NovelToon NovelToon

Dinikahi Tuan Muda

Prolog

Suatu malam, Andreas suamiku membawaku ke sebuah bar temaram. Andreas memeluk pinggang seorang wanita cantik dengan polesan merah merona dibibirnya.

"Sudah waktunya kita berpisah Freya! Aku sudah sangat muak denganmu. Tapi sebelum itu, bukankah patuh kepada suami adalah sebuah kewajiban seorang istri? Maka untuk yang terakhir, patuhlah!" Ucap Andreas sambil meremas bahuku.

Wanita cantik di sebelahnya tertawa lirih, "Sudahlah sayang, jangan menyesal ya jika nanti kamu rindu pada istri patuhmu ini", wanita cantik itu berucap sambil melirik sinis kepadaku.

Namaku Freya Zwetsalca. Aku adalah yatim piatu yang dulu tinggal di sebuah panti asuhan.

Perjalanan hidupku sangat berat, sebelum aku bertemu dengan pria bernama Andreas. Ya, aku adalah seorang istri dari pria bernama Andreas.

Dulu awal bertemu, dia adalah pria paling baik dan bijaksana kurasa. Andreas selalu membantuku, menolong membawakan belanja dari pasar, atau sekedar membantu mengangkat atau menjemur cucian.

Dia pria yang ramah dan sopan, mungkin itulah yang terlihat olehku di awal perkenalan, sampai aku menerima lamarannya.

Sikap Andreas mulai berubah bahkan di tahun pertama pernikahan kami. Dia berubah menjadi pria kasar, pemarah, dan ringan tangan. Andreas seolah berubah menjadi monster menyeramkan, hingga aku tidak bisa merasakan cinta lagi kepadanya.

"Jangan bicara sepatah kata pun saat sudah masuk bar!", Andreas berkata sambil menyeret tanganku.

Wanita di samping John tiba-tiba berkata, "Stop sayang, bukankah lebih terlihat menarik jika dia kau ikat?", ucapnya sambil memandangku.

"Ohh, benar Milly, sebentar!" John terlihat mencari-cari sesuatu di depan bar.

"Kau tau Freya? Sebenarnya aku iri dengan wajahmu, kau cantik bahkan tanpa poles begini. Tapi sayang, nasibmu kurang beruntung bertemu Andreas. Nanti saat kau dapat suami baru, semoga dia lebih bisa menghormati mu!", bisik wanita cantik bernama Milly itu.

Entah kenapa aku merasa dia sedikit bersimpati padaku. Atau sebenarnya hanya sebuah omong kosong dari mulut manisnya.

"Sayang, aku sudah mendapatkannya. Coba kamu ikatkan dileher nya!" Andreas berlari kecil menghampiriku dan Milly.

"Kenapa dileher?", Milly bertanya seolah tak mengerti ucapan Andreas.

"Sudahlah, ini akan menjadi pemanis hingga akan banyak orang yang menyukainya!"

.

"Bukankah itu si brengsek Andreas?"

"Apalagi kali ini?"

"Lihat, dia dapat wanita baru lagi"

"Entah apa yang akan dia lakukan kali ini, sebenarnya aku penasaran"

"Lima tahun lalu bukankah dia menghabiskan semua uangnya untuk mendapatkan istri yang sangat cantik?"

"Dia mengurung istrinya karena dia sangat terobsesi olehnya"

"Istrinya sangat-sangat cantik, kau tau?"

"Tapi belakangan ini tersebar kabar dia tidak lagi menyukai istrinya, makanya dia menggandeng wanita lain"

"Benar, setelah itu setiap aku kesini dia berkata akan menjual istrinya"

"Wooww.. itu berarti istrinya akan masuk di wife sale?"

Sesak!

Kata itu yang pertama terlintas di pikiranku. Aku sudah tak merasakan perasaan apapun. Semua seolah akan menjadi sama saja. Mau aku pergi ketempat paling tinggi pun, akan sama saja sakitnya.

