Pagi yang cerah. Seorang cewek terlihat masih tidur dengan pulasnya. Di dalam sebuah kamar yang bercat dinding warna hijau toska. Sinar matahari pagi yang menembus lewat celah celah jendela tak mampu membangunkan cewek itu. Dengan posisi telentang dan dengan bantal yang berserakan di atas ranjangnya. Kain penutup mata masih melekat menutupi sebagian wajah putihnya. Dan dengan alunan dengkuran yang samar samar mengiringi tarikan nafasnya.
Krrriiiiinnnnnggggg krriiiiiiiiiiiiiiinggggg
"Auuuwwwww...!!!!
Teriak cewek tersebut sambil terlonjak karena kaget. Lalu melepas penutup matanya.
" Adduuuuhh, jam berapa sih...?" gumamnya dengan mata yang masih sedikit menyipit, karena saking ngantuknya. Ia segera mematikan jam beker yang berhasil ia raih dari meja di samping tempat tidurnya.
"Kenapa sih kamu bunyi di saat aku masih ngantuk...?" ujarnya lagi sambil menaruh kembali jam bekernya di tempat semula. Dengan malas ia beranjak dari tempat tidur dan berjalan menuju kamar mandi yang ada di dalam kamarnya. Dan tentunya ia akan melaksanakan aktifitas rutin paginya yaitu mandi, karena sebentar lagi ia akan pergi ke kantornya untuk bekerja.
Adimas Ayu Renata. Nama cewek tersebut. Nama yang sangat cantik, seperti orangnya. Cewek berumur 30 tahun yang sekarang lagi jomblo karena beberapa bulan yang lalu di putusin sama pacarnya. Yah kehidupan percintaannya tak secantik namanya. Cantik sih iya, namun nggak tau kenapa, sudah 3 kali menjalin hubungan dengan lawan jenisnya, selalu saja berakhir putus. Dari pacar pertama sampai ke tiga motifnya sama. Cowoknya selingkuh dan kepergok sama Rere, nama penggilan cewek tersebut. Bukanya minta maaf sama Rere, malah cowoknya yang marah ke Rere, lalu terjadilah pertengkaran dan puncaknya putus deh.
Rere tinggal sama mama papanya. Ia adalah anak tunggal. Papa Rere adalah seorang pelukis. Walau tidak terkenal seperti Affandi, namun karya karyanya banyak peminatnya. Sudah ratusan lukisan karya papa Rere yang terjual. Itu pun dengan harga yang sangat fantastis per lukisannya. Oscar Narendra, itulah nama papa Rere. Sedangkan ibunya Naina Sukma. Rere sangat dekat dengan papanya. Tak heran kalau ia juga bisa melukis. Sedikit mewarisi bakat papanya.
"Re, sarapan dulu.." kata bu Naina melihat putri semata wayangnya sedikit berlari karena terburu buru.
"Udah mepet ma, nanti aja di kantor..." jawab Rere sambil memakai sepatu high heelsnya. Selesai memakai ia mencium pipi mamanya.
"Papa mana ma...?"
"Ada tuh di depan, lagi nge teh..." setelah mendengar jawaban mamanya, Rere bergegas ke depan dan mendapati papanya duduk sambil membaca koran pagi.
"Pa, Rere berangkat dulu.." ucap Rere mengulurkan tangan dan mencium pipi papanya. Emang kebiasan tu cewek, sejak kecil selalu pamitan kalau ke mana mana.
"Hati hati, jangan kenceng kenceng bawa mobilnya..." pesan pak Naren, papanya Rere. Rere berkata siap sambil tanganya hormat. Pak Naren geleng geleng kepala melihat tingkah putrinya yang setengah berlari menuju mobilnya. Tak berapa lama, setelah Rere memanaskan mobilnya, ia segera berangkat ke rumah ke duanya, yaitu kantornya.
"Ini pah pisang goreng kesukaan papa..." kata bu Naina yang duduk menemani suaminya di teras.
