Disaat sabar menjadi sadar, peduli menjadi diam,Kamu bebas sekarang.
***
Liliana dan Bara adalah pasangan suami istri karna perjodohan kedua orang tua mereka.
Liliana adalah sosok wanita cantik,baik hati,periang dan pantang menyerah apalagi menyerah mendapatkan cinta suaminya.Ia adalah seorang pengusaha sukses di usianya yang ke 26 tahun,namun meski seorang pengusaha sukses nyatanya Ia merahasiakan nya dan tidak di ketahui oleh sembarang orang.
Bara pria bertubuh tinggi atletis,dengan wajah tampan dan tubuh sempurna memiliki kepribadian dingin dan tak tersentuh.Ia adalah seorang CEO muda berusia 28 tahun,Ia mampu memimpin perusahaan keluarganya hingga melambung tinggi sehingga Ia sangat di segani dan di hormati dalam dunia bisnis.
...
Sejak menikah satu tahun yang lalu Bara tidak pernah menyentuh Liliana atau menganggap Liliana sebagai istrinya,berbeda dengan Liliana yang sebaliknya sangat mencintai Bara sehingga Ia selalu berusaha untuk menjadi istri yang baik meskipun tidak pernah di anggap oleh sang suami.
Namun Liliana bukanlah sosok wanita yang lemah dan mudah menyerah,Ia adalah sosok wanita yang penuh semangat dan ceria sehingga meski seringkali mendapat penolakan dari suaminya bahkan tidak di anggap pun Liliana tidak pantang menyerah.
Sejak awal Ia sudah memutuskan akan membuat pernikahannya abadi karena ia begitu mencintai Bara dan bertekad akan membuatnya membalas cintanya seiring berjalannya waktu sehingga mereka akan saling mencintai satu sama lain dan pernikahan mereka akan abadi.
Oooo itu pasti sangat manis!!!
Saat awal pernikahan sekali tepat di malam pertama pernikahan mereka, Liliana sudah begitu bersemangat akan memberikan pengalaman pertamanya pada orang yang sudah Ia cintai sejak lama,tapi...
"Mari membuat perjanjian kontrak karna aku tidak bisa menerimamu sebagai istri ku"
Senyum yang tadinya merekah dengan dada yang berdebar ketika melihat Bara baru saja masuk ke kamar dengan piyama tidurnya seketika sirna,namun Liliana tak menghilangkan senyumnya Ia yakin hanya salah dengar.
Namun ketika tatapannya menyoroti sebuah kertas putih dengan judul yang terlihat jelas di tangan Bara membuatnya tidak yakin dengan yang baru saja Ia dengar.
"Ke-kenapa?bukannya mas Bara sudah menerima pernikahan ini?"
"Maaf aku hanya lelah karna selalu di paksa keluarga ku"
Sekali lagi hati Liliana begitu hancur pada saat mendengar perkataan dingin yang keluar dari mulut suaminya itu.Ia pikir Bara menerima pernikahan mereka karna keinginannya sendiri.
"Aku juga mempunyai kekasih,dia adalah wanita yang ku cintai kami akan menikah ketika perjanjian kita selesai"
Bara berhenti ketika melihat Liliana terdiam dengan menundukkan kepala,"Aku mengatakannya agar kedepannya tidak ada kesalahpahaman di antara kita"
Setelah mengatakannya Bara pergi begitu saja meninggalkan Liliana yang menahan tangisnya meski beberapa tetes air mata sudah mengalir sejak tadi.
Beberapa saat setelah kepergian Bara,Liliana akhirnya mengangkat kepalanya dan mengambil kertas yang di tinggalkan Bara,Ia kemudian membacanya dengan perasaan sakit yang tidak bisa di jelaskan.
SURAT PERJANJIAN KONTRAK PERNIKAHAN
Air mata begitu saja mengalir di kertas perjanjian itu ketika baru saja membaca judulnya.
Ia membaca isi surat perjanjian kontrak pernikahan itu di dalam hati,setiap poin yang tertulis di dalam perjanjian itu begitu menghancurkan harapannya atas pernikahannya,dalam setiap poin terkesan mereka tetap hanya orang asing tanpa ada ikatan apapun.
Dengan kasar Liliana menghapus air matanya dan menandatangani surat itu,"Tidak apa-apa aku menandatangani surat ini akan ku pastikan sebelum waktu perjanjian habis,aku akan membuat mas Bara menerima ku sebagai istrinya dan mencintai ku!"
