"Arrkkhhh, sakit Mas!" erang Mahira saat rambutnya di Jambak dengan kasar dan tubuhnya ikut terseret oleh tindakan suaminya sendiri yakni Danu.
Sedangkan Syifa, putri semata wayang mereka hanya bisa menjerit ketakutan karena menyaksikan langsung saat ibunya di siksa.
"Aku tidak mau menikah dengan pria itu Mas Danu, ku mohon!" pekik Mahira sambil memelas dan mengatupkan kedua tangannya.
"Aku bilang nikah ya nikah! apa kamu ingin suamimu ini masuk ke dalam penjara hah?" bentak Danu yang sudah di kuasai oleh amarahnya
Mahira hanya bisa menangis sambil meraung-raung, dan meratapi nasibnya yang sangat menyedihkan.
"Mulai hari ini, saya Danu Kusuma telah menjatuhkan Talak satu kepada istri saya, yakni Mahira Harumi!" ucap Danu tanpa ada keraguan, hatinya benar-benar sudah mantap untuk menceraikan Mahira, dan ia sudah berencana untuk menikahkan Mahira dengan seorang pengusaha kaya yang sangat mendambakan seorang keturunan, karena istri dari pengusaha tersebut tidak bisa memberikannya seorang anak di karenakan mengalami kelainan pada rahimnya.
Flash Back.
Perusahaan Shadow Hito group.
"Kapan kau akan membayar hutangmu itu Danu? Kalau sampai akhir bulan ini kau tidak segera membayar dengan bunganya, kau akan ku jebloskan ke dalam penjara!" tegas Sadam.
"Ampun Tuan, berikan saya waktu tiga bulan untuk melunasi semua hutang-hutang saya!" pinta Danu memohon, ia pun sampai bersimpuh di kedua kaki Sadam sambil mengatupkan kedua tangannya.
"Cih, aku tidak Sudi memberikanmu kelonggaran waktu, sudah berapa kali aku memberi kau banyak kesempatan hah, kau saja yang tidak tahu diri dan tidak mau berusaha?" sungut Sadam yang mulai tersulut emosi.
"Tapi aku benar-benar tidak memiliki uang sepeser pun untuk membayarnya, Tuan. Perusahaan ku yang aku rintis dari nol, malah bangkrut gegara aku terkena tipu!" kelit Danu.
Mendengar penjelasan dari Danu, Sadam malah tersenyum sinis.
"Kau fikir aku itu bodoh hah? perusahaan mu bangkrut bukan karena terkena tipu, tapi kau telah bermain api di belakang istrimu, aku tahu semua gelagatmu Danu, kau memiliki dua wanita simpanan kan, dua wanita yang selalu kau manjakan dengan uang milik perusahaan, kau jangan berkelit lagi, aku itu sudah faham betul type laki-laki seperti mu, dasar sampah!" geram Sadam dan kemudian menarik kerah kemeja Danu.
"T tuan, anda keliru! Saya benar-benar telah kena tipu!" elak kembali Danu dan masih saja tidak mau mengakuinya.
"Cih, kau fikir aku ini bodoh hah? Kau salah telah berurusan dengan seorang Sadam Narendra Hito!" sungut Sadam begitu muak dengan pria di hadapannya.
Lalu ia pun menghempaskan tubuh Danu, hingga Danu jatuh tersungkur.
"Enyahlah kau dari hadapanku, aku muak melihat tampangmu, aku beri kau waktu satu Minggu untuk segera melunasi semua hutangmu, kalau tidak! Aku akan menjebloskan mu ke dalam penjara, dan membusuk lah kau di sana bedebah!" cetus Sadam sambil membuang pandangannya.
Saat Danu keluar dari dalam ruangan Tuan Sadam, ia kaget tidak percaya karena melihat sosok Mahira berada di hadapannya, ia pun buru-buru menarik tangan Mahira dan lupa menutup pintu ruangan tersebut, seketika Sadam menjadi penasaran akan sosok wanita yang mengenakan hijab sedang bersama Danu, di liriknya wanita tersebut.
'Hem, boleh juga seleranya si brengsek Danu! Cantik, tapi sayang mau-maunya hidup dengan pria brengsek dan tidak tahu diri itu!' gumam Sadam
Tiba-tiba terbesit satu ide yang membuat Sadam tersenyum senang.
"Ngapain kamu kesini hah?" bentak Danu.
