Hmm......
Arsy membuka mata perlahan, menyapu keseluruh ruang yang nampak asing baginya. Dinginnya AC menyadarkan nya kalau saat ini Ia tidak sedang berada di kamar kost yang sudah Ia tempati tiga bulan belakangan ini.
"Astaghfirullah, dimana aku sekarang. " Gumamnya dengan wajah beo.
Bibirnya merintih saat merasakan nyeri di hampir sekujur tubuhnya, Ia singkap selimut tebal yang menutup sebagian tubuhnya. Jantung nya berdegub kencang manakala mendapati keadaan nya yang tanpa menggunakan sehelai benar pun, beberapa tanda merah pun tercetak jelas di kedua bongkahan kembar miliknya.
Tidak.......!!
Kebingungan melanda jiwanya, kilas balik kejadian semalam berputar di memorinya. Tiba-tiba terdengar sebuah pintu terbuka, Arsy sontak mengarahkan pandangannya ke arah pintu yang terbuka itu. Seorang pria berwajah tampan bak pangeran dongeng keluar dari pintu itu dengan rambut basah dan hanya mengenakan handuk sebagai penutup bagian bawah tubuhnya, sedangkan bagian atas bisa terekspos dengan jelas.
Bibirnya menyeringai menatap wanita yang tengah kebingungan itu yang nyatanya baru saja berbagi peluh dengan nya dan tentu sangat memuaskan hasratnya.
" Ka - kamu siapa ? " Tanya Arsy sedikit ada keraguan.
Karena Ia sudah mengingat kejadian yang baru saja mereka lalui beberapa jam yang lalu, Arsy menarik selimut dan menggenggam nya dengan erat. Ia mengerutkan punggungnya ke arah dasbor ranjang yang luas itu.
Bu Vero....!!
Kilas balik peristiwa semalam kembali berputar di memorinya.
" Bu, saya ingin mengajukan cuti selama seminggu. Saya ingin pulang kampung karena ada acara mendadak. "
Arsy terus memohon agar Bos tempat nya bekerja itu bisa mengijinkannya mengambil cuti, karena Ia harus segera pulang. Sejak kemarin ponsel nya tidak pernah sepi notifikasi dari orang-orang di kampung halaman nya.
Arsy memang harus kembali karena dua hari kedepan Ia akan melangsungkan pernikahan dengan kekasih hatinya yang sudah menjalin kasih dengan nya selama tiga tahun terakhir.
Mereka akan melangsungkan pernikahan sederhana, sesuai keinginan Arsy sendiri.
" Baiklah, kamu boleh ambil cuti sebanyak waktu yang kamu perlukan. Tapi sebelum itu kamu harus menyelesaikan tugas terakhir mu terlebih dahulu. Oh ya, coba lihat ini. Tolong kamu cicipi dulu bagaimana rasanya, kalau enak kamu bisa bawakan nampan ini ke atas. Di ruang VIP ada tamu penting kita. "
Arsy tidak menaruh curiga sama sekali, apalagi Ia akhirnya bisa di ijinkan mengambil cuti setelah berulang kali usaha nya memohon pada pemilik cafe tempat nya bekerja, tanpa pikir panjang Ia langsung meneguk minuman di dalam gelas yang di berikan Vero tanpa tersisa.
Enak, itulah yang di rasakan Arsy. Air yang mengalir di tenggorokan nya seolah bisa menghilangkan dahaganya setelah hampir seharian mondar- mandir di tempat itu.
Nampak seringai tipis tersirat di bibir merah wanita dengan penampilan modis itu. Arsy pun bergegas menyelesaikan pekerjaan terakhir nya itu, berharap bisa segera pulang untuk menyiapkan semua keperluan nya untuk pulang kampung besok.
" Hei, kenapa malah melamun. Apa kamu mengigau, jangan bilang ini kebiasaan mu tidur sambil duduk. "
Lamunan Arsy buyar saat mendengar suara bariton dari Pria yang kini sudah berdiri tidak jauh darinya, pria itu melambai- lambaikan tangannya di depan wajah Arsy.
Melihat kondisi mereka saat ini, Arsy tentu sudah bisa menduga apa yang kemungkinan telah terjadi. Namun gadis cantik dengan kulit putih mulus itu berusaha mengingkarinya.
