NovelToon NovelToon

My Story Elfiza Anestasia

Pertemuan (Refisi)

Berandai - andai itu tak akan mendapatkan hasil apapun, berhayal yang tak masuk akalpun hasilnya sama saja, namun jika semua itu tak ada dalam kehidupan rasanya hidup akan lurus saja. Ini semua terjadi begitu cepat bagai pemutaran sebuah film yang dipercepat.

Terlalu cepat untuk merasakan sebuah keindahan duka terdalam, cinta yang seharusnya belum ada rasaya yang seharusnya belum tumbuh malah bunga itu yang kian bermekar.

Saat cinta sudah bermain logika tak lagi bisa berkata hatilah yang bertindak jadi haruskah menyalahkan hati yang tak dapat menahan rasa yang seharusnya belum mekar dan mengembang menjadi cinta.

Ini bukan tentang ku atau tentang kalian tetapi ini tentang dia, dia yang berusaha mencoba untuk melupakan, berusaha untuk tersenyum saat semua terasa percuma. Menjadi pecundang untuk menjaga hati seseorang dan menjadi egois untuk tetap tegar dan bertahan dalam ketidak berdayaan.

Akan ku ceritakan betapa manisnya duka terdalam yang dirasakannya, betapa pahitnya kenyataan yang terukir dihidupnya, siapa yang tau akan kemana arah kisahnya bermuara, entah itu aku dan kamu tidak ada yang tau.

Hanya saja ini terlalu sesak dan manis jika dirasakan seorang diri, tapi adakah yang ingin mendegarnya, mendengar kisahnya dan mendengar ceritanya .. ya maksud ku cerita ini, kisah ini dan aahhhh.... entah lah ... Potongan atau peggalan yang belum tergambar jelas ini ingin aku coba merangkainya dengan tulisan dan menjadikannya sebuah kisah agar dirinya tau beta rumit kisahnya.

***

"Oohhhh... ayolah tak kan seburuk yang kamu bayangkan" serua - seruan itu terucap jengkel dari mulut kecil seorang sahabat.

"Benar El, tak akan seburuk itu ko" tambah seseorang yang juga mencoba meyakinkan gadis yang tetap tak bergeming ditempatnya. Para gadis itu tengah membujuk seseorang untuk ikut dengan mereka,kemana? Mengapa hanya satu orang yang benar - benar merasa malas dan tak ingin untuk ikut dengan mereka padahal mereka semua selalu kompak bersama.

"Ohh ayo lah kenapa susah sekali untuk ikut .. tak akan seburuk itu untuk ikut El" kali ini yang berucap adalah gadis cantik yang berada disebelahnya.

"Tidak ada kah dari kalian yang bisa membuatnya mengerti?" Tanya seorang gadis yang dari awal memaksanya untuk ikut.

"Ayo lah El jika tidak ikut, Sri akan benar - benar mengubah kolam itu menjadi sawah" ucap salah satu dari mereka kembali ya benar Sri lah yang sedari tadi menbujuk gadis yang tak ingin ikut keacara pembukaan whater park yang berada tak jauh dierah perumahan.

"Dengar El kalau loe mau ikut kita - kita gue punya sesuatu buat loe" kini Yunia yang berbicara karna sedari tadi dia hanya menyimak parasahabatnya yang membujuk El, ya nama gadis itu adalah Elfiza Anestasia Wira Atmaja,semua temannya memanggilnya El lebih simpel bukan.

"Ogahh, kalian kan tau gue ga suka keramaian" kekeh Elfiza ya seorang Elfiza Anestasia Wira Atmaja tidak pernah menyukai keramaian baginya terlalu ramai akan terlalu bising padahal ketika mereka berempat berkumpul rasanya ramai sekali seperti penduduk satu kampung tengah berada ditempat itu.

"Yakin loe ga mau dengan ini" ucap Yunia pada Elfiza dia menggoyangkan duabuah benda panjang yang diyakini oleh Elfiza itu adalah coklat.

