Ada sebuah desa yang cukup jauh dari keramaian kota dan cukup terpencil dari keheningan yang tampak disekitarnya banyak bebatuan dan rerumput dengan hutan yang cukup lebat. Yang memerlukan jarak berkilo kilo untuk sampai ke pusat bandar kota. Yah sebut saja DESA BATU CHADAS desa yang terletak di HOLLAND TENGAH. Desa yang terlihat asri disiang hari. Dan menyeramkan di malam hari. Apalagi jika malam Halloween tiba. Terasa suasana malam didesa itu pasti terlihat sangat mencekam.
Terdengar suara angin yang sepoi sepoi. Huuusss....
Terlihat dedaunan yang banyak berjatuhan dari tangkainya kerena sudah mengering dari pokoknya. Terlihat rumah rumah penduduk dengan jendela nya yang bergoyang goyang. kreeekkk... kreeekkk... kreeek.
Terlihat lampu lampu kecil berjajar yang meredup redup didepan pintu. Dengan pintu pintu rumah yang tertutup rapat. Dan terlihat lah pulak satu rumah diujung pedesaan itu yang tampak mewah dan besar tetapi telah usang. Berdiri lah disitu sebuah rumah tua yang tampak berdebu tebal. yang memancarkan aura berbeda.
Konon nya rumah itu milik Hiltja sang penyihir yang mati dibantai oleh penduduk Desa Batu Chadas itu. Gosipnya yang beredar bila setiap malam Halloween Hiltja muncul dan duduk di tepi jendela dengan memakai jubah merah. Sambil bersuara menyerupai burung gagak. Suara aneh itu bukan tak jarang kadang mereka dengar sangat keras dan pasti. Seperti suara burung gagak yang sedang kelaparan. Tapi bukan seperti gagak biasa. Karena terlihat seperti gagak raksasa yang sangat berukuran besar. Penduduk kampung sering menyebutnya Hiltja Raven Queen.
Desas-desus ini sudah lama ada, bahkan sebelum Maxim dan keluarganya pindah ke desa ini. Bagi sebagian besar warga penduduk desa itu , rumah itu dianggap terkutuk dan dijauhi. Mereka percaya Hiltja belum bisa beristirahat dengan tenang, dan rumah itu masih menyimpan rahasia gelap yang tak terungkap.
Tetapi, bagi Maxim dan teman-temannya, rumah itu justru penuh daya tarik dan tantangan, terutama pada malam Halloween tiba. Maxim dan teman teman malah tertarik untuk menyelidiki kisah itu apakah itu nyata atau cuma mitos.
Dimana saat malam Halloween semua orang orang sibuk merayakan nya dengan memakai custom horor dan berbagi permen. Tetapi Maxim dan kedua teman nya malah memilih untuk mengunjungi rumah tua Hiltja itu. Dengan harapan agar rasa penasaran mereka tidak timbul lagi. Apakah itu sebuah mitos atau bukan. Dan mereka bertiga bertekad untuk datang kesana pada malam Halloween tiba.
Malam itu terlihat sinar bulan purnama nampak cantik dengan bulan nya yang bersinar terang tetapi memiliki hawa yang sangat dingin. Mereka pun berjalan pelan pelan menuju rumah tua itu. Dengan keberanian yang mereka miliki. dengan hanya bermodal membawa lilin Dan senter ditangan mereka Masing-masing.
"Ayo, ini saatnya kita membuktikan keberanian!" seru Leo, terdengar bersemangat walau cemas terlihat di wajahnya.
“Ini pasti jadi Halloween yang tak terlupakan buat kita. ” tambahnya sambil mencoba menguatkan diri.
Alexa, yang biasanya pendiam, menatap rumah tua itu dengan perasaan tak menentu.
"Benarkah kita akan masuk kerumah itu?" tanyanya ragu, dengan suaranya sedikit bergetar.
"Aku dengar cerita buruk tentang rumah itu," lanjutnya pelan. "Katanya, ada yang mendengar suara langkah kaki di dalamnya." Bahkan suara suara kicauan gagak. "tambah nya lagi.
Maxim tersenyum, mencoba menenangkan kedua temannya. "Jangan takut, itu cuma cerita lama. Tapi kalau tidak kita buktikan sendiri, kita nggak akan tahu apa yang sebenarnya terjadi di dalam sana." Bukan kah begitu teman teman ku. " ucap maxim pulak.
