NovelToon NovelToon

A Man Who Love Me

Bab 1. Love at the first sigth

..."Our first sight was the beginning of our forever." ~ Celia...

...Celia Carlisha Rory, 26 tahun....

Celia Carlisha Rory, atau yang akrab disapa Celia. Celia adalah seorang model keturunan Tionghoa. Celia sudah berkecimpung didunia model sejak umur dua puluh dua tahun. Bukan hanya sebagai catwalk model, tetapi juga sebagai spokes model. Selain itu, Celia juga kerap mendapat tawaran pemotretan untuk cover majalah.

Selera fashion Celia juga telah diakui oleh banyak brand. Oleh karena itu Celia sudah menjadi juru bicara untuk beberapa merek tas, pakaian dan perhiasan, seperti brand ambassador untuk Messika Jewelry dan Bottega Veneta.

Awalnya Celia menikmati pekerjaannya sebagai seorang model. Tetapi banyaknya tawaran job dan ditambah dengan perlakuan dari agensinya, membuat Celia mulai tidak menyukai profesi ini. Agensinya memiliki begitu banyak peraturan yang membatasi hidupnya. Dan pekerjaan yang harus dilewatinya juga sangat padat, bahkan bisa menghabiskan waktu seharian penuh hanya untuk bekerja.

Celia ingin berhenti dari profesinya, menemukan jati diri dan mencari ketenangan. Dia mengabaikan pekerjaan dan karirnya. Celia memutuskan untuk hiatus dan pergi ke sebuah desa di pulau dewata. Di desa inilah Celia ingin mencari ketenangan dan kedamaian untuk dirinya sendiri.

Celia berangkat dengan pesawat dan mendarat di bandara internasional I Gusti Ngurah Rai di Bali. Setelah mendarat, Celia bergegas keluar dari bandara, menyeret kopernya, dan berlari-lari kecil.

"Finally..... Freedom, aku datang!" Celia menghentikan langkahnya dan berteriak dengan lantang tanpa menghiraukan orang-orang disekitarnya.

Setelah puas berteriak, Celia berjalan lambat menuju stand taxi. Celia berjalan sambil memainkan ponselnya. Tangan kirinya menenteng tas, dan tangan kanan menyeret koper sambil memainkan ponsel.

Brukk...

Celia menabrak seorang pria dengan badan kekar dan tinggi sekitar 185cm.

...Adhitama Elvan Syahreza, 30 tahun....

Pria yang akrab disapa Elvan ini adalah seorang DJ, Elvan merintis karir di industri EDM (Electronic Dance Music) dan bermimpi menjadi seorang produser rekaman.

Elvan juga baru tiba dari Jakarta, Elvan bekerja di sebuah Club terkenal di Jakarta. Tapi karena permintaan neneknya, Elvan harus pindah ketempat neneknya dan bekerja di salah satu Club di Bali.

Elvan memasang AirPods nya dan berjalan dengan santai menuju ke stand taxi. Tiba-tiba seorang gadis yang berjalan di belakang menabraknya.

Brukk...

Elvan berhenti melangkah dan menoleh kebelakang, dia hendak mengumpat, tapi saat melihat siapa yang menabrak, Elvan membatalkan niatnya.

Gadis mendongak dan menatapnya.

"Maaf aku nggak sengaja," ujar gadis itu.

Elvan mengangkat tangannya sebatas dada dan mengangguk tanpa mengatakan apapun. Sementara gadis itu tersenyum, senyumnya manis ditambah parasnya yang cantik membuat Elvan terpaku.

"Aku Celia," tiba-tiba gadis itu mengulurkan tangannya.

Elvan menatap gadis itu sebentar lalu membalas uluran tangannya.

"Aku Elvan."

Celia mengangguk lalu melepas uluran tangannya. Celia heran, pria itu tidak tersenyum sama sekali, padahal Celia sudah bersikap ramah kepadanya.

Elvan berjalan, dan meninggalkan Celia, tapi tiba-tiba Celia menahan lengannya, "Mau kemana?" tanya Celia.