Liliana tersenyum percaya diri dan semangat yang berkoar terlepas matanya yang masih memerah.
"MAS BARA TUNGGU SAJA AKU PASTI AKAN MEMBUAT MU JATUH CINTA PADA KU,DAN TIDAK AKAN RELA MENCERAIKAN KU MESKI SETELAH PERJANJIAN HABIS!"
Liliana bertekad dalam hatinya bahwa ia tidak akan menyerah begitu saja,Ia menyeka air matanya yang kembali mengalir dan tersenyum percaya diri menatap yakin surat di tangannya itu.
Begitulah sosok Liliana yang tak pernah larut dalam kesedihan apapun itu,Ia selalu mempunyai cara cepat untuk membuat dirinya sendiri bangkit dan tersenyum kembali sehingga dengan cepat pula menghilangkan kesedihan dan stress karena Ia tau itu hanya akan membuatnya menderita penyakit.
Berfikir positif dan bersifat atraktif itulah dirinya.
"
"
"
Tersenyum
Liliana tersenyum ketika Ia yang sedang duduk di kursi roda melihat suaminya dari pembatas kaca sedang merawat seorang wanita dengan penuh perhatian dan kehati-hatian.
Mati-matian Liliana menahan sesak di dadanya hingga air mata tak bisa lagi ia bendung,rasanya begitu sakit ketika Ia yang baru saja bangun dari kecelakaan yang hampir saja merenggut nyawanya beberapa hari yang lalu dan berjuang di ruang operasi dengan harapan bertahan hidup karna Ia masih mempunyai target yang belum tercapai.
Yaitu membuat suaminya jatuh cinta padanya sebelum pernikahan kontrak mereka berakhir,ya tanpa sadar itu yang menguatkan Liliana dalam alam bawah sadarnya sehingga bisa melewati operasi dengan baik.
Namun pemandangan di depannya saat ini menghancurkan hatinya setelah kesekian kalinya,
Monika sahabat Liliana yang saat ini berdiri di belakang kursi roda Liliana menghela nafas sedih,Ia yang membawa Liliana ke tempat itu untuk memperlihatkan suami yang begitu di cintai sahabatnya itu seperti apa ketika dirinya berjuang antara hidup dan mati di ruang operasi sementara suaminya itu asik merawat wanita lain.
"Lily aku minta maaf karna memperlihatkan ini pada mu,tapi kau harus tau dan kau harus segera sadar kalau Bara bukan laki-laki yang pantas kau perjuangkan,dia tidak pernah melihat perjuanganmu bahkan di saat kau sedang seperti inipun dia tidak peduli dan malah memperhatikan wanita kesayangan itu!",Monika berjongkok di samping Liliana dengan menggenggam erat tangan sahabatnya itu ,Ia adalah saksi bagaimana Liliana begitu mencintai Bara dan bagaimana perjuangan Liliana untuk membuat Bara suaminya jatuh cinta padanya hingga berbagai cara telah mereka coba untuk menarik perhatian Bara dalam beberapa bulan terakhir.
Lily adalah nama panggilan Liliana dari orang-orang terdekatnya.
"Lily sudah cukup,aku tidak ingin melihat mu di jadikan seperti wanita bodoh lagi oleh laki-laki dan wanita si*alan itu!"
"Hiks.....
Liliana sedikit menunduk dan menangis terisak-isak.
"Mon kau tau kan seberapa besar cinta ku pada mas Bara kan,kau tau seberapa besar perjuangan ku untuk mempertahankan pernikahan kami kan?"
Monika segera bangkit dan langsung memeluk sahabatnya itu dan ikut menangis,"Tentu saja aku tau,dan aku juga tau dia bukan pria yang pantas untuk mu"
"Kau adalah sahabat ku yang cantik,banyak pria baik di luar sana yang akan mencintaimu",Ia dapat merasakan tubuh sahabatnya itu melemah namun membalas pelukannya dan terisak di bahunya.
"Mas Bara apakah hati mu tidak tersentuh sedikitpun setelah melihat perjuangan ku selama ini?"
***
"Bagaimana kondisinya dok?"
