Cerita ini hanyalah fiktif belaka yang tidak nyata dan hanya ada dalam karangan autor!!
Alessia Cestaro biasa dipanggil Ale wanita berusia 19 tahun dengan asyik berpesta untuk merayakan kelulusan SMA bersama dengan siswa lainnya di sebuah kastil mewah milik salah satu teman mereka yang sangat kaya raya.
Dentuman suara DJ dan juga kilauan lampu diskotik membuat tubuh dan kepala tidak henti untuk bergoyang dan menikmati setiap alunan musik.
Alessia terlihat mabuk dan tidak tahan dengan rasa sakit di kepala yang terus membuatnya merasa mual.
"Calista, kita pulang duluan, yuk? Kepala ku sakit banget, kamu tau kan aku gak pernah minum-minuman kaya gini!?"
Alessia terlihat menjadi salah satu wanita yang menjadi pusat perhatian semua orang yang ada di sana saat ini.
Prilliya seorang ratu geng balala ratu kekuasaan dan juga ratu kecantikan, dengan senyumnya mendekati Alessia.
"Uuu... Mau pulang, ya? Kepalanya sakit?" tanya Prilliya mendekati wajah Allessia yang kini benar-benar terlihat mabuk berat.
"Iya nih, Prilliya, makasih ya udah ajak aku ke pesta ini, sekarang aku mau pulang?" ucap Allessia tersenyum dengan polosnya.
"Ummm ... Allessia, apakah kau tidak tahu berapa harga minuman yang sudah kau minum? Itu seharga 27 juta, dan kau belum membayar untuk itu?" Prilliya tersenyum melihat teman-temannya yang tidak sabar ingin mengeksekusi Alessia.
"Aaa? Apa aku juga harus membayarnya? katanya Calista ini pesta kelulusan kita?" Allessia semakin terhuyung-huyung karena mabok namun ia berusaha untuk tahan.
"Iyaaaaa, ini adalah pesta, pesta yang tidak akan pernah kamu lupakan! Em, begini saja, kalau kamu tidak bisa membayar minuman ini, kamu harus berkencan dengan salah satu teman di sekolah kita? Ngomong-ngomong, siapa pria yang kamu suka?" tanya Prilliya memancing kepolosan Allessia.
"Berkencan?" wajah Allessia tiba-tiba terlihat memerah.
"Yah, sebutkan, kamu ingin berkencan dengan siapa? Ayolah, kita buat permainan ini seru?" Prilliya terus memojokkan Ale.
Alle nampak ragu-ragu. "A-aku ,,, mmmm,,,, aku suka Zigga."
"HUUUUUUUUU..........!"
sorak semua para siswa/siswi merundung Allessia.
Zigga yang sedang duduk santai menatap tajam ke arah kerumunan anak-anak nakal yang menyoraki Allessia ketika ia menyebut namanya.
Zigga Wirelless Allison (19) adalah siswa paling populer di sekolah. Ia juga adalah sepupu Prilliya. Kepopuleran Zigga membuat para wanita ingin mengejarnya dengan gila meskipun mereka tahu jika Zigga adalah pria yang sangat sulit di taklukan dan di sentuh.
"Hai, sepupu apakah kau tidak dengar, dia menyebut namamu?" Prilliya tersenyum sarkas membuat Allessia terlihat ketakutan sekarang.
Zigga berdiri dan berjalan mendekati Alessia.
"Apakah kau yakin ingin berkencan dengan ku?" tanya Zigga tiba-tiba membuat seluruh wanita langsung merasa cemburu.
Allessia terlihat bingung untuk menjawab karena kini dia sangat takut jika jawabnya akan membawa malapetaka pada dirinya. Sungguh Allessia sangat tahu siapa Zigga, dia adalah pria yang selalu di inginkan oleh setiap wanita.
"Alle cepat jawab! Zigga menunggu jawabanmu!?" suara keras Calista, orang yang Alle anggap adalah temannya, ternyata dia hanya memanfaatkan kepolosannya untuk menipunya mengikuti pesta gila ini.