Pada zaman ini, kebanyakan perceraian Dilakukan dengan berkedok wife sale.

Suami akan mendapatkan untung dengan penandatanganan kontrak atas pertukaran istrinya.

Dengan kontrak pertukaran itu, suami akan menyerahkan semua hak dan kewajiban kepada sang pembeli.

"Baiklah! Perhatian semuanya! Hari ini aku akan melelang istriku!" Teriak Andreas dengan lantang.

"Dia sangat cantik, manis, dan sangat penurut! Kita akan mulai dengan 10 yuan!!" Lanjut Andreas.

"25 yuan!"

"30 yuan!"

"40 yuan!"

"80 yuan"

"100 yuan"

"110 yuan"

"130 yuan"

"200 yuan"

"250 yuan"

"300 yuan!!!"

"Apa masih ada yang berani?" Tanya Andreas.

Semua terdiam dan menggelengkan kepala.

'Huuft.. ternyata hargaku cuma segitu ya..' aku hanya bisa melihat mereka memasang harga untung membeliku.

"Selamat, anda bisa membawa wanita ini jika sudah menyelesaikan transaksi kita!", Andreas menjabat tangan seorang pria tambun dengan sedikit uban di kepalanya.

Pria itu melirikku dengan menjulurkan lidahnya dengan menjijikkan.

"Cantik sekali istrimu Andreas, kau yakin tidak akan menyesal?", pria itu berkata sambil mencium punggung tanganku.

"Sebenarnya aku sudah bosan, dia tak ubahnya barang rongsokan yang teronggok di rumah, melihatnya setiap hari membuatku muak!". Andreas dengan tega berbicara seperti itu sambil membuang muka, enggan melihatku.

'Apakah aku benar seburuk itu?', aku lagi dan lagi memikirkan sikat manisnya saat awal berkenalan. Entah kapan dia berubah, aku mulai lupa.

"Yahh.. aku bisa jamin dia wanita yang patuh", ucap Andreas kemudian.

"Jika ada sesuatu yang tidak kau suka, kau tahu kan apa yang harus dilakukan?", Andreas berbisik di telinga orang itu, tapi masih mampu ku dengar.

Pria yang sudah berhasil membeliku itu terlihat menyeringai jahat.

"Jika kau berlaku baik padanya, dia pasti patuh. Jika dia tidak bisa menyenangkan mu, jangan pukul wajahnya, karena wajahnya adalah aset satu-satunya yang enak dipandang!", Andreas terus berbicara dengan orang itu.

"Baiklah Andreas, ini uangnya!", pria itu memberi sekantung uang kepada Andreas. Tapi belum sempat Andreas menerima uang itu, ada seseorang lagi yang berteriak dengan lantang.

"Satu juta yuan!!!", teriaknya lantang.

Orang gila mana yang mau membeli sampah sepertiku dengan uang sebanyak itu? Pasti dia lebih gila dari Andreas. Jika tidak, tak mungkin dia mencari wanita di bar lusuh seperti ini. Pikiranku kacau, namun ekspresiku tidak berubah.

"Satu juta yuan?"

"Ya tuhan, apa dia gila?"

"Dia membeli barang bekas Andreas dengan satu juta yuan? Apakah mungkin?"

Bar mulai kacau dengan penuh bisik-bisik dari setiap orang.

"Gila, jangan bercanda!!", teriak pria tambun itu.

"Ditempat seperti ini mana ada transaksi sebesar itu? Kau pasti berbohong!!", tambahnya lagi.

'prang'

Pria misterius itu melemparkan seonggok emas batangan pada meja bartender.

"Jual emas itu! Maka harga yang kau dapat bisa lebih dari 1 juta yuan!", ucap pria itu.

