NovelToon NovelToon

Gadis Yang Dulu Kamu Hina

Tetangga Angkuh

“Berhenti menatapku seperti itu.” Seorang gadis cantik menegur seorang laki-laki di depannya.

Pria tampan itu hanya tersenyum miring. “Aku hanya tidak suka kamu bersikap seolah-olah tidak mengenalku. Kenapa kamu bersikap seolah-olah tidak mengenalku saat kamu baru tiba di Jakarta?”

Zara mengusap-usap belakang lehernya,”tidak alasan.”

“Kamu masih dendam padaku? Dengar ya … Aku melakukan itu padamu di masa lalu karena aku tidak suka kamu mengejar-ngejarku,” balas sang pria.

“Dulu aku memang mengejarmu seperti orang gila, tapi itu dulu … sekarang tidak lagi.” Perempuan cantik bernama Zara Letisha membuang nafas kasar dari mulutnya, wanita cantik itu marah mendengar pria arogan itu membahas saat mereka sekolah dulu. Ia tidak ingin membahas masa lalu yang menyedihkan itu lagi, hanya ingin menjalani kehidupan yang sekarang.

“Ok, sekarang baik nanti jangan pernah jatuh cinta dan mengejar-ngejarku lagi,” ujar Kenan dengan angkuh.

“Tidak akan lagi Kenan! Cinta yang dulu aku tunjukkan padamu hanyalah cinta monyet, hanya sebatas cinta anak-anak . Itu karena kita bertetangga dan sering bertemu denganmu. Aku dulu tidak tahu apa itu cinta atau hanya teman bermain,” tegas Zara.

“Oh, begitu? Sekolah SMA saya pikir sudah dewasa Zara,” tolak Kenan.

“Bagiku itu masih anak-anak,” ujar Zara.

Seorang pria bertubuh tinggi besar bernama Kenan Dasmangon Mahesa hanya mendengus kecil.Kenan tipe lelaki yang keras kepala, ia tidak pernah terima disalahkan untuk hal apapun, ia selalu punya jawaban untuk setiap pertanyaan. Ia juga selalu punya cara untuk membela diri

“ Kenan, aku hanya ingin melupakan semua masa lalu. Dulu aku hanya gadis jelek yang selalu mendapat hinaan dari kamu dan teman-temanmu. Sekarang aku sudah wanita dewasa tentu saja bisa mendapatkan orang yang lebih baik,” ujar Zara dengan mantap.

“Oh, kamu bangga karena sekarang sudah jadi dokter?”

“Tentu saja, mendapatkan gelar dokter tidak mudah mendapatkannya, aku berkenalan di negeri orang selama enam tahun,” tutur Zara.

“Pergi enam tahun bukan karena kamu marah dan kecewa padaku karena aku mencampakkan dan menolak cintamu di masa lalu?” tanya Kenan pernyataan itu membuat Zara tiba-tiba diam.

 “Mari kita bersikap tidak saling kenal di masa sekarang,” ujar Zara.

“Kenapa?” Kenan masih menatap gadis cantik di depannya, raut wajah lelaki tampan itu selalu terlihat angkuh sama semua orang , tapi kali ini ia terusik dengan kata-kata Zara. Tetapi ia tidak mau kalah dan tidak mau mengalah.

“Jika kamu ingin melupakanku. Apakah kamu sudah punya kekasih sekarang?”

 “Aku tidak ingin membahas apa-apa denganmu.”

“Oh, kalau begitu mari kita bahas masa sekarang. Aku sudah memutuskan akan menikah denganmu.”

Zara mendengus jengkel, “pernikahan tidak ada artinya bagiku.”

 “Penting bagiku. Perasaanku yang sekarang sudah berubah, kalau dulu aku tidak ada perasaan padamu, tapi sekarang aku ingin kamu jadi istriku,” ujar Kenan, tatapan matanya seakan-akan meledek Zara.

“Berhenti meledekku Pak Kenan, aku bukan objek yang bisa kau jadikan bahan tertawaan seperti dulu. Aku tidak akan tergila-gila padamu lagi. Justru kamu yang akan tergila-gila padaku,” balas Zara.