Elvan menoleh, dan menatap lengannya tanpa berkata sepatah kata pun, lalu menatap Celia dengan tatapan dingin.

"Eh maaf," ucap Celia sambil melepaskan tangannya.

"Aku cuma mau tanya sebentar. Apakah kamu tahu tempat ini?" ucap Celia sambil menunjukkan alamat yang tercatat di ponselnya.

Elvan mengangguk, lalu berjalan kembali menuju ke stand taxi. Celia mengikutinya dari belakang, tanpa bertanya kemana tujuan Elvan. Setelah mendapatkan taxi, Elvan memasukkan kopernya ke bagasi. Celia memberikan kopernya pada Elvan. Elvan melirik koper Celia, kemudian melirik kearah Celia, seolah-olah meminta penjelasan.

"Kita bareng aja ya, kamu mau kemana? Nanti biar ongkos taksinya biar aku yang bayar," ucap Celia.

Elvan tidak menjawab, dia langsung memasukkan koper Celia ke bagasi, lalu duduk di kursi penumpang. Elvan duduk dan menyandarkan punggungnya sambil menutup mata.

Celia melihat ke arah kaca mobil, ia menarik nafas dan menghembuskan nafasnya pelan, lalu menoleh. Celia melihat pria di sampingnya sudah tertidur. Pria itu tidur dan bersandar di sandaran tempat duduk. Celia tersenyum dan lekas meraih ponselnya untuk mengambil gambar.

Pria itu terlihat sangat polos. Dia memiliki rambut hitam yang sedikit berantakan, alis tebal, mata sipit dan hidung yang mancung. Bibirnya padat. Bibir beberapa orang akan kendur saat tidur, namun bibir pria ini tidak seperti itu. Bahkan ketika dia tertidur, bibirnya tertutup rapat, dan ada bekas lipatan nasolabial di bibirnya.

Celia tersenyum sambil terus menatap foto pria yang ada di sampingnya.

"Tampan, sudah punya pacar belum ya?" Celia bergumam sendiri.

"What are you doing? Did you took my picture without my permission?" tanya Elvan sambil membuka matanya dengan perlahan.

"Eh maaf," Celia terkesiap, dia tidak menjawab pertanyaan dari Elvan. Dia langsung menutup ponselnya, dan memalingkan wajahnya.

Bibir Elvan melengkungkan senyuman melihat tingkah Celia.

"Apakah kamu sudah punya pacar?" tanya Elvan tanpa basa-basi.

"Huh? What you say?" tanya Celia sambil menoleh ke arah Elvan.

"I'm asking you, did you have boyfriend?"

Celia menatap Elvan, lalu menggeleng, dan berkata, "Aku tidak bisa pacaran."

"Kenapa tidak bisa?" Elvan bertanya lagi.

"Selama pekerjaanku masih terikat kontrak, aku tidak boleh berpacaran atau menikah, sampai masa kontrak berakhir," jelas Celia.

Celia pernah dua kali berpacaran, dan kedua pacarnya adalah pria asing/bule. Mereka melakukan semua yang bisa dilakukan pasangan yang sedang jatuh cinta. Tapi keduanya berakhir putus. Alasan putusnya mereka adalah karena ketidakcocokan kepribadian.

Celia tahu bahwa dia memiliki kepribadian yang sulit di jelaskan dan dia mengetahuinya dengan baik, tetapi dia tidak berniat mengubahnya.

"Memangnya apa pekerjaanmu?" tanya Elvan.

"Kamu benar-benar tidak tahu aku?" Celia tidak percaya, bagaimana pria ini tidak mengenalnya, padahal dia cukup terkenal.

Elvan menggeleng, "Memangnya siapa kamu?"

Celia menunjukkan sebuah foto dari ponselnya.

Elvan memperhatikan foto itu sebentar, lalu melirik ke arah Celia.

"Ini benar-benar kamu? Sama sekali tidak mirip," ujar Elvan.

Apa yang di ucapkan Elvan bertolak belakang dengan apa yang ada di pikirannya. Elvan hanya sengaja menghindar. Tidak bisa di pungkiri, foto Celia yang terlihat lebih dewasa membuat Elvan sedikit tergoda.