"Aahhh.. maafkan kami tuan, sepertinya kami salah mengira karena kaget tuan datang dengan suara Yang keras!", ucap bartender muda yang berada tepat di depan emas batangan tadi.

"Apakah cukup baik? Bila sudah puas dengan harganya, langsung tanda tangani kesepakatan kita!", ucap pria misterius itu sambil menyerahkan lembaran surat kesepakatan.

"Oohh ya ampun, baiklah.. hehehe ..", jawab Andreas yang sejak Tadi melongo tak percaya.

"Ini tuan, sekarang wanita itu sudah sah menjadi milikmu, terserah akan kau apakan dia!!", Andreas menyerahkan kertas tadi dengan senyum yang terus mengembang.

"Benar, dia milikku sekarang. Maka dari itu, mulai sekarang entahlah dari pandangan wanitaku!". Jawab pria misterius itu sambil mendekap ku, membawaku keluar dari tempat sesak itu.

'Apakah akan lebih baik dari ini?' pertanyaan itu terus saja terngiang-ngiang di kepalaku. Menjerat batinku yang telah lama tersiksa secara mental dan fisik.

.

"Dari sini kita akan pergi dengan kereta ini, tunggulah sampai keluar tempat terkutuk ini, maka akan ada kereta kuda yang lebih baik lagi!", ucap pelan pria itu.

Aku hanya diam tak menjawab.

"Tapi sebelum itu," pria itu mengulurkan tangannya kepada kepalaku.

'Ooh, pasti aku akan di pukul lagi'

'tidak apa, aku sudah biasa menerima ini'

'pasti akan lebih sakit dari biasanya'

Semua kata-kata itu menyerang kepalaku, membuatku dengan reflek menutup mata.

'kenapa tidak sakit?'

" Huuuft.. aku tidak bermaksud membuatmu sakit, apakah kau bisa diam sebentar? Ini tidak akan lama", ucap pria misterius itu.

Lalu tangan pria itu mulai terulur melepaskan tali pengikat yang ada di leherku.

"Senang bertemu denganmu, namaku Albert Nourt Davinci!", ucap pria bernama Mahesa tersebut dengan senyum lembut.

keluarga Davinci

"Senang bertemu denganmu, namaku Albert Nourt Davinci", ucap pria bernama Albert tersebut dengan senyum lembut.

Pria bernama Albert itu mengulurkan tangannya. Namun, aku ragu untuk menjabat tangan itu, dalam hatiku masih saja terngiang perlakuan Andreas kepadaku selama ini.

"Namaku Freya, Freya Zwetsalca ", jawabku lirih.

Sungguh aku tak tahu harus bagaimana, pikiranku masih kosong, masih terbayang-bayang semua perlakuan Andreas dikepadaku.

"Baiklah Freya, bisakah kita pergi sekarang?", tanya Albert. "Kekediaman utama Davinci".

.

Entah bagaimana, saat aku membuka mataku aku sudah di tempat yang sangat asing. Langit-langit kamar yang mewah, kamar luas, dua kali lipat dari luas rumah Andreas. Lantai marmer Dengan berbagai macam furniture berkelas.

Aku bangun dari tempat tidur mewah yang memiliki kasur selembut sutra.

Lingkungan yang sangat asing bagiku. 'Apakah  aku akan mulai bekerja disini?' itulah pertanyaan yang mampir dalam otakku.

Tok tok tok

"Selamat pagi nyonya, nama saya lily. Saya datang untuk membantu anda", sapa seorang dengan pakaian seragam rapi.

'apakah ini semua akan baik-baik saja?' aku terus menerus bertanya dalam hati. Semoga kali ini tidak ada lagi tindakan ekstrim yang terjadi padaku.

"Saya bisa memasak, mencuci, bersih-bersih, dan berkebun", ucapku dengan suara amat sangat lirih.

"Ya?" Dia terlihat bingung.

"Saya berjanji akan hati-hati saat membersihkan guci, piring, dan gelas. Serta yang lainnya!", dengan suara lirih aku menjelaskan.