" Kamu, katakan kalau kita tidak melakukan apapun semalam. Bahwa tidak terjadi apapun dengan ku, benarkan ? "
Pria itu tertawa sarkas ketika mendengar ucapan yang keluar dari bibir mungil yang sudah Ia sesap berulang kali.
Ia melangkah menggitari ranjang dan meraih jas miliknya, lalu mengeluarkan semua isi uang berwarna merah yang Ia miliki.
" Aku rasa ini cukup untuk mu. Sebenarnya aku tidak perlu harus memberi mu tips lagi, karena aku sudah mengeluarkan dana yang cukup fantastik untuk semua pekerjaan mu ini. Hanya saja karena aku merasa puas, jadi tidak ada salahnya kalau aku berbaik hati memberi lebih pada mu. "
Saat itu air mata Arsy luruh tak mampu Ia tahan lagi, lembaran kertas berwarna merah yang berhamburan di hadapannya sudah mampu menjelaskan bahwa saat ini dirinya sudah kehilangan kesuciannya yang telah Ia jaga dengan hati-hati selama ini dan akan Ia persembahkan untuk Pria yang menjadi pasangan hidupnya kelak.
Pria itu menatap heran pada wanita yang baru saja memberi kepuasan padanya, air mata yang jatuh di pipi mulus itu semakin membuatnya bingung.
" Kenapa, bukannya kamu juga menikmatinya. Bahkan kamu juga sangat luar biasa tadi malam, sudahlah. Cepat ambil semua uang mu dan kenakan pakaian mu atau kita bisa menghabiskan waktu pagi ini. Jujur saja aku masih menginginkan mu. "
Pria itu menyentuh tangan Arsy namun Arsy segera menepis nya dengan kasar.
" Jangan sentuh aku. "
" O- oke. "
Dengan santai nya Pria itu meraih boxer nya yang tergeletak di lantai dan memakainya di hadapan Arsy, Arsy memalingkan wajah dan turun dari ranjang. Bibirnya kembali mengeluarkan suara yang sialnya terdengar merdu di telinga Pria itu.
" Ah...... "
Arsy memunguti pakaiannya dan bergegas masuk ke dalam bilik untuk mengenakan pakaiannya kembali, meskipun dalamannya sudah tak layak di gunakan karena sobek.
Senyum smirk penuh kepuasan tercentang jelas di wajah Pria tampan itu, apalagi ekor matanya menatap sesuatu yang tercetak jelas di atas seprai yang baru saja mereka gunakan.
" Hm.... "
Lagi-lagi senyum penuh kepuasan kembali terbit sebelum Ia meninggalkan tempat itu.
**********
" Kenapa Ibu melakukan ini padaku ? "
Arsy langsung menemui Bos cafe tempat Ia bekerja, dengan dada kembang kempis dan nafas tersengal karena rasa yang bercampur aduk. Rasanya Arsy ingin meluapkan semua rasa yang Ia rasakan saat ini pada wanita cantik di depannya itu.
" Apa maksud mu, kenapa kamu masih disini, bukankah seharusnya kamu sudah cuti. "
Arsy menghapus air mata yang jatuh begitu deras, menatap wanita di depan nya yang nampak santai seolah tidak merasa melakukan kesalahan.
"Cukup Bu, Ibu tidak perlu berpura-pura. Bukan kah ini adalah perbuatan Ibu. Ibu sudah menjebak ku kan. "
" Menjebak apa, kamu ini pagi- pagi sudah buat keributan. Apalagi dengan penampilan seperti ini. "
Vero masih berpura-pura seakan Ia tidak mengerti apa yang di maksud Arsy, memang layak di sebut bintang drama karena aktingnya cukup memukau siapa saja yang melihat.
" Apa yang sudah Ibu masukkan kedalam minuman yang sudah aku minum semalam, Ibu pasti sudah faham dengan apa yang aku maksud kan. "
Akhirnya Vero pun berhenti berpura-pura, lagipula Ia yakin kalau karyawan nya itu juga menikmatinya. Siapa sih yang nggak akan tertarik menyerahkan diri pada Pria tampan dan kaya raya seperti pelanggan nya malam tadi. Ia sendiri saja pun tergoda, namun sayangnya keberuntungan tidak berada di pihak nya. Itu di karenakan pengusaha kaya raya itu yang tidak melirik nya sama sekali, meskipun Ia heran, apa yang kurang darinya.
