Kebanyakan orang hanya tahu kalau dunia ini dihuni oleh makhluk bernama manusia. Manusia merasa bahwa mereka adalah puncak tertinggi dari rantai makanan. Menghiasi bumi ini dengan bermacam-macam ciptaannya. Entah itu merusak ataukah tidak bagi bumi ini.
Pada kenyataannya, ada dimensi lain yang berada di bumi ini. Dimensi tidak terlihat, yang hanya bisa dilihat oleh orang-orang tertentu. Dapat dilihat dalam waktu-waktu tertentu, tempat-tempat spesial. Kita menyebut dimensi itu sebagai dimensi ghaib. Yang didalamnya terdapat penghuni selain manusia.
Kita hidup berdampingan tanpa ada yang tahu, tanpa saling mengganggu. Tetapi kadang kalanya, secara tidak sengaja kita melanggar larangan yang ada. Manusia yang bersalah ataukah makhluk dimensi ghaib yang kita sebut sebagai siluman yang bersalah. Pertikaian itu sering mengakibatkan bencana di dunia.
Di sebuah pulau terpencil di Indonesia, Pulau Siroktabe berada di wilayah Kepulauan Nias, Sumatera Utara. Berlabuh kapal kecil di tepi pantai. Di tengah-tengah hutan sedang berlangsung upacara pemanggilan arwah. Dengan peti mati berisikan seorang lelaki tampan muda berusia 22 tahun. Dengan rambut hitam lebatnya yang acak-acakan, bibirnya yang berdarah, tangan kanannya yang berdarah dan patah serta belati yang masih menancap di perut bagian kirinya dan darah segar yang mengalir tak henti-hentinya. Menjadikan setelan jas abu-abu yang dikenakannya menjadi merah merona. Membawa nuansa magis tersendiri. Masih bernafas walaupun lemah sekali.
Peti mati itu berada di dalam lingkaran sihir dan di luar lingkaran sihir terdapat 3 orang laki-laki berusia 35 tahunan, berpakaian layaknya mafia dengan jas hitam, celana panjang hitam, sepatu hitam, kemeja putih, dasi hitam. Terlihat dengan ekspresi yang serius.
"Apakah kau yakin dengan upacara ini?" tanya seorang laki-laki dengan rambut panjangnya sepunggung yang diikat berwarna hitam dan mata sipitnya. Berekspresi penuh dengan kecemasan, bernama Daichi Yuki.
"............" diam sambil menggigit jarinya, pria bernama Benjiro Kawakatsu dengan rambut pirang pendek dan kacamata emasnya.
"Lalu apa lagi yang akan kau tunggu? Kau mau tuan muda Kei mati sia-sia begitu saja? Bukankah hal ini lebih baik untuk dilakukan?" bentak Gou Ouchi, dengan rambut coklat pendeknya yang dirapikan kebelakang dan mata kirinya yang mempunyai bekas goresan pisau, membuatnya terlihat garang.
Mereka bertiga adalah penjaga dari keluarga Ryukyu selama turun temurun. Sayangnya pada generasi mereka, keluarga Ryukyu hampir mengalami kepunahan. Untuk itulah tidak ada cara lain selain melakukan ritual pemanggilan arwah untuk menyelamatkan keluarga ini.
Hening menyelimuti mereka bertiga, angin malam berhembus dingin seakan-akan menyuruh mereka untuk menyegerakan ritual itu.
"Hah ~...... baiklah" ucap Daichi sambil menghela nafas panjang.
Mereka bertiga akhirnya melangkah ke posisi yang telah ditentukan sebelumnya. Dengan wajah serius, secara bersamaan menggoreskan pisau ke telapak tangan kirinya hingga mengelurkan darah dan diletakkan tangan berlumuran darah itu di dalam lingkaran sihir. Mengucapkan mantra-mantra pemanggilan arwah dan memberikan kekuatan pada lingkaran sihirnya agar berfungsi.
Setelah sekian lama menunggu, tiba-tiba angin berhembus dengan kencangnya. Pohon-pohon mulai bergoyang hebat, air laut bergelombang hebat, awan hitam semakin hitam. Tubuh Kei Ryukyu yang sedang sekarat tiba-tiba saja sembuh dengan perlahan. Wajahnya yang bengkak dan berdarah kembali seperti semula, tangannya yang patah sembuh seketika dan belati yang ada di perutnya keluar dengan sendirinya. Semua lukanya mulai sembuh dan menutup. Seperti tak pernah ada luka sebelumnya kecuali bekas darah dan pakaiannya yang masih acak-acakan.