Tak apa, aku harus bisa melewati ini.

"Maaf nyonya, saya adalah pelayan yang di tugaskan untuk membantu nyonya, jadi saya akan selalu di sisi nyonya!", ucap pelayan tersebut.

Aku diam. 'apa maksudnya?' aku bertanya-tanya.

"Jika saya tidak ada di sini, nyonya bisa membunyikan bel di sisi ranjang tempat tidur nyonya, maka pelayan lain akan datang untuk nyonya!", kembali pelayan itu menjelaskan.

Aku diam. Aku benar-benar masih tidak mengerti dengan keadaan sekarang. Pikiranku masih saja berkelana pada kejadian-kejadian di saat masih bersama Andreas. Aku seolah tidak bisa untuk tidak memikirkan itu.

"Maaf karena saya datang terlambat kemarin nyonya, jadi saya tidak bisa membantu anda untuk bersih-bersih. Bagaimana jika kita mulai bersih-bersih sekarang? Akan saya siapkan air hangat serta aroma terapi. Anda menyukai wangi apa nyonya?", pelayan tersebut masih saya berbicara. Sementara aku diam saja.

Aku bangkit berdiri dari ranjang tidur. Entah benar bersih-bersih atau akan di perlakukan kasar lagi, aku tak apa.

"Akan saya ambilkan alas kaki nyonya", katanya dengan sopan.

Dia mengambilkan alas kaki lembut untukku. Bahkan memakaikannya di kakiku.

"Silahkan kesebelah sini nyonya", ucapnya dengan senyum.

.

POV Lily

Hari ini aku mulai melayani nyonya rumah baru. Wanita yang dibawa oleh tuanku kemarin. Aku akan menjadi pelayan pribadinya dan akan dengan senang hati melayaninya.

Inilah salah satu bentuk pengabdian ku kepada tuanku. Orang yang telah menyelamatkan keluargaku

"Silahkan kesebelah sini nyonya", sungguh aku sudah tidak sabar melayani nyonya baruku ini. Dia terlihat cantik walau masih ada perban di kepalanya. Walau masih belum mau membuka suara, tapi aku yakin, lambat Laun dia akan mulai terbiasa.

Sesampainya di kamar mandi, setelah menyiapkan semua keperluan, aku mulai membantu nyonyaku untuk melepaskan pakaiannya.

Namun, aku amat sangat terkejut dengan kondisi tubuhnya. Tak terasa air mataku ikut mengalir dengan sendirinya.

'Ya tuhan, bajingan mana yang tega berbuat seperti ini padanya?' rintihku dalam hati.

Kondisi tubuhnya jauh dari kata baik-baik saja. Di bandingkan luka, ini penuh dengan memar yang memenuhi tubuh bagian belakangnya.

Memarnya memang bisa hilang. Tapi butuh waktu yang lama untuk menyembuhkan nya.

'Sebenarnya siapa bajingan yang berani memukulinya sampai tubuhnya penuh memar tanpa meninggalkan sedikit luka??' aku terus mengutuk bajingan itu dalam hati.

'Orang gila macam apa yang melakukan ini pada nyonya? Selama ini, pasti nyonya di perlakukan dengan sangat buruk' hati nurani ku terus meraung meratapi kehidupan nyonya selama ini.

"Apakah anda mau berendam dahulu nyonya? Air hangat dengan sedikit garam bisa mengatasi rasa lelah anda". Aku mengalihkan situasi. Aku tak mau nyonya memikirkan masa kelam itu.

Namun yang terjadi malah sebaliknya. Tubuh nyonya bergetar hebat setelah melihat air dalam bathtub.

.

POV Freya

Flashback 

"Siapa yang menyuruhmu pergi melangkah keluar rumah?", Andreas menjambak rambutku dan menyeret tubuhku.