"Maaf Mas, tadi ada tiga orang yang mencari mu ke rumah, mereka berwajah menakutkan, dan aku pun bersama Syifa memilih untuk kabur lewat pintu belakang dan segera menemui mu kesini!" tegas Mahira.
"Darimana kau bisa tahu aku ada di sini hah?" tanya kembali Danu dengan wajah tidak sukanya.
"Aku di antar oleh pak Ridwan, assisten mu Mas. Tadi aku sempat mampir ke pabrik, dan kamu tidak ada di sana, aku pun mendesak pak Ridwan untuk mengantarkan aku kesini, aku sangat takut Mas!" jawab Mahira dengan wajah pucat nya.
"Akh, kau istri yang sangat menyebalkan, ikut denganku!" sungut Danu menarik kasar tangan Mahira, kemudian di susul oleh Syifa yang berlari mengejar kedua orangtuanya.
......................
Seminggu kemudian
Dengan tubuh gemetar, Danu pasrah dengan keputusan dari tuan Sadam, ia sudah mencari pinjaman kesana kemari, namun tetap saja tidak membuahkan hasil, apalagi kali ini hutang Danu tidak dengan tuan Sadam saja, melainkan kepada pihak rentenir lainnya, sehingga mengharuskan rumahnya di sita atas perjanjian yang telah Danu sepakati, sedangkan pabrik tekstil milik Danu, sudah tiga hari ini tutup gara-gara tidak bisa membayar gaji para karyawan.
Sekarang Danu bersama istri serta anaknya tinggal di rumah petak yang sempit dan juga kumuh, bagi Mahira ini adalah cobaan terberat di dalam hidupnya, namun ia berusaha tetap tegar dan setia menemani suaminya, meskipun akhir-akhir ini ia selalu di perlakukan kasar akibat sikap Danu yang mudah tersulut emosi.
Di dalam ruangan nya Tuan Sadam, Danu hanya bisa tertunduk malu, ia tidak berani menatap wajahnya.
"Bagaimana Danu, apakah kau sudah bisa membayar seluruh hutangmu beserta bunganya, ingat Danu! Hutangmu sudah mencapai 10 M, dan aku sudah tidak bisa memberikanmu waktu!" tegas Sadam sambil berkacak pinggang.
"M maaf T tuan S Sadam! Sepertinya saya tidak bisa membayarnya!" jawab Danu terbata, tubuhnya gemetar dan di penuhi oleh keringat dingin.
Mendengar hal itu, Sadam malah tersenyum menyeringai." oh jadi kau sudah siap untuk mendekam di dalam penjara hah?"
"Ampun Tuan, jangan jebloskan saya ke dalam penjara, anda boleh mengambil pabrik tekstil milik saya sebagai jaminannya!"
"ha..ha..ha! Hey bajingan, kau fikir aku bodoh hah? Harga pabrik mu itu hanya bisa menutupi 20% hutangmu padaku, lantas 80% nya kau mau bayar pakai apa hah?" bentak Sadam kembali mendesak Danu.
Danu hanya bisa terdiam sambil tertunduk.
"Sebaiknya kita langsung jebloskan ke dalam penjara saja manusia tidak tahu diri ini, Tuan!" usul Hans.
"Tidak perlu Hans, aku sudah memiliki ide yang sangat brilian, dan si brengsek Danu harus mau menyanggupi syarat dariku."
Mendengar ada kesempatan untuk bisa melunasi hutangnya, kedua mata Danu pun langsung berbinar.
"Apa syaratnya Tuan? Saya pasti akan melaksanakannya!" jawab Danu bersungguh-sungguh.
Kemudian Sadam mendekat ke arah Danu, di tatapnya wajah pria itu dengan tatapan dinginnya.
"Aku ingin istrimu yang membayar sisa hutangmu itu, Danu!" cetus Sadam tersenyum licik.
Seketika baik Danu dan juga Hans, keduanya langsung melotot atas perkataan dari Sadam.
"Tuan, apa maksud anda berkata seperti itu?" cela Hans yang sepertinya tidak menyetujui rencana dari Tuannya tersebut.
Sadam malah tersenyum menyeringai." aku hanya ingin rahim istrimu mengandung benih dariku! cukup selama satu tahun saja Danu, setelah istrimu memberikanku seorang anak, maka semua hutangmu aku anggap lunas, dan aku akan memberikan satu perusahaan tekstil padamu, untuk kau kelola!" bujuk Sadam begitu entengnya.