Kenan melipat tangan di dada lalu menatap Zara dengan tatapan mendominasi, “Kalau begitu mari bahas tentang kita,” paksa Kenan.

Ingin rasanya Zara  berteriak memaki-maki Kenan. Butuh enam tahun lamanya agar bisa melupakan semua yang dilakukan Kenan. Tetapi sekarang laki-laki angkuh itu seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

‘Laki-laki egois, aku sudah susah paya melupakannya kenapa harus bertemu dia sekarang’ Zara mendumal dalam hati.

Butuh waktu lama bagi Zara melupakan rasa sakit yang ditimbulkan Kenan dan  selalu menjaga hatinya agar tetap kuat, tetapi kekuatan itu hampir roboh saat bertemu dengan orang yang paling ia benci lagi. Zara sangat membenci lelaki yang ia dinobatkan sebagai cinta pertamanya tersebut. Baginya, Kenan hanya sekedar tetangga.

*

Keesokan harinya, atmosfer di antara Kenan dan Zara masih tetap tegang. Meskipun keduanya mencoba untuk berpura-pura tidak ada yang terjadi, namun suasana panas antara bertetangga itu masih terasa di udara.

Dinar Kakak Kenan ingin keluarganya akrab seperti dulu, baginya Bunda Zara sudah seperti ibu sendiri, sejak kecil Bu Rena Ibu Zara menganggapnya seperti putri sendiri.

“Tidak boleh seperti ini, aku akan meminta Kenan dan Zara berbaikan supaya keluarga kami akur.” Tekat Dinar.

Dinar mencoba menciptakan perdamaian agar hubungan kedua keluarga itu membaik seperti dulu. Dia mengajak Zara dan Kenan untuk berbicara lagi, berharap bisa menyelesaikan konflik di antara mereka. Zara menolak bertemu Dinar sampai memohon, melihat sang kakak sampai memohon-mohon Kenan merasa kesal pada Zara. Zara setuju pertemuan itu terjadi di taman belakang, dengan kehadiran Dinar sebagai mediator.

“Kalian berdua sudah dewasa, seharusnya bisa menyelesaikan masalah ini. Keluarga ini tidak boleh terus terpecah belah karena hal sepele,” ucap Dinar dengan nada tegas.

Kenan dan Zara saling menatap, tetapi tidak ada yang mau memulai pembicaraan.

“Baiklah, mari kita bicara satu per satu. Zara, apakah ada hal yang ingin kamu sampaikan pada Kenan? Aku ingin keluarga kita akur seperti dulu,” ujar Dinar.

Hal yang paling tepat tidak bertemu Kenan lagi, dengan begitu luka dalam hatinya tidak pernah terluka lagi.

“Gue gak ada masalah, justru Kakak yang terlalu membesar-besarkan masalah,” tuduh Kenan dengan santai.

Dinar menatap adiknya dengan tajam niat hati mengajak mereka bicara berdua agar suasana semakin membaik tetapi yang terjadi Kenan memperlihatkan sikap angkuhnya pada Zara. Laki-laki itu masih beranggapan kalau Zara yang sekarang masih sama dengan Zara yang mengejar-ngejarnya dulu.

“Lalu apa yang kamu inginkan Zara?” tanya Dinar.

“Tidak saling mengusik. Kamu jalani hidupmu dan aku jalani hidupku,” ujar Zara menatap Kenan.

“Justru aku memberimu jalan yang muda, dari pada kamu nanti tergila-gila padaku lebih baik kita menikah sekarang agar hubungan keluarga kita yang renggang bisa balik kembali,” usul Kenan.

“Kamu gila? Aku sudah katakan padamu! Itu tidak akan terjadi,” tolak Zara.

“Kenapa kamu keberatan aku bukan pengangguran ataupun pecundang. Aku juga pengacara terkenal Zara, bukan hanya kamu yang sukses jadi dokter aku juga sukses, aku kaya, tampan, orang tuaku kaya. Kenapa kamu menolak menikah denganku? Asal kamu tau ya, banyak wanita diluar sana yang berlomba ingin jadi istriku. Aku memberimu tawaran ini karena dulu kamu tergila-gila padaku,” ujar Adanan.