"Coklat" gumam Elfiza

"Ya coklat, dua coklat ini bisa jadi milik loe kalau loe mau ikut kita gimana lezat tau" ucap Yunia membujuk.

"Sini" pinta Elfiza sambil mengarahkan tangan meraih coklat daritangan Yunia

"No..no..no....tak segampang itu nona" ucap Yunia kembali.

"Kalau loe mau ini loe harus ikut kita" tambah zia yang tiba- tiba saja merebut coklat daritangan Yunia.

"Kalian kan tau gue ..." ucap Elfiza memelas.

"Mau atau tidak" tegas Sri.

"Ok baik lah " akhirnya menjawab mengiyakan mau teman - temannya.

"Dasar maniak coklat, tadi saja pakai cara itu " gerutuh Sr emosi, Elfiza yang mendengarnya malu setengah mati pasalnya beberapa saat yang lalu hatinya memantapkan bahwa dia tak akan goyah walau dengan sogokan apapun.

Tapi saat dua batang coklat itu dikeluarkan Yunia dia malah luluh begitu saja, seperti tak ada harganya saja dirinya saat Sri berbicara tanpa rem bilang dirinya maniak coklat.

***

Whater park....

"Dimana mereka semua?" pada akhirnya Elfiza ikut juga kepembukaan kolam renang itu bersama ketiga sahabatnya namun sayangnya dia terpisah dari sahabatnya.

Ketiga sahabatnya dengan teganya menghilang entah kemana saat itu, 'bodoh ... bodoh... kenapa gue sebodoh ini sih mau saja ikut dengan mereka ditengah lautan manusia seperti ini' ok batin elfiza mulai ngaco berbicara.

Hanya saja memang ramai tapi tak seramai umat Islam yang sedang melempar jumrah atau mengelilingi ka'bah untuk menunaikan ibadah haji.

Karna kesal dan lelah mencari ketiga sahabatnya yang tega menelantarkamnya, Elfiza memutuskan untuk beristirahat bersandar dibawah pohon besar yang sengaja ditanam sipemilik kolam renang untuk memper asri kolam dan menyejukan tempat itu kala panas.

Baju Elfza masih bersih dari air, karna ia tak berniat berenang dikolam yang penuh lautan manusia yang haus akan air itu fikirnya yang mulai ngaco. Saat Elfiza mencoba untuk membuat nyaman dirinya yang tak pernah berhasil itu, indra pendengarannya menangkap suara yang tak asing lagi untuknya.

"Iya .. sebentar lagi nanggung ni"

"Ecie ... cie ... si aa lagi telponan sama pacarnya itu iya kan ?" Niat hati ingin mengagetkan sipria malah Elfiza lah yang tersentak kaget pasalnya saat sipria megangkat wajahnya dan tersenyum dengan sopan kepadanya ternyata pria yang dikira Elfiza kakak sepupunya ternyata bukan.

'A****staga gue kira a'Jendra ya allah malu banget dan gue' batin Elfiza.

"E.... iya ni kenapa? Apa aku mengganggu?" Tanya si pria pada Elfiza yang membuat rona merah semakin nyata terlukis dipipinya pasalnya ketidak sopanannya dibalas dengan sopan oleh pria tersebut.

"Maaaf ... gue fikir tadi sepupu gue ternyata gue salah orang .. sekali lagi sory ya" Elfiza meminta maaf atas apa yang telah diucapkannya tadi, berusaha sebiada mungkin suaranya agar tak terdengar gugup karna malu.

"It's ok .. aku juga suka kaya gitu " balas sipria masih sopan.

"Ok ... bay" ucap Elfiza melangkah pergi dari situasu tak mengenakan itu, takut jika tetap disana dia akan kembali membuat dirinya malu.

"Ehhhh ... hey tunggu aku belum tau nama mu ..." ucap sipria itu berteriak karna Elfiza sudah berlali menjauh darinya rasa malu itu menggrogotinya.