"Zigga, aku mencintaimu, aku selalu memasang poster mu di setiap sudut kamarku, aku sudah menyukaimu sejak pertama kali melihatmu!"
jawab Alle dengan cepat sembari menutup mata. Tapi, kini Alle dengan bingung tidak dapat mengendalikan tekanan ditubuhnya yang tiba-tiba saja memanas.
Allessia terlihat gelisah dan terlihat wajahnya memerah karena ternyata Calista sudah memasukkan racun perangsang ke minuman Alle.
"Apa yang terjadi padanya?" tanya Zigga menatap Prilliya.
"Sepupu biar dia main bersama teman-teman kita. Anggap aja ini adalah hadiah perpisahan kita semua sebelum kita benar-benar meninggalkan sekolah," ucap Priliya tanpa ada rasa kasihan dan bersalah.
"Zigga kami sudah tidak sabar, biarkan kami membawa Alle!?"
Seorang siswa berambut merah dengan tatapan kanji nya memainkan lidah untuk menggoda Ale.
Allessia terlihat bingung dan juga ketakutan. Ia tidak mengerti kenapa pada akhirnya akan seperti ini. Kenapa semua teman-temannya tega menjebak dirinya. Kini, Alle benar-benar tidak tahan dengan apa yang merasuk ke dalam tubuhnya.
"Ahk!?" Allessia tanpa sadar menggerayangi tubuhnya sendiri. Ia merasa panas di seluruh tubuhnya.
"Cantik, ayo bermain denganku! Aku tahu kamu udah gak sabar ingin aku sentuh kan. Hahaha!" pria berambut merah itu dengan cepat ingin meraih tubuh Allessia.
"Minggir! Biar aku bawa dia!" Zigga tiba-tiba saja mendorong pria berambut merah itu ke samping.
Prilliya mendelik melihat sepupunya mau menyentuh wanita yang menurutnya sangat kotor dan menjijikan.
"Zigga! Kamu gak boleh sentuh dia! Dia bukan wanita baik-baik!" Prilliya menarik tangan Zigga yang akan membopong Alle.
"Kamu tenang aja, dia sekarang urusanku!" sahut Zigga langsung membopong Alle dan membawanya pergi menggunakan mobilnya menjauhi kastil mewah milik pamannya.
Prilliya terlihat sangat kesal sekali memikirkan bagaimana bisa Zigga memiliki perasaan melas kepada wanita kutu sekolah.
"Sial, kemana Zigga akan membawa Alle!?" umpat Prilliya.
"Prilliya apa nanti Zigga akan benar-benar menyentuh Ale.. Aaa.... Aku cemburu sekali?" Calista menangis menahan cemburu.
"Tidak mungkin! Zigga adalah seorang pemilih, tidak mungkin dia mau sama kutu buku kampungan itu!" Prilli terlihat sangat geram.
Di dalam mobil Allessia terus menggeliat tidak karuan. Perasaan pada dirinya semakin mencuat dan tidak mudah di tahan. Zigga menatap Alle yang terus mendesah tidak karuan menahan gejolak yang semakin memanas.
"Zigga, kenapa rasanya kaya gini, Zigga, tolong aku .. sshhhtt ...!?" Alle benar-benar terjebak dengan perasaannya yang memburu.
Zigga membawa mobilnya ke bawah jembatan yang terdapat sungai yang sangat besar dan jernih. Suasana di sana sangat tenang dari ke berisikan kota.
"Alle, apa kamu baru pertama kali minum?" tanya Zigga.
"Iya!" jawab Alle hanya bisa menggenggam tangan dan memejamkan matanya untuk mengontrol dirinya.
"Kamu bodoh banget sih jadi orang, udah tau gak bisa minum, kenapa kamu minum!" Zigga terlihat marah namun matanya terlihat melas.
