Nama ku Muhammad Nathan Mahendra. Aku suka berulah pada kakak angkat ku. Namanya Loly Indah Permatasari. Dia cantik seperti namanya Indah Permatasari.
Okey, baru saja aku berulah lagi karena tak suka kakak ku di dekati oleh cowok lain. Hanya karena aku tidak mau kakak ku menikah dengan cowok yang di sukainya. Kerap kali aku mengaku-ngaku menjadi pacarnya bahkan suaminya.
Mungkin menyebalkan bagi Loly. Tapi dengan cara ini aku bisa menghentikan Loly agar tidak menikah dengan cowok lain. Aku sudah membuat lima kali pacar Loly kabur dan gagal menikahinya. Keren bukan? Yaa tentu saja keren seperti orangnya. Jangan di tanya aku seperti apa orangnya. Yang jelas saya tampan seperti Ayah ku, Fari Musthofa.
"Nathan, kamu mau sampe' kapan sih kayak gini? Aku tuh capek sama tingkah kamu. Sudah lima kali kamu menggagalkan rencana lamaran ku. Sekarang kamu menggagalkannya lagi. Menyebalkan!" Ketusnya pada ku yang sedang duduk di sebelahnya.
"Sampe' aku nikah lah. Aku nikah dulu, setelahnya baru kamu yang nikah." Sahut ku enteng sambil memantik korek api pada ujung rokok.
"Yaa kalau gitu kamu cepetan nikah. Biar aku juga bisa nikah." Timpalnya masih ketus. Mungkin masih kesal dengan ku.
Yaa baru saja aku menggagalkan cowoknya yang hendak melamarnya. Yaa mana mungkin aku rela Loly yang ku cinta menikahi laki-laki lain.
Loly mengambil rokok yang terselip di bibir ku. Lalu ia mematikan rokok tersebut di atas asbak. Aku tidak marah sama sekali. Aku justru gemas dengan tingkahnya yang ketus seperti ini.
"Kamu nggak sopan banget sih, Ly. Main matiin aja rokoknya. Lagian kamu juga aneh, Ly. Pacaran sama cowok modelan tua bangka kayak gitu. Udah punya bini, udah punya anak, udah punya cucu. Mau kamu, Ly? Kalau aku sih ogah." Aku pura-pura bergidik ngeri.
"Iidddiiiihh.. sok tau! Pokoknya aku nggak mau tau. Bagaimana pun caranya kamu harus jelasin ke Niko. Kalau nggak, aku bakal.."
"Ogah!" Ucap ku cepat sambil berlalu.
"Dasar Nathan breeewookk! Awas kamu yaa! Kalau ketahuan punya pacar, aku kerjain balik kamu!" Teriak Loly namun tak ku hiraukan. Aku masih santai berjalan menghindar darinya.
.
.
.
Ku lihat Loly seharian duduk di ruang tamu sembari sesekali melihat handphone nya. Pasti lagi nunggu kabar dari si Niko cowok tua bangka itu. Haahhh... Aku harap sih tuh cowok jangan balik lagi deh. Hempas jauh dari kehidupan Loly.
Sudah dua hari semenjak aku menegurnya dengan berpura-pura mengaku sebagai suaminya. Loly diam termenung sembari terus menatap handphone nya. Tidak tega juga aku melihatnya murung seperti ini.
Loly menghela nafas. "Niko, kamu kemana sih? Kenapa juga nomor ku di blokir segala? Kenapa sih punya adek nyebelin banget? Memang nyebelin banget tuh bocah tengik. Aduuuhhh.. nasib, nasib."
'Ehh, busyet! Aku di katain bocah tengik! Ekheemm.. nggak papa deh di katain bocah tengik. Hanya Loly yang boleh panggil aku bocah tengik. Uuhhhuuuyy.. kesayangan aku.' kata ku dalam hati.
"Ehh, Loly." Aku duduk di sebelahnya. Loly terlihat sedikit terkejut namun dengan cepat ia terlihat biasa saja. Malah ia perlihatkan wajah ketusnya. Aish.. nggak papa deh, judes-judes tapi aku sayang. Asyeekk...
"Loly, Loly. Aku ini kakak mu. Jangan panggil Loly, panggil Kak Loly." Ketusnya.
"Yaelah... Kakak angkat doang. Nggak papa kalo lagi berdua manggilnya Loly. Kalo depan Bunda baru aku panggil kamu kakak." Ku kedipkan sebelah mata menggodanya.