"Sudah semakin membaik pak, karena lukanya ringan tidak ada yang perlu di takutkan dan besok juga sudah bisa pulang"
Laura tersenyum melihat kekasihnya yang begitu perhatian padanya, yang bahkan rela meninggalkan pekerjaannya dan merawatnya selama tiga hari ini di rumah sakit tanpa pergi kemana-mana."Bara bagaimana aku bisa kehilangan mu sedangkan kau adalah pria paling sempurna yang ku temui,sampai kapan pun aku tidak akan melepaskan mu Bara"
Laura wanita cantik yang duduk di brankar tersenyum ketika Bara duduk di sampingnya,Ia menggenggam tangan kekar ."Terimakasih ya sayang,udah ngerawat aku dengan baik beberapa hari ini"
Bara tersenyum dan dengan lembut mengusap rambut Laura,"Tidak masalah sayang"
Laura semakin tersenyum lebar,"Kau tau sikap mu seperti inilah yang membuat ku semakin tidak rela jika harus melepaskan mu untuk orang lain"
Laura terlihat menjadi sendu ketika memikirkan sesuatu,tapi kemudian kembali mengembangkan senyumnya."Tapi sebentar lagi perjanjian kontrak pernikahan mu dengan Lily akan berakhir,kau akan menceraikannya dan menikahi ku kan sayang Yeay aku tidak sabar untuk jadi istri mu sayang!"
Bara mematung ketika mendengar ucapan penuh semangat kekasihnya itu,ada sesuatu yang mengganjal di hatinya yang tidak bisa ia jelaskan saat ini namun Ia sendiri sejujurnya bingung dengan perasaannya saat ini.
Bersambung...
Keesokan harinya Bara kembali ke mansion setelah mengantarkan Laura ke apartemennya, sebenernya Laura tidak membiarkannya pergi dengan berbagai alasan dan terus merengek meminta dirinya untuk tinggal.
Ya begitulah sikap posesif Laura yang keras kepala dan tidak mau mengalah dan selalu ingin Ia berada di sisinya setiap saat terlebih lagi semenjak Ia menikah,Laura semakin posesif dan selalu mengatur banyak hal namun Ia mengerti Laura mungkin takut kehilangannya.
Namun jujur saja semakin hari Ia semakin tidak nyaman dan di buat muak dengan sikap Laura yang terkadang berlebihan.
Masuk ke dalam mansion sepi dan sunyi hal itu yang langsung menyambut kedatangan Bara setelah beberapa hari ini tidak kembali,Itu sudah hampir jam dua belas malam jadi wajar semua orang sudah tidur.
Ia melangkah menuju kamarnya untuk membersihkan diri, ketika melawati ruang keluarga Ia berhenti sejenak untuk memastikan tidak ada siapapun di sofa, padahal biasanya setiap jam berapapun Ia pulang selalu ada yang menunggunya dan tidur di sofa itu.
"Apa yang ku pikirkan"
Mengabaikan hal itu Ia melanjutkan langkahnya untuk ke kamarnya, sesaat setelah berada di depan pintu Ia berhenti dan menoleh kamar yang berdampingan dengan kamarnya."Bukankah itu hal yang bagus"gumamnya dalam hati ketika cukup lama berdiri di sana sehingga memutuskan masuk ke kamarnya.
Tanpa Ia sadari sebenernya sedang menunggu seseorang menyapanya seperti setiap kali Ia kembali ke mansion itu.
***
"Mon gimana surat perceraian itu?"
"Sedang di urus,kau tenang saja surat perceraian itu pasti di keluarkan dengan cepat"
"HM,aku sudah lelah aku tidak ingin lagi berjuang seperti orang bodoh"
Monika tersenyum mendengarnya"Bagus itu baru namanya sahabat ku"
"Terimakasih ya Mon kau selalu berada di sisi ku dan membantu ku banyak hal,aku tidak akan merepotkan mu lagi dengan permintaan cara merebut hati mas Bara"
Monika jadi tertawa mendengarnya,memang benar Lily sering meminta tips dan cara untuk merebut hati seorang pria dan selalu memberikannya arahan,dan itu mereka lakukan selama setahun yang lalu pernikahan tepatnya sebelas bulan yang lalu.