Apalagi saat Elvan melihat bibir milik Celia ingin rasanya Elvan mengecup dan melumat bibir itu. Bahu telanjang Celia yang terekspos, ditambah pakaian seksi yang memperlihatkan bentuk tubuhnya, juga membuat Elvan ingin menikmati setiap inchi dari tubuh itu.

Tubuh Elvan mendadak panas, bagian inti dari tubuhnya juga tiba-tiba berdenyut. Elvan tidak mengerti, sudah lama dia tidak merasakan sensasi seperti ini. Elvan berusaha menahan hasratnya, agar dia tidak menerkam gadis yang ada disampingnya.

Celia melengos setelah mendengar ucapan dari Elvan, ia benar-benar kesal. Dia hanya bisa mengumpat dalam hati. Ingin rasanya dia mengumpat langsung, tapi sebisa mungkin ia tahan, ia tidak mungkin merusak image nya di depan laki-laki yang baru saja di kenalnya.

Bab 2. Bertemu lagi

..."Sometimes, fate brings people together again for a reason." ~ Celia...

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih satu setengah jam, akhirnya mereka sampai di tempat tujuan, yaitu di kampung halaman Elvan, tempat dimana nenek Elvan tinggal.

Elvan turun lebih dulu, lalu mengambil koper dari bagasi.

Melihat Celia masih duduk kursi penumpang Elvan segera menghampirinya, "Turun!" perintah Elvan sambil membuka pintu mobil dengan malas.

"Aku turun disini?" Celia menatap Elvan dan mengedarkan pandangan ke sekelilingnya.

Elvan mengangguk, "Disana ada homestay, biasanya para turis menginap disana, dan kamu juga bisa tinggal disana," ujar Elvan sambil menunjuk pintu gerbang warna coklat yang bertuliskan Kayara Homestay.

Celia mengikuti arah jari telunjuk Elvan dan menggeleng.

"Kenapa? Nggak bisa tinggal disana? Ada masalah?"

"Bukan begitu, dengerin aku ngomong, aku bakal jelasin satu persatu," ujar Celia.

"Oke," jawab Elvan singkat.

Celia menghela nafasnya, dan melanjutkan ucapannya "Ada tempat lain nggak? Aku rencananya ingin tinggal disini selama beberapa bulan dan aku ingin mencari tempat yang bisa di sewakan dan ... "

"Cepat turun! Kalian kalau mau ngobrol jangan disini. Saya masih mau cari penumpang lain," ujar si supir taksi. Supir taksi sudah kehilangan kesabarannya dan langsung menyela ucapan Celia.

"Sabar Pak, ini juga mau turun," ujar Celia. Celia juga merasa kesal, ia mengambil dompet dari dalam tas, dan memberikan beberapa lembar uang seratus ribuan kepada supir taksi.

Celia turun dari taksi dan mengambil kopernya, lalu menghampiri Elvan.

"Kamu mau kemana?" Celia bertanya sambil menarik kopernya.

Elvan tidak menjawab, ia hanya mengangkat kedua bahunya, lalu berjalan meninggalkan Celia.

Celia melihat ke sekeliling, lalu berjalan menuju homestay. Karena tidak punya pilihan, akhirnya ia memutuskan untuk tinggal di homestay selama beberapa hari.

Sesampainya di homestay, Celia langsung mendapatkan pelayanan dari pemilik homestay sekaligus tuan rumah yaitu Pak El dan istrinya. Suasana homestay cukup sepi, hanya ada beberapa kamar, dan semuanya kosong, Celia memilih kamar yang paling dekat dengan pintu.

Celia ngobrol sebentar dengan pemilik homestay, lalu masuk ke dalam kamar, ia langsung membersihkan diri dan merebahkan tubuhnya di ranjang, tempat tidur yang wangi dan bersih serta udara yang sejuk membuat Celia langsung terlelap.

*******

Elvan membuka handle pintu, kebetulan pintu tidak terkunci, ia melongok ke dalam, karena tidak ada siapapun, Elvan masuk ke dalam rumah dengan mengendap-endap.

