Jam menunjukan pukul 7.50, aku sudah memasuki kelas. Selang beberapa menit, "tak...tak...tak...ceklek" pintu kelas terbuka. Seorang pria dengan setelan jas memasuki ruang kelas, dia adalah dosen bahasa Korea ku, Mr. Kim Joon. Dosen tampan, seksi, dan juga maskulin. Untuk ukuran fisik laki-laki bisa dibilang dia sempurna, hanya satu kekurangannya, dia sangat dingin dengan lawan jenis. Padahal hampir rata-rata mahasiswi di kampus ini mengidolakannya, termasuk aku, hehehe. Tapi karena sifat dinginnya tidak ada wanita yang berani mendekatinya, apalagi diketahui dia sudah mempunyai tunangan.
Hai... perkenalkan namaku Nala Khairunnisa, aku biasa dipanggil Nala, aku mahasiswi semester awal, usiaku saat ini 20 tahun. Karena aku menyukai segala tentang Korea, dan bercita-cita ingin bekerja di Korea, aku mengambil jurusan bahasa Korea. Selain sebagai mahasiswi, aku bekerja part time sebagai cleaning service on-line. Aku bekerja part time untuk kebutuhan sehari-hariku saja, karena untuk biaya kuliah dan suatu saat nanti selesai kuliah aku mau ke Korea, orang tuaku sudah menyiapkan dan meninggalkan ku warisan tabungan deposito. Orang tuaku meninggal sekitar dua tahun lalu, karena sebuah kecelakaan pesawat. Orang tuaku meninggal saat akan bertugas ke Kalimantan, kru pesawat dan awak penumpang meninggal ditempat.
Ayahku adalah seorang anak tunggal, dan kedua orangtuanya sudah tidak ada, sama seperti ku, nasib ayahku. Sedangkan ibuku hanya dua bersaudara, nenekku meninggal dikala aku baru lahir, kakekku sudah meninggal disaat aku usia 5 tahun. Satu-satunya keluarga yang aku punya hanyalah Tante ku, adik dari ibuku. Sesekali Tante ku datang mengunjungi ku, untuk melihat keadaanku. Tanteku bernama, tante Santi. setelah menikah tanteku tinggal di Bandung, bersama suami dan anak-anaknya.
Saat ini setidaknya aku bersyukur, orangtuaku masih meninggalkan sebuah rumah, dan warisan yang cukup untuk biaya kuliahku hingga aku lulus. " Kamu...yang dibelakang sana!" ucapan tegas Mr. Kim, sambil menunjuk kearah ku. "Saya !?" ucapku kaget, sambil menunjuk diriku sendiri. "Iya... Kamu! Kalau masih mau melamun silahkan keluar dari ruang kelas ini" lanjut Mr. Kim, sambil menunjuk kearah pintu. Aku terdiam, lalu " Maafkan saya...Mister!" jawabku sambil tertunduk, Mr. Kim Joon pun melanjutkan kembali penjelasannya. Aku pun merasa lega, sambil menarik nafas, dan mengelus dada. " untung saja, sudah kaya cenayang tau saja aku sedang melamun", batin ku.
Setelah pelajaran berjalan selama 2 jam, dan lanjut memberikan tugas, Mr. Kim pun mengakhiri materi dan berpamitan keluar. Karena hari ini tidak ada lagi kelas, aku buru-buru keluar, sambil menyalakan aplikasi online ku. "Waktunya cari uang", ucapku dalam hati. Pandanganku trus tertuju pada gadget ku, tanpa aku sadari " brak.." tanpa sengaja aku menabrak seseorang di depanku, hingga buku dan gadget ku terjatuh. Dan ternyata, orang yang aku tabrak itu adalah Mr. Kim. Seketika tubuh ku kaku, kakiku lemas. Diapun berbalik menatapku horor, " Kamu! ", ucapnya dingin, sambil menggeleng-gelengkan kepala. " Ma..ma..maaf Mister..maaf saya tidak sengaja! ", jawab ku gugup. " Jangan main hp sambil jalan!," ucapnya tegas. Setelah itu beliau pun berlalu meninggalkan ku, aku pun kembali menarik nafas ku. Sambil meratapi kebodohan ku, aku berjongkok mengambil beberapa buku-buku ku yang berantakan, dan juga hp ku.