"Aaah ~......" ucap Kei tiba-tiba sambil membuka matanya perlahan dan mulai bangun dari peti mati.
"Hem? ........." setelah duduk, baru dia sadari bahwa tubuhnya adalah tubuh seorang laki-laki.
"Apa maksud semua ini?" tanyanya dengan nada dingin.
"............" mereka bertiga langsung berlutut di hadapan Kei dan menundukkan kepalanya.
"Ancestor ........." ucap mereka bersamaan.
"Kau masih berani memanggilku?" bentaknya sambil berdiri dan duduk di pinggir peti mati dengan gaya duduk yang feminis.
"Apakah kalian sudah lupa kalau aku ini adalah seorang wanita? Dan lagi, kalian sediakan aku dengan tumbal seorang laki-laki? Dan masih perjaka? Masih bocah?" bentak Kei habis-habisan.
"Kami minta maaf Ancestor. Benar-benar ini adalah situasi yang genting." ucap Benjiro masih menundukkan kepalanya.
"Situasi macam apakah ini?" tanya Kei
"Em ...... Keluarga Ryukyu hampir punah. Hanya menyisakan tuan muda Kei yang hampir mati dan bayi perempuan berusia 2 tahun." kata Daichi merasa bersalah.
"Sepertinya mereka tidak ada yang mewarisi kekuatan onmyoji dan sangat bodoh sekali." ucap Kei sambil meniup kuku di jari tangan kirinya.
Kemudian Daichi menceritakan keadaan keluarga Ryukyu saat ini. Keturunan langsung hanya tersisa Ayah tuan muda Kei, beliau meninggal 2 tahun yang lalu akibat peperangan antar mafia yang terjadi di Jepang. Sedangkan Ibu tuan muda Kei telah meninggal saat tuan muda berusia 5 tahun karena kejadian pengeboman di Korea. Setelan itu Ayah tuan muda Kei menikah kembali dan baru saja dikaruniai momongan seorang gadis cilik.
Secara jelas, keturunan keluarga Ryukyu tinggal 2 orang saja. Tragisnya tuan muda Kei hampir meninggal hari ini diakibatkan penghianatan anak buah Ayah tuan muda. Setelah menyelamatkan Ibu dan Adik tirinya, tuan muda Kei bertekat untuk melakukan upacara pemanggilan arwah agar tubuhnya tidak mati sia-sia. Dia ingin keluarganya jaya kembali seperti dulu kala. Paling tidak, dalam keluarganya harus ada 10 orang keturunan. Agar keluarga onmyoji tidak punah begitu saja.
"Ha ~........." (menghela nafas panjang)
"Aku rasa kalian memang bodoh. Bukankah profesi sebagai mafia itu profesi antara hidup dan mati. Terus terusan bertarung. Kenapa tidak memilih profesi yang aman-aman saja." mengerutkan dahinya dan mulai berdiri menuju ke arah pantai.
"Mulai sekarang panggil aku Kei Ryukyu. Apapun itu, aku akan bertanggung jawab terhadap tubuh ini. Apakah dia punya sperma bank?" tanya
"............"
"Punya" jawab Gou pelan
"Suruh beberapa gadis yang ingin mempunyai keturunan dan donorkan sperma tubuh ini. Aku ingin setidaknya 10 bayi baru. Berikan juga biaya perawatan apabila bayinya sudah lahir." masih berjalan
"Em ........." gumam Daichi berfikir
"Apa? Uang kita tidak punya???" tanya Kei menghentikan langkahnya
"............"
"Heh ......... benar-benar bodoh!!! Dimana kita sekarang?"
"Kita berada di Indonesia"
"Hem ...... pertama-tama aku harus memperbaiki tubuh ini. Aku harus jadi laki-laki. LAKI-LAKI ~......... BODOH!!!" teriaknya tak tahan akan keadaannya yang sekarang.