"Ehh, ehh, tuh mata ngapain kedip-kedip. Jadi adek tuh jangan genit-genit. Aku laporin kamu ke Bunda."
"Diihh... Dasar tukang ngadu!"
"Biarin!" Loly menjulurkan lidahnya. Jadi gemes, pengen tak cium bibirnya. Ehh tapi belum halal, belum boleh.
"Beliin nasi goreng dong, Ly. Nih, aku kasih duitnya." Ku berikan duit selembar berwarna merah.
"Lah, kamu itu adek aku. Kenapa malah kamu nyuruh aku yang beli?" Dahi Loly mengerut.
"Yaelah, Ly, sekali-kali napa. Laper nih, ntar kembaliannya buat kamu deh." Alis ku naik turun.
"Ogah!" Katanya tidak mau. Loly memalingkan wajahnya. Hadeehh.. rasanya enakan punya adek dari pada punya kakak. Kalo punya adek mah bisa di suruh-suruh. Punya kakak satu aja ketus, judes, ngeselin. Ehh bukannya yang ngeselin itu aku yaa. Aaakkhhh.. yaa itu deh pokoknya. Tapi sayangnya aku suka sama Loly. Gengsi ku yang terlalu gede membuat ku tak bisa mengungkapkan perasaan ini.
Loly malah sibuk menatap handphone nya. Aku malah di anggapnya seperti angin lalu. Astaga, cowok seganteng Nathan di cuekin Loly. Padahal temen-temennya kalau lihat aku pada terpana semua.
Yaa iyaa lah, secara aku ini 'kan orangnya ganteng, keren, nggak judes kayak Loly. Yaa walaupun aku gondrong dan punya brewok tipis. Tapi masih tetep ganteng ngalahin Oppa korea.
Ku lirik sekilas handphone nya. Ternyata Loly sedang membaca cerita di salah satu group yang ada di facebook.
"Elaaahh... Pake' acara ngambek segala. Gini deh, minggu besok aku traktir kamu nonton bioskop. Aku beliin ice cream, buku, baju baru. Tapi jangan ngambek lagi yaa? Sekarang cepetan, beliin adek mu tersayang yang paling ganteng sedunia ini, nasi goreng." Rayu ku sembari ku pamerkan senyuman termanis ku.
Mata ku beralih menatap wajah ayu nan cantik jelita, Loly. Menatap bola matanya yang menatap ke arah ku. Cuuusss.. hati ku bagaikan di tusuk panah cinta.
"OGAAAHH..!" Teriaknya memekik telinga ku. Bagiamana tidak, Loly berteriak tepat di telinga kanan ku.
Loly beranjak ke kamar dan menutup pintu dengan keras.
BRAAKKK...
" Busyet dah! Punya kakak angkat satu aja galaknya melebihi singa betina. Ngeri!"
"NATHAAAN..!" Teriaknya kencang.
Aku buru-buru keluar dari rumah. Takut terkena amukan singa betina. Bisa babak belur nih muka. Lebih baik menghindar dari pada babak belur. Kan nggak keren kalau wajah ku yang ganteng ini babak belur.
POV Loly
Aku kesal dengan adik angkat ku. Tiap hari kerjaannya nyebelin mulu. Setiap hari hanya bisa membuat darah ku naik saja.
Anehnya sampai sekarang dia masih jomblo. Padahal dia memiliki badan atletis, rambut gondrong, brewok tipis. Tapi pede nya yang selalu mengatakan dirinya ganteng. Membuat ku ingin mencakar wajahnya itu.
Aku heran sama Nathan. Padahal dia banyak yang suka. Apalagi kalo hari valentine. Banyak banget paket coklat dan bunga yang terkirim buatnya. Dari mana? Yaaa dari cewek-cewek yang mengejar-ngejar nya.
Mungkin selera cewek yang di sukai Nathan terlalu tinggi. Bukannya cari pacar terus nikah. Tapi Nathan malah selalu gagalin rencana cowok yang ku sukai hingga kabur dan hilang tiada kabar.
Nathan bekerja di perusahaan yang di dirikan keluarga ayah Fari. Dia membantu ayah menghandle perusahaan. Sedangkan aku, aku membantu Bunda menghandle cafe.
