My Purple Love
Part 1
Suara langkah kaki terdengar menggema dari ujung lorong, semakin lama semakin cepat dan tergesa. Semilir angin pagi menyibak jilbab lebarnya. Jennie berhenti sejenak, mengambil napas dan mengumpulkan nyawanya kembali agar bisa melanjutkan langkahnya.
Gadis
Ya Allah, gini amat ngejar deadline! *ngos-ngosan
Gadis cantik berkulit putih itu menopangkan tangannya pada tiang di ujung lorong. Dia mencari kantor atasannya, dari pagi belum juga ditemukan. Sampai jam di tangannya menunjukkan angka sebelas siang, gadis yang berusia dua puluh tahun itu masih berputar saja di area lobi.
Jennie Kim
Sial, gue dikerjain nih, mentang-mentang gue anak magang, dipikir bukan manusia, apa!?
*menggerutu dan punggungnya bersandar pada tembok keramik
Jennie Kim
M-maaf Pak, apakah Bapak tau letak kantor CEO di mana?
*memberanikan diri untuk bertanya pada seorang security yang melintas
Security
Oh, kantor Pak Park?
Security
Oh, silahkan naik ke lantai dua, Mbak. Lurus saja ke kiri, kantornya bersebelahan dengan ruang asisten pribadinya
Jennie Kim
*mengangguk
Baik, terima kasih banyak, Pak!
Sebuah anggukan menyertai kepergiannya, lekas kakinya melangkah menuju sebuah lift.
Jennie hanya ingin cepat sampai di ruang sang CEO, untuk menyerahkan berkas dan file perusahaan, saat meeting tempo hari dimana perusahaannya telah memenangkan sebuah tender besar.
Saat sudah berada di dalam sebuah lift, ada sepasang pria dan wanita, semula mereka hanya berdiri biasa saja seperti dirinya. Tak lama kemudian, tanpa malu mereka sedang memadu kasih. Jennie mendekap dokumen tersebut dengan erat lalu kepalanya menunduk, kedua matanya terpejam. Tubuhnya semakin minggir ke sudut ruangan lift, sengaja Jennie tidak memperdulikan.
Semakin lama, telinganya mendengar sesuatu yang aneh. Tak hanya desa*an kecil, eran*an yang menggairahkan pun keluar dari bibir mereka. Jennie pun menulikan pendengarannya kembali.
Dari pantulan tembok lift yang berbahan seperti stainles steel itu, nampak dengan jelas jika wanita yang berpenampilan sensual tersebut sudah berantakan, bagian atasnya menyembul sempurna.
Jennie Kim
'Astaghfirullah, astaghfirullah hal adzim...' (batinnya) '
Tak lama kemudian, pintu lift terbuka. Jennie bisa bernapas lega, gadis cantik itu langsung bergegas. Kemudian berjalan menuju lobi di ruang atas, untuk mendaftarkan dirinya sebagai seorang tamu.
Resepsionis
Tunggu sebentar ya, Mbak. Pak Park masih belum ada di tempat!
Jennie Kim
*mengangguk kecil
Baik Mbak, terima kasih...
Jennie menunggu antrian di kursi sofa yang telah disediakan, dia bersyukur belum terlambat untuk meetingnya kali ini.
Untuk mengusir rasa bosan, dia mengayunkan kakinya dan mengeluarkan sebuah ponsel dari tas kulit yang bertuliskan semi premium. Diusapnya layar ponsel dengan perlahan, gadis itu telah menerima beberapa pesan dari Menik, sahabatnya. Dia mengabaikan tanpa membalas pesannya, mungkin saja Menik hanya menanyakan soal makan siang. Jarinya menscroll layarnya ke atas, ada pesan masuk dari keluarganya. Penasaran, jarinya mencoba untuk membuka pesan tersebut.
[Hai, Jennie. Assalamualaikum, datanglah minggu depan ke rumah Eyang, Kami tunggu!]
Jennie mendengus dengan kasar, dia bingung mau menjawab bagaimana, saat keluarga besar menuntutnya agar dapat berkumpul di acara arisan keluarga.
Resepsionis
Silahkan, Mbak!