Setelah sekian lama dan dibangkitkan kembali, inilah pertama kali hal aneh yang dirasakannya. Pada upacara pemanggilan yang sebelumnya, semuanya menggunakan tubuh seorang wanita. Baik itu usia tua ataupun muda. Semuanya wanita dan bukan berbeda jenis. Membuatnya frustasi.
Setelah menaiki kapal dan melihat pemandangan laut yang tenang. Hatinya pun juga ikut tenang.
(Terserahlah! Mulai sekarang aku adalah Kei Ryukyu. Persetan dengan laki-laki atau perempuan. Menyebalkan!) batin Kei geram
Dan dia juga merasakan ada aura gelap dan merah disekitarnya, yang artinya daerah ini dekat dengan salah satu portal dimensi ghaib. Sebagai seorang onmyoji atau dukun terkenal pada zamannya, ancestor sangatlah ahli dalam menangani masalah ghaib. Akan tetapi beliau tidak akan mengganggu apabila tidak diganggu, harus hidup harmonis. Dan kapal mulai meninggalkan Pulau Siroktabe.
Bersambung ............
Di sebuah rumah mewah 3 lantai dengan arsitektur Eropa di Medan, Sumatera Utara.
Tap ......
Tap ......
Tap ...... (suara langkah kaki turun dari tangga)
Terlihat Kei turun dari tangga dengan pakaian bersih dan penampilan yang rapi. Tak lupa memasangkan anting pada telinga kirinya, yang tidak akan membuatnya lupa kalau dia wanita. Dia menemukan anting dengan permata hijau ini di bawah kasurnya, perhiasan dari neneknya. Dan ternyata adalah sebuah jimat dengan mantra kesehatan, menjaga penggunanya agar tidak mudah sakit. Sangat heran kenapa bocah ini tidak menggunakannya. Menjadi sia-sia saja.
"Dimana yang lainnya?" tanya Kei kepada Daichi, satu-satunya orang yang menunggunya di ruang tamu
"Gou sedang mencari makan sedangkan Benjiro sedang mengurus berkas-berkas yang ada termasuk masalah keuangan."
"Hem ...... setelah aku lihat, dari kalian bertiga. Hanya kau yang mempunyai kekuatan menengah sebagai dukun. Apa ada yang ingin kau tanyakan?" kata Kei sambil duduk santai di sofa
"............"
"Kalau begitu biar aku yang bertanya. Apakah kau tidak merasakan aura negatif dari rumah ini?" sambil menyilangkan kakinya secara feminis
"Em ...... menurut record, 2 generasi kepala keluarga yang terdahulu sangat suka mengoleksi benda-benda antik. Akan tetapi tidak ada catatan khusus yang menyebutkannya. Hanya benda-benda tersebut disimpan di ruang bawah tanah rumah ini." kata Daichi mengingat-ingat hal itu
"Ha, kakeknya? ...... Aura negatifnya banyak sekali. Coba bawa aku ke sana." sambil berdiri dari tempat duduknya
"Baik" ikut berdiri dan segera berjalan ke ruang bawah tanah di belakang rumah.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Grek ...... (suara membuka pintu besi)
Dari dalam ruangan keluar energi negatif yang lumayan banyak.
"Menjijikkan" gerutu Kei melihat ruangan gelap di ujung tangga menuju bawah tanah
"Coba kau jalan duluan, membuatku sakit." sambil menutup hidungnya dengan sapu tangan.
Tas ...... (suara senter menyala)
Tap ......
Tap ......
Tap ...... (suara menuruni tangga)
Daichi berada di depan dan Kei mengikutinya dari belakang.
Cklik ...... (suara membuka kunci pintu)
Kriet ...... (suara pintu terbuka)
Saat pintu terbuka aura gelap dan negatif keluar menyelimuti lorong dan ruangan. Dan senter yang dipegang Daichi mati seketika.
"Ugh ~...... bau sekali" ucap Kei dan menyahut senter yang ada di tangan Daichi dan dinyalakannya kembali.
Tas ...... (suara senter menyala)
Ruangannya lumayan kecil, hanya seluas kamar biasa. Berisikan barang-barang rongsokan dan berharga tercampur menjadi satu. Dalam ruangan ini terpasang mantra persevation agar barang-barang yang ada di dalamnya tidak mudah rusak.