Zara menarik nafas pendek-pendek hampir saja keluar dua tanduk dari kepalanya, “kamu aneh ya … dari kemarin juga aku sudah katakan padamu . Aku tidak akan  pernah menikah denganmu,” tegas Zara.

“Aku sudah katakan padamu Zara, aku selalu mendapatkan apa yang aku inginkan, termasuk menikah dengan,” balas Kenan sembari tersenyum tipis.

Mata wanita cantik itu menatap laki-laki pria di depannya dengan tatapan tegas dan berkata dengan keras.

“Sampai matipun aku tidak akan menikah denganmu Kenan!”

Kenan tertawa miring,” kita lihat saja nanti.”

Bersambung

Mohon dukungannya kakak untuk karya barunya, terimakasih

Dulu Dihina Sekarang Dikejar

Besok harinya.

“Kenan! Kamu belum bangun jam segini?” teriak Kiya sang kakak

“Ada apa?” sahutnya dengan suara malas.

“Lima belas menit lagi gue tiba di sana kalau Lu belum bangun akan dobrak pintu apartemenmu,” ancam sang kakak dengan tegas.

Kenan hanya mendengus kesal ancaman ala killer itu, ia mengabaikan ocehan sang kakak . Pria bertubuh tegap itu membalikkan tubuhnya menatap jam dinding yang menggantung di kamar, jarum jam pendek bertengger di angka delapan,

“ Kenan!”

“ IYA!” sahut Kenan ketus.

“Jangan iya, iya saja Kenan! Dari kemarin kita sudah janji jam sembilan kita sudah di rumah Mami!” teriak wanita itu dengan kemarahan, “aku datang kesana, kalau kamu belum siap saat aku tiba, awas kamu. Aku bakar apartemenmu,” gertaknya lagi.

Mendengar ancaman sang kakak, Kenan Mahesa bangun.

.

Kenan lelaki yang sangat arogan ia tidak pernah memikirkan perasaan siapapun , ia hanya mendengar kata tiga orang ini , Mami dan kedua kakak perempuanya, selebihnya ia akan bersikap bodo amat. Ia buru-buru memungut bekas pengaman dari atas tempat tidur dan membuangnya ke tempat sampah, lalu buru-buru mandi. Tidak lama kemudian wanita yang dipanggil Killer Woman itu tiba juga di sana.

Saat ia menekan bel, Kenan langsung membuka pintu ia sudah berpakaian  rapi, wanita cantik itu masuk ke dalam apartemen sang adik.

 “Kenan, sampai kapan kamu seperti ini. Kenapa kamu tidak menikah saja agar ada satu lobang yang kamu pakai  dan ada orang yang mau mengurus hidupmu,” ujar sang kakak dengan nada kesal.

“Jangan urusin hal pribadiku,” ujar Kenan dengan datar.

“Karena kamu adikku, aku peduli sama kamu. Semua orang sudah berubah, kenapa kamu tidak pernah berubah. Zara akan tertawa melihat seperti Pak Pengacara.”

“Jangan membawa-bawa nama gadis manja di depanku,” ujar Kenan dengan jengkel.

“Kamu menyebut dia gadis manja, apa karena dia kemarin menolak menikah? Tentu saja kelasnya sudah berbeda sekarang Kenan. Gadis yang dulu kamu hina,  kamu permalukan sekarang sudah berubah jadi wanita yang sangat cantik, sementara orang yang selama ini menghinanya terlihat seperti gembel,” sindir Kiya.

“Anak baik-baik yang kalian banggakan itu, akan kembali mengejarku sampai mati-matian.” ucap Kenan dengan percaya diri.

“Kamu masih merasa dirimu laki-laki paling tampan Kenan. Kamu tidak tahu, wanita secantik dia bisa mendapatkan sepuluh lelaki ganteng sepertimu sekaligus. Aku mendengar orang tuanya menjodohkannya dengan seorang pengacara bernama Sean. Mungkin kamu mengenalnya,” ujar Kiya.