Andreas terlihat sangat marah kali ini. Mungkin aku benar-benar bisa mati sekarang.

"Dasar jalang!! Kau pasti mau merayu laki-laki diluar sana!", teriak Andreas sambil terus menjambak dan menendang tubuhku.

"Ahh.. tidak Andreas, bumbu dapur, bumbu dapur habis, aku keluar untuk membelinya!!", teriakku menjelaskan sambil menahan sakit.

"Beraninya kau membual dengan alasan seperti itu!! Dasar wanita kotor!", Andreas menyeret rambutku, membawaku ke kolam belakang rumah.

"Dasar jalang!! Memohonlah agar aku ampuni!!", teriaknya sambil menenggelamkan kepalaku ke kolam itu.

Splash

Splash

Terus Andreas menenggelamkan kepalaku sampai Sesak dadaku.

Flashback off

.

"Nyonya, jika anda hanya berdiri begitu, nanti anda bisa terkena flu", ucapan pelayan itu menyadarkan ku.

Aku sempat teringat saat Andreas dulu menyiksa ku, menenggelamkan kepalaku di kolam belakang rumah.

Dan saat ini, bathtub yang berisi air mawar seolah mengejek aku yang kotor ini. Memaksaku mengingat kembali cerita kelam itu.

'sangat buruk'

'sampah'

'wanita kotor'

'pantas dipukul'

Semua kata-kata jahat John seolah menyiksa ku.

"Nyonya!!"

"Nyonya Freya!!"

"Nyonya!!"

Dan tanpa sadar, aku terjatuh pingsan kembali.

.

POV Albert

Saat aku sedang meneliti dokumen di ruang kerjaku, seorang pelayan yang aku tugaskan untuk melayani Freya mendatangiku.

"Ada sesuatu yang harus saya sampaikan tuan", katanya membuka percakapan.

"Bicaralah", jawabku masih dengan fokus kepada dokumen.

"Semalam nyonya tidur dengan gelisah, lebih seperti orang yang sedang ketakutan. Meskipun begitu, tadi pagi saat saya mengetuk pintu dan mengajaknya bicara, nyonya tidak mengeluarkan sepatah katapun. Nyonya juga seolah meyakinkan saya kalau nyonya berguna. Saya pikir nyonya masih takut", ucap pelayan itu.

"Saat saya membantu nyonya untuk mandi, tubuh nyonya penuh dengan memar, Saat saya teliti, tidak ada luka atau bekas luka di tubuhnya, lalu nyonya jatuh pingsan. Saya menduga nyonya memiliki rasa trauma akan sesuatu", lanjutnya.

"Pingsan?", aku benar-benar terkejut mendengarnya. Ternyata suami bajingannya itu sudah melewati batas dalam menyiksanya, hingga meninggalkan trauma.

"Iya tuan, saya sudah meanggilakan dokter untuk perawatan nyonya, Dan dia berkata bahwa nyonya harus istirahat total. Dan sekarang nyonya masih tertidur". Jelas pelayan tersebut.

Mungkin dia terkejut karena di sekelilingnya berubah, atau ada alasan lain?

Jika bajingan itu yang menyebabkan dia ketakutan hingga pingsan, aku tak lagi bisa memaafkan nya. Sampai nerakapun harus kukejar sampai dia merasakan luka yang dialami Freya berkali-kali lipat.

Beraninya dia melakukan itu padanya!!!

"Aku akan mengunjungi nya sekarang!". Gegas kusingkirkan dokumen-dokumen yang ada di hadapanku. Aku harus melihatnya sendiri dengan mataku.

Aku tidak tau apa yang harus aku lakukan pada bajingan keji itu.

'Seharusnya aku datang lebih cepat untuk menyelamatkanmu'.

'tangannya sekurus itu'

'pertama-tama biarkan dia makan yang banyak'

'beri vitamin, susu, ahh.. aku harus mengatur pola makannya'

"Freya..", panggilku halus "Freya", imut sekali dia saat tidur. Yahh, tapi aku terpaksa harus membangunkannya.