*mengarahkan Jennie ke salah satu ruangan CEO
Jennie hanya mengangguk, gadis berpostur semampai itu berjalan mengikuti sang resepsionis.
Resepsionis
Silahkan masuk!
*mempersilahkan Jennie untuk masuk ke dalam kantor sang CEO
Jennie Kim
*mengangguk
Terima kasih
Jennie berjalan di dalam ruangan yang luas tersebut, desain modern sangat mendominasi di setiap sudut ruangan.
Jennie Kim
Permisi Pak, selamat siang!
*menyapa sang CEO yang masih asyik berdiri membelakanginya
???
Ya!
*tanpa menoleh telepon genggamnya masih menempel di daun telinganya
Jennie Kim
Baik, terima kasih Pak!
Sebelum Jennie menyentuh kursi tersebut, kedua mata indah itu membelalak, dia menutup mulutnya dengan sebelah telapak tangan
sang CEO berdehem sebentar, berusaha mencairkan rasa canggung yang dialami oleh partner kerjanya, Jennie.
Jennie merasa tidak enak hati, rupanya orang yang berdiri di depannya adalah seseorang yang sedang melakukan foreplay di dalam lift yang baru saja ditumpangi olehnya.
CEO yang bernama Park Jimin tersebut mengabaikan ucapan Jennie. Dia tidak menyinggung sedikitpun kejadian yang tidak mengenakkan tersebut.
Tangannya fokus memeriksa beberapa berkas dokumen yang baru saja diberikan oleh Jennie. Kedua mata elangnya membaca setiap detail perjanjian serta royalti yang akan diraup oleh perusahaan.
Panas dingin menjalar di tubuh Jennie, gadis itu masih merasa tidak enak hati. Sampai tiba saatnya, Park menutup dokumen tersebut dan mengambil sebuah pulpen.
Jennie Kim
Emh, Pak, Bapak mau kemana?
Dengan polosnya gadis itu bertanya tanpa merasa bersalah. CEO yang biasa di panggil Park tersebut menoleh ke arahnya, dan memperlihatkan sebuah pulpen di tangannya.
Jennie Kim
'Duh!' (batinnya)
Jennie merasa malu, dia tidak menawarkan bosnya tersebut sebuah pulpen, dia sibuk mengandai-andai sebuah khayalan.
Jennie Kim
M-maaf Pak!
*kembali meminta maaf
Park Jimin
Hem, jangan minta maaf terus, lebaran sudah lewat!
Dengan santainya, Park meliriknya kemudian tersenyum tipis. jennie terlihat salah tingkah, nampak duduknya semakin tidak tenang.
Park Jimin
Oh, Jennie, nama yang manis!
sebuah kalimat yang diucapkan oleh Park mampu membuat pipinya merona.
Jennie Kim
Terima kasih, Pak!
*tersipu malu
Setelah basa basi tersebut, dan dirasa sudah tidak ada lagi yang dikerjakan di kantor Park, dia meminta izin untuk kembali ke kubikelnya.
Park Jimin
Kenapa terburu-buru?
Park membuat Jennie menatapnya dengan heran, kedua alisnya bertautan.
Jennie Kim
A-apa yang akan Bapak lakukan?
Jennie memundurkan wajahnya, saat Park mendekat. Gadis cantik itu masih kebingungan, sampai kacamatanya melorot kembali. Wangi parfum yang elegan, membuat Jennie memejamkan kedua matanya, dan menghirup aroma tersebut dengan kuat. Dia ingin menenggelamkan wajahnya di dada yang bidang tersebut.
Park Jimin
Ini!
*memperlihatkan salah satu berkas yang tertinggal
Park Jimin
Periksalah, jangan sampai ada kesalahan apapun!
Perintah CEO berparas tampan itu, yang membuat Jennie kembali melihat setiap lembaran yang berbentuk map tersebut.
Jennie Kim
Sudah Pak!
*dengan penuh semangat, bibirnya mengulas senyuman
Jennie Kim
Permisi Pak, selamat siang!
kemudian Jennie meninggalkan kantor sang CEO dengan segala kerumitan yang ada.