Si pria tamak dan serakah alias Danu pun tanpa berpikir panjang, ia langsung mengiyakan persyaratan dari Sadam.
"Dengan senang hati, Tuan! Anda boleh memiliki Mahira, karena aku pun sebenarnya tidak sepenuhnya mencintainya, aku menikahinya karena kedua orang tuaku dan orang tua Mahira telah menjodohkan kami!" tegas Danu
'Dasar pria tak punya hati, wanita secantik itu kau sia-siakan dan malah lebih memilih para wanita j*lang yang tidak jelas asal-usulnya.' batin Sadam merasa geram.
"Tuan, lantas bagaimana dengan Nyonya Alisa? Apakah Nyonya sudah tahu dengan rencana anda ini?" sahut Hans.
Sadam pun menggeleng." aku akan merahasiakan ini semua dari istriku Hans, karena aku tidak ingin menyakitinya, aku tidak tega jika melihat istriku sakit hati, apalagi papah dan mamah selalu mendesaknya untuk memberikan aku keturunan, pernikahanku dan Alisa sudah menginjak enam tahun, namun tetap tidak ada tanda kehamilan padanya, aku sempat frustasi Hans, dan menurutku ini adalah jalan terbaik!" tegas Sadam
Hans pun mengangguk, ia faham betul keinginan Tuannya.
"Dan untukmu Danu, aku beri kau waktu selama dua Minggu untuk mempersiapkan semuanya, dan jangan sampai orang lain tahu masalah ini, kalau sampai bocor, kau orang pertama yang akan aku habisi, faham Kamu!" ancam Sadam dengan nada membentak.
"I iya T tuan, s saya faham!" jawab Danu terbata.
Flash back Off
Bersambung...
🍁🍁🍁🍁🍁🍁
Semenjak Mahira mendapatkan talak dari Danu, kini Danu sudah tidak tinggal lagi bersama Mahira, dan ia lebih memilih pulang ke rumah salah satu istri simpanannya.
Sedangkan Mahira harus menuruti keinginan mantan suaminya, yakni menikah dengan Tuan Sadam, seorang pria kaya raya yang merupakan bos dari suaminya dan harus mengandung benih dari pria tersebut, bagi Mahira ini semua sangatlah gila, namun demi rasa cinta dan sayangnya kepada mantan suaminya, akhirnya Mahira pun menyanggupinya, ia tidak ingin sampai Danu di jebloskan ke dalam penjara, apalagi setahu dia jika mantan suaminya telah terkena tipu hingga mengalami kebangkrutan seperti ini, namun pada kenyataannya tidaklah seperti itu, Danu benar-benar sudah mengelabui Mahira.
'Aku tidak ingin Mas Danu masuk ke dalam penjara, apa nanti kata orang-orang? Apalagi Syifa, dia pasti sangat terpukul jika tahu Ayahnya sampai masuk penjara, itu tidak boleh terjadi, aku ingin rumah tanggaku kembali utuh seperti dulu!' batinnya seraya ingin menjerit.
Dua Minggu berlalu begitu cepat, sesuai dengan perjanjian, hari ini Mahira akan di pertemukan dengan Tuan Sadam, sedangkan Syifa tetap bersama Danu, karena Danu tidak ingin Syifa menjadi pengganggu, apalagi kondisi Syifa yang tidak bisa berbicara, alias bisu. Bagi Danu jika sampai Tuan Sadam tahu mereka memiliki seorang putri yang cacat, ia yakin jika Tuannya tersebut akan membatalkan perjanjian ini, dan Danu tidak ingin itu semua terjadi, hingga akhirnya, setelah Danu mengantarkan Mahira ke salah satu Apartemen milik Tuan Sadam, ia bergegas membawa Syifa bersamanya.
Dengan perasaan gugupnya, Mahira mulai menekan tombol di dalam lift, angka dua puluh Mahira tekan, dan pintu lift pun tertutup.
'Yaa Allah, semoga aku dan Mas Danu bisa keluar dari semua masalah ini!' batin Mahira penuh harap.
Setibanya di lantai dua puluh, Mahira cukup kaget, karena di depannya terdapat pintu yang menjulang tinggi, rupanya lantai dua puluh hanya terdapat satu apartemen, tidak seperti lantai lainnya, dan memang lantai dua puluh adalah apartemen milik Tuan Sadam.