Ia cantik, kaya raya l, tubuhnya juga terawat dan tidak mengecewakan. Tentu dengan semua yang Ia punya akan mampu memberikan kepuasan pada pengusaha kaya raya itu.
***
Arsy yang merasa di rugikan pun mengancam akan melaporkan Bos nya itu kepada pihak berwajib, namun Ia akhirnya di buat ketar- ketir dengan ancaman Vero.
" Silahkan saja kalau kamu berani, tapi tentu kamu ingat siapa aku. Aku bisa membuat hidup mu bagai di neraka. Aku tau bagaimana kondisi mu di kampung halaman mu itu. Punya seorang Ayah yang sakit- sakitan dan juga rumah yang penuh sengketa. Aku bisa membuat keluarga mu terusir dari rumah itu dan sekaligus membuat mu melihat tanah makan Ayah tercinta mu itu. Silakan tentukan pilihan mu. "
Vero tau kalau saat ini Ia aman, karyawan nya itu tidak akan berani menuntut lebih dengan mengorbankan orang- orang yang Ia sayangi. Lagipula Ia tau kalau Arsy tidak akan bisa melakukan itu karena tak punya cukup bukti.
Sekuat apapun gejolak amarah yang Arsy rasakan, Ia tidak mungkin mengorbankan keluarga nya. Ancaman Vero tentu bukan isapan jempol belaka, wanita gila itu pasti akan memenuhi ucapannya.
Setelah lama terdiam, akhirnya Vero membuka laci mejanya dan mengeluarkan segepok uang berwarna merah.
" Ini untuk mu, anggap saja ini sebagai kompensasi untuk mu karena pelanggan kita merasa puas. Ia bahkan tidak segan- segan memberikan uang yang lebih untuk mu.
Arsy menatap nanar uang yang di berikan Vero, Lagi-lagi air mata nya luruh. Ini untuk kedua kalinya Ia di suguhkan lembar kertas berwarna merah dalam jumlah yang cukup banyak.
Ya, bagi orang seperti Arsy dengan kehidupan serba kekurangan, tentu itu adalah uang yang cukup banyak. Namun Ia tak serta merta menerimanya, matanya menatap tajam ke kornea milik Vero.
" Bu, aku tidak butuh ini dan aku tidak bermaksud untuk jual diri. Kenapa Ibu begitu tega padaku, apa salah ku pada Ibu sehingga Ibu melakukan ini padaku. "
Arsy akhirnya menangis dengan tangis yang menyayat hati, andai yang mendengar tangisan Arsy adalah manusia yang punya hati nurani tentu Ia akan turut bersedih, namun sayangnya itu tidak berlaku bagi Vero.
Terdengar tawa sinis dari bibir merah merona milik Vero.
" Ya, itu semua memang salah kamu. Murni kesalahan kamu, siapa yang suruh kamu masih perawan, sehingga ketika ada pelanggan yang mencari wanita ori pun akhirnya kamu yang harus melayani nya. Bukankah kamu juga bertanggung jawab sebagai seorang karyawan disini. "
Arsy menatap wajah Vero dengan tatapan tidak percaya, baru kali ini seseorang di anggap bersalah karena masih menjaga segel alias masih perawan.
" Sudah, tidak perlu menatap ku seperti itu. Cepat ambil ini dan pergi, masih banyak pekerjaan yang harus aku kerjakan selain mengurus mu mahluk cengeng. Dikit- dikit menangis, kamu tidak akan kenapa-kenapa hanya karena tidak perawan. Lagipula siapa yang akan tau, rahasia mu aman di tangan ku. "
Arsy menggeleng pelan, Ia benar-benar frustasi apalagi mengingat apa yang akan terjadi nanti kedepan nya.
" Tapi Bu, Ibu pasti sudah tau kalau aku akan menikah sebentar lagi. Pasti calon suami ku akan tau kalau aku sudah tidak perawan lagi, dia pasti akan sangat kecewa padaku. "
Vero tersenyum getir, seolah tertampar dengan apa yang baru saja di ucapkan Arsy namun itupun tidak cukup mengubah pendirian nya.