Part 2
Mama Jennie
Jennie, bukankah hari ini Kita akan berangkat ke Surabaya?
Ibunya jennie membangunkan putrinya yang tidur kembali setelah sholat subuh. Wanita cantik tersebut, langsung menerobos masuk tanpa mengetuk pintu.
Jennie Kim
Hoam, lima menit lagi, Ma!
*menggeliatkan tubuhnya
Gadis
Duh, anak perawan kalau bangun jangan siang-siang, nanti jodohnya lari dipatok sama ayam
*canda mendekat dan duduk di tepi ranjang.
Jennie Kim
Ih, Mama ada-ada saja, kan itu namanya rezeki bukan jodoh, Ma!
*membuka satu matanya
Mama Jennie
Sudah, ayo cepat mandi, Kita berangkat sama-sama!
*menyingkap selimut tebal jennie
Jennie Kim
*masih meringkuk dan bergelung di bawah selimutnya
Bentar lagi Ma, masih ngantuk... *dengan manja
Mama Jennie
Ayolah sayang, kasihan Eyang, sudah nungguin Kamu tuh!
*menepuk pelan punggung jennie
Gadis cantik berpostur semampai tersebut enggan untuk bangkit dari tempat tidurnya. Dengan terpaksa dia menuruti perintah mamanya agar tidak mengganggu moodnya hari ini.
Jennie Kim
Oke, oke, sabar dong Ma, anak cantik mau bangun...
*mengambil handuk kemudian masuk ke kamar mandi
Mama Jennie
Cepatlah, dandanlah yang cantik, Mama tunggu di bawah!
kemudian terdengar suara pintu ditutup, ibunya sudah pergi meninggalkan tempat tidurnya.
Jennie Kim
Baiklah... *sahutnya dari dalam kamar mandi
Tumben mamanya sudah menyiapkan sebuah gamis cantik berbahan lace. Jennie pun memadukan dengan pashmina diamond agar tampak serasi.
Jennie turun ke bawah dengan anggun, kedua orang tuanya sangat pangling saat melihat penampilan sang putri.
Papa Jennie
Wow, cantik sekali! *tersenyum melihat anaknya
Sang ayah pun memeluknya dengan hangat, Jennie menyambutnya dengan penuh suka cita.
Jennie Kim
Sudah dong, Pa. Nanti dandanan Jennie rusak nih!
gadis itu mengurai pelukannya, sang ayah terkekeh melihat anaknya sedang cemberut.
Mama Jennie
Sudah siap semuanya?
Jennie Kim
Iya Ma, alhamdulillah...
Mama Jennie
Masya Allah, anak mama sangat cantik, bikin pangling!
*mengelus pipi jennie
Jennie Kim
Sudah ah, berangkat yuk!
Mereka pun akhirnya pergi bersama, Jennie tidak akan pernah tahu, jika keluarga besarnya telah merencanakan sesuatu.
Jennie Kim
Tunggu Ma, Jennie lupa bawa kacamata, tunggu sebentar ya!
Jennie itu berlari kecil menuju kamarnya, mengambil kacamata minus yang tergeletak di atas meja rias. Lekas dia turun kembali, dan merapikan riasannya yang natural.
Ketiganya pergi menggunakan mobil yang berbeda, jika Ibunya jennie pergi bersama ayah nya jennie, maka jennie pergi menggunakan mobilnya sendiri.
Perjalanan ke Surabaya memakan waktu dua jam perjalanan, itulah salah satu alasan Jennie kenapa dirinya sangat malas jika ada pertemuan keluarga.
Sepanjang perjalanan, dirinya berdendang mengikuti alunan musik yang diputarnya. Agar tidak bosan, sesekali dia melakukan hal gila atau memasang ekspresi lucu.
Jennie Kim
'Surabaya i'm coming!' (ucapnya dalam hati)
Dia sudah membayangkan, betapa enaknya lontong cap gomeh, bebek peking, rawon, krawu sampai rujak cingur. Entah kenapa, hobi kulinernya tidak membuat badannya membengkak bagaikan kuda nil. Jennie tetaplah cantik, tubuhnya tidak rusak sedikitpun.