“Dia akan mengejar-ngejarku lagi. Tidak ada seorang wanita manapun di dunia ini yang menolak pesonaku. Setelah aku mengajaknya menikah kemarin aku yakin dia sudah berpikir keras, lalu dia akan setuju.”

“Kenapa kamu tidak minta maaf datang ke rumah Zara. Mami ingin mereka akur lagi dengan tetangganya.”

“Aku tidak akan mendatanginya dia sendiri yang akan datang padaku,” ucap Kenan dengan percaya diri.

“Oh begitu, kita akan lihat. Suatu nanti kamu yang akan bertekuk lutut di depannya, tidak seharusnya kamu menyakiti gadis baik seperti dia Kenan.”

.

.

"Apa perlu  aku membeli cincin tunangan untuk aku dan Zara? Mulai besok aku akan tinggal di rumah mami, supaya bisa bertemu Zara tiap hari,” ucap Kenan dengan percaya diri.

Mendengar hal itu sang kakak  merasa kepalanya ingi mengeluarkan asap. "Apa kamu menganggap semua wanita itu sama? Apa kamu pikir Zara dan keluarganya mau menerimamu Kenan?"

"Tentu mau, aku lelaki yang sukses, "ujar Kenan dengan sangat yakin.

Wanita itu melotot kesal melihat sikap egois sang adik.

****

Malam itu Kenan pulang ke orang tuanya, rumahnya bertetangga dengan Zara.

Setelah beberapa lama ia Zarak ke kamarnya lalu membuka laci, mengeluarkan sebuah buku diary lama. Sudah tujuh tahun buku diary itu ada di sana, selama ini ia tidak pernah tertarik untuk membaca. Tapi kali ini entah kenapa ia ingin melihat apa yang ditulis Zara di sana saat mereka sekolah dulu. Kenan membuka lembar demi dan membacanya.

Ada tulisan dalam lembaran.

[ Jika kalian bertanya siapa cinta pertamaku. Aku akan menjawab Kenan Mahesa , aku sudah jatuh cinta padanya saat kami masih duduk di bangku SD, konyol memang tapi itulah yang terjadi. Aku mencintaimu Kenan] tulisnya dalam buku tersebut.

Pikiran Kenan melintas ke masa lalu, tiba-tiba Zarara datang ke kantin belakang lalu menyodorkan sebatang coklat pada Kenan dan mengungkapkan perasaannya. Kaget, malu itulah yang dirasakan Kenan saat itu. Ia mendorong tubuh Zara sampai terjatuh. Kenan tidak tahu kalau Zara dipaksa sama Mayang dan Ditto untuk melakukannya.

“Dasar perempuan aneh!” usir Kenan dengan kesal. Ia bahkan tidak memberi Zara kesempatan menjelaskan.

Semenjak dipermalukan seperti itu, Kenan berubah seperti iblis, ia terus menghina dan membiarkan teman-temannya membully Zara.

[Kita tidak perlu seribu alasan untuk bisa jatuh cinta pada seseorang. Karena cinta bisa datang pada siapapun. Namun cukup satu alasan untukku membenci seseorang] by Zara Falisha

Kenan masih membaca tulisan dalam buku diary lama milik Zara. Hingga menemukan sebuah fakta yang mengejutkan. Kenan sampai duduk membaca tulisan curhatan panjang Zara dalam buku tersebut.

Tidak seharusnya ia menyakiti Zara hanya karena wanita itu jatuh cinta padanya. Ia berdiri menatap jendela kamar Zara lampunya masih menyala, ia berdiri di balkon melihat Sean ngobrol akrab dengan Zara. Ia menyimpan buku diary itu kembali.

“Kenan, sini turun Mami mau bicara!” panggil sang Ibunda.

Lelaki berahang tegas itu turun . “Ada apa, Mi.”

“Duduk sini ngapain di atas sendirian.” Gita menyodorkan piring berisi potongan buah,

“Mami ingin mengenalkanmu dengan anak teman mami.”