"Ma, kapan kita bisa melihat Rere memakai gaun pengantin dan memberi kita cucu. Papa sudah tua, sudah saatnya Rere punya pendamping hidup..." ujar pak Naren dengan raut wajah sedih.
"Mama juga sama kaya papa, pengen segera melihat putri kita menikah, tapi mau gimana pa, berulang kali ia menjalin hubungan, selalu saja berakhir putus, udah berapa kali papa ngenalin anak temen papa ke Rere, tak satupun ada yang cocok pa, mama pusing di buatnya..." keluh bu Naina
"Ya berfikir positif saja ma, siapa tau tahun ini menjadi keberuntungan Rere, beruntung soal jodoh, sebagai orang tua, kita mendoakan saja yang terbaik buat putri kita..." ujar Pak Naren bijaksana.
Sementara itu, mobil jazz milik Rere meluncur dengan lincah di jalan raya. Si pengemudi sepertinya sedang kejar kejaran dengan waktu. Karena 10 menit lagi kalau ia belum sampai kantor, sudah pasti ia akan kena omel oleh bu bos.
Rere bekerja di sebuah perusahaan properti. Sudah cukup lama ia disana. Makanya ia tak ingin beralih karena sudah nyaman dan betah. Tentu juga karena partner kerjanya juga sudah sangat akrab seperti saudara sendiri.
Ciiiiiiiiiiiiiiittttttttt.
"Yesssss, enggak telat ye ye ye....." sorak Rere kegirangan yang telah memarkirkan mobilnya di halaman perusahaan. Dengan cepat ia keluar dari mobil dan lari masuk ke kantornya untuk finger masuk.
"Hampir saja...." ucap Mika yang berdiri di samping Rere. Sambil melihat arloji yang melingkar di tangan kirinya.
"Ssssssttt, ayo kita segera masuk..."
Rere menarik tangan Mika, setengah berlari mengajak segera memasuki ruangan mereka. Mika tak heran, karena Rere kerap kali seperti ini, malah sering dia seperti ini.
"Selamat pagi..." sapa Rere ketika memasuki ruangan kerjanya yang cukup besar karena di tempati beberapa orang di sana.
Salah satunya Mika, temen Rere.
"Tumben nggak telat Re...?" ucap Juna yang membawa secangkir kopi ke mejanya.
"Alah kamu Jun, kaya nggak tau aku saja..."
"Iya nih, tumben hari ini kurang dua menit udah di dalem..." sergah Cindy menambai.
"Sssstttt, karena aku lagi semangat jadi jangan bikin aku patah ya..." jawab Rere manggut manggut.
"Jun kenapa cuma buat satu sih, aku juga mau kali...."
"Ga bilang sih tadi..."
Baru saja Rere diam, Kevin masuk membawa dua cangkir minuman hangat. Satu kopi panas, dan satunya susu coklat hangat, kesukaan Rere.
"Ini, kesukaan kamu..." ucap Kevin yang meletakan susu coklat hangat itu di meja Rere.
"Ya ampun Kevin, ma aci, you are my best friend..." ucap Rere lalu segera menyeruput susu buatan Kevin.
Kevin tersenyum manis melihat Rere dengan senang hati menyeruput susu coklat buatannya.
Kevin adalah teman satu kantor sama Rere. Umurnya beda dua tahun di bawah Rere. Orangnya ganteng, putih dan belum nikah alias masih bujang. Sama kaya Rere. Banyak rekan kerja mereka yang menjodoh jodohkan mereka, tapi emang si Rere, entah apa yang membuatnya tidak tertarik sama Kevin, hanya menganggap teman biasa. Apapun alasanya, hanya Rere yang tahu.
Sudah waktunya jam kerja. Kini semua mulai sibuk dengan kerjaan masing masing. Rere, Kevin, Juna, Cindy, Atala, Mika fokus ke layar laptop masing masing.
Bersambung
Rere terlihat lesu setelah keluar dari ruangan bu Nita. Bagaimana tidak, malam ini harus lembur lagi. Ia tak sendirian sih. Semua rekanya juga demikian. Harus lembur lagi malam ini. Dengan agak kasar ia menghempaskan tubuh rampingnya di kursi.