Dia mulai mengerjapkan matanya.

"Freya, sudah waktunya makan siang. Aku tahu kau harus banyak istirahat, tapi kau tidak bisa terus-terusan tidur seperti ini!". Aku berusaha bicara selembut mungkin agar dia tidak lagi merasa takut.

"Hehe.. ada rambut yang menempel di wajahmu, disini dan di sini juga", aku berusaha membuatnya merespon dengan bercanda.

"Bolehkah aku menyentuh wajahmu untuk menyingkirkan rambutnya?" Aku bertanya padanya meminta izin. Namun ternyata dia lebih sulit dari yang ku bayangkan.

"Ini pertanyaan yang tidak sulit untuk di jawab Freya, cukup kamu jawab iya atau tidak", kataku meyakinkan nya. "Itu terserah padamu, kau bebas memUtuskan atas dirimu sendiri Freya!", ucapku meyakinkan dia.

"Aku akan menghargai semua keputusan mu, apakah aku boleh menyingkirkan rambut yang berada di wajahmu?", tanyaku sekali lagi.

.

POV Freya

Dia meminta izin kepadaku? Kata itu berarti seseorang memiliki kendali penuh atas tubuhnya. Andreas tak pernah meminta izin atas apapun kepadaku. Bisakah aku memercayainya??

sebuah pilihan

Siang ini aku pertama kali makan dengan Albert. Tidak seperti di rumah Andreas yang hanya bisa makan seadanya. Disini berbagai menu makanan tersaji begitu indah didepan mata.

"Makanlah yang banyak Freya, perbaiki dulu gizi mu agar kamu bisa sehat", Albert berbicara sambil sesekali mengajakku bercanda. Namun aku belum berani untuk mengangkat suara menjawabnya.

"Rambut barumu sangat cocok denganmu Freya, ayo makan yang banyak", kata Albert dengan senyum yang terus mengembang.

Albert sangat aneh, dia membeliku namun sampai sekarang belum menyuruhku apa-apa. Selain istirahat dan makan yang banyak.

'Dia membeliku pasti ingin aku melakukan sesuatu kan? Tapi apa?'

'Kenapa sampai sekarang masih diam saja?'

Aku terus berpikir sambil mengambil sup yang ada di mangkuk depan ku.

Kucicipi sesendok sup itu, 'Enak!', aku belum pernah merasakan masakan seenak ini setelah orang tuaku meninggal. Sampai aku lupa dengan rasanya.

"Coba juga daging yang ada di piring depanmu, kupastikan kamu akan menginginkannya lagi dan lagi", ucap Albert kepadaku.

Ku turuti perkataannya, yahh .. kalaupun ada racunnya, tak akan apa-apa walau aku mati sekarang.

'ahh.. kurasa pencernaanku membaik dalam waktu singkat', ucapku dalam hati.

Aneh..

Aku tidak merasa takut sedikitpun di tempat ini. Padahal aku tak kenal siapa Albert sebelumnya. Apa karena Andreas yang tidak akan mungkin menemukanku di tempat ini?

"Apa makanannya sesuai dengan seleramu?", Albert terus bertanya walau tahu aku tidak akan menjawabnya.

Andreas adalah orang biasa, sedangkan Albert adalah salah satu keluarga terkemuka di negeri ini. Mungkin, itulah yang aku rasakan.

CLANKK...

.

.

"Maafkan aku .."

"Maaf"

"Ampuni aku"

Aku terus meminta maaf. Aku yakin dia pasti akan marah dan memukulku.

Aku sudah tidak sopan di meja makan dengan menjatuhkan garpu.

"Kenapa kamu minta maaf Freya?", tanya Albert dengan lembut.

"Apa karena kau menjatuhkan garpu mu?", tanya Albert lagi.