“Tidak.” Tolak Kenan dengan wajah dingin

“Sampai kapan kamu menolak menikah Kenan?”

“Kalau aku sudah siap.”

Sang kakak  mendengar obrolan maminya dan Kenan .” Zara sebentar lagi menikah masa kamu tidak.”

“Tidak masalah bagiku,” ujar Kenan dengan wajah datar.

“Coba dulu kamu tidak menolaknya , padahal Papi sama Om Zafar sudah sepakat menjodohkan kalian berdua,” ujar Mami Kenan.

Kenan menoleh ke arah Maminya, “itu benar, Papi sama Zafar tadinya ingin menjodohkan kalian, tapi sekarang tidak lagi.” Cletuk sang kakak.

“Biarkan saja, nanti juga akan jadi milikku.”

“Kenan  jangan macam-macam, keluarga kita hampir perang gara-gara ulahmu, jadi jangan melakukan apapun lagi.” Wanita itu memperingatkan putranya dengan tegas

“Kita bertetangga, kalau kamu membuat ulah lagi kita semua tidak akan merasa nyaman. Lagian kamu yang mencampakkannya dulu, jadi sekarang lupakan saja.”

Kenan hanya diam dengan sorot mata mendominasi, keluarganya tidak bisa menebak isi pikirannya. Ia akan melakukan apapun yang ingin ia lakukan.

“Aku akan menyingkirkan siapapun yang ingin menikahi Zara.”

Mami dan kedua kakak perempuanya  melongo dengan mulut sedikit terbuka.

“Apa kamu ingin membunuh Mami? Dulu kamu menolak dan mempermalukan Zara, lalu kenapa sekarang kamu ingin mendekatinya?”

“Karena aku ingin menikahinya.

Bersambung

Tidak Ingin Bertemu

Suatu pagi Zara melakukan olah raga pagi dan bertemu Kenan di taman. Ia bersikap seolah tidak mengenal lelaki bertubuh kekar itu. Kenan hanya tersenyum sinis saat Zara lari pagi dan melewati dirinya. Kenan tidak mau ketinggalan ia membalasnya dan berlari melawati Zara. Tidak ingin berurusan dengan pria arogan seperti Kenan, Zara memilih menghindar dan memutar balik. Setelah beberapa putaran ia duduk di taman.

“Apa hanya itu tenaga seorang dokter?” Kenan sudah berdiri di sampingnya.

“Aku hanya melakukan olahraga ringan saja Pak Kenan. Lanjutkan saja … tidak usah Zaraukan aku.” Zara menyumpal kupingnya dengan headset dan kembali melanjutkan olah raga. Penolakan Zara membuat Kenan semakin penasaran dan tertantang. Dalam hidupnya ia tidak pernah ditolak dan dicuekin wanita, ia yang selalu menolak para gadis cantik yang mencoba datang dalam hidupnya. Tetapi kali ini dirinya yang ditolak.

“Apa Sean pengacara?” Kenan ternyata ikut berlari di sampingnya.

Zara tidak menjawab ia memilih terus berlari, tiba-tiba Kenan dengan berani menarik tangan Zara lalu menggendongnya dan memaksanya duduk di sebuah bangku taman.

 “Kamu gila?” Bola mata Zara melotot kaget, ternyata ekspresi menggemaskan itu menarik perhatian Kenan, seolah-olah ada magnet yang menarik sesuatu dari dalam hatinya.

“Iya aku gila karena kamu terus menghindariku, ini sudah berbulan-bulan Zara. Berhenti menghindariku, hadapi saja kalau kamu punya masalah denganku.”

“Aku tidak punya masalah dengan kamu.”

“Tapi aku merasa ada.”

“Itu bukan urusanku, itu masalahmu sendiri.” Zara ingin berdiri tapi pundaknya ditahan sama Kenan.

“Aku ingin bicara.”

Zara menghela napas panjang mengalihkan tatapannya ke arah lain, “baiklah katakan saja.”