"Apa yang sedang kamu lakukan?" tanya seorang perempuan yang sudah berusia lebih dari tujuh puluh tahun. Dia langsung memukul lengan Elvan dari belakang.

"Nenek..." panggil Elvan. Elvan menoleh, lalu memeluk neneknya dengan erat. Sang nenek membalas pelukan cucu laki-lakinya sambil mengelus pelan rambut Elvan.

"Nenek apa kabar?" tanya Elvan setelah melepas pelukannya.

"Nenek baik-baik saja," jawab nenek sambil tersenyum.

"Elvan kangen..." lirih Elvan, membuat neneknya terkekeh, Elvan memang jarang bersikap manja pada neneknya.

"Ayo duduk, nenek akan menyiapkan makanan," ujar nenek. Nenek beranjak meninggalkan Elvan dan berjalan ke dapur.

Elvan mengangguk dan menjatuhkan bobotnya di sofa. Tidak lama setelah itu, Nenek kembali dengan segelas air ditangannya, lalu memberikan kepada Elvan.

"Mana calon istrimu?" tanya Nenek sambil menatap Elvan.

"Apa sih nek, aku kan belum punya calon," ujar Elvan sambil meneguk minumannya hingga tandas.

"Kamu kan pernah bilang sama nenek, kalau kamu akan pulang dengan membawa calon istri, apakah kamu lupa?" Nenek mengingatkan.

"Besok Nek, nenek siap-siap aja dapat cucu mantu," jawab Elvan santai. Elvan beranjak meninggalkan neneknya dan berjalan menuju ke kamar.

*******

Keesokan harinya, tepatnya setelah sarapan, Istri Pak El yang akrab disapa Bu Widya mengajak Celia untuk berkeliling dan menikmati panorama yang ada di desa.

Keduanya berjalan santai sambil sesekali menyapa warga. Paras Celia yang cantik banyak menyita perhatian para warga yang ada di desa. Tidak sedikit pria yang sesekali bersiul untuk menggodanya. Celia merasa risih dan terganggu, ingin rasanya dia mengumpat, tapi dia sadar dia harus menjaga attitude-nya.

Bu Widya juga merasa kesal. Melihat ekspresi wajah Celia yang merasa tidak nyaman. Bu Widya langsung mengajak Celia untuk singgah di sebuah rumah. Bu Widya bermaksud untuk meminjam motor untuk mengantar Celia pulang. Dan kebetulan Bu Widya singgah di rumah neneknya Elvan.

"Loh Nak Elvan, kapan pulang?" Bu Widya menyapa Elvan yang kebetulan sedang duduk di pelataran rumah.

"Kemarin Bu," jawab Elvan ramah sambil melirik ke arah Celia.

"Balik ke Jakarta lagi atau mau tinggal disini?" tanya Bu Widya sambil duduk di samping Elvan.

"Rencananya sih mau tinggal disini, tapi belum tahu nanti kedepannya gimana," jawab Elvan.

"Kalau menurut ibu sih lebih baik disini saja, kasihan nenek, bakal kesepian kalau ditinggal," ujar Bu Widya.

Elvan mengangguk dan tersenyum.

"Widya, sini masuk, ngobrol di dalam," panggil seseorang yang baru saja keluar dari dalam rumah.

"Iya sebentar nek." Bu Widya tersenyum, lalu menoleh ke arah Celia, "Itu nenek Kinan, neneknya Elvan."

Celia mengangguk, dan tersenyum ke arah Nenek Kinan. Sementara Nenek hanya meliriknya sebentar.

"Kamu mau tunggu ibu disini, atau mau ikut masuk?" Bu Widya bertanya pada Celia.

"Celia tunggu disini saja Bu," Celia mempersilahkan Bu Widya untuk masuk.

"Nak Elvan, titip Celia sebentar ya," ujar Bu Widya sebelum masuk kedalam rumah.

Elvan mengangguk, lalu menepuk tempat duduk di sebelahnya, mengisyaratkan Celia untuk duduk. Celia duduk, dan mengeluarkan ponselnya. Keduanya diam, dan sibuk dengan ponselnya masing-masing.