Aku masih diam, aku takut Albert akan marah besar. Biasanya Andreas akan marah saat makannya terganggu. Dia akan memukulku dan tidak akan memberiku makan setelah itu. Biasanya dia akan langsung beranjak dari meja dan menamparku.

Bagaimana jika Albert mengusirku?

Aku akan tinggal dimana?

CLANKK..

"Ahh.. sepertinya aku juga menjatuhkan garpu ku!", ucap Albert.

'kenapa?', dia tidak memakiku, tapi malah melakukan hal yang sama? Untuk apa?

CLANKK..

"Yahh.. sepertinya aku menjatuhkan sendokku juga!", ucap Albert lagi.

Aku benar-benar tidak paham apa yang dilakukan Albert.

"Yahh.. kalaupun jatuh dua tiga kali pun bukan berarti sebuah kesalahan juga!",

"Mungkin karena jari-jari ku lemah dan tidak bertenaga, jadi tidak apa!", Ucapan Albert seperti nya berusaha menenangkan ku.

"Karena ini adalah rumahku, dan kamu adalah nyonya di rumah ini, jadi tak perlu minta maaf hanya karena masalah sekecil itu!", imbuhnya.

"Inka, bawakan alat makan yang baru untuk Freya dan aku!", perintahnya kepada salah satu pelayan yang ada di ruangan ini.

"Baik tuan!", jawab pelayan itu.

Apakah benar tidak apa-apa seperti ini?

Albert benar-benar tidak memarahiku?

"Inka adalah kepala pelayan yang ada di rumah ini, jika ada yang bersikap tidak sopan padamu, kau boleh memberitahunya", ucap Albert.

"Selanjutnya biar dia yang menyelesaikan nya!", tambah Albert lagi.

"Senang bertemu dengan anda nyonya Freya, perkenalkan, nama saya inka", Inka memperkenalkan diri kepadaku yang tidak ku tanggapi.

Aku masih enggan membuka suara atas semua yang terjadi.

'Dia memanggilku nyonya?'

Aku bertanya-tanya, bolehkah aku menerima semua kebaikan ini?

Jika ternyata semua ini adalah bagian dari rencana jahat Albert bagaimana?

"Kalian bisa saling berkenalan lagi setelah makan. Jadi, mari kita lanjutkan makannya Freya", ucap Albert dengan lembut.

"Kau Tidak perlu memaksakan diri jika merasa kurang enak badan atau sudah kenyang, Kau bebas melakukan apapun yang kau mau Freya!", ucap Albert lagi dengan tersenyum kearahku.

'Bebas?'

Apakah benar aku sudah bisa bebas?

Bebas apa?

Bebas yang bagaimana?

Apakah aku boleh berlaku seperti saat masih ada orang tuaku dulu?

Atau, bolehkah aku pergi kemanapun ku mau?

Atau hanya bebas dari Andreas?

Dan terperangkap bersama Albert?

.

"Freya, ada sesuatu yang ingin aku katakan kepadamu!", ucap Albert membuka suara.

Sore ini kami minum teh bersama di taman rumah Albert yang sangat luas.

"Sekarang kau sudah resmi menjadi istriku, aku memberimu dari mantan suamimu. Dan kontraknya adalah sah secara hukum!", lanjut Albert mulai menjelaskan.

"Dapat dikatakan bahwa statusmu saat itu adalah belum menikah, karena mantan suamimu sudah menggugat mu di pengadilan". Albert mulai menjelaskan rincinya.

"Aku berkata begini karena mengkhawatirkan mu, kita tidak tahu apa yang orang lain pikirkan atau bicarakan di luar sana. Maka sebelum itu aku menjelaskan situasinya". Lanjut Albert lagi.

"Apakah kau mengerti Freya?", tanya Albert kepadaku.

"Iya!", jawabku lirih menanggapi pertanyaan nya.