"Lembur lagi, lembur lagi..." celoteh Cindy sambil menaruh map yang di bawanya tadi.
"Semangat...." seru Mika.
"Jangan di tekuk mukanya, nanti cantiknya ilang lagi..." goda Kevin yang menghampiri Rere.
"Ih apaan sih Vin, kamu mah seneng seneng aja kalau di suruh lembur terus..."
"Ya enggak gitu juga kali, gua juga capek, gua juga manusia..."
"Iya iya, udah ah aku mau ke kantin udah waktunya ngasi asupan yang ada di perut aku..."
"Bagaimana kalau kita makan steak, aku hang traktir deh, semuanya ayo..."
"Widih, beneran Vin, kalau gitu gas deh..." Cindy bersemangat sekali.
Tak menunggu lama, semua segera berangkat ke tempat tujuan. Nggak jauh jauh amat sih tempatnya, cuma 5 menit dari kantor mereka. Bintang Steak adalah langganan mereka. Selain tempatnya nyaman, menunya juga sangat recomended.
Sesampainya di sana, Kevin memilih tempat lesehan. Deket kolam ikan dengan air terjun kecil mengaliri tebing buatan. Gemericik air bisa menghilangkan sedikit kepenatan mereka karena pekerjaan selalu di kejar deadline. Seorang pelayan datang dan menyodorkan buku menu. Seperti biasa, Rere Mika dan Cindy sirloin steak, sedangkan Kevin Juna dan Ata tenderloin.
"Medium semua..." tambah Kevin.
"Ok, kak..." jawab si pelayan. Saking kerapnya makan bareng di situ, Kevin sampai hafal semua menu kesukaan mereka.
"Kenapa kalau dengar suara air, membuat fikiran kita bisa damai.." celetuk Rere sambil memandangi ikan koi yang berenang kian kemari memutari kolam.
"Menurut fengshui nih....... "
"Alaaah, fengshui lagi fengshui lagi....." sahut Mika Juna dan Cindy barengan.
"Waduh gua belum selesai ngomong anjir...." jawab Ata sambil cengar cengir. Atalarik Ardiansyah. Cowok paling muda diantara mereka. Umur baru 23 tahun. Cakep sih tentu. Soalnya wajahnya agak ke arab araban gitu.
"Udah udah ayo makan dulu, nih makanan udah datang..." seru Rere yang semangat sekali melihat kang pelayan menaruh hotplate berisi steak di meja mereka.
"Selamat makan..." ujar Cindy. Sebelum makan semuanya berdoa masing masing. Dengan lahapnya mereka menikmati makan siang yaitu steak.
"Emang nggak ada duanya steak di sini, mantul di lidah..." gumam Ata sambil mengunyah potongan daging di mulutnya.
"Makan dulu tar keselek..." ujar Mika yang duduk di depan Ata.
"Iya mbak Mika cantik..." jawab Ata yang memberikan jari love nya kepada Mika.
"Hem, kebiasaan..."
Mika memang umurnya 3 tahun di atas Ata. Namun si Ata berani sekali sama si Mika. Kalau nggak godain ya jail. Beda lagi kalau Ata sama Cindy atau Rere. Nggak berani walaupun cuma menggoda. Semua steak sudah habis. Tinggal hotplate nya saja. Itupun dengan kuah yang tidak tersisa sama sekali. Benar benar bersih. Sayang steak dengan se enak itu harus ada sisa.
"Ayo saat nya kita bertempur lagi, hingga nanti malam..." Rere berdiri di ikuti yang lain. Disini. Rere lah yang paling tua. Rere 30 tahun, Juna dan keVin 28, Mika 26, Cindy 25 dan yang paling muda sendiri tau kan si Ata, 23 tahun. Ke enamnya segera meluncur kembali ke kantor untuk kembali bergelut dengan segudang pekerjaan. Rere kini kebagian mendesain sebuah rumah. Pesanan seorang pengusaha yang akan menghadiahkan rumah tersebut untuk calon istrinya. Si customer minta desain minimalis namun terlihat elegan. Sebelum memulai pekerjaanya, ia membuka hp nya. Iseng iseng ia membuka aplikasi instagramnya. Ia bermaksut meng uplod foto ketika di Bintang steak tadi. Tak sengaja ia melihat unggahan mantanya yang lagi pamer cincin pertunangannya dengan calon istrinya.