Bunda tidak ku biarkan bekerja karena aku tidak ingin beliau kelelahan. Aku ingin Bunda istirahat dan menikmati masa-masa indah bersama ayah.
Lama-lama aku bosan mengurung di kamar. Setengah jam aku berada di kamar. Akhirnya aku keluar memastikan si Nathan brewok sudah enyah dari rumah.
Tujuan ku hari ini ingin mengobrak-abrik kamarnya. Siapa suruh jadi orang rese bin ngeselin. Ini balasan dari ku untuknya yang selalu bikin aku darah tinggi.
Kalau si Nathan di biarkan begitu saja, lama-lama bisa gaswat ehh maksudnya gawat. Dia nggak nikah-nikah. Apalagi aku? Yaa pasti bakalan susah nikahnya kalo dia belum nikah.
Dia mah enak, lama nikah gak bakalan ada yang ngatain perawan tua. Lah aku? Bisa jadi perawan tua. Ehh tapi, ada sih istilah cowok yang nggak nikah-nikah. Perjaka tua, wk wk wk.
Ceklek..
Ku buka pintu kamarnya. Kepala ku tengokkan ke kanan kiri memastikan si brewok, Bunda dan Ayah nggak lihat kelakuan ku. Baru sekarang aku masuk ke kamar Nathan. Sebelumnya aku nggak pernah masuk.
Aku takut menganggu privasinya. Setiap orang memiliki privasi yang harus di jaga. Sama seperti ku yang tak ingin merusak privasinya. Tapi kali ini aku bener-bener sudah tidak tahan dengan semua kelakuannya yang rese'.
Dengan cepat ku tutup pintu kamar Nathan. Ternyata kamar Nathan rapi juga, bersih, wangi lagi. Berbeda dengan tampangnya yang terlihat urakan.
Semua orang pasti nggak nyangka kalo kamar Nathan si brewok rese' itu bersih, rapi, wangi begini. Kalau lihat penampilannya sih kayak anak nggak ke urus. Rambutnya gondrong tapi yaa emang sih kalo kerja rambutnya di iket. Hmm.. lumayan lah keren dikit. Tapi dia tetep rese' bin ngeselin.
Sedetik aku ragu untuk mengobrak-abrik kamarnya. Ada rasa nggak tega, kamarnya udah rapi begini masa' aku berantakin. Terus aku harus ngapain dong?
Sebentar, sebentar. Sepertinya aku tidak perlu repot-repot mengobrak-abrik kamar ini. Lebih baik ku ambil saja beberapa barang miliknya supaya si brewok kelimpungan mencari barang miliknya. Hihihi.. ide yang bagus.
Ku ketuk jemari lentik ku pada dagu. "Kira-kira barang apa yaa yang harus ku ambil?"
Aku tersenyum mengembang. "Oohh yaa, aku baru ingat. Si brewok itu 'kan paling nggak suka buku agendanya di sentuh orang lain. Apalagi di ambil orang lain. Bahkan buku agenda yang sudah terlihat usang, sampulnya hampir copot itu sering di bawa kemana-mana. Hmmm.. mudah-mudahan tuh buku lagi nggak di bawa sama si brewok bocah tengik itu."
"Hmm.. rasanya aku sudah nggak sabar lihat ekspresi wajahnya. Kalau tau buku usangnya hilang di telan bumi. Hahahaha.."
Mendadak jadi jahat, nggak papa ya guys. Bodo amat lah! Si brewok juga ngeselin orangnya. Dia juga yang mulai duluan.
Ku arahkan pandangan tepat pada pintu. Memastikan tidak ada orang yang melihat ku di sini. Setelah merasa aman, aku mulai menggeledah isi kamar bercat biru nuansa langit.
Ku cari di deretan lemari buku Nathan. Ternyata di sini nggak ada. Buku agenda Nathan sangat mudah di kenali. Soalnya warnanya sudah pudar, jelek, usang dan parahnya lagi buluk.
Selang beberapa menit, akhirnya ku temukan juga buku buluk milik Nathan ini. Senyum ku mengembang menghiasi wajah ini.
Nathan, lihat saja pembalasan ku ini. Aku tersenyum jahat. Pantas saja bukunya nggak di bawa. Ternyata di simpan di bawah bantal, tepatnya di dalam sarung bantal. sepertinya sih si brewok nggak sengaja ketinggalan, lebih tepatnya lupa.