'A****hhhh ... bodoh banget sih gue harusnya kan pastiin dulu orangnya jangan main asal cerocos kaya tadi' batin Elfiza berucap merutuki kebodohan dirinya, dan tanpa Elfiza sadari pertemuannya secara memalukan itu lah yang mengantarkan dirinya kepada kisah itu.

Kisah yang selama ini tak pernah ia tau tak pernah ia rasakan namun semua itu akan terjadi dalam hidupnya cepat atau lambat.

#sejujurnya ini tulisan pertama ku.

aku masih belajar menulis... mudah - mudahan kalian suka 😘

ALIEN WHATERPARK (REFISI)

Setelah Kejadian heboh yang menurut Elfiza aib itu yang sangat memalukan,bahkan ia berharap tak perna mengingtnya kembali.Dan Elfiza tak pernah pula membayangkan muka orang itu apa lagi sampai berjumpa kembali dengan orang tersebut.

Namun malangnya Elfiza , waktu seakan mempermainka dirinya. Satu bulan paska kejadian itu Elfiza menyempatkan dirinya untuk main ketempat kakak sepupunya yang berada diujung komplek, niat hati Elfiza ingin melepas rindu sama kakak sepupunya yang sudah lama ia rindukan karna berjauhan dan ingin bermai pula bersama kedua kakak sepupu lainnya ya itu a' Jendra dan teh Nia.

"Assalammualaikum" ucap Elfiza memberi salam sambil sesekali tangannya mengetuk pintu rumah yang lumayan cukup besar itu.

"Waalaikumsalam" jawab dari sebrang pintu bersusulan dengan pintu terbuka.

"Ehhhh... non el " ucap bi Ita.

"Bi, uwa Put sama wua Sita ada ga ?" tanya Elfiza pada bi Ita.

"Yuan dan nyonya sedang keluar non" menjawab pertanyaan Elfiza.

"Ohhh ... Dirumah ada siapa kalau gitu?" kembali Elfiza bertanya, "Ada den Enda sama temamnya non" menjawab kembali.

"Temannya a' Enda" bergumam yang diangguki oleh bi Ita.

"Oh ya bi kalau a' Jendra sama teh Nia kemana bi ?" untuk kesekian kalinya Elfiza menanyakan penghuni rumah yang lumaya besar itu.

"Kalau non Nia masih belum pulang dari klinik non kalu den Jendra mungkin main non" untuk yag kesekian kali pula bi Ita menjwab pertanyaan dari Elfiza

"Oh iya, non El mau minum apa?" tanya bi Ita.

"Bibi tau lah apa yang aku mau" menjawab.

"Ok ... satu es kopi segera datang " ujar bi Ita

yang mengundang kekehan Elfiza.

"Dasar bi ita bi ita" berucap sembari melangkahkan kaki kekamar Enda kakak sepupunya itu.

"Teman a' Enda siapa ya ?" bergumam sendiri ada rasa penasaran dalam pertanyaan yang tergumam tadi.

Elfiza memang dekat dengan ketiga anak dari kakak ayahnya itu tak heran jika rumah yang sekarang ia sambangi itu tak membuatnya menjadi tamu saat berada disana seakan dia pemilik rumah itu yang bebas berkeliaran kemana saja.

"Ohh.. jadi gini ya aa pulang ga bilang sama aku. Takut diminta oleh - oleh ya sama aku ya?" ucap Elfiza yang mulai menunjukan tampang kesalnya yang dibuat - buat olehnya padahal dirinya belum tau siapa orang yang sedang meghadap jendela kamar Enda.

Efiza malah nyerocos saja dan alangkah kaget dirinya saat orang tersebut memaligkan tubuhnya ternyata bukan lah Enda kakak sepupunya yang berad dikamar itu melainkan orang lain.