Kecut wajah Rere melihatnya. Ia jadi teringat beberapa bulan yang lalu bagaiman Dio mempermalukannya di depan teman temanya. Sangat malu sekali. Hingga seumur hidup ia tak akan melupakannya.
Rere menepis perasaan sakit hatinya. Walau masih nyata adanya, iaharus ikhlas dengan semua takdir dari Tuhan. Menjalani dengan ikhlas akan lebih baik.
"Selamat... " gumamnya lirih. Laludengan bersemangat lagi, ia mengunggah fotonya bersama teman temanya tadi, dengan caption, " I" not alone ". Lalu kembali ia fokus ke pekerjaanya. Membuat desain sebuah rumah.
****
Satu jam, dua jam dan akhirnya jam lembur udah usai, kerjaan Rere belum selesai. Terpaksa deh harus nyambung besok lagi.
Kreekkk kreekkkk
Bunyi tulang punggung Rere yang di liuk liukkan ke kanan dan ke kiri.
"Uhh, manteb deh.." ujar Rere lalu berdiri.
"Bareng aja pulangnya, kan searah.." Kevin menawari.
"Walah Vin, aku bawa mobil.."
"Bagaimana kalau aku saja..." sahut Mika.
"Eh kalau mbak Mika, saya anterin saja..." sergah Ata.
"Widiiih ni bocah, ga ah..."
"Bocah? Wah belum tau siapa Ata...."
"Jun, kita kayak nyamuk ya...." ujar Cindy menyenggol sikut Juna yang merapikan meja kerjanya.
"Nyamuk Aedes aegypti, sekali gigit demam deh darah mereka, haha..."
"Kalian ngomong apa sih, malah ketawa ketiwi sendiri..." Rere menegur kedua temennya.
"Ah enggak Re, ayok kita cabut...."
Semua meninggalkan ruangan, mematikan lampu. Semua pulang ke rumah masing masing. Sebelum pulang, Rere menyempatkan diri mampir ke Alfamart untuk membeli masker wajah. Setelah mendapatkan apa yang di butuhkan, Rere bergegas keluar sesudah membayar. Namun apes bagi Rere. Didepan pintu keluar, ia bertemu dengan Dio, mantanya. Ia tengah berjalan merangkul calon istrinya, karena akan mencari sesuatu juga di Alfamart. Diodan Rere saling bertemu pandang.
"Apa kabar, Rere...?" sapa Dio dengan senyum puasnya. Sadar dia di ejek, Rere pasang muka tenang dan membalas senyum Dio..
"Seperti yang kamu lihat, aku baik baik saja.."
"Syukurlah kalo begitu, btw aku mau ke dalam dulu sama calon istri aku..."
Idih, siapa juga yang nanya, pede amat ni orang
Rere buru buru pergi dari hadapan Dio tanpa sepatah kata. Lain halnya dengan Dio, cowok itu berbalik dan memandang Rere hingga ia masuk ke dalam mobilnya.
"Susah lupain mantan ya...?" kata Nara dengan angkuhnya dengan kedua tangan bersedekap di depan dada.
"Apaan sih, ayo kita masuk..!" ajak Dio menggandeng Nara.
"Nggak jadi..." tepis Nara lalu berjalan masuk ke mobil. Dio menghela nafas. Ia salah. Mengapa masih juga tak bisa melupakan Rere. Cewekyang ia selingkuhi dan ia putus hanya demi seorang Nara. Cewek pemarah dan suka ngomel ngomel nggak jelas.
Bersambung
Rere memarkirkan mobil jazz warna hitamnya. Cewek berambut hitam sebahu itu terlihat sangat letih sekali. Sudah jam 23.00 wib ketika ia sampai di rumah. Lampu kamar tamu sudah mati, namundi ruang tengah yang masih menyala.