Mereka mendekati rumah itu. Meski sudah tampak tua, tapi masih ada sisa-sisa kemegahan di balik dinding batu yang retak dan pintu kayu tua yang hampir roboh. Leo mengulurkan tangan, memutar kenop pintu yang berdecit keras. Dengan pelan, pintu itu terbuka, menampakkan ruangan yang gelap dan sunyi di dalamnya.
"Mungkin cuma rumah kosong saja " gumam Leo, mencoba menenangkan diri. "Ayo masuk dan lihat sendiri." ayoookk lahh... "ucap nya membujuk.
Langkah mereka menggema di rumah yang senyap itu. Suasana di dalam lebih dingin dari yang mereka bayangkan. Aroma apek menguat, debu tebal menempel di tiap sudut ruangan. Setiap langkah di atas lantai kayu tua menimbulkan bunyi berderit yang mempertebal suasana aneh di rumah itu.
"Ini rasanya aneh," ucap Alexa pelan, sambil melirik sekeliling. "Seperti ada yang mengawasi kita."ucap nya menambahkan.
"Ah, tidak ada siapa-siapa, Alexa," sahut Leo dengan nada sok yakin. "Ini hanya rumah tua yang ditinggalkan. Kita cuma perlu lihat sendiri apakah ceritanya benar atau tidak." biar kita tidak penasaran lagi. "tambah nya lagi.
Mereka terus berjalan di lorong sempit yang gelap, dengan dinding berlumut dan sarang laba-laba di tiap sudut. Terlihat barang barang kuno berserakan dilantai. Menunjukkan bahwa rumah ini sebelumnya ada pemiliknya. Walaupun sekarang tampak kuno dan tak terurus.
Mereka berjalan pelan pelan menelusuri isi dalam rumah itu. Rumah itu tampak besar dan luas. Hingga dengan begitu lama berjalan, mereka baru menemukan ruang tamu. Di tengah ruangan itu ada perapian besar dengan abu hitam yang tampak sudah lama tak tersentuh. Di sudut ruangan, sebuah meja kayu besar menampilkan sebuah buku tebal yang terbuka.
Alexa, penasaran, dan mendekati meja itu. Buku tua itu tampak usang, dengan kulit yang robek dan coretan-coretan di sampulnya. Ia melirik halaman pertama, dan samar-samar melihat nama “Hiltja…” tertulis di sana.
Alexa bergumam, “Apakah ini buku miliknya?” sambil menatap tulisan itu.
“Jangan sentuh!” seru Leo, namun terlambat—Alexa sudah membuka halaman berikutnya. Seketika, udara di ruangan berubah. Angin dingin berhembus kencang, membuat buku itu jatuh dari tangan Alexa. Senter mereka berkedip-kedip, dan dari dalam dinding terdengar bisikan halus yang sulit dimengerti.
"Ini nggak beres," ujar Maxim dengan wajah pucat. "Kita harus keluar sekarang."sahut nya lagi.
Namun, sebelum mereka sempat bergerak, pintu yang tadi mereka masuki tertutup keras, mengunci mereka di dalam rumah yang gelap itu. Bayangan merah muncul perlahan dari sudut ruangan, membesar dan bergerak mendekati mereka.
Mereka semua terpaku, tak berani bergerak. Langkah kaki terdengar mendekat, pelan tetapi pasti. Saat itulah mereka menyadari bahwa rumah ini bukan hanya dihantui kenangan lama, tetapi juga sesuatu yang jauh lebih menyeramkan.
Dan mereka bertiga pun mau lari, sudah tidak bisa lagi. Karena semua nya tertutup. Bayangan itu semakin mendekat. Dan tiba tiba entah dari mana muncul seekor gagak besar dari rumah. Dengan bayangan merah yang semakin mendekati mereka.
"Gagak...??? apakah itu bukan jelmaan Hiltja si ratu sihir??? tanya Alexa kepada kedua teman nya.
" Ti.... tidakkk. tidak mungkin. kita harus keluar dari sini sebelum dia mencelakai kita.
Kuakk... kuaakkk... kuakkk... (suara gagak)
Kita harus lariiii... kita harus keluar...(teriak mereka)
(Apakah selanjutnya yang akan terjadi ???)...