"Iya memang sudah saatnya aku berhenti"
"Lily aku tau ini tidak akan mudah,bagaimana pun kau sudah menyukai Bara sejak SMA dan begitu mencintainya hingga sekarang tapi kau lihat saja dia tidak pernah memandang mu setelah banyak usaha yang kau lakukan selama hampir setahun kan"
Monika adalah sahabat Liliana sejak SMA, mereka sudah melewati banyak hal bersama dan saling mempunyai rahasia termasuk Liliana yang sejak masuk SMA sudah menyukai Bara yang pada saat itu kakak kelas mereka yang sudah kelas tiga.
Lebih gilanya lagi setelah lulus SMA Liliana sampai menyusul Universitas yang Bara ambil di luar negeri sudah seperti penguntit,ya bisa di katakan Liliana mengejar Bara dengan ugal-ugalan hingga bisa sampai menikah dengan Bara pria impiannya.
Monika sampai di buat tak habis fikir dengan kegilaan sahabatnya itu.
Liliana membalas genggaman di tangannya dan tersenyum lebar,"Aku memang begitu mencintai Mas Bara tapi jika aku sudah lelah dan mengatakan menyerah maka aku akan menyerah sampai ke titik nol"
***
"Pagi tuan"
Bi Inah menyapa Bara yang baru saja datang ke meja makan,tampaknya bersiap untuk sarapan sehingga dengan cepat Ia menyiapkan semuanya.
Dua pelayan lainnya juga segera menyusun menu sarapan di meja makan, sebenernya mereka tidak terlambat hanya Bara saja yang turun begitu awal tidak seperti biasanya.
Bara dengan tubuh tinggi tegapnya dan wajah dinginnya serta tatapan tajamnya hanya berdiri dengan memasukkan tangannya ke dalam saku,memperhatikan tiga orang yang bolak balik dan memperhatikan ke sekitar lagi mencari-cari seseorang namun tak menemukan.
"Bik Inah dimana dia?"
"Eh apakah tuan tidak tau?"
Bi Inah yang di tanya tampak kebingungan dan balik bertanya.
Bara menatap Bi Inah seakan-akan Ia memang tidak tau apa-apa dan seolah bertanya.
"Nyonya kecelakaan seminggu yang lalu tuan!"Bi Inah sedikit meninggikan suaranya,Ia sungguh tak percaya tuannya itu tidak tau kalau istrinya kecelakaan yang cukup parah.
Deg!
"Kecelakaan!"
Sungguh,Bara begitu terkejut mendengar berita itu rasanya ada sesuatu yang langsung menimpa dadanya.
"Kenapa tidak memberitahu ku?!"
Raut wajah dingin dan aura mencengkam seketika menyelimuti Bara.
"Saya pikir nyonya memberitahu tuan, ternyata tuan bahkan tidak tau sama sekali setelah maut yang hampir saja merenggut nyawanya?"
Bi Inah tiba-tiba menangis,Ia tidak peduli melihat api kemarahan dan aura yang begitu mencekam saat ini dari tuannya itu.
"Bagaimana jika nyonya sampai kehilangan nyawanya dan tuan sama sekali tidak tau apa-apa?"
"Selama ini Nyonya begitu mencintai tuan bahkan rela memberikan nyawanya untuk tuan,tapi ketika nyonya hampir saja kehilangan nyawanya tuan bahkan tidak tau apa-apa dan...-dan lebih mementingkan wanita lain...maaf tuan"
Bi Inah langsung berbalik namun tak bisa menghentikan air matanya,"Sungguh malang nasib mu nyonya padahal kau mencintai tuan begitu besar namun dia bahkan sama sekali tidak peduli dengan mu"
Bara terdiam di tempatnya dengan raut wajah yang berubah,jantungnya terasa mencelos hatinya menjadi tidak tenang dan dengan cepat Ia berbalik meninggalkan meja makan.
"Cari tahu dimana Liliana sekarang"
"Eh apakah tuan sama sekali tidak tau kalau nyonya Liliana di rumah sakit selama seminggu ini,apakah karna terlalu sibuk dengan seseorang?",terdengar sindiran langsung dari Willy sekretarisnya dari balik telepon.
Bara memejamkan matanya merasakan sesuatu yang menancap di dadanya,apakah Ia satu-satunya orang yang tidak tau apa yang terjadi dengan istrinya?
"Kau tau?kenapa tidak memberitahu ku?!"
"Sabar dulu tuan,sebenernya saya ingin memberitahu anda tapi melihat anda yang sibuk dengan orang lain jadi saya urungkan"
Bara berusaha menahan kekesalan di hatinya kemudian langsung memutuskan telepon,Ia begitu kesal dengan sekretarisnya itu.