"Sudah pulang Re..?"
Rupanya pak Naren masih menunggu putrinya pulang.
"Eh papa, belum tidur...?"
Rere melepas sepatunya yang seharian melekat di kakinya. Tumit cewek itu nampak memerah karena seharian memakai high heels. Rere mencium tangan papanya.
"Belum bisa tidur kalau kamu belum pulang..."
"Rere udah gede pa, malah udah mau menua, lain kali kalau Rere lembur, nggak usah di tungguin.."
"Di manapun orang tua, kalau anaknya belum sampai rumah pasti khawatir Re, apalagi anak papa seorang cewek..."
"Iya pa, sekarang papa tidur aja, Rere juga mau langsung tidur, capek banget pa.."
"Ya sudah..."
Pak Naren memasuki ruang tidur yang di sana ada bu Naina yang sudah terlelap. Begitu juga dengan Rere, ia segera memasuki kamarnya sambil menenteng sepatu dan tas kerjanya. Ia meletakan high heelsnya di rak sepatu di pojokan ruangan, menaruh tas di lemari kaca dan mengecas jam tangan digitalnya. Karena sudah malam dan sangat dingin sekali, Rere nggak berani mandi. Ia hanya mengelap badanya dengan handuk basah. Lalu memakai masker wajah yang baru ia beli. Sambil rebahan, ia bermain handpone. Sembari menunggu masker wajahnya biar 15 dahulu baru di bilas.
Karena saking ngantuknya, Rere sampai ketiduran. Handphone nya sampai jatuh di ranjang. Malam semakin larut. Angin dingin yang berhembus membuat Rere semakin terlelap dan terbuai dalam mimpi.
******
"Re, aku mohon kamu balikan sama aku ya, please...?'
"Maaf Dio, aku tak bisa.."
"Kenapa...?"
"Maaf aku sudah membuang jauh rasa kepadamu..."
"Please Re, jangan tolak aku, aku sangat sayang kepadamu..."
"Tidak, aku tidak bisa..."
Dio berlari ingin memeluk Rere. Namun...
Doooooorrrrrrr!!!
Dio roboh di hadapan Rere, dengan kepala yang bersimbah darah.
"Dioooo....!!! "
Dan Rere melihat Nara berdiri di belakang Dio yang masih memegang pistolnya.
"Kamu...?"
"Sekarang giliran kamu..."
"Tidak, jangan..., jangaaaaaann!!!!"
Gubraaaakkkkkkkk
"Aduhhh, sakit sekali..." gumam Rere yang jatuh dari ranjangnya dan rupanya abis bermimpi. Mimpi buruk lagi.
"Ngapain aku mimpi in mantan tengil itu, iiihhh. Apa mungkin aku masih pakai masker ini, jadinya mimpi buruk deh." Rere segera melepas masker yang berbentuk topeng yang masih melekat di wajahnya, lalu membilasnya dengan air bersih.
"Jam berapa sih..."
Rere melihat ke arah jam bekernya. Masih jam 03.00 wib. Rere melanjutkan tidurnya, menarik selimut dan menutupi seluruh tubuhnya, karna dingin menusuk sampai ke tulangnya. Akhirnya Rere kembali terlelap.
****
Tok tok tok
Berulang kali pintu kamar Rere di ketuk mamanya. Namun tak ada jawaban juga.
"Rere bangun, bangun Re, udah siang ini..."
Bu Naina mengguncang guncang tubuh Rere yang masih di alam bawah sadarnya. Namun tak ada reaksi.
"Rere... " kembali bu Naina membangunkan putrinya. Kali ini berhasil. Rere menggeliat. Tanganya keluar dari selimut seraya mengencang ke atas.
"Iya ma, emang jam berapa ini...?"
Rere bangun dan mengerjap ngerjapkan matanya. Masih perih.
"Hem..." tanpa menjawab bu Naina memperlihatkan angka yang ada di jam beker Rere. Seketika Rere melonjak.
"Astaga ma, Rere udah telat...."