Jennie Kim
Hem, pasti enak nih!' (hatinya bersorak kembali)
Senyumnya mengembang setelah membayangkan daftar menu yang ada di atas meja. Dia akan melibas habis manisnya es campur dan dawet blauran.
Tiba-tiba saja dia mengerem mobilnya secara mendadak, tanpa sengaja Jennie menyerempet salah satu mobil yang melintas.
Jennie Kim
'Astaghfirullah, gara-gara mikirin makanan nih!'
*memukul pelan kepalanya
Jennie turun dengan heels yang sedikit mengganggu, dia mengangkat gamisnya agar mudah dalam melangkah.
Jennie Kim
Ha... Ya Allah!
*menutup mulutnya yang terbuka lebar, wajahnya berubah menjadi panik
Tak lama kemudian, ada seseorang yang turun dari mobil yang telah ditabraknya dari belakang. Tidak parah, hanya lecet sedikit. Dia berinisiatif meninggalkan kartu namanya.
Suaranya gugup karena takut si pemilik marah kepadanya.
Jennie Kim
Tidak parah kok, Pak. Hanya lecet saja, saya akan tinggalkan kartu nama saya, silahkan bawa ke bengkel, nanti tagihannya biar saya yang membayar!"
Jennie memberikan kartu namanya dengan kepala menunduk, akan tetapi orang yang sudah berdiri dihadapannya tersebut hanya diam saja, kedua telapak tangannya dimasukkan ke dalam saku celana.
Jennie Kim
'Oh my God!' (ucapnya dalam hati)
Perlahan kepalanya diangkat, menatap lurus ke arah pemilik mobil berwarna hitam mengkilat tersebut dengan ragu-ragu.
Jennie Kim
P-Pak Park.... *meringis
Jennie Kim
*tangan membetulkan kacamata, tiba-tiba saja suhu tubuhnya berubah menjadi dingin
Park Jimin
Ketemu lagi, ya! *datar
Jennie Kim
I-iya Pak, m-maaf saya tidak sengaja!
Jennie Kim
*membungkukkan badannya
Park Jimin
Apa mobilmu baik-baik saja?
Park Jimin
Baiklah, aku pergi dulu!
*pergi meninggalkan jennie yang masih melongo.
Jennie Kim
Pak, m-maaf, a-anu...
*berusaha mengejarnya
Jennie Kim
Untuk perbaikannya, bagaimana?
Jennie takut kejadian hari ini, akan mempengaruhi jabatan yang sedang dipangkunya di perusahaan Park Jimin.
Sia-sia saja Jennie mengejarnya, Park sudah meninggalkan dirinya yang sedang gundah gulana, dia takut dipecat.
Jennie Kim
Ya Allah, ada-ada saja, gini ini kalau niatnya nggak ikhlas, semuanya hanya demi makanan, ish!
Gadis berparas cantik tersebut menggerutu, kemudian masuk kembali ke dalam mobil. Saat mencoba menstarter mobilnya beberapa kali, Jennie tidak bisa menyalakan mesinnya.
Jennie Kim
Aduh, kenapa nih?
*berulang kali menyalakan mesin mobilnya tetapi hasilnya sama saja, nihil
Jennie Kim
Ya Allah, ada apa lagi nih? *panik
Jennie turun dari mobilnya, kemudian dia membuka kap mobil. Asap keluar membumbung tinggi, hingga membuatnya terbatuk-batuk.
Jennie Kim
Astaghfirullah...
Lemas sudah seluruh tubuhnya, mobilnya kini mogok total. Entah kenapa sinyal telepon saat masuk di jalan tol, sangat susah. Sehingga dirinya kesulitan dalam mencari bantuan.
Jennie Kim
Ya Allah, gini amat nasib gadis cupu...
*kepalanya menunduk lesu dan menyandarkan tubuhnya pada badan mobil
Dibiarkan kap mobilnya terbuka, melihat lalu lalang mobil yang tidak bersimpati kepadanya.
Jennie Kim
Huft
*dihembuskannya napas dengan perlahan.
???
Hai, masuk!
*seseorang dari balik kaca mobil
Jennie Kim
*Kedua matanya yang belo melebar
saya?