Seorang pria mencoba membantuku, dan ternyata itu wahyu salah satu sahabat ku. " mangkanya jalan itu lihat ke depan, bukan ke hp", sarkasnya. Aku hanya tersenyum, sambil memutarkan bola mataku malas. Di Kampus ini teman ku hanya dua orang saja, Wahyu dan juga Fara. Tapi hari ini Fara sedang tidak ada kelas, dan kebetulan dia juga sedang sakit. Sebenarnya hari ini kami sudah janjian, untuk ke rumah Fara. " Jadi ke rumah Fara nggak?! Tanya Wahyu, sambil dia mengumpulkan buku-buku yang sudah diambilnya. " Iya..tapi gue nyari duit dulu ya!" ucapku sambil senyum, " Gue juga masih ada kelas nie " ucapnya. " Oke..kita ketemu di rumah Fara aja ya" jawabku santai. Wahyu pun akhirnya berlalu meninggalkan ku, sambil menyerahkan buku-buku ku. Saat buku-buku itu akan ku masukkan kedalam tas, ada satu buku yang ternyata bukan milikku. Setelah ku cek, ternyata itu milik Mister Kim. Aku berniat mengembalikannya, tapi aplikasi berbunyi, tanda masuk pesanan. Akhirnya buku itupun aku masukkan kedalam tas, " Besok aja saja deh sekalian, masih ada kelasnya ini besok!" pikirku.
Dengan terburu-buru aku meninggalkan kampus, menuju alamat yang tertera di aplikasi. Aplikasi menunjuk kesebuah Apartemen mewah di salah satu daerah Jakarta. Aku pun mulai memasuki lift, dan menuju pintu yang dituju. Setelah sampai depan pintu apartemen, saya mencoba untuk memencet bell. Saat baru saja akan memencet bell, hp ku berdering. Panggilan masuk dari nomer yang tidak dikenal, aku berfikir mungkin ini dari customernya. Setelah aku angkat " Hallo...ini dengan Nala?!" ucap panggilan tersebut, tanpa basa-basi. Sepertinya suaranya tidak asing, pikirku. "Iya betul!" jawabku. Belum selesai aku bertanya, " Saya Kim...Apa buku saya ada sama kamu?" tanyanya dingin. "I..iya Mister Kim, tadi saya sedang buru-buru, jadi tidak sempat untuk kembalikan, maafkan saya mister..." jawabku kaget, jantungku berdegup kencang. " Ceroboh...bisa kamu antarkan ketempat saya?!"Tanyanya lagi dingin. "Bisa Mister, setelah urusan saya selesai, saya antar bukunya" jelas ku. " Jam berapa kamu antar?! Karena saya juga ada urusan dulu keluar!" ucapnya. " Sekitar dua jam ke depan mister" jelas ku. " Oke...saya chat alamatnya" mengakhiri pembicaraan.
Aku menarik nafas panjang, sembil memegang kepalaku." Harus ya seharian ini berurusan dengan Mister Es!" batinku. Kesal bercampur dongkol, aku merutuki nasibku seharian ini yang harus berurusan dengan si mister es batu itu. Walaupun si Mister Kim itu tampan, aku cukup memujanya dari jauh aja deh kayanya. Misteri Kim itu punya tatapan seperti elang, tidak pernah terlihat senyum, kaku dan wajahnya datar tak pernah terlihat merespon apapun, egh... mengingat wajahnya saja aku sudah bergidik ngeri. Astaga aku sampai lupa akan tugasku, entah berapa lama aku memikirkan si mister es batu itu. Akhirnya akupun mulai memencet bell, tak lama kemudian pintu apartemen pun terbuka. Seorang ibu muda, dan sangat cantik membukakan pintu. " Selamat siang, saya Nala dari aplikasi clean" ucapku. Sepertinya kali ini customer ku orang Indonesia, pikirku. Terlihat dari wajahnya khas orang Indonesia, dengan kulit sawo matang nya. Syukurlah, pikirku. "Hai...selamat siang, mari masuk" ucapnya, mempersilahkan aku masuk. Ternyata benar orang Indonesia, syukur ku senang. Sebenarnya selama ini, aku agak kesulitan dengan bahasa Inggris ku, jadi aku sangat bersyukur sekali kali ini.