"Cari tahu dimana istri ku sekarang juga"
"Baik tuan"
Ia menyuruh orang kepercayaannya selain Willy sekretarisnya.
***
Siang harinya...
"Selamat siang tuan apa ada yang bisa kami bantu?"
"Pasien dengan atas nama Liliana Regantara seminggu lalu karna kecelakaan ada di ruangan mana?"
"Sebentar ya tuan,saya carikan"
Ketika mendapatkan alamat rumah sakit dari orang kepercayaannya,Bara tidak menyangka Liliana ternyata ada di rumah sakit yang sama dengannya selama menjaga Laura,"Apakah aku sudah keterlaluan?"
"Pasien atas nama Liliana Regantara ada di ruang VVIP di kamar no 5 tuan"
"Baik terimakasih"
Bara segera meninggalkan meja resepsionis itu dengan langkah panjangnya dengan postur tubuhnya yang tinggi dan tegap, jantungnya berdebar tidak jelas dan Ia tidak suka akan hal itu.
Bersambung...
jangan lupa like komen vote ya guyss😘
Bara Baru saja tiba di depan ruangan yang di sebutkan oleh resepsionis,namun Ia berhenti ketika dua orang suster keluar dari dalam ruangan itu.
"Maaf pak anda sedang mencari siapa?",tanya salah seorang suster itu tersenyum dengan mata berbinar melihat sosok pria di hadapan mereka saat ini yang benar-benar terlihat seperti seorang aktor yang begitu tampan.
Tanpa memperdulikan pandangan kedua suster itu Bara dengan tubuh tingginya berusaha menatap ke dalam sebelum salah seorang suster itu benar-benar menutup pintu ruangan itu."Saya ingin menemui pasien di ruangan ini", ucapnya dengan serius dan khas wajahnya yang dingin.
Kedua suster itu saling menatap bingung,"Maaf pak tapi pasien di ruangan ini sudah keluar pagi-pagi tadi dan memang hari ini jadwal pasien di ruangan ini keluar,apa bapak keluarga pasien kenapa tidak tahu?"
Bara merasa sangat tersindir,memang benar dia sebagai suami tidak tau apa-apa dengan apa yang sudah terjadi pada istrinya.
***
Sementara itu...
"Kamu yakin gak pulang ke mansion Bara dulu untuk ngambil barang-barang kamu"
"Gak Mon,nanti aja deh sampai surat perceraian keluar sekalian ke sana aku juga gak mau ketemu mas Bara dulu"
Monika menghela nafas, sahabatnya itu pasti sudah sangat kecewa sampai tidak ingin bertemu dengan Bara.Ia sudah menemani Liliana sejak umur mereka belasan hingga usia mereka yang sudah 26 tahun, sebagai sahabat yang selalu teman Liliana curhat Ia tau bagaimana sifat sahabatnya itu yang mempunyai hati yang baik dan lembut juga rendah hati sehingga tidak pernah mudah sakit hati atau pendendam.
Tapi kali ini mungkin semuanya tidak bisa di tahan olehnya lagi.
"Oke deh,aku temani kamu di sini ya"
"Emang kamu gak sibuk,kalau kamu temani aku di sini nanti kejauhan ke tempat kerja kamu"
"Gak apa-apalah,lagian gak ada yang jaga kamu di sini"
"Gak usah Mon nanti kamu capek bolak-balik, tempat kamu kan jauh dari sini"
"Lily yang cantik udah gak usah ribut mau aku kasih tau Tante sama Om terus sama kak Leonardo kalau kamu kecelakaan sampai operasi?"Ancam Monika dengan wajah pura-pura serius,selain sifat Liliana yang baik sebenernya Liliana orang yang sangat keras kepala.
"Mereka pasti kecewa karna masalah serius terjadi sama putri kesayangan mereka tapi mereka sama sekali tidak tahu"
Liliana menghela nafas,"Ya udah deh kalau gak ngerepotin kamu,tapi jangan kasih tau mama sama papa aku apalagi kak Leo"
"Oke siip,gitu dong"
"Oh iya,di tempat kerja kamu ada lowongan aku mau cari kerja setelah sembuh"
Monika langsung berdecih,"Yang benar saja desainer termahal ini tiba-tiba mencari pekerjaan,bisa-bisa brand mu anjlok"cibir Monika yang membuat Liliana terkekeh.