BERSAMBUNG....
Disaat mereka mencuba untuk lari tiba-tiba. langkah mereka terhenti. karena semua pintu tertutup dengan rapat. Hanya tinggal yang tampak suasana kegelapan. Di tengah ruangan gelap, mereka berdiri kaku, menatap pintu yang tertutup rapat di depan.
Sunyi menyelimuti, hanya ada suara langkah samar dari lorong yang baru mereka lewati. Jantung mereka berdebar kencang udara semakin dingin, seolah olah ada sesuatu yang tidak terlihat memisahkan jarak mereka.
Alexa menelan ludah, mencoba meredam rasa takut yang perlahan menguasainya.
“Apa... apa yang barusan kita lihat tadi? Apa aku salah lihat?” bisiknya gemetar.
“Ini... mungkin hanya kebetulan,” Maxim mencoba menjawab dengan suara yang bergetar, berusaha terdengar tenang. Ia melirik ke meja di mana buku itu jatuh. Buku itu masih terbuka, halaman-halamannya bergoyang perlahan meski tidak ada angin.
Leo, yang biasanya selalu bisa mencairkan suasana, kini hanya terdiam, menatap pintu dengan tatapan kosong.
“Kita... kita harus keluar dari sini,” katanya dengan suara datar. Maxim mengangguk setuju. “Ya, mungkin kita bisa coba lewat jendela,” ujarnya, meskipun terdengar putus asa.
Tetapi, saat mereka berbalik menuju jendela, sebuah bayangan merah yang tadi hanya samar samar kini terlihat semakin jelas, membentuk sosok tinggi dengan mata merah bersinar dalam gelap. Sosok itu tertawa pelan, suaranya membuat bulu kuduk mereka berdiri.
"Hihihihi... aku datang... (suara misterius)
Alexa mencengkeram lengan Leo, sementara Leo tanpa sadar menggenggam tangan Maxim. Mereka berdiri terdiam, menatap sosok yang semakin mendekat. Lalu sosok itu berhenti, dan tawanya berubah menjadi bisikan yang hanya terdengar oleh mereka.
“Siapa yang mengusik rumahku?” Suara itu terdengar tajam dan mengancam. “Siapa yang berani menyentuh buku terlarangku?” Kalian tidak akan selamat, kalian akan mati. Hihihi....
"Mmm.... ma.. matii. Maafkan kami. kami tidak bermaksud jahat dan mengganggu mu. " ucap Maxim.
Maxim berusaha mengumpulkan keberanian, walau suaranya tetap gemetar.
“Ka... kami... kami cuma ingin tahu soal tempat ini. Kami tidak punya niat jahat.” ucap lagi menjelaskan.
Sosok itu tertawa lebih keras kali ini, membuat debu-debu dari langit-langit berjatuhan.
"Hihihihi.....“Tidak ada niat jahat? Siapa pun yang menyentuh milikku harus siap menerima akibatnya!” kata suara misterius itu.
Leo melirik Alexa dan Maxim, ketakutan tergambar jelas di wajahnya. Di ujung lorong, seolah ada bayangan lain yang mengintip, menunggu saat untuk menyerang. Bayangan merah... bayangan hitam. bayangan yang tidak terlihat begitu jelas. Dan tiba-tiba Alexa melihat sesuatu.
“Lihat itu...” bisik Alexa, matanya tertuju ke lantai.
Tanda tanda simbol ini. Sangat terlihat jelas dilantai. Apa maksud dari simbol ini. Bisik Lexa kepada kedua teman nya.
Maxim menarik napas panjang, berusaha menenangkan diri.
“Kita harus naik ke lantai atas. Mungkin di sana ada jendela atau jalan keluar lain,” katanya dengan suara penuh keputusasaan. Alexa dan Leo mengangguk, lalu mereka bertiga menaiki tangga kayu yang berderit pelan.
Dan mereka bertiga pun naik ke tingkat atas, disana mereka melihat sebuah kamar tidur Dan mereka melihat ada sesuatu di dalam kamar itu. Sesuatu benda yang terbungkus kain putih. Maxim pun memberanikan diri untuk masuk Dan membuka benda yang terbalut kain putih itu.
Kerena rasa penasaran dia pun membuka kain itu Dan terlihat sebuah cermin, cermin yang terlihat indah. dan mengkilap.