"Calista bilang jika ingin mendapatkan kamu, aku harus bisa minum, katanya kamu suka wanita yang bisa minum?" jelas Alle malu-malu. "Tolong aku?" lirihnya gelisah.
"Dasar wanita bodoh!" Zigga dengan terpaksa melepaskan kemeja putih miliknya. "Alle, ingat satu hal, aku melakukan ini untuk menolong mu, aku tidak akan bertanggung jawab apapun yang akan terjadi ke depan!?"
Zigga berniat membantu namun enggan bertanggung jawab, bisa di katakan, mencari kesempatan dalam kesempitan.
Tetapi, entah mengapa Alle menganggukkan kepalanya begitu saja dengan malu-malu. Ale tahu jika Zigga tidak benar-benar menyukai dirinya, namun Ale telah di butakan oleh perasaannya sendiri yang sangat mengagumi Zigga.
Zigga memberikan ruang yang luas dengan menurunkan kursi penumpang. Zigga menatap wajah manis itu dengan lekat-lekat. Alle memang tidak terlalu cantik, bisa jadi karena kurang perawatan wajah juga, namun entah mengapa Zigga merasa ikut bergairah melihat pipi merah di wajah Ale.
"Apa kamu sudah siap?" tanya Zigga.
Alle hanya menganggukkan kepalanya, bahkan tanpa sadar Alle mengambil inisiatif untuk menarik leher Zigga dan mencium bibirnya. Gejolak pada dirinya membuatnya kalang kabut dan akhirnya bersikap agresif.
Malam yang tidak pernah Alle bayangkan sebelumnya, kini ia telah merajut kenikmatan bersama dengan pria yang sudah 3 tahun diam-diam ia sukai.
Alessia menatap tubuh suspek Zigga dengan penuh gairah, keringat membuatnya semakin suspek dan indah di pandang. Tangan Alle tidak sadar terus meraba-raba tubuh yang sangat hangat itu.
"Maafkan aku?" bisik Zigga.
"Mmmmm..."
Zigga dengan lembut terus m3ncumbu seluruh tubuh Alle dengan penuh perasaan.
Perlahan tapi pasti akhirnya pecah juga apa yang selama ini Alle jaga.
"Aaaah....shhhht.... Mmmmmm?" rasa sakit dan nikmat secara bersamaan.
Namun, entah mengapa Alle merasa tidak menyesal telah kehilangan kesuciannya kepada pria yang dia sukai. Inilah yang di namakan cinta buta, cinta monyet, yang akan membawa malapetaka.
Sebuah tragedi besar dalam kehidupannya, menghasilan kenikmatan yang akan Alle ingat seumur hidupnya.
....
Next
Pagi ini Allesia bangun dari tidurnya, ia menggeriap dan membuka matanya, Allesia meringis karena merasakan tubuhnya yang sakit semua.
"Di mana aku?" Alle baru menyadari jika dia tidak berada di kamarnya.
Allessia mengingat apa yang terjadi semalam, pipinya memerah dan matanya terlihat sangat cemas ketika mendapati kini dirinya hanya berbalut selimut. Entah kemana Zigga membuang bajunya, yang jelas Alle tidak mungkin bisa keluar dari hotel ini tanpa pakaian.
"Apa yang udah aku lakukan?!" Alle menggelengkan kepalanya membodohi dirinya sendirilah.
Alle yang kebingungan pun langsung duduk termenung dan melamun pasrah. Matanya sesaat tertuju pada kaca yang ada di depannya. Alessia tertegun sejenak melihat ada banyak tanda yang zigga tinggalkan di beberapa titik bagian tubuhnya.
"Aaaaaah! Gila! Gila! Gila! Gimana aku bisa keluar dari hotel ini tanpa pakaian dan tanda-tanda ini? Ziggaaaaaa....!?" Allessia dengan kesal dan marah mencoba mengelap tanda-tanda merah itu dari tubuhnya namun itu adalah hal yang mustahil.