Ia melompat dari ranjang dan buru buru masuk kamar mandi. Gak banyak ini itu, Rere langsung memutar Kran. Bu Naina hanya bisa geleng geleng kepala dan merapikan tempat tidur putrinya yang berantakan.
Dari dalam kamar mandi, terdengar suara gemericik air yang di guyurkan. Rere bergerak cepat. Selesai mandi ia segera pakai baju dan make up ala kadarnya. Karena dari sananya ia sudah cantik, jadi gak banyak polesan. Setelah di rasa sudah cantik dan rapi, dan memasukan semua yang akan di bawa ke kantor, ia segera berlari menghampiri mama papanya.
"Pa, ma Rere berangkat dulu..."
"Hati hati jangan ngebut..."
"Beres ma, pa..."
Sudah menjadi kebiasaan setiap pagi. Drama bangun kesiangan dan lari larian itu sudah menjadi pemandangan setiap harinya. Kecuali hari minggu. Suasana agak damai.
"Moga saja nggak terlambat.."
Rere menyetir mobilnya dengan cepat. Iatak mau di marahin bu bos lagi gara gara telat, tapi setiap harinya, ia selalu saja bangun kesiangan. Emang dasar si Rere. Kalau nggak kisruh ya bukan Rere namanya.
Sreeeeetttttt.
Tepat jam 07.58 wib ia sampai di kantor. Buru buru ia keluar dan berlari memasuki kantornya.
"Haduuuhhh, kayak di kejar setan rasanya.."
Rere buru buru absen. Dan segera menuju ruanganya.
"Pass..."
Rere bernafas lega, walau ngos ngosan seperti abis di kejar anjing gila.
"Lari larian lagi..?" suara yang familiar di telinga Rere. Kevin menyodorkan secangkir susu coklat hangat.
"I.. Iya Vin, btw makasi susu coklatnya... " Kevin tersenyum dan mengangguk.
"Kapan aku di buatin juga kayak Rere...." celetuk Mika menggoda Kevin.
"Vin buatin juga tuh si Mika..."
"Besok, kalau inget..." jawab Kevin sambil tersenyum.
Rere menyeruput susu coklat buatan Kevin. Seperti biasa, semua di sibukan dengan tugas mading masing. Rere melanjutkan tugasnya yang kemaren belum selesai. Mendesain rumah pesanan seperti perintah bu Nita. Detik demi detik berlalu, hingga berganti jam. Dan akhirnya jam 13.00 wib. Waktu yang di nantikan semua karyawan, yaitu istirahat.
"Ayo ke kantin..." ajak Cindy.
"Lets go..." sahut Mika dan menarik tangan Rere. Sementara Juna, Kevin dan Ata mengikuti dari belakang.
Semua sudah duduk satu meja dengan hidangan masing masing. Rere duduk satu deret dengan Ata dan Kevin. Sementara Juna, Mika dan Cindy duduk di hadapan mereka.
"Semuanya, malam minggu besok datang ya ke rumahku. Ada acara makan makan..."
"Tar dulu, dalam rangka apa nih...?" tanya Juna antusias.
"Cuma makan makan doang kok..."
"Yang bener nih Vin? Elo nggak tunangan kan...?" sahut Mika.
"Ya enggak lah, peringatan hari lahir gua..."
"Ooooo....." ucap mereka serempak.
"Ok lah, bisa datang kok, btw selamat ya, tambah tua, hihi..." ujar Ata yang melahap makananya.
"Iya iya makasi...." Rere dan lainya juga tak mau ketinggalan mengucapkan selamat kepada Kevin. Jam istirahat sudah usai. Semua kembali beraktifitas.
"Rere di panggil bu Nita tuh...." Cindy memberitahu.
"Ok, udah siap kok..." jawab Rere sambil membawa map besar berwarna coklat. Agak lama juga Rere di ruangan bu Nita. Setelah satu jam akhirnya Rere keluar juga. Dengan wajah berseri seri Rere duduk di kursinya.
"Ceria amat neng, kenapa? Wah dapet bonus ya...?" tebak Mika yang memperhatikan Rere.
Bersambung
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!