"Lihat ini. "ucap nya memberi tahu keada kedua teman nya Alexa Dan Leo.
“Tunggu, kenapa cermin ini bisa begitu bersih?” bisik Alexa sambil terus mengamati. Mereka bertiga pun memandangi cermin itu secara berbarengan. Mereka terkejut saat memandang cermin itu. Kerena mereka tidak melihat bayangan dirimu mereka sendiri. Melain kan mereka melihat sesuatu ada yang keluar dari cermin itu. Seperti dunia lain. Dan tiba-tiba suara misterius keluar dari cermin itu.
“Aku telah menanti kedatangan kalian di rumah ini, di dalam kegelapan. Apakah kalian siap menyambut ku?” HIihihiiii...... Suara itu mengakhiri kalimatnya dengan tawa mengerikan.
Alexa menggelengkan kepala, wajahnya diliputi ketakutan.
“Kita harus keluar dari sini. Ini bukan lagi soal penasaran kita benar-benar dalam bahaya,” katanya, sambil mundur perlahan lahan dari cermin.
Dan ketika, saat ia berbalik, pandangannya tertumpuk pada lingkaran aneh yang terukir di lantai dengan simbol-simbol menyeramkan, sisa-sisa dari ritual gelap. Lilin yang mati di tengah lingkaran menunjukkan bahwa ritual itu baru saja selesai.
Maxim bergumam dengan panik, “Ini pasti ulah Hiltja. Mungkin dia meninggalkan kutukan di rumah ini.” ucap maxim memberi tahu.
Leo, yang semula ragu dengan hal-hal mistis, kini tak lagi meragukannya. Ia memandang kedua temannya dengan putus asa.
“Kita tidak bisa tinggal di sini. Apapun ini, kutukan atau tidak, kita harus keluar dari sini!” jawap Leo.
Tiba-tiba, terdengar suara langkah berat di luar kamar, mendekat perlahan. Langkah itu terasa lambat namun pasti, seperti seseorang yang tahu mereka tidak punya jalan keluar. Ketiganya saling berpandangan, sadar bahwa waktu mereka terbatas.
Mereka bertiga pun saling berpegangan, dengan berusaha mencari jalan keluar dari jendela yang mereka lihat terbuka lebar itu. Mereka berusaha
untuk meraih jendela itu. tetapi tiba tiba jendela itu tertutup keras.
Bruukk... (bunyi jendela) mereka pun terkejut.
Dan tiba-tiba mereka melihat bayangan merah muncul dengan mata nya yang besar. seperti marah dan mau menerkam mereka bertiga. Sekarang mereka bertiga betul-betul melihat dengan jelas bayangan itu. Seorang wanita berjubah merah dan berkerudung merah yang terlihat hanya mata nya yang besar dan merah menyala. Menatap mereka dengan ganas dan mengancam.
"Aku sudah menantikan kalian sudah lama, Apakah kalian mencari jalan keluar??? Hihihi.. ucap suara misterius itu.
"Tidak ada jalan keluar disini anak muda. Kalian akan tetap tinggal bersama ku disini. Hihihi... ucap suara misterius lagi.
Mereka bertiga menyadari bahwa mereka dalam bahaya besar. Ini bukan hanya rasa ingin tahu tentang rumah tua ini saja, tetapi ini sudah jauh diluar kendali mereka. Ini sudah masalah ancaman dan bahaya.
Mereka baru sadar kalau mereka betul-betul terperangkap dalam rumah tua ini.
"Hihihihi.... kalian akan mati...(suara misterius)
"Hihihihi... kalian akan menemani aku disini, dirumah ini selamanya. "suara misterius itu sepertinya memang menginginkan mereka bertiga.
“Aku tidak mau mati di sini!” Maxim berteriak, penuh ketakutan. “Kita harus cari jalan keluar sekarang, jangan biarkan Hiltja mengurung kita di sini!”
"Kita harus selamat,, kalau pun kita mati. aku tidak mau mati dirumah tua ini. " ucap nya lagi.
"Iya.. kita harus mencari jalan. aku pun tidak mau mati disini. kita harus cari jalan keluar apapun caranya. "ucap Alexa pulak.
(Apakah mereka akan berhasil menemukan jalan keluar???)
BERSAMBUNG...