Setelah mempersilahkan ku masuk, customer ku itu mempersilahkan aku duduk. "Perkenalkan mbak, namaku Nikita",jelasnya. "Begini mbak Nala, sebelumnya saya meminta maaf, sebenarnya saya memesan aplikasi clean bukan untuk bersih-bersih mbak, saya ingin minta tolong untuk menjaga anak saya mbak, karena saya ada keperluan berbelanja ke supermarket, supermarket nya tidak jauh mbak, saya janji tidak akan lama mbak, nanti saya bayar dua kali lipat mbak, nti juga ada uang bensin tambahan dari saya mbak" cerocos ibu itu panjang lebar. "Tapi bu itu diluar tugas saya, apalagi saya tidak paham dengan mengurus anak kecil" jelas ku. "Tolonglah mbak, saya minta tolong sekali, saya janji tidak akan lebih dari tiga jam ", jelasnya lagi. Aku hanya bisa menarik nafas panjang, dan entah kenapa aku menyetujuinya. Mungkin aku terbujuk uang juga, karena sejujurnya aku juga membutuhkan uang itu untuk makan ku sehari-hari, ya hitung-hitung membantu ibu itu pikirku.
Bu Nikita terlihat senang, dan beliau pun mulai bersiap-siap. Sebelumnya bu Nikita memperkenalkan anaknya yang terlihat sedang bermain di ruang tv, kulihat anak itu usianya sekitar satu tahunan. Anaknya lucu sekali, wajahnya bule, mungkin ayahnya orang asing pikirku. Sebelum pergi bu Nikita, meninggalkan sebuah pesan apa yang boleh dan tidak kepada anak itu, bu nikita juga sudah membuatkan susu dan beberapa cemilan untuk ditinggalkan. Bu Nikita juga meninggalkan nomernya, untuk dihubungi bila terjadi sesuatu.
Setelah kepergian bu Nikita, aku mendekat ke anak itu dan duduk disebelahnya, menemani anak itu bermain. Aku teringat dengan Mr. Kim, apa beliau sudah mengirimkan alamatnya ya, batin ku. Setelah aku cek chat nya, ternyata beliau sudah mengirimkan alamat, dan ternyata alamatnya itu di apartemen ini juga, hanya berbeda lantai dan nomer nya saja. Sambil memainkan hp, kulihat anak itu meracau tidak jelas, dan mendekatiku lalu menangis. Sepertinya anak itu mulai mengantuk, dan menginginkan susu, pikirku. Sambil ku gendong, dan memberikan dia susu, anak itupun tertidur di gendonganku. Aku tersenyum melihat anak itu tertidur di gendongan ku, akupun membayangkan jika mungkin aku punya anak akan seperti ini. Setelah susunya habis, aku pun menidurkan nya ditempat tidur di kamar nya, sesuai pesan bu Nikita. Aku kembali ke sofa diruang tv, sambil memainkan hp, tak terasa aku tertidur.
Kim Joon
Ditempat lain, di apartemen berbeda, terlihat seorang pria sedang bertengkar dengan sang kekasih, dia adalah Kim Joon, Kim bertengkar dengan sang kekasih Lisa, yang ternyata diketahui sedang bercumbu dengan sahabat sekaligus asistennya. Kim begitu marah dan sangat tidak menerima perlakuan kedua orang yang dipercayainya selama ini. Lisa menangis memohon maaf dari Kim, tapi Kim tak bergeming. Kim pun pergi meninggalkan apartemen tersebut, pikiran nya kalut saat ini. Tempat yang ditujunya saat ini adalah sebuah club, untuk menghilangkan kalutnya. Sampai di club, Kim langsung memesan minumannya. Bayangan Lisa yang sedang bercumbu dengan sahabatnya, membuat dadanya sakit. Setiap dadanya sakit dan mengingat itu, dia akan meminum satu gelas tequila.
Entah sudah berapa gelas dia menghabiskan minumannya, Kim pun mulai tak bisa mengontrol diri nya. Kim sudah mulai membuat onar di club itu, membuat beberapa pelanggan yang lain merasa jengah. Seorang bartender meminta Kim dengan sopan untuk meninggalkan club, tapi sepertinya Kim sudah hilang kesadaran. Karena melihat keadaan Kim yang berantakan, dan Kim termasuk pelanggan loyal, sang bartender meminta seorang pegawai nya untuk mengantarkan Kim. Untungnya Kim pernah memberikannya sebuah kartu nama, dan bartender itu masih menyimpannya. "Antarkan dia ke alamat ini, setelah di pastikan dia masuk ke dalam apartemennya, tinggalkan... lalu kau kembali kesini", ucap bartender itu sambil menyerahkan kartu nama Kim. " baik tuan " jawab sang pegawai.