Di pojokan ruangan, ada almari berisikan barang-barang antik yang mengeluarkan aura hitam dan negatif.
"Ha ...... yang benar saja?" kata Kei mengerutkan dahinya melihat begitu banyak asap hitam keluar dari barang-barang antik itu.
Tap ......
Tap ......
Tap ...... (suara langkah kaki)
Mereka berdua berjalan mendekati almari dengan langkah perlahan sambil memperhatikan sekelilingnya. Dilihatnya banyak porcelain putih cantik bergambar bunga dan naga, serta ada pedang dan batu berharga. Yang mempunyai satu kesamaan yaitu memancarkan aura negatif.
Prang ...... (suara guci cantik pecah ke lantai)
"Kau bilang ini barang antik? Orang bodoh mana yang mau mengumpulkan barang-barang sial ini? Kau tahu, apa kegunaan benda ini?" kata Kei marah-marah sambil menunjuk pecahan guci di lantai yang baru saja dibantingnya.
"............" menggelengkan kepalanya
"Tiga guci putih berhiaskan bunga ini adalah guci pembawa mimpi buruk." menunjuk guci cantik yang ada di almari dan memecahkannya satu per satu.
Prang ......
Prang ...... (suara guci cantik pecah ke lantai)
"Dan ini, ini pedang setan dengan arwah gentayangan dari samurai pemiliknya yang mati dalam medan pertempuran." menunjuk pedang hitam dan membuangnya ke lantai
Pak ...... (suara pedang jatuh ke lantai)
Bugh ...... bugh ...... bugh ...... (suara menginjak pedang)
"Tidak berguna! Bodoh, bodoh, bodoh!!! Pedang sialan!!!" umpatnya dan tidak berhenti menginjak pedang itu
"............" Daichi hanya bisa melihatnya pasrah dan kebingungan. Tapi dia tidak lupa untuk mencatat semua pengetahuan penting itu dalam buku catatannya. Kalau-kalau suatu saat nanti dia menjumpai benda yang serupa.
"Dan perhatikan pedang dengan sarung putih bergambar itu." menunjuk pedang cantik berhiaskan lukisan ular putih dengan mata berwarna merah. Dia lemparkan pedang itu ke dinding.
Clak ...... (suara pedang jatuh)
"Ha ...... aku tak bisa berkata apa-apa lagi. Itu adalah pedang dari siluman ular putih. Darimana dia mendapatkannya? Apakah tidak ada record kalau dia telah melakukan transaksi dengan siluman ular?" tanya Kei sambil memegangi dahinya yang cenat cenut. Merasakan tahu penyebab kepunahan keluarganya. Semua itu karena benda-benda sial ini yang disimpan rapi dalam ruangan bawah tanah.
"Masukkan kedua pedang setan itu dalam pembuangan tinja."
"............" Daichi tidak bisa berkata apa-apa lagi
"............" kedua pedang itu merasa sedang dalam bahaya dan bergetar secara bersamaan kemudian melayang dan jatuh tepat di depan kaki Kei.
Bugh ...... (suara menginjak pedang)
"Apa yang bisa pedang rendahan seperti kalian lakukan?" tanya Kei terus menginjak-injak kedua pedang itu untuk melampiaskan amarahnya.
"Dan ini, yupei-yupei pembawa sial" membanting yupei dan permata cantik yang ada sampai pecah terbelah berkeping-keping
Tap ......
Tap ......
Tap ...... (suara langkah kaki)
Kei melangkah mendekati sudut ruangan lainnya, dia temui disana ada sebuah meja yang diatasnya terdapat 2 kotak perhiasan cantik. Sangat misterius.
Klik ...... (suara membuka kotak pErhiasan)
"Oh, ouroboros ......" ucap Kei melihat gelang berwarna hitam dengan ular menggigit ekornya sendiri. Di ambilnya gelang itu dan secara langsung ular hitam itu hidup mengedipkan matanya, mirip ular 'Dragon Snake' mempunyai sisik disepanjang punggungnya. Secara ghaib, ular itu masuk ke dalam kulit tangan kiri Kei, menjadi tato hidup yang dapat bergerak berpindah-pindah tempat. Dan sekarang sudah berada di leher dan pipi kirinya.
"Lucu sekali. Kau tahu apa fungsi ular ini?"