Liliana dan Monika bekerja sebagai desainer yang bergelut di bidang desain pakaian dan juga barang-barang seperti tas dan dompet, keduanya lulusan S3 di jurusan fashion design.
Liliana sendiri sudah mempunyai brand sendiri dengan nama brand LILY, brand LILY sendiri adalah brand luxury atau brand mewah yang sudah terkenal dimana-mana dengan harga yang fantastis,dan kebanyakan orang-orang yang mampu membelinya adalah orang dari kalangan atas karna selain harganya yang fantastis barang-barang yang di keluarkan oleh brand LILY adalah barang-barang yang berbahan kualitas tinggi sehingga selalu terbatas,dalam setahun brand LILY hanya mengeluarkan puluhan barang termasuk pakaian dan tas dan dompet.
Setiap barang di keluarkan akan langsung sold out dalam beberapa.
Brand LILY termasuk langka,orang-orang mungkin tahu namanya namun jarang melihat bentuknya karna tidak pernah di iklankan di TV.
Selain produknya yang langka pemiliknya juga sangat misterius,karna Liliana yang tak pernah mengklaim atau menunjukkan jati dirinya sebagai pemilik brand luxury LILY. Hanya beberapa orang saja yang tahu bahkan bisa di hitung dengan jari karna keinginan Liliana sendiri yang tidak ingin mencolok dan tidak ingin orang-orang di sekitarnya mendekatinya karena ingin memanfaatkannya.
Bahkan sejak sekolah Liliana suka menutupi dirinya yang yang sebagai anak orang kaya dan lebih suka dengan kehidupan sederhana dan penampilan sederhana sehingga Ia bisa bergaul dengan siapa saja, termasuk Monika sebelumnya tapi sekarang Monika tahu segala tentang dirinya.
"Setelah aku bercerai dengan mas Bara aku berencana untuk kembali ke negara ku Mon"
Monika seketika terdiam ketika mendengar ucapan Liliana.
"Kau tau kan perusahaan ku di sana,aku juga lelah jika harus bolak-balik terus.Selain itu aku ingin lebih fokus Mon, karna aku merasa selama aku tidak berkontribusi takutnya brand ku akan mengalami penurunan dan aku tidak ingin hal itu terjadi karena aku membangun semuanya dengan susah payah dalam waktu yang lama"
Monika seketika terisak mendengar penjelasan Liliana dan langsung saja menghambur memeluk Liliana yang sedang bersandar di ranjang."Aku mengerti,aku senang sekarang kau sudah berubah dan tidak di butakan oleh cinta lagi,aku gak akan menahan kamu karna keputusan kamu adalah yang terbaik dan aku akan selalu mendukung keputusan mu"
"Terimakasih,aku juga akan selalu mendukung mu"
"Tapi dengan satu syarat, setiap hari kita teleponan dan dua kali sebulan harus bertemu"
Hahahahaa
Liliana tertawa terbahak-bahak mendengar penuturan sahabatnya itu yang sangat lucu dengan ekspresi yang serius dan menurutnya itu sangat menggemaskan.
"Oh iya proses perceraian itu lama,apa kamu berencana menunggu sampai selesai dulu?"mengabaikan tawa Liliana,Monika lebih mengkhawatirkan sisa waktu bersama-sama dengan sahabatnya itu.
"Tidak,aku berencana akan pulang dua minggu lagi kalau menunggu sampai selesai bisa sampai dua bulan lagi dan itu terlalu lama menurutku"
"Jadi kita bakalan pisah dua minggu lagi nih hmm",Monika cemberut menahan tangis dan kembali berpelukan.
Alhasil keduanya menghabiskan waktu bercerita banyak hal tentang apa yang mereka alami, termasuk Liliana yang menceritakan beberapa hal yang belum di ceritakannya mengenai rumah tangganya dengan Bara, sebenernya tidak bisa di bilang rumah tangga lebih tepatnya mereka rekan.
Meski selama ini Bara yang hanya menganggap Liliana sebagai rekan berbeda dengan sebaliknya di mana Liliana menganggap Bara sebagai suami yang ia cintai dan nantikan kasih sayang dan perhatiannya meski itu semua hanya dalam angan saja.
Bersambung...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!