Kedatangan Mahira di sambut hangat oleh Hans, rasa gugupnya pun sedikit berkurang.
"Silahkan anda ikuti saya, Nyonya!" ucap Hans sambil membungkuk.
Mahira hanya mengangguk dan tanpa mengucapkan satu patah kata pun.
Saat masuk ke dalam Apartemen, Mahira di buat takjub dengan kemewahan Apartemen ini, apalagi banyak dinding yang terbuat dari kaca, sehingga bisa terlihat dengan jelas pemandangan gedung pencakar langit kota Jakarta.
kini Mahira di persilahkan duduk oleh Hans, dan diminta untuk menunggu sebentar. Tiba-tiba rasa gugupnya kembali menyeruak, sampai-sampai kedua kakinya tidak bisa diam seperti sedang gemetar.
Tap
Tap
Tap
suara langkah kaki yang berasal dari arah anak tangga, Mahira pun sepertinya tahu jika itu adalah bunyi langkah kaki Tuan Sadam, tubuhnya pun semakin gemetar, keringat dingin mulai menjalar di sekujur tubuhnya, dan kali ini Mahira mencoba menundukkan kepalanya, seolah ia tidak ingin melihat wajah Tuan Sadam.
Sadam pun akhirnya bisa menemuinya secara langsung, yakni dengan wanita yang telah ia pilih untuk mengandung benih darinya, baginya ini adalah suatu keputusan yang sangat berani dan jika seandainya istrinya tahu, mungkin rumah tangganya bisa di ambang kehancuran, tapi di balik itu semua, Sadam tidak ingin sampai kedua orangtuanya selalu mendesak wanita yang sangat ia cintai itu, untuk bisa memiliki buah hati darinya, apalagi Sadam adalah putra satu-satunya keluarga Hito, dan ia adalah pewaris tunggal. Tuan Hito adalah pria keturunan Jepang yang memiliki perusahaan besar di negeri ini, ia pun salah satu pengusaha kaya yang patut di perhitungkan, asetnya pun ada dimana-mana, apalagi saham terbesarnya berada di sektor pertambangan.
Ketika Tuan Sadam hampir mendekat ke arah Mahira, Hans meminta Mahira untuk berdiri dan membungkuk sebagai pemberian hormat, Mahira pun melakukan perintah dari pak Hans.
Melihat hal itu, Tuan Sadam tersenyum puas, baginya wanita di hadapannya cukup patuh, dan Sadam sangat tidak menyukai wanita pembangkang.
"Duduklah!" sahut Sadam
Mahira buru-buru kembali duduk dengan posisi kepala masih tertunduk dan enggan untuk melihat wajah pria di hadapannya.
Mahira adalah wanita Solehah yang selalu menjaga pandangannya terhadap pria yang bukan muhrimnya, ia juga adalah wanita yang sangat taat beribadah, Mahira sedari kecil di besarkan di lingkungan yang sangat kental dengan agama, ia adalah putri angkat salah satu kiyai pemilik pesantren di kampungnya, dan cukup tersohor. Mahira sendiri tidak ingin mengecewakan orang tua angkatnya yang sudah merawatnya sedari kecil, dan sebagai bentuk rasa balas Budi, ia selalu berusaha untuk tidak pernah menentang keinginan kedua orang tua angkatnya termasuk soal jodoh, apalagi Danu adalah pria yang di pilih oleh kedua orang tua angkatnya, dan Mahira tidak ingin sampai mengecewakannya.
Tiba-tiba Susana mendadak menjadi hening karena semuanya saling diam.
"Ehem, apakah suamimu sudah menjelaskan semuanya padamu?" tanya Sadam mencoba mencairkan suasana.
"S sudah T tuan!" sahut Mahira terbata.
Sadam pun tersenyum senang, rupanya Danu telah menepati janjinya.
"Lantas, apakah Suamimu sudah menceraikan mu?" tanya kembali Sadam begitu entengnya.
'Tuan, kenapa anda tega melakukan ini semua terhadap keluarga kecilku? anda benar-benar pria yang kejam dan tidak punya hati!' keluh Mahira di dalam hati.
Kali ini Mahira hanya menjawabnya dengan mengangguk, Mahira tidak ingin banyak bicara terhadap pria di hadapannya, pria yang sangat ia benci.