" Kamu benar-benar wanita zaman purba. Sekarang dengar kan aku, apa kamu yakin kalau suami mu semurni itu. Kamu yakin kalau dia setia padamu dan tidak tergiur dengan lingkungan bebas. Jangan naif Arsy, jika suami mu itu benar-benar mencintaimu, dia tidak akan meninggalkan mu hanya karena hal sepele ini. Ini zaman modern Arsy, masalah perawan tidak menjadi hal yang harus di persoalkan lagi. "
****
Arsy menceburkan dirinya di dalam bak mandi berukuran 1 x 1 meter yang ada di dalam kost an miliknya, entah sudah berapa lama Ia berada di dalam air. Nafasnya sampai tersengal, tiba-tiba sebuah senyum manis seolah menyadarkan nya dari kebodohan yang hampir saja menghilangkan nyawanya.
" Berjanjilah pada Ibu kalau kamu akan merawat Ayah mu dengan baik. Jangan tinggalkan Ayah mu sendirian ya Nak. "
Kata-kata itu akhirnya membuat Arsy menyembulkan kepalanya dan keluar dari dalam air. Ia menggigil kedinginan, menangis tergugu meratapi semua hal yang terjadi padanya.
Puas meluapkan kesedihan, penyesalan dan semua rasa yang seakan menghimpit dada. Arsy menghampiri cermin besar yang ada di kamarnya, sungguh penampilan nya sangat mengenaskan.
Ia menarik nafas panjang dan menghembuskan nya, hal itu berulang kali Ia lakukan untuk mengurangi rasa sesak di dadanya.
Tidak jauh dari sana nampak ponselnya berdering, Arsy meraih benda pipih itu. Terpampang nama pemanggil disana, rasa bersalah semakin membuat nya seperti kesulitan bernafas.
Layar ponsel berubah gelap namun tidak berselang lama ponsel di tangannya kembali menyala dan nama yang sama tertera disana.
Arsy memberanikan diri, dan kata hallo akhirnya terucap dari bibirnya.
" Sayang, kamu jadi pulang kan hari ini. Besok resepsi kita, aku rasanya sudah tidak sabar menunggu hari esok. "
" Iya Mas, aku berangkat nanti sore karena baru dapat cuti. Aku masih harus beres- beres dulu. "
" Oh ya sudah sayang, kabari kalau sudah sampai di terminal. Sebenarnya aku ingin mengajak mu untuk mengambil cincin pesanan kita tapi kalau nunggu kamu tiba nggak akan keburu, jadi aku yang ambil sendiri saja. "
" I-iya maaf Mas. Soalnya aku baru dapat ijin, makasih ya Mas. Nanti aku kabari kalau sudah sampai. "
" Ya sudah sayang, hati-hati. Cepat pulang, Mas sudah sangat merindukanmu. "
Ingin rasanya Arsy membalas ucapan calon suaminya namun rasanya ada yang mengganjal, biasanya Ia akan secara terang-terangan mengutarakan cintanya namun kini semuanya terasa hambar.
Arsy masih menatap layar ponsel nya yang kini sudah berganti wana hitam, pikiran nya kembali kalut. Ia takut Rangga akan meninggalkan nya, setelah tau kalau Ia tak bersegel lagi.
Cinta nya begitu besar pada Pria itu, tidak ada niat di hatinya untuk membohongi nya namun rasa takut kehilangan membuat Arsy memilih untuk bungkam.
Biarlah kedepan nya akan seperti apa, namun Ia berharap Rangga akan tetap bersamanya apapun yang terjadi.
Rangga adalah Pria tampan, baik hati. Setidaknya itu yang Arsy tau selama menjalani tiga tahun hubungan jarak jauh.
Arsy memang sering bekerja di kota untuk memenuhi biaya hidup keluarganya, Ayah yang sakit- sakitan. Ibu tirinya yang mata duitan, serta adik tirinya yang juga selalu tidak tenang melihat kebahagiaan nya.
Arsy bukannya tidak tau dengan kelakuan Ibu dan juga adik tirinya, namun karena melihat Ayahnya begitu mencintai Ibu tirinya jadi Arsy mengesampingkan semua rasa kecewa dan tidak nyaman nya selama ini.