"Astaga .... loe ... ngapain loe ada disini?" tanya Elfiza yang kembali merona karna rasa malu untuk yang keduakalinya karna salah orang lagi dengan orang yang sama yang saat dirinya mengira Enda yang sedang telponan sewaktu ia berada diwhater park satu bulan lalu.

"Kamu ga liat aku sedang apa?" dengan santainya pria itu malah balik bertanya pada Elfiza.

"Maksud gue tu, loe ngapain ada disini?" Elfiza meralat pertanyaannya untuk bisa dijawab oleh orang itu.

"Hi, sudah lama de?" sebelum sempat menjawab sipria tadi,terdengar suara yang kali ini pasti ia tak salah menebak lagi siapa lagi kalau buka Enda kakak sepupunya itu.

Elfiza hanya menganggukan kepalanya saja, sudah satu tahun dirinya tak bertemu dengan Enda dan itu menimbulkan rasa rindu didalam diri elfiza namun ia takkan semudah itu membebaskan kakak sepupunya itu tanpa drama ngambek yang akan ia lakukan. Dan skenariopun dimulai.

"Oh ..... ayah sama mama lagi ga ada katanya undangan kalau teh Nia belum pulang dari klinik kalau Jendra main kayanya" jelas Enda yang semakin membuat mimik wajah kesal dimuka Elfiza pasalnya Enda malah tidak peka kalau Elfiza tengah merajuk.

"Hemmmm " ucap Elfiza memberikan respon.

"Ohhh iya ampe lupa, kenalin ini temen aa de" ucap Enda malah memperkenalkan temannya yang membuat geram Elfiza karna kakak sepupunya itu tak mengetahui kalau dirinya sedang ngambek.

"Udah tau " jawab Elfiza ketus

"Udah tau ... tau dari mana ?" tanya enda penasaran dari mana adik seupunya itu tau tentang temannya itu karna setau dirinya kalau sahabatnya itu baru bertamu hari ini dan Enda sangat yakin kalau Elfiza belum pernah kenal sama temannya.

"Tanya saja sama anaknya langsung" sambil menghentakan kakinya karna rasa kesalnya pada Enda, Elfiza menjawab pertanyaan Enda lantas pergi dari kamar itu berjalan menuju ruang keluarga.

"Kenal dimana loe sama adek sepupu gue ?" tanya Enda pada temannya itu.

"Ohhh .... dia itu adik sepupu loe" ucap teman Enda itu.

"Iya dia adik sepupu gue, emang loe kenal dia dimana ?" kembali Enda bertanya berharap mendapat jawaban dari sahabatnya itu.

"Diwhater park depan komplek sini" jawab sipria. "Siapa namanya ?" tanya pria itu

"Kenapa loe suka sama adik gue ha?" tanya Enda sedikit sinis.

"Ga sih ... tapi gue juga ga yakin kalau nantinya gue ga suka dia ... soalnya dia unik" jawab sipria itu.

"Haisssss.... awas ya loe kalau macem - macem ama adek gue" tegas Enda mengancam pria itu.

"Yayaya.... tapi sepertinya adek kesayangan loe itu lagi ngambek deh " ucap sipria itu kembali.

"Iya dia lagi.apa? Ngambek! Ahhh sial ko gue ampe ga paham gini si! Sit" ucap Enda bermonolog.

"Adik ku sayang, ayolah jangan ngambek gitu dong" pinta Enda

" Tau ah " ucap Elfiza ketus

" Aa minta maaf ya aa tau aa salah ga kasih tau kepulangan aa dari jogja maafin aa ya " pinta Enda.

"Hemmm" jawab seadanya.

"Ayolah de .. kamu kan tau sifat pelupa aa kaya gimana ayo lah maafin aa, lagian mama, ayah teh Nia sama Jendra aja ga tau aa pulang karna aa juga ga kasih tau mereka" panjang kali lebar kali tinggi Enda mencoba menjelaskan ke Elfiza agar adik perempuannya itu mengerti.