"Terimakasih sudah menjawabnya Freya", Albert tersenyum tulus kepadaku.

Aku tak tahu apa yang dia pikirkan saat ini. Entah dia memang baik atau hanya pura-pura baik kepadaku.

Tapi yang aku tahu, aku lega bisa keluar dari jeratan Andreas.

"Sayangnya kita sudah menikah, walau itu bukan keinginan mu, mau bagaimana lagi, tidak banyak yang bisa aku lakukan", ucap Albert kemudian.

"Dan setelah menikah denganku, statusmu adalah seorang marchionnes Davinci. Mulai dari sekarang kau adalah Freya Davinci!", lanjut Albert sambil menatapku dalam.

"Marchionnes Davinci??", gumamku.

"Kau tidak memiliki pilihan lain selain menjadi istriku, tapi.. aku akan memberimu pilihan untuk kamu bertindak selanjutnya". Albert terdengar serius mengatakan ini.

Aku terus mendengarkan apa yang akan Albert katakan selanjutnya.

"Aku memberimu dua pilihan Freya!", ucap Albert.

"Pertama, kalau kau tidak mau melakukan apapun, maka tidak usah melakukan apa-apa, kau tidak harus mengikuti kegiatan para nyonya dari rekan bisnis saya. Dan kau juga tidak harus melakukan tugasmu sebagai seorang istri!", lanjut Albert mulai menjelaskan.

"Bagaimana juga kau tetaplah istriku. Kau masih bisa berbelanja, memakai pakaian bagus dan memakan semua makanan kesukaanmu. Para pelayan tetap akan menghormati dan melayanimu", Albert menjelaskan sesuatu yang tidak bisa kumengerti.

Jika aku bertindak demikian, apakah benar-benar boleh?

Apakah aku tidak akan lagi menerima rasa sakit?

Apakah aku tidak akan dijual lagi?

Bagaimanapun jika aku melakukan demikian, maka aku tidak akan memiliki nilai.

"La-lalu yang kedua?", tanyaku memberanikan diri.

"wahhh... Ternyata kau bisa penasaran juga Freya! Terimakasih sudah menunjukkan rasa penasaranmu kepadaku Freya! Hehehe", Albert malah tertawa melihatku merespon pernyataannya.

Apakah itu lucu?

Kenapa dia tidak menunjukkan sisi gelapnya dan hanya menunjukkan sisi lembut?

Sungguh aneh.

"Pilihan kedua tidak akan mudah untuk kau lakukan Freya", Albert memulai penjelasannya.

"Kau harus belajar menjadi nyonya marchionnes Davinci salah satu keluarga terbesar di negeri ini. Jika kau memilih pilihan ini, maka aku akan menugaskan beberapa guru untuk mengajarimu berbagai ilmu. Mulai dari bersosialisasi, berdansa, pengetahuan dasar, dasar bisnis dan lain-lain!", Albert menerangkan dengan hati-hati kepadaku.

"Dan jika kau memilih pilihan ini, maka kau tidak hanya akan tinggal di rumah ini. Kau akan mengikuti perkumpulan dari nyonya-nyonya besar, Dan bersosialisasi dengan berbagi macam orang!", ucap Albert kemudian.

'belajar banyak hal.. guru.. perkumpulan sosial..' aku mulai mengerti sekarang.

"Tapi aku harus tahu, tidak semua orang yang mendekatimu adalah untuk sesuatu yang baik. Karena semakin tinggi kedudukan mu, semakin terjerat juga pergerakan mu!".

Albert seolah memberiku peringatan.

"Beberapa orang akan memanfaatkanmu, bahkan memandang rendah dirimu" tegas Albert.

"Selain itu mungkin kau akan kesulitan dalam belajar, atau mElakukan sesuatu yang tidak kau inginkan!". Terang Albert kembali dengan wajah serius

"Jadi Freya, kau akan pilih yang mana??"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!