"Baguslah, berarti sekarang statusmu adalah seorang janda, betul begitu?"
'iya, karena andalah statusku berubah menjadi seorang janda dengan satu anak, apakah anda puas, Tuan Sadam yang terhormat!? umpat Mahira di dalam hatinya ia begitu sangat kesal.
Lagi-lagi Mahira hanya menjawabnya dengan mengangguk.
melihat hal itu, Sadam hanya tersenyum tipis melihat Mahira, baginya pilihannya sudah sangat tepat, dan Sadam sendiri sudah menyelidiki tentang latar belakang wanita yang akan menjadi istri keduanya tersebut. Sadam pun cukup terkejut mengenai latar belakang Mahira yang ternyata bukanlah wanita sembarangan, hingga akhirnya Sadam sudah sangat bulat dengan keputusannya, jika Mahira layak untuk mengandung benih darinya, Sadam sendiri tidak ingin memilih sembarang wanita apalagi wanita yang tidak jelas asal-usulnya.
"Baiklah, setelah tiga bulan sepuluh hari, itu artinya kau sudah bebas masa Iddah, aku akan segera menikahi mu, persiapkan diri kamu sebaik mungkin, awas jangan pernah berusaha untuk kabur, karena kemanapun kau pergi aku akan mencari mu, bahkan sampai ke lobang semut sekalipun!" ancam Sadam.
Seketika Mahira langsung membulatkan kedua bola matanya, ia sampai menelan Saliva nya.
"Baiklah, apakah ada pertanyaan yang ingin kau tanyakan padaku?" tukas Sadam masih dengan posisi menatap lekat ke arah Mahira yang masih tertunduk dan enggan untuk melihat wajahnya.
Bagi Mahira, ini adalah kesempatan emas untuk menanyakan sesuatu yang sedari tadi telah mengganjal di dalam hatinya.
"Emh, kenapa Tuan memilih Saya untuk mengandung darah dagingnya Tuan, Tuan kan tahu jika saya adalah seorang wanita yang sudah menikah dan memiliki suami serta seorang anak!" cetus Mahira begitu beraninya meskipun tubuhnya saat ini gemetar.
Seketika Sadam malah tertawa terbahak-bahak.
"Karena kau adalah seorang istri yang harus membayar semua hutang suamimu, dan aku ingin kau membayarnya dengan cara seperti ini, kau tidak bisa mengelaknya apalagi membantah keinginanku, aku bisa membeli segalanya, termasuk harga diri seorang wanita!" sahut Sadam sambil tersenyum puas.
Mahira sudah tidak bisa berkata apapun, baginya pria di hadapannya ini sungguh sangat angkuh dan juga sombong.
'Suatu saat nanti anda akan mendapatkan balasannya, Tuan! Ingat jika tuhan itu tidak pernah tidur." ucap Mahira di dalam hatinya.
Bersambung...
🍁🍁🍁🍁🍁🍁
Hari ini rencananya Mahira akan meminta bantuan kepada Pamannya yang tinggal di luar kota, dulu saat Mahira menikah dengan Danu, Pamannya lah yang menjadi wali nikahnya, Mahira sendiri sangat bingung serta takut, bagaimana nanti menjelaskan keadaan ini pada Pamannya, ia pun terus memutar otaknya.
"Ya Allah, apakah aku harus mengatakan yang sejujurnya kepada Paman Husain? Beliau pasti akan sangat marah dan juga kecewa, jika tahu aku telah bercerai dengan Mas Danu, tapi itu semua aku lakukan demi menyelamatkan Mas Danu, apakah aku harus berbohong? Akh, aku benar-benar bingung, Ini bisa membuatku menjadi gila!" gumam Mahira sembari mondar-mandir di depan kamar tidurnya.
Setelah berfikir panjang, akhirnya Mahira memberanikan diri untuk menghubungi Pamannya lewat benda pipih miliknya, Mahira cukup tegang saat nada sambungan panggilan telepon belum ada jawaban, kemudian Mahira mencoba relaks agar ia bisa menjelaskan maksud dan tujuannya menghubungi Pamannya, meskipun harus sedikit berbohong, seumur hidup Mahira baru kali ini ia berani melakukan kebohongan.
Akhirnya sambungan telepon pun di angkat, tidak lupa Mahira mengucap kata salam dan menanyakan kabar Paman beserta keluarganya, setelah itu Mahira mencoba mengatur nafasnya, untuk bisa menceritakan maksud dan tujuannya menghubungi Pamannya.