“Buku diary mu ada padaku,” ucap Kenan

Zara terdiam, ia mengingat masa lalu selalu membuatnya hatinya terasa sakit, tangannya terkepal kuat menahan perasaan, “buang saja, itu hanya sampah .”

“Kamu yakin?” Kenan menatapnya dengan dalam, “Aku akan membaca semua isinya kalau kamu tidak segera mengambilnya.”

“Buang saja itu hanya buku tidak penting.” Zara berdiri, lalu meninggalkan Kenan.

Kenan terdiam, tadinya ia berpikir kalau Zara akan meminta mengembalikannya, ternyata dugaannya salah. Tapi ia sudah bertekad akan mendapatkan Zara bagaimanapun caranya.

“Aku akan mendapatkan kamu bagaimanapun caranya,” ucap Kenan menatap Zara yang berjalan meninggalkannya.

**

Beberapa minggu berlalu, Zara akhirnya bekerja di sebuah rumah sakit swasta ternama di Jakarta. Kedua orang tua Zara sangat senang mendengar keputusan Zara untuk tinggal di Indonesia dan bekerja di rumah sakit yang mereka pilih.

“Aku akan menjadi supir adikku tercinta siap mengantar dan menjemput kapanpun dia mau,” ujar sang kakak laki-lakinya.

“Ayah juga siap mengantar Zara kerja, siap jadi supir juga asal digaji,” ucap lelaki itu bercanda. Momen kehangatan dan kegembiraan akhirnya terdengar dari meja makan juga. Keluarga Zara sangat harmonis kedua kakak laki-lakinya sangat menyayanginya.

Atmosfer di antara Kenan dan Zara mulai mereda. Pagi itu tiba-tiba Kenan datang menemui ayah Zara ia meminta izin untuk bicara dengan Zara. Mereka semua kaget ini berbeda dengan Kenan yang selalu bersikap dingin pada Zara.

“Apa ada yang penting Kenan?” tanya Zafar. Kalau dulu lelaki itu setuju perjodohan tetapi sekarang Zafar tidak suka melihat Kenan mendekati putrinya.

“Saya,hanya bicara sebentar dengan Zara Om, apa boleh?”

“Zara belum turun. Bagaimana kalau kita sarapan dulu.” Pria itu mengajak Kenan duduk lebih tepatnya mengintrogasi. “Bagaimana dengan bisnis properti, Kenan?” tanya Zafar dengan tatapan menyelidiki. Kenan kaget, ia tidak tahu kalau Zafar mengetahui pekerjaan sampinganya.

“Baik Om,” ucapnya berusaha agar tetap tenang.

“Kamu hebat, tidak semua orang bisa bekerja sama dengan mereka.

Kenan berhenti mengaduk kopi di gelasnya di depannya. “Aku tidak mengerti maksud , Om.” Kenan mengelak.

Zafar tidak menyahut ia hanya tersenyum kecil. “Aku berharap apa yang kamu bicarakan dengan Zara putriku bukan mengira bisnis yang kamu kerjakan.”

Kenan terdiam, Zafar seolah-olah tahu apa yang dilakukan Kenan selama ini. Saat ia ingin memperjelas, tiba-tiba Zara sudah turun. Karena hari itu hari minggu semua orang libur, tetapi tidak untuk Zara, ia masuk shift pagi.

“Selamat pagi Bun.” Zara duduk, ia terkejut karena ada Kenan di sana.

“Pagi Sayang, sini serapan dulu, Bunda sudah siapkan sarapan untuk kamu.”

“Tidak usah Bun, Sean bentar lagi mau jemput.”

“Suruh Sean ikut serapan juga kalau dia sudah tiba,”ucap Bu Rena.

‘Untuk apa dia datang ke rumah ini?’ Zara hanya menatap Kenan dengan dingin.

Zara menarik kursi tepat di samping Kenan, ia mengoleskan selai nanas atas roti. Kenan memperhatikan Zara, kebiasan lama itu masih tetap sama. Zara selalu menggunakan slai nanas untuk roti dan ia tidak suka roti yang dipanggang.