Mereka berdiri terpaku, tubuh mereka terasa kaku oleh rasa takut yang mendesak di dada. Bayangan merah itu semakin dekat langkahnya berat dan mengancam, gema tiap hentakannya menimbulkan bulu kuduk berdiri. Sepasang mata merah menyala itu menatap mereka dengan buas, seolah telah lama menunggu kehadiran “tamu” seperti mereka.
Leo menarik napas dalam, suaranya bergetar saat berbicara, “Apa yang akan terjadi kalau kita nggak bisa keluar dari sini?” Suara takutnya memecah keheningan.
Maxim menatap tajam, berusaha menenangkan pikiran. “Kita harus melawan, Leo. Apa pun caranya, kita harus melawan.” Tangannya bergerak cepat mengambil buku tua yang ada di lantai, buku yang ditemukan Alexa beberapa saat lalu. Walaupun tak yakin, dia merasa ada sesuatu yang kuat di dalamnya.
Dengan harapan, Maxim membuka halaman buku itu. Simbol-simbol kuno dan mantra-mantra asing memenuhi setiap halaman. Saat dia membacanya, cahaya aneh menyala dari kertas buku itu, seolah buku itu hidup dan ingin memberi mereka petunjuk. Alexa memandang kata-kata itu dengan cemas, tangannya gemetar.
“Mungkin ini mantra untuk melindungi diri dari roh jahat,” katanya sambil membaca beberapa kata yang samar.
“Biar aku saja,” kata Maxim dengan mantap, meski dalam hatinya ada sedikit keraguan. Dia mulai melafalkan mantra dengan hati-hati, tapi mantra itu tampaknya tak berpengaruh. Bayangan merah terus mendekat, bahkan bergerak semakin cepat seakan tak peduli dengan mantra yang Maxim baca itu.
Leo meraih tangan Alexa erat, matanya penuh kekhawatiran. “Kita harus coba cara lain. Buku ini nggak cukup!” ayo... fikirkan cara apa lagi. "ucap nya.
Alexa memandangi simbol-simbol berbentuk lingkaran yang terukir di lantai.
“Bagaimana kalau kita berdiri di dalam lingkaran ini dan fokuskan energi kita? Mungkin saja simbol lingkaran ini dapat menaklukkan roh bayangan merah itu. " ucap Alexa dengan semangat.
Tanpa banyak berfikir. Mereka bertiga pun masuk kesombongan lingkaran itu dan berdiri dengan bergandengan tangan. Alexa menutup matanya, membayangkan energi pelindung yang melingkupi mereka. Maxim dan Leo mengikuti, merasakan getaran aneh dari bawah kaki mereka, seolah-olah lingkaran itu mulai bekerja.
Bayangan merah semakin mendekat, mencoba menembus pelindung yang tak terlihat di sekitar mereka. Setiap kali mendekat, bayangan itu terpental seakan menabrak dinding tak kasat mata. Suara gemuruh disertai jeritan mengerikan menggema di ruangan.
"Aarrk.... aarrkkk... (suara jeritan misterius) .
“Kalian tidak akan bisa mengalahkanku!” suara itu berteriak, dan lantai bergetar dengan kuat. Cermin besar di ruangan retak, membentuk jaring laba-laba.
Alexa membuka matanya, menyadari waktu mereka hampir habis. “Kita harus cepat mencari cara untuk mengalahkannya!” ucap nya lagi dengan tegas.
Maxim membuka buku lagi, berpacu dengan waktu. Dia menemukan satu halaman yang tampak berbeda dari yang lain, tertulis “Mantra Pemurnian Roh”.
“Ketemu! Ini dia!” napas Maxim terengah-engah. “Aku akan membacanya. Kalian fokus pada lingkaran ini.”
Dengan mantap, Maxim mulai melafalkan mantra pemurnian itu, merasakan energi mengalir ke tubuhnya. Sementara itu, bayangan merah semakin ganas, menyerang pelindung yang tak terlihat di sekitar mereka.
Maxim menahan beban energi kuat itu, tubuhnya hampir tak bisa bertahan. Namun, ia tahu harus menyelesaikan mantra ini, apa pun yang terjadi. Dengan sisa keberanian, dia melafalkan kata terakhir. Seketika, cahaya terang muncul dari lingkaran, membuat bayangan itu berteriak kesakitan.
"Aaarrrrkkkkkkk........ (suara misterius).