"Tidak tuan muda" jawab Daichi melihat kejadian aneh itu
"Ular ini berfungsi mengingatkanmu akan adanya bahaya di sekitar. Dapat menyelamatkanmu di saat yang genting." dan melanjutkan membuka kotak perhiasan selanjutnya.
Klik ...... (suara membuka kotak perhiasan)
"Apa ini? Ha ...... benar-benar lucu sekali." melihat gulungan dari kulit ular pyton yang mengelurkan cahaya putih. Dia tahu bahwa gulungan itu pasti berisi perjanjian antara kakeknya dengan salah satu keluarga siluman ular pyton. Kalau tidak salah, ada satu portal dimensi ghaib di Pulau Kalimantan menuju kerajaan siluman ular.
"Aku rasa ini adalah masalah besar." melihat gulungan itu sambil berfikir keras. Merasa gulungan itu membawa bencana bagi keluarganya.
"Pungut kedua pedang setan itu." perintah Kei ke Daichi
"Baik tuan muda" segera mengambil kedua pedang itu dari lantai
(Terlihat kotor sekali) batinnya ingin melemparkannya kembali ke lantai.
Sring ...... (suara pedang keluar dari sarungnya)
Klik ...... (suara kotak perhiasan terbelah dua)
Dengan tarikan tangannya, Kei menebas kotak perhiasan dan gulungan itu dengan pedang ular putih. Dan mengucapkan mantra tertentu sehingga benda tersebut hangus terbakar api menjadi debu.
Blaze ...... (suara api)
"Hah ~........." menarik nafas panjang dan mengerutkan dahinya, berfikir keras. Apa yang harus dilakukan selanjutnya?
"Segel ruangan ini. Timbun dengan semen pintu masuknya dan segera jual rumah ini untuk mendapatkan uang. Aku merasa sangat miskin." marah-marah dan keluar ruangan diikuti Daichi.
"Baik tuan muda"
Tap ......
Tap ......
Tap ...... (suara langkah kaki)
Dan hanya kegelapan yang tersisa di dalam ruangan itu.
Slam ...... (suara pintu tertutup)
Bersambung ............
"Aaah ~......" teriak Benjiro sambil berdiri dari tempat duduknya setelah melihat tato ular bergerak di mata kiri Kei.
Tap ......
Tap ......
Tap ...... (langkah cepat)
Setelah melihat itu, Kei melangkah cepat mendekati Benjiro dan menatapnya tajam.
Slam ...... (suara Kabe-Don)
Kei melakukan Kabe-Don ke Benjiro yang mulanya dalam posisi berdiri jadi terduduk di atas sofa. Merapatkan kedua kakinya dan meletakkan tangannya dalam bentuk silang di dadanya. Sambil melihat wajah Kei ketakutan. Dan Kei membalas dengan tatapan tajamnya.
Plak ...... (suara pukulan kepala)
Karena tak tahan melihat ekspresi Benjiro, Kei memukul kepalanya hingga dia tersungkur di sofa dengan kacamata miring.
"Ah ........." serunya kaget
"Apa yang kau lakukan? Minggir!" perintah Kei dan duduk di sofa
"Ba ... baik tuan muda" ucap Benjiro segera berdiri dari tempat duduknya dan menundukkan kepalanya merasa malu.
"Ha ~...... apa lagi yang kau lakukan berdiri saja disitu? Cepat pergi ke Daichi dan tanyakan apa yang harus dikerjakan. Aku rasa kau lemot sekali." kata Kei memelototi Benjiro
"Ba ...... baik ......" segera berlari ke arah Daichi
"Hi ........." serunya takut melihat pedang yang dipegang Daichi
"Orang gila!" gumam Kei dan mulai memejamkan matanya untuk berfikir
(Kedua pedang setan itu akan aku berikan kepada anak buahku. Dan aku sendiri juga membutuhkan pedang setan untuk melakukan pembantaian. Hah ~...... dimana aku harus mendapatkannya?) batinnya berfikir keras
Dia mulai menyusuri memori yang ada pada tubuh ini. Mulai dari tempatnya belajar, teman-temannya, semua tentang kehidupannya selama 22 tahun berjalan. Sampai sebuah memori terhenti pada seorang gadis cantik seumuran dengannya dengan potongan rambut pendek di atas leher dan kacamata khasnya yang membuatnya seperti kutu buku. Rambut hitam legamnya merupakan hal yang paling berkesan di dalam memori Kei Ryukyu yang saat itu berusia 16 tahun.