****
Di apartemen Nikita, Nala tertidur sambil memegang handphone nya. Entah berapa lama dia sudah tertidur, Nala terbangun kaget karena handphone nya bergetar. Ternyata itu pesan dari wahyu, "Nala...gue baru selesai kelas, lo dimana sekarang?" tanya wahyu dalam chat nya. " Gue sebentar lagi nie, lo duluan aja ke rumah Fara ", jawabku. "oke...on the way, cepat nyusul ya! Jangan pakai lama" Wahyu mengakhiri chat nya. Tak lam berselang bell apartemen berbunyi, Nala mengeceknya, dan ternyata itu bu Nikita dengan barang belanjaan yang cukup banyak. Nala membukakan pintunya, dan membantu bu Nikita membawakan belanjaan nya masuk. Nala membantu bu Nikita merapikan belanjaannya kedalam lemari penyimpanan bahan makanan, setelah selesai kemudian dia duduk di sofa.
" Bagaimana Nala? Apa baby ku sangat merepotkan mu?" tanya Bu Nikita sambil menyerahkan sebotol minuman ringan kepada Nala. "tidak sama sekali, dia sangat menggemaskan dan sangat penurut", jawab Nala. " Syukurlah...", Ucap bu Nikita. Nala pun meminum minumannya, Bu Nikita menyerahkan beberapa lembar uang ratusan ribu, Nala menghitungnya jumlahnya " enam ratus ribu, jumlah ini terlalu banyak bu!" ucap Nala. " Tidak apa, terimalah! Anggap saja itu sebagai ucapan terimakasih ku padamu Nala", jawab bu Nikita. " Terimakasih banyak ya bu " ucap Nala dengan senyum manisnya. Entah kenapa Bu Nikita sepertinya penasaran dengan Nala, karena pekerjaan dan penampilan Nala sangat tidak sinkron, Nala seperti bukan anak dari kalangan orang yang sederhana. "Nala...maafkan saya sebelumnya, kamu itu cantik dan sepertinya berpendidikan, tapi mengapa kamu mau bekerja seperti ini!?", tanya Bu Nikita penasaran. Nala pun akhirnya menjelaskan secara singkat, bagaimana dia bisa mengambil pekerjaan ini. Nala juga menjelaskan kalau saat ini dia adalah seorang mahasiswi semester pertama disalah satu universitas di Jakarta.Tak lama,Nala teringat akan janjinya pada Mr.Kim dan Wahyu. Nala pun izin berpamitan kepada bu Nikita. Setelah itu Nala keluar dari apartemen tersebut Nala langsung menuju apartemen Mr.Kim, yang terletak di lantai atas tempat Mr.Kim tinggal. Setelah mencari nomer pintu apartemen akhirnya Nala menemukan apartemen Mr.Kim. Dengan tenang Nala mulai memencet bel, "PRANG..!!" terdengar suara benda jatuh dari apartemen tersebut seketika nyali Nala menjadi ciut dan bertanya-tanya apa yang terjadi di dalam.
Pintu apartemen pun terbuka, sesosok pria berdiri di depan pintu apartemen dengan sikap mendominasi. Nala tertegun melihatnya, ternyata itu adalah Mr.Kim dia sudah berdiri tepat di depan Nala dengan mata sayu nya. Dari dekat Mr.Kim terlihat sangat tampan, badannya berotot dengan wajah yang sangat maskulin. Hidungnya mancung dan bibir nya sangat sensual. Laki-laki tampan itu seperti nya sedang mabuk berat, bau minuman keras baru tercium dari tubuh nya. "Kamu!..." ucap Mr.Kim sambil memasang wajah penuh kemarahan.
"eh...sa...sa..saya, mau...!, belum selesai Nala bicara, Kim menarik tangan Nala, menyeretnya masuk. Kemudian dia menghempaskan tubuh Nala ke sofa. "Bruuuuk...", tubuh Nala jatuh diatas sofa dengan keras. Lalu kim menutup dan mengunci pintu apartemen, dan menghampiri Nala yang saat ini sedang ketakutan dan sangat bingung dengan yang terjadi. Kim tiba-tiba sudah diatas dan menindih tubuh Nala. Dengan satu tangan kim memegang kedua tangan Nala, sedang tangan yang lain mencengkram wajah Nala. " Kenapa...kenapa kau lakukan ini padaku", Kim mulai meracau, matanya dipenuhi dengan amarah bercampur kesedihan. Belum sempat Nala memberontak dan ingin menjelaskan, Kim melumat habis bibir Nala. Tangannya mengunci wajah gadis itu, agar tidak bisa menghindar dari ciumannya.