“Zara,Kenan katanya ingin bicara denganmu, bicaralah sebentar dengannya baru kamu berangkat kerja,” disuruh ayahnya, ia menatap Kenan dengan tatapan dingin, tidak suka melihat Kenan ada di rumahnya tetapi tidak mengatakannya secara langsung. Tetapi Kenan juga tahu kalau Zafar tidak suka melihatnya, bukannya hanya Zafar bahkan semua keluarga tidak suka melihat dirinya lagi.

“Aku pikir tidak ada yang perlu dibicarakan .” Zara menolak.

“Hanya sebentar tidak akan lama.” Bujuk Kenan.

Zara, menoleh pada Kenan dan mengangguk pelan, setelah menghabiskan satu roti di tangannya ia membantu ibunya membereskan semua ke dapur. “ Mau bicara apa?” tanya Zara.

“Boleh kita bicara di luar?”

Tidak lama kemudian, Sean menelepon ia mengabari tidak bisa menjemput Zara karena terjebak macet.

“Bagaimana kalau kamu mengantar Zara kerja kalian bisa sembari mengobrol,” usul Bunda Zara. Mendengar usulan istrinya Zafar memperlihatkan wajah penolakan.

“Tidak bisa, kalau Sean tidak bisa biar saya mengantar,” tolak Zafar, pria itu menunjukkan secara terang-terangan menolak Kenan mendekati Zara.

“Zara sudah terlambat mereka bisa mengobrol sembari jalan,” usul Rena lagi.

“Baiklah.” Zafar memperlihatkan tatapan sinis.

“Ada apa dengan Ayah, Apa dia menolak Kenan sekarang?” Damar bertanya sambil berbisik.

Rehan hanya menggeleng tidak tahu

Kenan setuju mengantar Zara, ia mengeluarkan mobilnya dan mengantar Zara kerja. “

“Tadi mau bicara apa?” tanya Zara setelah mobil setengah perjalanan.

“Apa benar kamu ikut acara bakti sosial yang diadakan rumah sakit?”

“Dari mana kamu tahu?” Zara balik bertanya.

“Itu tidak penting dari mana aku tahu. Aku bertanya padamu.” Kenan menatapnya serius.

“Iya benar.”

“Jangan ikut, batalkan saja.”

“Siapa kamu? Lagian apa urusanmu.”

“Zara, jangan libatkan dirimu, polisi sedang menyelidiki yayasan tersebut, kamu tidak boleh terlibat.”

“Aku sudah bilang kita jangan saling mengurusi orang lain. Apa kamu juga bagian dari mereka? Aku dengar kamu menjalankan bisnis dengan beberapa mafia besar. Apa benar kamu juga bos mafia?”

“Kita bukan membahas diriku, tapi kamu.”

“Jadi rumor yang aku dengar benar?” Zara tertawa kecut.”Apa Om sama tante tau kamu seorang penjahat?”

“Jaga bicaramu, Zara,” tegur Kenan. “Yayasan itu sebuah organisasi mafia, mereka hanya memanfaatkan orang-orang sepertimu.”

“ Kamu salah satu bagian dari mereka kan? Maksudmu aku bodoh dan dimanfaatkan. Dengar bukan hanya aku, bahkan dokter seniorku ikut peduli pada anak-anak malang seperti mereka. Hanya orang arogan sepertimu yang tidak peduli pada anak-anak terlantar seperti mereka.”

“Terserah, jika suatu saat kamu dapat masalah jangan menyesal, keluarlah, dasar keras kepala,” ucap Kenan kesal.

Zara keluar dari mobil berjalan menuju rumah sakit tempat ia bekerja. Ia tidak tahu bahaya yang menunggunya, terkadang niat baik dan tulus yang kita lakukan belum tentu mendapatkan balasan yang baik juga. Zara salah satu dokter yang ikut terlibat dalam sebuah organisasi peduli anak-anak yang memberikan bantuan obat-obatan pada anak-anak yang kurang beruntung yang dinaungi sebuah yayasan yang mengatasnamakan peduli anak-anak.

Bersambung

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!