Belum lagi janjinya pada mendiang Ibunya membuatnya mewajarkan semua yang terjadi pada keluarganya selama ini.
*******
Arsy mencoba meyakinkan dirinya bahwa semua nya akan baik- baik saja, berharap apa yang di katakan Vero itu adalah benar. Kalau Rangga benar-benar mencintai nya, tentu Pria itu menerima kekurangan nya. Lagipula ini bukan murni kesalahan yang di sengaja, namun sayangnya Arsy melupakan sesuatu, bahwa di tempat tinggalnya masih kampung dan masih memegang erat norma- norma dan hal yang mungkin di anggap tabu.
Setelah menempuh perjalanan kurang dari lima jam akhirnya Arsy tiba di terminal bus yang berada di kota dengan Provinsi Jawa Barat itu.
Dari jauh Ia sudah menangkap siluet tubuh tinggi kekasih hatinya itu, Arsy kembali menghela nafas. Meski masih ragu dengan semua nya namun akhirnya Ia memilih bungkam.
Bagaimana tidak, Ia sangat mencintai sosok Pria itu, sehingga takut kalau kekasih hatinya itu akan meninggalkan nya setelah tau apa yang sudah terjadi padanya.
" Sayang. "
" Hm Mas. "
Seperti biasa, Arsy meraih tangan pria itu seraya mengecup punggung tangan nya. Selama berpacaran mereka tidak pernah melakukan hal yang di luar batas, mereka berpacaran secara sehat. Selain dari pegangan tangan dan juga mencium tangan sebagai tanda hormat.
" Maaf, lama menunggu. "
" Hm, tidak apa- apa sayang. Untuk mu apa sih yang tidak bisa Mas lakukan. "
Rangga mengambil alih tas milik Arsy yang berisi pakaian dan barang- barang penting lainnya. Ia kemudian mengambil helm dan langsung memakaikan nya di kepala Arsy, sedang Arsy masih terdiam.
Pikiran nya kali ini tidak fokus karena masalahnya yang begitu pelik.
" Kenapa sayang, kok menatap aku begitu. "
Arsy langsung menggeleng kepala pelan, Rangga pun tersenyum kemudian meminta Arsy untuk duduk berboncengan dengan nya.
" Jangan terlalu di pikirkan sayang, semuanya sudah beres. Pasti semuanya lancar dan tidak ada kendala untuk acara besok, kamu hanya perlu mempersiapkan dirimu karena besok kamu akan sah menjadi Nyonya Rangga. Ah, aku sangat mencintaimu Arsy, dan aku benar-benar sudah tidak sabar menunggu hari esok. Kalau begitu yuk kita pulang, biar kamu bisa punya waktu banyak untuk istirahat. "
Di perjalanan Arsy selalu menggaungkan kata maaf, namun kata itu hanya ada di hati dan pikiran nya tanpa mampu Ia ungkapkan secara langsung.
******
Kediaman Arsy sudah di hias sedemikian rupa, seperti pernikahan di kampung pada umumnya. Disini masih menggunakan adat gotong royong, setiap yang melangsungkan acara pasti akan langsung di bantu oleh para warga. Baik untuk tenda dan juga untuk menu hidangan yang akan di nikmati oleh para tamu undangan.
Ponsel Arsy bergetar dan itu membuyarkan lamunan gadis cantik itu, Ia meraih benda pipih itu dan langsung menerima nya.
" Huaaaaaaa akhirnya kamu menerima panggilan ku, ih sebel aku. Mentang-mentang sebentar lagi mau pengantin baru dan nina- ninu lalu aku di cuekin. "
Suara yang begitu heboh di ujung sana membuat Arsy tersenyum.
" Hei, kok diam. Apa kamu beneran marah padaku, ya kamu pasti marah. Maaf ya, aku tidak bisa menghadiri momen spesial mu karena aku tidak dapat cuti dari Bos. Hm aku memang bukan sahabat yang baik. "
Dia adalah satu- satunya sahabat yang Arsy puya. Arsy dan Larissa sudah bersahabat sejak kecil, atau bisa di bilang mungkin selagi dalam kandungan, karena Ibu Arsy dan Ibu Larissa juga bersahabat dengan baik.