Celia hendak melepas blazer yang membalut dress-nya.

"Jangan dilepas," ucap Elvan dengan nada yang tidak bisa di tolak.

"Kenapa?" Celia bertanya sambil menatap kearah Elvan.

"Kamu bisa membangunkan adikku," jawab Elvan. Elvan menghindari tatapan Celia.

"Adik? Kamu punya adik? Terus apa hubungannya?" Celia bertanya dengan wajah polosnya.

Elvan tersenyum tipis ke arah Celia, lalu meraih tangan Celia, "Ikut aku!"

"Mau kemana?" tanya Celia saat tangannya ditarik paksa oleh Elvan.

"Jalan yuk, nungguin nenek sama Bu Widya ngobrol pasti bakalan lama," ujar Elvan sambil beranjak dan menarik tangan Celia.

Elvan berjalan menuju garasi, dan Celia mengikutinya. Di sepanjang perjalanan Elvan tidak melepas genggamannya.

"Ini tangannya bisa dilepasin nggak? Aku bisa jalan sendiri," protes Celia.

"Nanti nyasar kalau nggak di gandeng," jawab Elvan acuh.

Celia mengerucutkan bibirnya, sementara Elvan terkekeh.

"Mau naik motor?" tanya Elvan sambil melepas genggaman tangannya.

"Mau banget, aku udah lama nggak naik motor," jawab Celia dengan antusias.

Elvan mengangguk, lalu naik ke atas motor, dan menepuk bagian jok belakang.

"Ini gimana naiknya?" tanya Celia sambil menatap motor sport milik Elvan.

"Tinggal duduk menyamping, pegangan sini," jawab Elvan sambil menepuk pundaknya.

Celia menuruti perkataan Elvan, Celia naik ke atas motor dan duduk dengan posisi menyamping, tangan kanannya merengkuh pinggang Elvan.

"Sudah siap?" Elvan menoleh kebelakang.

Celia mengangguk, lalu Elvan melajukan motornya pelan.

"Ini pelan sekali, apakah kamu tidak bisa lebih cepat?" tanya Celia dengan nada meremehkan.

Elvan hendak menambah kecepatan motornya, di saat yang sama, dua sepeda motor menyalip mereka dan bersiul ke arah Celia.

Suit... Suit...

Bab 3. Tidak dapat dipercaya

... “I think falling in love is always a surprise, right?” ~ Elvan...

Elvan geram. Matanya beralih menatap Celia dari kaca spion, Celia juga terlihat kesal. Melihat itu, Elvan langsung melajukan motornya dengan kecepatan maksimal.

"Pegangan!" teriak Elvan.

Celia langsung memeluk erat pinggang Elvan. Elvan sempat tersenyum melirik kedua tangan yang melingkar di pinggangnya, lalu melajukan motor sport nya, membelah jalan raya dan mengejar kedua pengendara sepeda motor yang menggoda Celia.

"Itu mereka," teriak Celia. Jari telunjuknya mengarah pada kedua pengendara sepeda motor yang ada di depannya.

Elvan menyalip dan menghentikan laju motornya didepan mereka. Celia langsung turun dari motor, Elvan tidak beranjak dari motor, ia hanya duduk sambil memperhatikan Celia.

"Mau kemana cantik? Mau ikut Abang ya?" goda si pengendara motor saat Celia sudah berdiri didepan mereka.

"Bangsat! Kalian pikir aku wanita murahan!" Celia memaki dan menampar pipi mereka, lalu menendang kedua sepeda motor yang mereka tumpangi, seketika mereka langsung kehilangan keseimbangan. Keduanya mengumpat dan hendak mengejar Celia. Sebelum mereka sempat mengejar, Celia langsung berlari ke arah Elvan dan naik ke atas sepeda motor. Tanpa di komando, Elvan langsung melajukan sepeda motornya, Celia tersenyum puas.

Motor sport Elvan berhenti di sebuah tanah lapang dengan rerumputan hijau, Elvan memarkirkan motornya. Celia langsung turun dan berlari kesana-kemari, layaknya anak kecil. Elvan tersenyum sambil mengikutinya dari belakang.