Ku buka buku agenda milik Nathan. Setelah membuka empat lembar, dapat ku pastikan buku ini catatan hariannya. Aku terkikik geli membaca buku agenda Nathan.
Ternyata Nathan suka curhat di buku usang ini. Haduuueehhh.. jaman sekarang masih ada yaa orang curhat di buku.
Aku senyum-senyum sendiri membaca buku agenda Nathan. Nathan menuliskan tentang dirinya yang suka jahil pada ku. Lama-lama bosan juga aku bacanya. Kenapa sih Nathan lebih suka menceritakan tentang kejahilannya pada ku? Haaiiissshh.. menyebalkan!
Ku lanjutkan membaca dengan malas. Eehh, tunggu, tunggu. Dahi ku mengernyit saat tak sengaja membaca kalimat terakhir dari tulisan Nathan. ( I Love you, Loly. )
Hahh.. love you? Maksudnya apa? Loly siapa? Aku membaca ulang tulisannya dari atas. "Astaga.." pekik ku menutup mulut tak percaya.
"Jadi, selama ini Nathan tidak memiliki pacar dan suka ngerecoki hubungan ku dengan cowok lain karena.. karena dia.. dia diam-diam mencintai ku. Astaga!"
Dada ku seketika berdebar-debar. Kok bisa gini sih. Nathan, si brewok itu suka sama aku?
Ku baca ulang tulisan rapi Nathan. Mata ku sampai tak bisa berkedip membaca setiap kata cinta yang di tulis Nathan untuk seorang gadis bernama Loly Indah Permatasari. Yaa itu nama ku.
Terdengar suara pintu di buka. Aku menoleh cepat ke arah pintu. Muncullah sosok lelaki brewok yang sangat aku kenal. Aku maupun Nathan sama-sama terkejut. Aku berdiri gegas menyembunyikan buku usang ini di belakang tubuh ku.
"Loly, kamu ngapain di kamar ku?"
Aku garuk-garuk kepala yang tak gatal. Bingung mau jawab apa? Duuhh.. mampus! Kelihatannya Nathan marah banget. Sorot matanya tajam ke arah ku. Baru kali ini aku lihat Nathan menatap ku tajam.
Nathan berjalan mendekat, mengambil paksa buku agenda yang ku sembunyikan di belakang tubuh ini. Nathan menghela nafas berat. Dia mengacak-acak rambut gondrongnya.
"Aku tanya, Loly, kamu ngapain di sini, di kamar aku? Buku ini juga, kenapa bisa ada di kamu? Jadi bocil nggak sopan banget!" Omelnya luar biasa. Bunda aja nggak pernah omelin aku. Huufftt.. menyebalkan!
Padahal umur ku lebih tua darinya, tapi dia seenak jidatnya ngatain aku bocil. Bener-bener kelewatan nih bocah. Rasanya mau marah, tapi aku juga salah sih sudah masuk ke kamarnya tanpa ijin.
Ku Hela nafas panjang. Ku coba terlihat rileks, santai dan tenang. "Ekheemm.. yaa terserah aku lah. Salah sendiri pintu kamarnya nggak di kunci." Kata ku sewot.
Astaga, mulut ini kayaknya nggak bisa ngomong santai sama Nathan. Bawaannya ketus mulu nih mulut.
Nathan kembali menarik nafas panjang sembari memejamkan mata. Naahh terus Nathan malah lihatin aku, dalem lagi. "Kamu udah baca buku ini?" Tanya Nathan mengangkat buku agendanya.
Aku tidak mengerti Nathan sedang marah atau malu. "Iidddiiiihh.. ngapain aku baca buku usang itu? Apalagi bukunya bau kayak orangnya! Dah lah, aku mau keluar aja. Di sini bau banget!" Ku banting pintu kamar Nathan dengan keras.
"Pokoknya Nathan nggak boleh tau kalau aku sudah tau perasaannya terhadap ku. Bisa-bisa sikapnya berubah lagi. Aku nggak mau di antara aku dan Nathan jadi saling diam, asing, nggak kenal satu sama lain. Aku nggak mau itu terjadi." Gumam ku.
Aku berjalan dengan cepat masuk ke dalam kamar ku. Baru saja aku duduk, suara Nathan sudah menggelegar bagaikan petir menyambar. Aku memutar bola mata malas.
"Loly, Loly.. buka pintunya!"
Dookk...
Dookk...
Dookk...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!