Nala mencoba melapaskan, dan memberontak. Tapi tubuh laki-laki itu terlalu kuat dibandingkan nya. Nala benar-benar tidak menyangka akan mendapatkan perlakuan seperti ini, pikirnya dia hanya akan mengembalikan sebuah buku dengan mudah. Sepertinya Mr. Kim dalam keadaan mabuk yang parah, itu tercium dari bu nafasnya dan tubuhnya. Ditambah tingkah lakunya yang sudah tidak mengenali orang. Nala masih meronta-ronta, berusaha menggunakan kakinya untuk menendang, tapi semua itu percuma. Tubuhnya sudah terkunci, tidak ada kesempatan baginya untuk melepaskan diri. Nala mulai menangis, bulir demi bulir air mata mulai mengalir di sudut matanya. Sementara Kim masih menciumi mulutnya dengan kasar dan sesekali menggigit bibirnya, ciuman yang brutal dan penuh kemarahan.
Tangan Kim mulai menjelajah, menarik paksa baju Nala sehingga membuat kancing baju itu terlepas dan berserakan. Kim menatap matanya dengan nanar, api gairah bercampur dengan kemarahan terlihat dimatanya. " To...tolong! Tolong...! Mister Kim, tolong... lepaskan saya mister!" Nala berusaha berteriak dan memohon. Nala sudah sangat putus asa, Nala merasa hal yang lebih buruk akan terjadi padanya. Yang bisa dia lakukan hanyalah berteriak, dan memohon pada Mister Kim. Kim menyumpal Nala dengan tangannya, dan Kim terus saja melanjutkan aktivitas nya. Dengan tidak sabar, Kim melepaskan pakaian Nala dengan paksa. Setelah berhasil membukanya, kemudian Kim melepaskan Nala sebentar dan membuka pakaiannya sendiri.
Kesempatan itu digunakan Nala untuk berlari kearah pintu, namun dengan cepat Kim menyergap tubuhnya dari belakang, lalu Nala pun digendong di bahu laki-laki itu. " Mister... lepaskan saya... Jangan perkosa saya... Tolong mister...saya mohon...!", Nala memohon kepada Kim. Nala terus memohon, dan air matanya terus mengalir dengan derasnya. Mata Kim sudah tertutup dengan nafsu, dan pikiran nya sudah tidak lagi jernih. Yang ada dipikirannya saat ini, hanyalah dia harus menyiksa gadis ini dan membuatnya tunduk. Agar gadis itu tau bagaimana rasanya dicampakkan!, " Diam... bukankah ini yang kamu mau?! Tidak ada gadis yang boleh mencampakkan ku seperti ini!", racau Kim. Kim menghempaskan Nala, kali ini ke kasur, Kim membawanya ke dalam kamar tidur nya. Kim kembali menindihnya, dengan seluruh tubuhnya dia menutup tubuh Nala. Kim mencoba menekan tubuh Nala dengan berat tubuhnya, berusaha menaklukkan tubuh gadis mungil itu.
Kim kembali melumat bibir Nala, tidak memberikan kesempatan Nala untuk melawan. Sementara tangannya menjelajah kesana kemari, dan Kim mulai memposisikan tubuhnya. " Mister...tolong lepaskan saya, saya ini mahasiswi anda! Tolong...lepaskan saya!", Nala masih trus berusaha memohon kepada Kim. Nala mulai menangis sesenggukan, suaranya sudah mulai lirih karena terlalu banyak menangis. Tubuhnya mulai lelah karena banyak melawan, dengan kekuatan yang tersisa Nala masih mencoba memukul-mukul dada Kim, namun tidak berdampak apapun pada laki-laki itu. Kim tidak menghiraukannya, matanya sudah sangat tertutup oleh nafsu, dia sudah tidak perduli dengan siapa dia bercinta. Yang dibutuhkannya sekarang adalah, dia harus melepaskan dorongan hasratnya saat ini juga. Akhirnya dengan sekali hentakan, Kim menguasai tubuh Nala. Nala pun menjerit kesakitan, Kim menutup bibir gadis itu dengan bibirnya. Dia tetap mendorong tubuhnya kedalam tubuh Nala dengan kasar, membuat tubuh gadis itu gemetar kesakitan.