"Apa m, Mahira? kau dan Danu sudah bercerai! dan kau bulan depan akan menikah lagi dengan seorang pria? Apakah Paman tidak salah dengar? Mendiang Ayahmu pasti akan merasa sangat sedih melihat keadaanmu yang seperti ini!" ucap Paman Husain.
"Aku tahu itu Paman, tapi mau bagaimana lagi, mungkin aku dan Mas Danu tidak berjodoh!" sahut Mahira mencoba mencari alasan.
"Lantas, apakah Abi Hafiz dan umi Kulsum sudah tahu keadaanmu ini, Mahira?" tanya balik Paman Husain.
"Belum Paman, Mahira akan memberitahu Abi dan Umi setelah pernikahan ini, Mahira mohon sama Paman agar mau menjadi wali nikahnya aku, karena hanya Paman satu-satunya keluarga Ayah yang masih ada."
Kemudian Paman Husain terdiam sejenak, seperti sedang memikirkan sesuatu.
"Mahira, Paman mau tanya sama kamu, apakah kau sudah yakin dengan keputusanmu itu, Nak? Kau sudah sangat yakin dengan pilihanmu yang menurut Paman sangat aneh, dengan mudahnya kau mendapatkan penggantinya Danu, Paman tahu betul jika kamu sangat mencintai Danu!" cetus Paman Husain.
Dengan mengucap kata Bismillahirrahmanirrahim, dengan mantapnya Mahira menjawab iya.
"Mahira sudah mantap dengan keputusan ini, Paman! Dan Mahira sudah melupakan Mas Danu, dan menurut Mahira, Tuan Sadam adalah pria yang tepat untuk menjadi penggantinya Mas Danu!" tegas Mahira meskipun hatinya begitu terasa sakit.
"Baiklah Mahira, jika itu sudah menjadi keputusanmu, Paman akan selalu mendukungmu, yang penting kau bahagia, Insha Allah, sehari menjelang pernikahanmu, Paman akan datang ke Jakarta, untuk menjadi wali di hari pernikahanmu!"
"Alhamdulillah, terima kasih banyak Paman Husein!"
Kini Mahira pun mengakhiri sambungan telepon dengan Pamannya setelah mengucap kata salam.
Setelah Mahira dan Danu bercerai, rupanya Sadam lah yang menanggung biaya kehidupan Mahira sampai menjelang hari pernikahan mereka yang rencananya akan di laksanakan secara tertutup.
Awalnya Mahira menolak pemberian dari calon suaminya, namun Mahira terus saja di desak, apalagi Pak Hans setiap hari selalu mengawasi aktivitas dirinya, bahkan untuk menemui putrinya saja begitu sulit, meskipun saat ini Syifa bersama Mas Danu dan tinggal di salah satu perumahan sederhana di kota Jakarta, dan Mahira sendiri hanya boleh menemui putrinya seminggu sekali, itu pun bertemu di tempat umum. Sepertinya Danu tidak ingin sampai Mahira tahu jika dirinya saat ini tinggal dengan siapa.
Meskipun berat tapi Mahira harus tetap bisa menjalani semua ini, demi bisa kembalinya keadaan rumah tangganya seperti dulu.
"Syifa, kenapa setiap kali ketemu Bunda, kamu selalu murung Nak?" tanya Mahira begitu khawatirnya.
"Yaelah Hira, kau jangan terlalu didramatisir mengenai Syifa, dia akan baik-baik saja bersamaku, iya kan Syifa?" tanya Danu sambil memelototi putrinya, sontak Syifa langsung tertunduk.
'Bunda, tolong aku! aku tidak mau tinggal bersama Ayah. Ayah galak Bun, aku selalu di marahi oleh Ayah dan Tante jahat yang selalu ada di dekat Ayah!' batin Syifa ingin menjerit.
'Mas, kau tidak bersikap kasar kan dengan putri kita?" hardik Mahira.
Merasa tidak terima dengan tuduhan dari mantan istrinya, Danu malah menggebrak meja tepat di hadapannya.
Brak
"enak saja kau sembarang tuduh padaku, mana mungkin aku tega terhadap darah dagingku sendiri!" bentak Danu yang mulai tersulut emosi.