"Hemmm" kembali Elfiza menanggapi ucapan Enda dengan hanya bergumam saja.

"Ok.. ok ... kamu mau apa dari aa ?" tanya Enda berusaha membujuk Elfiza agar tidak ngambek padanya lagi.

"Ohhhh, jadi ceritanya aa nyogok aku. Emang aku anak kecil ahhh sudah lah aku pergi saja" ucap Elfiza ketus, padahal Elfiza tau bagaimana sifat pelupa akutnya Enda hanya saja dia tak mau semudah itu kakaknya lolos dari jeratannya dirinya.

'pokonya a' Enda harus turutin apa mau aku' batin Elfiza berucap.

"Ehhh... iya ... iya bukan nyogok ko adik ku sayang tapi aa pengen kasih hadiah buat adik kesayangannya aa ini" ucap Enda kembali mencoba untuk merayu Elfiza.

"Masa ? Ga percaya tu" ucap Elfiza sangsi.

"Loh ko gitu si ... beneran loh ini aa mau kasi apa aja " ucap Enda.

"Bener ya apa aja?" tanya Elfiza menyakinkan Enda.

"Iya apa saja sayang" jawab Enda meyakinkan.

"Ok ... kalau gitu aku mau cokodot" ucap Elfiza menyebutkan keinginannya.

"Yaampun de aa ini baru pulang dari jogja loh bukan dari bandung masa iya kamu mintanya cokodot kan kamu mah aneh" ucap Enda.

"Ohhh gitu, ga mau ngasih?" tanya Elfiza

"Bukan gitu de, yang lain aja ya " Enda berusaha bernegosiasi pasalnya cokodot itu coklat asli bandung yang belum ramai dipasarkan didaerah lainnya, masa ia dia harus kebandung jam segini kan tidak mugkin.

"Ohhh... ok ... kalau gitu mending aku pulang aja" ucap Elfiza ketus.

"Ehhhh iya deh iya, aa beliin tapi ga sekarang ya" kembali Enda bernegosiasi pasalnya Elfiza kalau ngambek bisa sagat lama jika tak dituruti apa maunya tapi itu untuk orang - orang tertentunya saja yang paling dekat dengan Elfiza.

"Terus jangan ngambek lagi ya sama aa" tambah Enda.

"Kita liat aja nanti apa aku dapet yang aku mau atau engga" ucap Elfiza sembari menyesap es kopi buatan bi Ita.

"Iya adik ku sayang."

"Udah lah aku mau pulang aja" ucap Elfiza.

"Lah ko pulang si? kan aa masih kagen loh" ucap Enda.

"Nanti ibu cariin aku, lagian aku ga betah disini" ucap Elfiza menjelaskan.

"Ga betah ... kenapa?" tanya Enda bigung biasanya kalau sudah disini Eliza malah lupa pulang, tapi ini malah bilang tidak betah.

"Ga betah aja, soalnya ada mahluk dari planet lain disini" ucap Elfiza.

"Maksudnya de?" tanya Enda bingung.

"Iya disini ada alien" ucap Elfiza

"Alien" gumam Enda semakin bingung.

"Haissss ... itu loh alie temennya aa itu" ucap Elfiza kembali yang berhasil membuat Enda terbahak ...

"Huhahahaha...de ... dek... ada - ada aja kamu dia itu nano temen aa bukan alien" ucap Enda sembari tertawa.

"Ahh... sama saja dia itu bisa ada dimana aja.. dasar alien whaterpak .. udah ahhh aku pamit assalamualaikum" ucap Elfiza pamit yang dibalas degan anggukan enda yang masih saja tertawa.

"Waalaikumsalam".

gimana kelanjutannya ya ....

Nano Budiman (Refisi)

Seminggu setelah kejadian dirumah Enda akhirnya Elfiza mendapatkan apa yang dia inginkan dari kakak sepupunya itu dan ya mereka baikan kembali walau dari awalpun Elfiza tak pernah marah pada Enda dia hanya senang menjahili kakak sepupunya itu.