Celia berjalan santai, mengelilingi hamparan rumput luas nan hijau. Celia benar-benar menyukai tempat ini. Udara yang sejuk ditambah pemandangan hijau yang menyegarkan mata. Celia sesekali menoleh kearah Elvan, dia tidak menyangka jika Elvan akan membawanya ketempat seperti ini.

Disaat Celia sedang mencuri pandangan kearah Elvan, Elvan juga menoleh kearahnya. Keduanya saling menatap satu sama lain, lalu tiba-tiba Elvan tertawa.

Celia tertegun, dan merasa jika wajah Elvan memiliki rasa yang tak terlukiskan ketika tersenyum. Dia penasaran dan bertanya kepada Elvan, "Apa yang kamu tertawakan?"

Elvan menggelengkan kepalanya, dan berkata, "Tidak ada, maaf nona, jangan tersinggung."

"Jangan panggil aku nona, panggil aku Celia," ujar Celia.

Senyuman di wajah Elvan memudar, dan berganti dengan wajah serius. "Celia, nama yang unik," ujar Elvan.

Celia tidak merespon perkataan Elvan. Dia justru memperhatikan Elvan yang berdiri di sampingnya, dengan kedua tangan dimasukkan kedalam saku, dia terlihat sangat santai.

"Celia, berapa umurmu?" pertanyaan itu tiba-tiba keluar dari mulut Elvan.

"Aku dua puluh enam tahun, kenapa memangnya?"

Elvan menatap Celia, memindai penampilan Celia dari atas kepala sampai ujung kaki.

"Kamu terlihat sangat muda, aku pikir kamu baru berusia dua puluh dua atau dua puluh tiga tahun."

Celia tersenyum, tidak peduli berapa usiamu, jika ada orang yang mengatakan jika kamu terlihat lebih muda dari usiamu, akan membuat semua wanita merasa tersanjung.

"Kamu sendiri, berapa umurmu?" Celia balik bertanya.

"Aku tiga puluh tahun," jawab Elvan singkat.

Celia mengangguk, dan melihat ke sekeliling.

"Makasih ya, udah bawa aku kesini. Aku menyukai tempat ini," ucap Celia.

Elvan menjawab dengan anggukan kepala.

"Oh iya, tolong fotoin dong," ujar Celia. Celia menatap Elvan, lalu memberikan ponselnya kepada Elvan.

Elvan mengangguk, dia tidak menolak permintaan Celia. Karena selain sebagai DJ, Elvan juga memiliki hobby mengambil gambar. Elvan sudah siap dengan posisi memotret dan mulai mengarahkan Celia.

"Sebentar-sebentar, jangan di foto dulu," Celia menghentikan aktivitas Elvan dan melepas blazer yang menutupi dress-nya.

"Okay, I'm ready," ucap Celia, lalu berpose di depan Elvan.

Elvan mulai mengambil gambar sambil menelan ludahnya. Setelah beberapa jepretan, Celia menghampiri Elvan.

"Gantian sini, aku yang fotoin kamu," ucap Celia. Celia mengambil alih ponselnya dari tangan Elvan.

Elvan menggeleng.

"Ayolah aku fotoin, sayang kalau nggak foto, disana view-nya cantik," ujar Celia sambil menunjuk ke sebelah kiri.

Elvan tidak dapat menolak, ia mengikuti arahan Celia.

"Relax ya, jangan kaku gitu, senyum dikit," ujar Celia. Dia memberi arahan sambil menahan senyumnya.

Celia tersenyum sambil menatap foto Elvan. Elvan menghampiri Celia, lalu mengambil ponsel di tangannya, dan mengetik sesuatu.

"Kirim fotonya ke nomor ini," ucap Elvan sambil menyerahkan ponsel ke tangan Celia.

"Oke," Celia mengangguk.

"Kirim foto kamu juga," ucap Elvan.

"Huh? Buat apa? Ngefans sama aku ya? Ciye... Ciye..." Celia menggoda Elvan.

"Buat nakutin tikus," jawab Elvan.