Merasa tidak enak, Mahira buru-buru langsung meminta maaf, Mahira tidak menyangka jika suaminya yang dulu selalu bersikap lemah lembut padanya, kini telah berubah 180°, apalagi saat dirinya di paksa untuk menikah dengan Tuan Sadam, Mahira kerap kali mendapatkan perlakuan kasar dari Danu, namun ia tetap memaafkan nya, Mahira beranggapan jika mantan Suaminya telah khilaf.
"Kau boleh membawa Syifa dan tinggal bersamamu, setelah kau berhasil mengandung benih dari Tuan Sadam, tapi jika sampai kau belum hamil juga, jangan harap Syifa bisa kau ambil dari tangan ku, faham kamu Hira!" Ancam Danu.
Seketika Mahira mengeluarkan bulir bening sembari memeluk putri kecilnya.
"Kenapa harus seperti ini Mas, aku tidak bisa jauh dari Syifa!"
"Alah, jangan cengeng kau Hira, kau mau Tuan Sadam tahu jika putri kita itu bisu hah? Jika kau telah mengandung benih dari Tuan Sadam, otomatis perjanjian aku dengannya tidak akan di batalkan, dan aku tidak akan di masukan ke dalam penjara, aku mohon Mahira, hanya kaulah yang bisa menyelamatkan aku!" pinta Danu mencoba merayu Mahira, ia pun menggenggam kedua tangan Mahira.
"Astaghfirullah, lepaskan tangan aku Mas, kita sekarang sudah bukan muhrim!"
"Opss, sorry Mahira, aku khilaf!"
......................
Sehari menjelang hari pernikahan, akhirnya Paman Husain datang seorang diri tanpa di dampingi oleh istrinya.
"Maaf ya Mahira, Bibimu tidak bisa datang karena Bibimu kecewa dengan keputusan mu itu, Paman terpaksa berbicara seperti ini padamu, karena paman pun sangat kecewa dengan keputusan mu itu, tapi Paman tidak ingin sampai kau dan pria itu nekat melakukan dosa besar, dan sudah menjadi kewajiban Paman untuk menjadi wali nikahmu, yang terpenting kau bahagia."
Mahira hanya bisa mengangguk dengan posisi kepala tertunduk, dari relung hatinya yang paling dalam, Mahira ingin sekali menjerit dengan keadaan ini, namun ia mencoba untuk menahannya.
Sedangkan Tuan Sadam, ia benar-benar mempersiapkan pernikahan keduanya dengan sangat hati-hati, ia tidak ingin salah satu anggota keluarganya tahu tentang pernikahannya ini, beruntungnya saat ini Alisa alias istrinya Tuan Sadam sedang liburan di luar negeri tepatnya keliling Eropa, itu pun atas perintah Sadam sendiri, Sadam memang sengaja melakukan itu semua agar aksinya tidak tercium oleh Alisa.
"Tuan memang sangat pintar, Nyonya Alisa dan ibunya sengaja anda kirim keluar negeri dengan alasan liburan karena selalu mendapatkan tekanan dari kedua orang tua Tuan, terutama Tuan besar Hito!" tegas Hans.
"Aku sudah merencanakan semua ini dengan sangat matang Hans, setelah Mahira mengandung dan melahirkan anakku, aku yakin kedua orang tuaku tidak akan lagi mendesak Alisa untuk terus mengandung darah dagingku, meskipun aku tahu yang sebenarnya jika istriku mengalami kelainan terhadap kandungannya, sehingga membuatnya tidak bisa mengandung benih dariku!" cetus Sadam.
"Maaf Tuan, apakah anda percaya dengan hasil pemeriksaannya Nyonya Alisa?" tanya Hans yang seperti nya mencurigai Istri tuannya tersebut.
"Hey Hans, kau mencoba mencurigai istriku hah? Alisa itu adalah wanita baik-baik, dan dia bukanlah seorang pembohong, ingat itu!"
"Maafkan saya Tuan, saya hanya ingin memastikan saja!" sahut Hans dan kemudian menunduk sebagai rasa penyesalannya.
'Maafkan saya, tuan! Tapi sepertinya ada kejanggalan dari hasil pemeriksaan Nyonya Alisa, dan saya akan terus menyelidikinya, itu semua demi kebaikan Tuan!' cetus Hans di dalam hatinya.
POV: Sadam dan Mahira, foto untuk buku nikah 😄
Bersambung...
🍁🍁🍁🍁🍁🍁
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!