Namun karna kejadian dirumah Enda mahluk yang mengaku dirinya sebagai Nano Budiman selalu memiliki cara untuk dapat mendekatkan dirinya dengan Elfiza, Nano juga sering main kerumah Elfiza, mungkin memang Elfiza tak mengenal Nano tapi sialnya kakaknya mengenal ank itu.

Alhasil seringlah Nano punya alasan untuk bertemu Elfiza melalui Yudis, setiap harinya banyak sekali alasan Nano berkunjung kerumah Yudis hanya untuk melihat Elfiza walau hanya sekilas.

Awalnya Yudis tak bermasalah karna dia pun juga memang berteman baik dengan Nano, namun ia mengendus ketidak beresan disini. Yang akhirnya membuat Yudis bertanya pada Nano suatu ketika saat Nano berada dirumahnya tepatnya dikamarnya.

"Loe suka El ya ?" tanya Yudis tandas pada intinya membuat Nano tersedak kripik yang sedang dimakanya.

"Uhukk...uhukkk...uhukkk"

"Nih" Yudis memberikan air dalam gelsnya yang lantas disambar Nano.

"Jangan deketin dia kalau loe cuman mau mainin dia lagian juga dia masih SMP" tegas Yudis.

"Ya elah Dis bentar lagi dia kan lulus lagian mau apa gua maini anak orang" ucap Nano.

"Terserah tapi gue ingetin sekali lagi ke loe jangan deketin dia kalau nantinya loe malah buat dia sakit" ancam Yudis tegas.

"Sabar Dis lagian belum tentu juga tu anak suka sama gue. Malah kayanya tu anak ngindar mulu dari gue" tutur Nano bercerita.

"Bagus kalau gitu" ucap Yudis santai

"Bagus apanya ... orang gue benran suka sama dia Dis" ucap Nano lantang.

"Lah kalau anaknya ga suka ya jangan main paksa lah Nan" tegas Yudis memperingatkan.

"Engga gue paksa ko tapi gue beneran suka sama adik loe Dis, boleh ya gue deketin dia" ucap Nano meminta izin pada Yudis sebagai kakaknya Elfiza.

Yudis tau sifat Nano karna dia memang bisa dibilang cukup lama kenal dengan Nano sekitar hampir lima tahun yang lalu. Dan Yudis pula tau sifat gantelnya seorang Nano Budiman, jika memyangkut harga dirinya sebagai laki - laki maka dia akan membuktikan hal itu.

Namun ada sifatnya yang tak Yudis suka jika Nano sudah menginginkan sesuatu dia akan megejarnya sampai dapat dan tak akan menyerah begitu saja, itu yang membuat Yudis khawatir dia tak ingin Elnya mendapat masalah karna hal ini.

Tapi dirinya pun bisa melihat bagai mana adik manisnya itu jika berhadapan dengan Nano dia mungkin bisa dibilang cuek dan acuh tapi dia terlalu tau Elfiza karna Elfiza adalah adik kesayangannya adik satu - satunya maka dari itu dia tau jika El pun memiliki ketertarikan sebagai lawan jenis terhadap Nano.

"Awas kalau loe berani paksa dia, biar dia yang nentui" tegas Yudis mengancam.

"Siap obos ...." Nano menjawab ucapan Yudis dengan candaan yang membuatnya mendelikan matanya, Yudis tau sisi Nano yang lainnya.

Walau dia terkesan memaksa dan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang dia inginkan, tapi dia akan begitu menjaganya seperti barang yang sangat berharga kadang jika masalah perempuan jika dia sudah menyayanginya perempuan itu akan diperlakukan seperti barang pecah belah yang berharga yang sangat takut jika dibiarkan aka jatuh da pecah.