*menunjuk wajahnya sendiri
Jennie mengambil tas dalam mobil, kemudian berlari kecil menghampiri mobil bosnya, Tuan Park.
Park Jimin
Tinggalkan saja, biar nanti saya yang mengurusnya!
Jennie merasa tersanjung, saat Park membukakan pintu mobil untuknya.
Jennie Kim
Maaf Pak, sudah merepotkan!
Park tidak menjawab, sifatnya yang tidak humble membuat Jennie semakin kikuk jika berdekatan dengannya.
Park Jimin
Mau kemana dengan dandanan seperti itu?
Rupanya Park sedang memperhatikan penampilannya saat ini, meskipun sorot matanya tajam dan dingin, pria berbibir sensual tersebut diam-diam telah meliriknya.
Jennie Kim
Emh, S-Surabaya Pak, Jalan Tunjungan no 20
Tanpa menunggu lama, mobil mereka sudah meluncur dengan kecepatan tinggi, beradu di atas aspal jalan tol yang lengang, karena hari minggu banyak kontraktor dan pengendara truk besar yang sedang libur.
Jennie memangku tasnya, perlahan meremas jemarinya yang masih saja dingin. Ada yang merayap di sisi debar jantungnya, gadis itu berdoa kepada TuhanNya, semoga saja suara detak yan bertalu tersebut tidak sampai ke telinga bosnya, Park Jimin.
Part 3
Beda lagi dengan jalanan Surabaya, kota yang berisik saat weekend tiba. Jennie, gadis manis itu kini wajahnya sedikit menegang. Dia tidak pernah menyangka, jika bosnya sekarang sedang duduk bersebelahan dengannya.
Jennie merasa, jika saat ini jarum jam berjalan sangat lambat. Setiap menit, dia melihat jam tangan untuk memastikan jika dirinya tidak terlambat.
Jennie Kim
Apakah, Bapak akan ke suatu tempat?
Gadis itu bertanya dengan sungguh-sungguh. Dia melihat jika sang CEO sedang memakai setelan batik dan celana bahan, sepertinya Park akan datang ke acara formal.
Jennie Kim
'Kenapa dia hafal dengan jalanan Surabaya?' (hatinya berkata)
Jennie Kim
'Apa dia menggunakan petunjuk dari Mbah Google?' (menebak-nebak sendiri).
Jennie Kim
*diam kembali dan fokus melihat jalanan
Jennie menoleh, dirinya bagai terbius suasana, sampai-sampai dia tidak menyadari jika mereka berdua sudah berada di halaman rumah Eyangnya.
Jennie Kim
Oh, eh, i-iya...
*beranjak turun dari mobil
Saat akan mengucapkan terima kasih, jennie tidak mendapati Park di sampingnya. Pria berkulit bersih itu sudah menghilang begitu saja. Rupanya Park turun dari mobil, dia sudah berdiri di depan mobil dan menyalami beberapa saudara sepupunya.
Jennie Kim
Oh, sial!
*merasa malu dengan bosnya
Jennie Kim
*turun dan menarik lengannya agar Park lekas pergi
Jennie Kim
Pak, maaf...
*meminggirkan Park ke tepi sisi pagar
Park Jimin
*terjerembab ke depan
Jennie Kim
Owh!
*terkejut dengan adegan yang baru saja terjadi
Tubuhnya yang kini sudah tidak berjarak, membuat gadis itu semakin blingsatan. Bibirnya yang sensual membuat Jennie menelan saliva. Park bisa membaca situasi, dia mencoba menggodanya.
Park Jimin
Biarkan begini!
*saat jennie beranjak pergi
Park Jimin
Kenapa Kau menggodaku?
Park melihatnya dengan tajam, jennie semakin salah tingkah dibuatnya.
Park Jimin
Di sini, atau... di sini?
*bibirnya sudah merayap pada pipi Jennie dan tak lama kemudian sudah berhadapan dengan bibirnya
Jennie Kim
*diam dan membeku Saat benda kenyal tersebut sudah mendarat pada bibirnya
Jennie Kim
Emh...
*desahan kecil membuatnya sangat malu dan menundukkan kepalanya
Park Jimin
First kiss, hah?!