Gadis itu bernama Gayatri Maharani berasal dari Solo dan bersekolah bersamanya di Jakarta kala itu. Gadis itu sangat pintar dalam bidang komputer. Kei menganggapnya sebagai teman dekat. Karena dia tahu bahwa Maharani adalah anak indigo. Setelah Kei mempelajari pengetahuan tentang perdukunan dari buku warisan keluarga, dia menjadi penasaran akan hal-hal ghaib. Dan gadis itu muncul begitu saja dalam prosesnya belajar, menjadikannya sangat akrab.
Kei tidak tahu kalau ternyata Maharani mempunyai cinta rahasia terhadapnya. Dan hal itu terbukti dari hari perpisahan sekolah. Dari memori yang ada, sebelum mereka berpisah, Maharani seperti tahu akan sesuatu. Akan tetapi dia tidak yakin untuk memberitahukannya kepada Kei. Dan persahabatannya berakhir begitu saja saat Kei pindah bersekolah ke luar negeri.
"Em ...... tuan muda, makanan sudah siap." ucap Gou yang tiba-tiba datang mengganggu kilas balik memori Kei.
"Hem ......" angguk Kei dan membuka matanya perlahan, mengikuti Gou ke meja makan.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Di sebuah kos tua dan murah di Jakarta Barat.
Tap ......
Tap ......
Tap ...... (suara langkah kaki)
Maharani berjalan melewati gang kecil menuju kos-kosan dimana tempat dia tinggal. Sore hari merupakan jam pulang kantor bagi seorang Desainer grafis seperti dirinya.
(Melelahkan sekali) batinnya sambil memukul-mukul ringan pundaknya yang pegal karena bekerja seharian.
Uwah ~...... (suara menguap)
Setelah sampai di depan pintu kamarnya, dia merasa ada yang aneh.
Cklek ...... (suara pintu terbuka)
Dan benar saja, pintu kamarnya yang tadinya terkunci menjadi tidak terkunci. Setelah dia membuka pintu terlihat punggung seorang laki-laki berpakaian kaos hitam lengan panjang yang digulung sesiku, celana panjang, sneaker hitam putih dan rambut hitam pendeknya yang sedikit berantakan.
"Siapa kau?" tanya Maharani sambil menodongkan pisau kecil yang diambil dari dalam tasnya. Merupakan pisau kramat dari neneknya.
"Ogenki desu ka?" sambil memperlihatkan wajah sampingnya ke Maharani, ingin menguji, apakah dia masih mengenalinya.
"K ... Kei?" tanyanya dengan mata terbelalak, seperti tidak percaya kalau Kei ada di hadapannya.
"Ehehe ......" sambil berbalik dan Maharani dapat melihat wajah Kei
"Kau ... kau bukan Kei! Siapa kau?" ucap Maharani yakin karena dalam ramalan mimpinya, Kei sudah mati. Dan orang yang ada di hadapannya mempunyai aura yang berbeda dari Kei. Walaupun wajahnya sama, dia bukanlah Kei.
"Maharani, kau pasti tahu sesuatu!! Dan ini semua salahmu!" ucap Kei menatapnya dengan wajah dingin
Clater ...... (suara pisau jatuh ke lantai)
Maharani tak percaya, dia mulai meneteskan air mata dari kedua matanya.
"Kau benar, Kei sudah mati." melangkah mendekati Maharani
Brugh ...... (suara Maharani jatuh ke lantai lemas)
"Dan coba tebak, siapa ini?" kata Kei dengan nada mengejek dan sampai tepat di hadapan Maharani
"Aku tidak menyangka bahwa ramalan yang aku lihat itu benar atau bukan. Aku bahkan berfikir bahwa itu adalah kembang tidur, hanya mimpiku. Aku ... aku sangat menyesal. Hiks ... hiks ... hiks ..." ucap Maharani sambil menangis
"Kau dapat bertemu dengannya kalau misiku sudah selesai. Hanya saja aku tidak tahu berapa lama lagi pertemuanmu akan terjadi?" kata Kei datar sambil melihat Maharani, merasa gadis ini adalah sampah.
