak. Akhirnya, Luo Yan melepaskan ledakan aura dan tenaga dalam yang melampaui batas kemampuannya.
Dari situ, ketujuh Pendekar Raja mulai memahami apa yang terjadi.
"Aaaarrrrggggh!"
Luo Yan berteriak sangat kencang, seluruh pupil matanya berubah menjadi hitam. Ia mengerang, mencoba mengambil pedangnya, tapi tangannya terhenti begitu saja.
Sekejap kemudian, kepalanya terputus dari tubuhnya oleh enam tusukan yang menyegel gerakannya.
Yuan Rui adalah orang yang mengeksekusi Luo Yan.
"Kau... belum berubah. Kau masih sama, masih baik hati seperti dulu..."
Yuan Rui meraih kepala Luo Yan dengan lembut.
"Kau merelakan dirimu, mengorbankan nyawamu demi melindungi dunia ini dan kita semua."
Dengan penuh kasih, Yuan Rui memeluk kepala Luo Yan erat-erat. Ia mendekatkan wajahnya dan menitikkan air mata.
"Jasamu tidak akan pernah cukup..."
Luo Yan yang telah tiada takkan pernah mendengar kata-kata itu.
"Semoga kita bisa bertemu kembali. Lain kali, aku ingin..."
Yuan Rui mencium Luo Yan penuh cinta. Namun, tiba-tiba, dari balik semua itu, terdengar tawa yang mengejek.
[Aku tidak akan membiarkan semuanya berakhir seperti ini!]
Luo Yan membuka matanya. Cahaya redup adalah hal pertama yang dilihatnya.
"Nona Yi! Anakmu telah lahir dengan selamat; dia adalah seorang laki-laki!"
"Terima kasih..."
Luo Yan terbelalak, terkejut melihat orang-orang dewasa yang tersenyum mengerumuni dirinya, hingga tiba-tiba dirinya tak kuasa menahan air mata.
"Huu... Waa! Waa!"
Tangisan bayi melengking di ruangan, menggema dengan kehidupan.
"Namamu sekarang adalah..."
Seorang perempuan mengambilnya, mengecup lembut dahinya.
"...Luo Yan."
Luo Yan (10 Tahun) berlari di lorong yang panjang.
"Luo Yan, berhenti sekarang!" teriak ibunya.
"Aku tidak mau! Wee!" jawabnya sambil menjulurkan lidah, mencoba menggoda ibunya.
"Awas kau, lihat saja nanti!"
"Coba tangkap aku!"
Tawa Luo Yan menggema saat ia berlari lebih kencang. Dia berbalik dan tidak menemukan sosok orang yang sedang mengejarnya, sedangkan Luo Yan sudah hampir berada di ujung lorong.
"Kurasa hari ini adalah akhirnya, aku akan terbebaskan!"
Hup!
Namun, tiba-tiba, ibunya muncul entah dari mana dan menangkapnya.
"Kau menggunakan ilmu tenaga dalam! Itu curang!" protes Luo Yan.
"Hoho, tidak ada kata curang untuk melawan bocah nakal sepertimu."
"Ugh!"
Meski telah kalah, Luo Yan masih menunjukkan wajah kesal. Ia cemberut dan mendengus berkali-kali kepada ibunya.
"Cubit nanti, loh," ancam ibunya.
Kata-kata itu langsung membuat Luo Yan berperilaku normal lagi. Ia tahu betul bagaimana ibunya kalau sudah marah, yang bisa sangat berbahaya layaknya harimau.
“Astaga, sulit sekali membuat anak sepertimu belajar! Hanya membuat kepalaku pusing,” keluh Luo Yi.
Mereka berdua pergi ke ruang baca. Luo Yi kemudian mengambil sebuah buku dari sana. Buku itu menceritakan kisah era kekacauan yang akan membawa dunia menuju kehancuran. Semua orang menganggap buku itu sebagai kitab suci.
“Dalam ramalan, Era Kekacauan bermula dari kultus iblis dan pemimpinnya, Raja Iblis,” bunyi salah satu halaman.
Luo Yi tersenyum penuh kasih melihat anaknya yang mulai mengantuk.
“Kau sudah tertidur?” tanyanya pelan. Balita yang terlelap di pangkuannya membuat hati Luo Yi berbunga.
Luo Yi sedang mengajarkan sedikit pengetahuan umum kepada anaknya, ia berusaha memperkenalkan pendidikan sejak dini. Wanita yang sudah menginjak usia tiga puluhan itu terus tersenyum sambil mengelus pipi lembut anaknya.
“Aku penasaran, bagaimana kau akan tumbuh nanti…” Gumamnya.
Memiliki kerutan di usia ini adalah hal biasa, namun Luo Yi masih terlihat cantik tak terpengaruh dengan waktu.
“…Dan aku juga penasaran bagaimana nasib kita saat ini, Luo Yan,” lanjutnya dengan nada merenung.
Luo Yi adalah seorang selir di kerajaan, tepatnya selir ketujuh. Sang Kaisar memiliki dua orang sebagai istri sah dan tujuh orang selir.
Di dunia persilatan, memiliki banyak wanita di sekelilingmu adalah wajar jika kau seorang yang kuat dan berpengaruh.
Tiba-tiba, seseorang muncul dengan suara keras.
“Apa yang kau katakan?!” seru seorang wanita.
Luo Yi terkejut.
“Bocah itu pasti hanya akan menjadi sampah!” Selir Pertama Sang Kaisar itu tertawa sinis.
“Seorang selir menceritakan kisah tentang Raja Iblis yang hampir menguasai dunia? Ramalan yang ketinggalan zaman!”
Luo Yi menarik napas dalam-dalam, merasakan bahwa pembicaraan ini akan menjadi rumit.
“Nona Mei, ada keperluan apa datang kemari? Aku sedang mengajari anakku baca tulis,” kata Luo Yi tenang, berusaha menjaga suasana.
Melihat ketenangan Luo Yi, Xiao Mei, Selir Pertama Sang Kaisar, merasa terusik.
“Kau hanyalah selir terakhir, ingatlah posisimu!”
"Bibi Mei, ada ribut-ribut apa ini?"
Entah sejak kapan, Luo Yan sudah membuka matanya.
“Bibi Mei, kau pun seorang selir, tapi kau bahkan tidak dicintai oleh Kaisar,” balas Luo Yan dengan suara polos.
“Luo Yan?!” teriak keduanya.
“Bocah! Kau... berani sekali bicara, bocah bodoh sepertimu!” seru Xiao Mei tidak percaya.
“Bibi, kau bisa menjadi selir hanya karena keluargamu yang berpengaruh. Kau sama sekali tidak dicintai, berbeda dengan ibuku yang cantik ini. Ibuku disukai oleh Kaisar,” Luo Yan menjelaskan dengan semangat sebelum menunjukkan satu jari, “Dia dilamar oleh Kaisar dalam pandangan pertama saja. Bagaimana denganmu?”
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!