*bisiknya pada daun telinga Jennie
Jennie Kim
More?
*menjauhkan diri
Park Jimin
*tertawa renyah
Jennie pun kabur masuk ke dalam rumah, meninggalkan Park yang masih memandangnya dengan genit.
Jennie Kim
Dasar, otak mes*m!
*dengan langkah tergesa + menoleh sekilas ke belakang dan mencebikkan mulutnya tanda kesal
Mama Jennie
Jennie, di sini!
*melambaikan tangan kepada Jennie
Kerabat :Kenapa terlambat, Kamu baik-baik saja kan?
Jennie Kim
Emh, anu, itu tadi mobil aku sedang ngambek, eh!
*menutup mulutnya dengan telapak tangan.
Jennie Kim
Ups!
*terpaksa tersenyum.
Papa Jennie
*Datang
Mobilnya mogok lagi?
Jennie Kim
Iya, Pa... *cengengesan
Mama Jennie
Sekarang, mobilnya di bengkel?
Jennie Kim
Nggak Ma. Nggak tau juga, tadi ada yang nolongin sih...
Jennie bingung saat akan menjelaskan, jika yang menolongnya adalah sang Big Bos.
Mama Jennie
Lho, gimana sih? *ikut gelisah
Jennie Kim
Tenang saja sudah diurus kok, Ma!
Jennie Kim
Ma, kok rame banget, memangnya ada acara apa?"
Papa Jennie
Nanti juga Kamu tahu, duduklah!
Ayahnya menunjuk sebuah kursi di deretan depan. Sengaja, ruang tengah disulap sedemikian rupa untuk menyambut keluarga besarnya.
Jennie Kim
Biasanya, arisan juga nggak begini, Ma *bisiknya
Ibunya jennie menepuk punggung tangannya dengan lembut, dia membimbing putrinya berjalan dan duduk di kursi yang sudah disediakan.
Tanpa menunggu lama, Acara pun dimulai. Mereka pun menyewa pemandu acara khusus, menambah meriahnya suasana.
Pemandu Acara :Selamat saya ucapkan, untuk Jennie Kim dan Park Jimin, happy engagement!
Wajah Jennie terlihat sangat syok, riasan naturalnya berubah menjadi pucat pasi. Kedua matanya membelalak, dia diam tak bisa bergerak.
Mama Jennie
Congratulation, sayang...
*menyenggol Jennie
Jennie Kim
Ma, apa-apaan ini?!
Ibunya jennie terpaksa terus tersenyum, dia tidak ingin semua tamu undangan mendengar jika anaknya sedang protes dengannya.
Mama Jennie
Tenanglah, nanti mama jelaskan. Sekarang ikuti saja kemauan Eyang!
*berusaha menenangkan hati Jennie dia mengelus lengan putrinya tersebut
Jennie menolaknya, akan tetapi saat melihat wajah kedua orang tuanya, Jennie akhirnya luluh juga.
jennie bangkit dari tempat duduknya, Ibunya menggamit lengannya untuk menemani putrinya naik ke atas mini podium, yang sudah dihias dengan cantik.
Di atas podium, kedua matanya bersirobok dengan Park Jimin. Ada rasa kesal menjalar di dadanya, jika tidak melihat Eyangnya, dia ingin berteriak di depan wajah pria tersebut.
Pemandu Acara :Silahkan Mama, memakaikan cincin pengikat di kedua calon pengantin yang sangat serasi ini!
Pemandu acara memberikan sebuah nampan mungil, di atasnya terdapat sepasang cincin yang sangat mewah.
Lirikan tajam di arahkan Jennie pada Park. Akan tetapi, pria tampan yang sangat serasi memakai kemeja batik tersebut, terlihat sangat santai.
Kini keduanya berdiri sejajar, memperlihatkan pada media di depan mereka jika di jari manisnya sudah tersemat sebuah cincin yang sama.
Park merangkul bahu Jennie dengan mesra, gadis itu berusaha menampiknya. Akan tetapi, Jennie tidak bisa bergerak sedikitpun. Membuatnya harus menurut saja untuk hari ini.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!