" Tidak apa- apa Ris, pekerjaan mu juga penting. Apalagi zaman sekarang susah buat nyari pekerjaan yang nyaman, kamu tidak perlu merasa bersalah. Lagipula aku tidak benar-benar sendiri kok, aku juga disini di temani Mama kok. "
Arsy menoleh ke arah wanita yang ada di samping nya dan tersenyum, begitu juga dengan wanita itu.
" Iya Nak, kamu baik- baik saja disana dan fokus pada pekerjaan mu saja. Ingat untuk selalu jaga diri ya, jangan mudah percaya atau di perdaya oleh orang lain. Mama akan temani Arsy disini sebagai pengganti kamu. "
Arsy menunduk seraya menggigit bibir bawahnya setelah mendengar pesan Liana pada Putrinya. Apa yang di katakan oleh Ibu dari sahabatnya itu adalah benar.
Seharusnya Ia tidak begitu mudah di perdaya oleh orang lain apalagi orang seperti Vero.
Selama beberapa jam akhirnya wajah Arsy sudah selesai di rias, Liana sejak tadi tidak ingin dari kamar itu, bibirnya terus menyunggingkan senyum.
Dalam hati tidak henti - henti nya mengucap syukur dan bangga, Ia terharu karena bisa menyaksikan Putri dari sahabat baiknya akhirnya akan menikah dengan Pria pilihan hatinya sendiri. Liana berharap Arsy akan selalu bahagia nantinya.
Semerbak wangi bunga melati memenuhi seisi kamar pengantin itu. Liana meraih tangan Arsy masih dengan senyum yang seolah tidak ingin lepas dari bibir wanita yang masih nampak menawan itu. Apalagi usianya juga belum menginjak empat puluh tahun.
" Sayang, Mama sangat bangga padamu. Andai Ibu mu Laksmi masih hidup, Ia pun akan sama bangga nya seperti yang Mama rasakan saat ini. Akhirnya kamu menikah dengan nya, Pria yang kamu inginkan. Oh ya, sebentar lagi status mu akan berubah Nak. Kamu bukan lagi gadis Mama seperti sebelumnya, sekarang semua yang kamu lakukan harus selalu melibatkan suami mu. Sekarang kamu tidak lagi sendiri, kamu punya kewajiban dan juga tanggung jawab yang besar. Mama hanya bisa berdo'a, semoga pernikahan mu dengan Nak Rangga akan bahagia, langgeng sampai maut memisahkan. "
Liana berbicara dengan penuh kelembutan, terdengar suaranya bergetar karena menahan rasa haru. Arsy pun merasakan hal yang sama, Ia langsung memeluk Liana penuh haru dengan berlinang air mata.
Liana mengusap pelan punggung Arsy yang nampak naik turun karena menangis.
" Husssttt, jangan menangis Nak. Saat ini bukan waktu nya kamu menangis, kamu harus bahagia Nak ya. "
Liana mengurai pelukan namun masih tetap menggenggam tangan Arsy.
" Sudah sudah, jangan menangis lagi. Nanti riasan nya luntur. Hmm.... ya, Mama minta kamu do'a kan Adik mu Larissa agar dia segera menyusul. Ya meskipun usianya masih di bilang muda, tapi jujur Mama khawatir dia berada jauh dari jangkauan Mama. Kalau dia menikah, paling tidak ada yang akan menjaga dia disana. "
\*\*\*
Detik-detik yang menegangkan pun akhirnya tiba, Rangga sudah selesai mengucapkan ijab qabul untuk menjadikan Arsy sebagai miliknya. Wanita yang akan menemani hari- harinya sampai tua nanti.
Liana menggandeng tangan Arsy membawanya keluar untuk menemui suaminya, mereka saling menyematkan cincin di jari tangan pasangan masing-masing. Arsy juga di minta untuk mencium tangan suami nya begitu pun sebaliknya.
Tepuk tangan dan sorakan riuh terdengar, hampir semua yang hadir disana merasakan kebahagiaan. Hanya segelintir orang saja yang seperti nya tidak tenang melihat kebahagiaan pengantin baru itu. Ada juga beberapa Pria yang dulu menaruh hati pada Arsy nampak kecewa, namun pada akhirnya mereka tidak bisa berbuat apa-apa.
Kata sah sudah terucap dan itu menandakan kalau perjuangan mereka selama ini pun harus berakhir.
...****************...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!