Nala sudah tidak mampu melawan, hanya air mata yang masih mengalir di sudut matanya. Tatapan matanya menjadi sayu dan kosong, yang ada dipikirannya dia sudah ternoda.
Kim berhasil menguasai tubuh Nala, Kim menciumi bibir Nala dengan lembut. Dia mengeksplore mulut Nala dengan hati-hati, melumat dan menggigit bibir itu. Bermain main dengan lidah lembutnya, Kim benar-benar menikmati percintaan itu. Kim mulai meracau, sesekali dia mencium kening Nala yang di penuhi keringat. Kim mengecup bibir ranumnya, dan menciumi tengkuknya. Gadis itu tidak bergerak, tatapannya kini kosong, air matanya terus mengalir disudut matanya. Namun gadis itu tidak bisa berbohong, mungkin gadis itu menolaknya, tapi tidak dengan tubuhnya. Setelah sekian lama berpacu, Kim mulai merasakan batas dirinya, Kim pun mulai mengerang panjang. Selama beberapa waktu hanya keheningan, yang ada diantara mereka. Kim mulai mengatur nafasnya kembali, kemudian dia mulai tersadar gadis yang berada dibawahnya. Dia kaget melihat kenyataan bahwa wanita itu bukan Lisa, tunangannya. Kim segera melepaskan pelukannya, dengan buru-buru dia bangkit dari tempat tidurnya. Kim menatap gadis yang terbaring di kasurnya, dengan tidak percaya. Yang dia ingat tadi dia menarik tangan Lisa, " apakah sebenarnya yang ditariknya tangan gadis itu!?" batin nya. Merutuki kebodohannya, mabuknya membuatnya menjadi seperti orang bodoh.
Kim melihat ada yang janggal di seprei nya, dia melihat ada noda darah. Dia mencoba mengecek bagian tubuhnya, apakah mungkin tubuhnya terluka, namun dia tidak menemukan luka pada tubuhnya. Kim menatap gadis yang berbaring itu, dia mulai memperhatikan tubuh gadis itu. "Gleg..!! Ada darah dari gadis itu, Astaga...gadis itu masih perawan!", batin Kim sambil memegang kepalanya. " Dia sudah memperkosa gadis yang masih perawan, pantas saja rasanya sangat berbeda", batin Kim panik. Kim mencoba mendekati gadis itu, kemudian tanpa menoleh Kim meminta Nala untuk mengenakan pakaiannya, dan diapun berlalu meninggalkan Nala. Nala benar-benar tidak menyangka apa yang dialami nya saat ini, air matanya tidak henti-henti nya keluar dari sudut matanya. Setelah puas menangis dia mulai menggerakkan tubuhnya, memunguti setiap pakaiannya yang tercecer dilantai dan mulai memakainya dengan pelan-pelan. Dia merasakan sakit di sekujur tubuhnya, terutama di area sensitifnya. Dia menatap tubuh nya dengan pandangan jijik, dia merasa jadi wanita kotor. Nala menutup wajahnya, dan mulai menangis dengan keras. Dengan terseok-seok dia mencoba berjalan keluar dari apartemen itu, Keadaan Nala terlihat sangat kacau. Dengan tangan gemetar dia memesan ojek online, saat ini dia hanya ingin pulang kerumahnya.
Sesampainya dirumah, Nala langsung masuk kedalam kamar mandi. Dengan tangis dan perasaan jijik pada dirinya, dia trus mengguyurkan badannya, dia berharap tubuhnya kembali bersih. Tapi Nala masih merasa kalau dirinya menjijikan, dan kotor. Hingga tengah malam, Nala mencoba bangkit dan keluar dari kamar mandi. Nala mengganti bajunya, dan merebahkan tubuhnya dengan hati-hati. Dia menatap dinding kamarnya dengan tatapan kosong, dia bingung harus bersikap seperti apa. " Haruskah dia melaporkan apa yang dilakukan dosennya itu ke polisi", batin nya. Tapi di satu sisi dia malu dan takut, dia tidak tau apa yang harus dia lakukan. Dia teringat akan kedua orangtuanya yang sudah tiada, dan Nalapun menangis tersedu-sedu merasa bersalah kepada kedua orangtuanya. Tak terasa, karena lelah menangis dan segala tekanan pikiran, Nala tertidur.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!