Suara jeritan menggema saat bayangan itu perlahan berubah menjadi asap hitam yang hilang ditelan kegelapan. Ruangan kembali sunyi. Dan mereka pun membuka mata, saat mereka membuka mata mereka melihat kegelapan dan tiba-tiba muncul seekor gagak, yang sedang memperhatikan mereka. Dengan mata nya yang tajam itu. Dan kemudian terbang menghilang.
Mereka bertiga heran dan terkejut. dengan kemunculan gagak yang tiba-tiba hilang itu. Nafas mereka naik turun dan badan mereka masih saja gemetaran. Dan seketika susana dirumah itu tampak tenang.
Alexa memandang teman-temannya dengan sorot lega. “Apakah kita berhasil?” tanyanya lirih.
Maxim mengangguk, kelelahan namun penuh kemenangan. “Sepertinya begitu… bayangan itu sudah pergi untuk sekarang.”jawap Maxim.
Leo menghela napas panjang, tubuhnya masih gemetar. “Aku nggak percaya kita berhasil melawan roh jahat… dan kita masih hidup,” katanya dengan takjub.
Tapi sebelum mereka bisa merayakan kemenangan, suara derit pelan terdengar dari arah pintu. Pintu yang tadi tertutup rapat itu saat mereka mencari jalan keluar tadi. Tiba-tiba dengan perlahan lahan terbuka. Seakan akan menyuruh mereka untuk keluar Dan pergi dari rumah itu.
"Lihat pintu itu terbuka, ini kesempatan kita untuk keluar pergi meninggalkan rumah ini sebelum sesuatu terjadi lebih buruk lagi. Ayookk... cepat kita keluar. " ucap Alexa mengajak kedua teman nya.
Mereka bertiga pun berlari dengan cepat menuju kearah pintu itu, tanpa berfikir panjang lagi. Dan mereka pun telah keluar dari rumah itu.
Udara malam yang segar menyambut mereka, mengusir rasa takut yang baru saja menyelimuti.
Saat mereka menoleh ke belakang, rumah itu kembali sunyi dan gelap, seperti tak pernah terjadi apa-apa.
“Apakah kita sudah aman?” Alexa bertanya, masih tak yakin.
Leo mengangguk, suara senangnya tak tertahan. “Iya, kita selamat! kita sudah aman sekarang. Bayangan merah itu… dia sudah pergi.” dia tidak akan mengejar kita. "jawap Leo.
Apakah gagak itu itu pun telah pergi??? Tanya Lexa lagi.
"Apakah itu jelmaan dari bayangan merah tadi." Tanya nya lagi.
"Dan kemana gagak itu pergi. Begitu cepat dia menghilang. " Tanya Lexa dengan was was.
Maxim menarik napas lega. "Aku pun tidak tau kemana gagak itu menghilang!! "tadi itu sangat mengerikan. " jawap Maxim.
"Seandainya kita bertiga tidak dapat keluar pergi dari rumah itu. Entah apa yang akan terjadi dengan kita bertiga disana. Apakah kita akan matii. "ucap nya dengan penuh was was.
" Mati... OMG. tidak max.. aku tidak mau mati konyol disana. "sahut Leo.
Mereka pun berlari meninggalkan rumah tua itu. dengan perasaan hati yang bercampur aduk perasaan senang dan takut. Senang karena mereka bisa selamat keluar dari rumah itu. Dan takut kalau kalau Roh Hiltja masih mengikuti mereka.
Pengalaman mengerikan itu telah membuat mereka jadi yakin. Bahwa persahabatan mereka adalah segala galanya.
Tetapi mereka tidak menyadari bahwa dibalik jendela rumah tua itu. Sepasang mata yang besar Dan merah menyala sedang mengawasi mereka dengan tajam dari jauh. Dengan penuh dendam dan amarah.
"Hhmmm... jangan senang dulu wahai anak -anak muda. Perjalanan kalian belum berakhir lagi. Aku disini tetap menunggu kalian dan akan menuntut balas. Hihihihi.... "ucap suara misterius itu dengan tertawa mengancam.
Mungkin kah gagak yang mereka maksud betul-betul jelmaan dari roh Hiltja yang selalu dibicarakan warga desa.
(Apakah roh itu akan terus menuntut balas???)
BERSAMBUNG...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!