Celia mencebik, Elvan terkekeh.

"Duduk sini, aku mau ngomong sama kamu," ucap Elvan sambil duduk di padang rumput.

"Ngomong apa?" tanya Celia. Celia duduk di samping Elvan.

"Mau jadi pacar aku nggak?" Elvan berkata sambil menatap Celia.

"Huh?" Celia membolakan matanya.

"Atau mau jadi istri aku?" tanya Elvan lagi sambil menatap lekat wajah Celia.

Celia menggelengkan kepalanya, lalu berkata, "Jangan bercanda, aku bisa baper, lagi pula kita baru kenal kemarin, jadi nope."

"Aku tahu. But nothing impossible, right?" ujar Elvan sambil menatap Celia.

"Tapi ini nggak masuk akal," jelas Celia. "Kenapa tiba-tiba ingin aku jadi pacarmu?" tanya Celia. Celia ingin mendengar penjelasan dari Elvan.

"Setahun terakhir ini, aku tidak pernah merasa tertarik dengan lawan jenis, tidak ingin menjalin hubungan, berfantasi tentang seks juga tidak pernah, tapi setelah bertemu denganmu..."

"Kenapa?" tanya Celia. Celia semakin penasaran.

"Aku langsung menyukaimu, dan adikku juga tiba-tiba bereaksi," jawab Elvan. Elvan menunjuk bagian inti dari tubuhnya.

"Unbelievable," Celia terkejut dan menutup mulutnya, ia tidak percaya dengan apa yang baru saja di dengarnya.

"Hanya itu alasannya?" Celia bertanya lagi. Dia masih penasaran.

Elvan diam, dia mengalihkan pandangannya.

"Aku tidak ingin memiliki hubungan atau menikah tanpa di dasari atas rasa cinta, jadi NO," ujar Celia. Celia berdiri dan beranjak dari tempat duduknya.

"Mau kemana?" tanya Elvan.

"Aku mau pulang," jawab Celia sambil berjalan meninggalkan Elvan.

Elvan berdiri dan berjalan mengejar Celia.

"Aku mau pulang sendiri" ujar Celia, saat Elvan mengejarnya.

"Naik!" perintah Elvan.

Celia menggeleng, ia terus berjalan, bahkan semakin mempercepat langkahnya.

Elvan mengejarnya, menghentikan laju motor di samping Celia, lalu turun dan langsung menggendong Celia ala bridal style.

"Turunin... Aku bilang turunin!" Celia berteriak dan memberontak.

Elvan tidak menghiraukan teriakan Celia, ia naik ke atas motor dengan posisi Celia duduk di depan, lalu melajukan motornya. Celia benar-benar kesal, ia menatap Elvan dengan wajah dongkol.

Elvan mengantar Celia sampai di homestay, setelah itu langsung pulang.

Sesampainya di halaman rumah,

"Jess..." Elvan terpaku saat melihat sosok yang berdiri didepan rumahnya.

...Jessie Olivia Wijaya, 28tahun....

"Hi sayang," sapa Jessie.

"Ngapain kamu disini?" tanya Elvan sambil melihat ke sekeliling.

"Kangen kamu lah, ngapain lagi," jawab Jessie. Jessie memeluk dan mencium kedua pipi Elvan.

Elvan mendorong Jessie menjauh.

"Kamu kenapa sih?" protes Jessie yang tidak suka dengan sikap Elvan.

"Aku serius, ngapain kamu kesini?" Elvan bertanya lagi.

Sebelum Jessie menjawab, tiba-tiba Bu Widya membuka pintu.

"Bu Widya masih disini?" tanya Elvan sambil menoleh ke arah Bu Widya.

"Iya, ini baru mau pulang, loh Celia mana? Bukannya tadi kamu pergi sama dia?"

"Celia sudah pulang," jawab Elvan.

"Oh, yaudah kalau gitu Ibu pamit ya, itu tamunya di ajak masuk, masa ngobrol diluar," ucap Bu Widya sambil beranjak dari rumah Elvan.

"Siapa Celia?" Jessie bertanya pada Elvan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!