Saat ditanya jawabannya hanya satu karna gue sayang dan cinta jadi gue jaga itu lah ucapannya yang selalu terngiang jika dia sedang naksir seseorang atau naksir benda yang diinginkannya. Maka dari itu Yudis membiarkannya untuk mendekati adik kesayangannya karna dia tau bagai mana cara untuk menjaga seseorang tapi tak semudah itu dia bisa mendekati adik kesayangannya Yudis akan tetap pantau pergerakan Nano.

****

Elfiza bukan tak tau maksud Nano yang hampir tiap hari datang kerumahnya, karna Nano sesekali mencuri pandang atau bertegur sapa dengan Elfiza dan seperti ingin ngobrol lama berdua tapi Elfiza selalu memiliki cara untuk menghindar dari Nano.

Karna entah sejak kapan dia mulai risih berdekatan dengan Nano salah bukan dirinya hatinya yang mulai risih jika berdekatan dengannya seakan jantungnya memiliki penyakit saja yang membuat detaknya tak beraturan.

Tapi suatu ketika Elfiza tak dapat mengelak saat Naano menemuinya sendri dipaviliun belakang rumah Elfiza.

"Ngapain loe ada disini? Bukannya loe kesini buat ketemu ka Yudis" tanya Elfiza ketus.

"Disini ga ada ka Yudis, mending ke kamarnya aja dia pasti disana" lanjut Elfiza dengan nada yang tetap ketus.

"Santai dong El, emangnya gue ga boleh kenal loe juga ya?" tanya pada Elfiza, Elfiza hanya diam tak mau menjawab.

"Ayolah Elfiza Anestasia Wira Atmaja, gue cuman pengen kenal loe aja ko ga lebih" ucap Nano kembali.

"Tau dari mana nama gue?" tanya Elfiza ketus padahal keketusannya adalah bentuk kegugupan dirinya.

"Siapa si yang ga kenal bokap, nyokap loe? Terutama bokap loe yang pembisnis sukses itu dan lagi pula gue sahabat abang loe ya pasti gue tau tentang loe apa lagi hanya sekedar nama doang" jelas Nano panjang dan lebar.

'*A**pa dia ga sesek nafas tu ngomog ga pake jeda lagi*' batin Elfiza berbicar tak percaya.

"Apa si yang loe mau dari gue sebenarnya?" tanya Elfiza akhirnya.

"Hati loe" jawab Nano lantang.

"Hah, gila ya loe?" Tanya Elfiza.

"Hadeh ... El ya ga sekarang juga gue tau ko butuh waktu tapi gue harap ga bakalan lama loe bisa buka hati loe buat gue" ucap Nano tegas.

Yang entah mengapa malah membuat rona merah dipipi Elfiza napak, untung saja pencahayaan diruangan itu sedikit redup jadi Nano tak terlalu dapat melihat semu kemerahan dipipi Elfiza.

"Untuk sekarang gue cuman pengen loe jadi temen gue El ... gimana Elfiza Anestasia Wira Atmaja mau loe terima Nano Budiman ini sebagai temen loe" pinta Nano sembari mengangkat tangannya untuk diajak berjabat tangan degan Elfiza.

"Kita liat aja nanti apa loe bisa jadi temen gue atau engga " ucap Elfiza sembari berlalu dari hadapan Nano tanpa menjabat tangannya.

"Aww.... gue suka yang kaya gini penuh tantangan" gumam Nano setelah Elfiza pergi meninggalkannya dipaviliun itu.

'Kita liat aja Nano budiman apa loe bisa runtuhin tembok penghalang yang gue buat atau tidak' batin Elfiza berucap kala dirinya suda memasuki kamarnya.

#ini karya pertamaku. kalau narendra love story itu sudah karya ke 4 yang aku buat walau masih gantung ... kalau yang ini sudahcrampung tapi ga tau deh kalian suka atau engga mudah - mudahan suka ya dan dapat kalian nikmati . .... stay terus ya mentemen 😙😘😚

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!