"Mulai sekarang kau harus menjadi anak buahku untuk menebus kesalahanmu." menarik tangan kiri Maharani dan memasangkan gelang hitam yang tiba-tiba mengecil seukuran pergelangan tangannya. Tidak dapat dilepas. Gelang ini berfungsi sebagai kontrak master servant relationship.
Maharani merasa pasrah sambil melihat tangan kirinya.
"Segera kemasi barang-barangmu dan resign dari kantormu sekarang. Aku tunggu! Dan mulai sekarang kau hanya boleh bekerja kepadaku sampai kontraknya habis." berjalan keluar dari kamar dan meninggalkan Maharani yang masih terduduk lemas.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Di kantor 'LeBoYe'.
Tiba-tiba saja Maharani menyerahkan surat pengunduran dirinya pada wakil direktur yang masih berada di kantor dan membereskan meja kerjanya.
"Kau yakin itu Maharani?" tanya teman perempuannya bernama Rita karena sedang melembur sehingga menyaksikan proses resignnya.
"Tentu saja, aku baru saja mendapat tawaran pekerjaan baru." katanya sambil mempercepat gerak tangannya
"Aku tidak percaya" ucap Rita melihat mata merah Maharani, yang jelas-jelas bekas menangis. Dan segera menghubungi Andika dan Temon, teman sekantornya yang naksir Maharani.
Tap ......
Tap ......
Tap ...... (suara langkah cepat)
"Maharani" teriak Andika yang tiba-tiba masuk ke ruangan dan menghampiri Maharani
Maharani mulai menceritakan kepada mereka bahwa dia mendapatkan tawaran bekerja di luar negeri dan bosnya sedang menunggu di bawah. Dia harus cepat-cepat membersihkan barang-barangnya.
Setelah selesai, segera berpamitan pada teman-temannya.
Dan Kei sedang menunggunya di luar mobil. Bersandar pada pintu mobil sambil melihat ke langit dan menjilati permen lolipop. Sangat malas sekali. Tak lupa sesekali melihat jam tangannya.
Dari depan pintu gedung kantor, dilihatnya Maharani membawa satu kotak kardus berisikan file-filenya. Dan dibelakangnya ada 3 orang temannya yang membuntuti dari belakang dengan wajah tidak rela.
"Heh ......" seringai Kei kecil
"Kau lihat itu? Apakah benar Maharani baik-baik saja? Tidak diancam? Dia terlihat seperti orang tidak baik." kata Andika beruntun dan mengerutkan dahinya setelah melihat ekspresi Kei dari jauh.
"Kenapa kau tidak bersyukur saja kalau Maharani dapat bos tampan." balas Rita mEnekuk kedua tangannya di depan dada
"Cih ......" merasa kalah karena sudah 2 kali ditolak Maharani
Karena kesal terus diperhatikan, Kei merengut ke Maharani.
"Ada apa?" tanya Maharani setelah sampai di depan Kei
"Buka mulutmu" perintahnya
"Aaa ......" dan Kei memasukkan permen bekasnya tadi ke mulut Maharani
"Hah?" seru Maharani kaget, begitu pula ketiga temannya yang memperhatikannya.
"Bajingan" ucap Andika marah dan ingin menghajar Kei
"Sabar" kata Temon sambil menahannya
Cklek ...... (suara pintu mobil terbuka)
"Masuk ......" ucap Kei menyuruh Maharani masuk mobil. Dan Maharani langsung masuk mobil dengan wajah malu. Kei meletakkan tangannya di atas mobil untuk mencegah Maharani terbentur kepalanya. Dan ikut masuk ke mobil sambil menyeringai kepada teman-teman Maharani.
Brag ...... (suara pintu mobil menutup dengan keras)
"Apa yang kau tunggu? Jalan!" perintah Kei pada Gou yang sedari tadi bengong
"Baik tuan muda" jawabnya singkat dan langsung menyalakan mobilnya ke jalan raya
Sementara itu, ketiga temannya hanya bisa pasrah
"Kau yakin itu bukan pacar Maharani?" tanya Rita keheranan yang dibalas dengan pelototan dari Andika.
Bersambung ............
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!