Alessia benar-benar frustasi. Ia akhirnya tumbang dan menangis sesenggukan. Ia tidak dapat membayangkan bagaimana nasibnya setelah ini. Kebodohannya benar-benar menjadikannya jadi manusia yang sangat hina.
"Mamah, susah payah aku belajar siang dan malam, susah payah aku meraih beasiswa untuk masa depanku, tapi semuanya kini hancur mah, semua karena kebodohanku menyukai pria seperti Zigga. Mah, maafkan Alle...?"
Alessia sangat terpuruk sekali, ia berbicara namun bibirnya tidak dapat bergerak dan hanya bergetar menahan sakit di hatinya.
Allessia mengingat dua wanita yang sudah membuatnya seperti ini, dia adalah Calista dan prilliya. Matanya memerah menahan dendam dan amarah.
"Callista, aku bersumpah tidak akan membiarkan hidupmu mudah setelah ini. Prilliya, aku tau kau adalah anak dari orang yang berpengaruh di kota ini, tetapi aku janji, kau akan merasakan apa yang aku rasakan, bahkan itu akan lebih rendah serendah-rendahnya!" umpat Alessia menyumpahi kejahatan Calista dan prilliya terhadap dirinya.
Sibuk dengan sumpah serapahnya Alle sampai tidak menyadari jika Zigga kini sudah berdiri di pintu. Zigga hanya memasang wajah datar mendengar sumpah serapah yang Alessia ucapakan.
"Mengapa kamu tidak menyumpahi ku juga?" tanya Zigga tiba-tiba membuat Alle langsung terjingkat kaget.
"Ka-kamu, sejak kapan kamu berdiri disitu?" tanya Ale terlihat syok sembari memegang erat selimut yang menutupi tubuhnya.
"Sejak kamu mengumpat dan menyumpahi sepupuku," jawab Zigga dengan tatapan dinginnya.
Allessia sangat takut jika Zigga marah dengan kata-kata umpatannya yang kasar pada sepupunya, Prilliya. Namun, ini adalah pembelaan diri baginya. Alle mencoba berfikir jernih dan mencoba tuk membela dirinya.
"A-aku berhak menyumpahi mereka karena mereka sudah jahat padaku, gara-gara mereka, aku-?" Alessia langsung terpaku karena ia sangat malu dengan apa yang sudah ia lakukan dengan Zigga.
"Kamu kenapa? Bukankah kamu sendiri yang memintanya, dan kamu sendiri yang menikmatinya?" ucap Zigga mendekat ke arah Alle yang berdiri dengan kakinya yang gemetar.
"Zigga, jangan bergerak, kamu salah paham padaku. Aku tidak benar-benar menyukaimu dan aku tidak bermaksud meminta hal kotor itu. Semuanya adalah pengaruh dari obat yang sudah Prilliya berikan padaku!" Alle terus mencoba untuk memberikan penjelasan.
Namun Zigga tidak mengatakan apapun, ia terus berjalan ke arah Allessia sampai Allessia terjatuh ke atas kasur.
Alessia sangat takut sampai ia menutup matanya. Ia sangat takut jika Zigga akan kembali melakukan hal itu padanya.
"Kenapa? Apa kamu ketagihan?" ejek Zigga yang tiba-tiba melemparkan sebuah paper bag berisi baju baru.
Allessia membuka matanya dan terlihat pipinya sangat memerah karena malu.
"A-a..ku, Emmm?" Alle terlihat gugup.
"Aku peringatkan padamu jangan macam-macam dengan Prilliya, dia wanita yang sangat rumit, tempramental nya tidak bagus." jelas Zigga.
"Bukan tempramentalnya yang tidak bagus, kamu hanya ingin melindungi sepupumu, mau bagaimana pun kalian adalah keluarga, kalian pasti akan saling melindungi." jawab Alle terlihat sangat kecewa dan sedih. Sepertinya dia salah telah berharap kepada Zigga untuk membela dirinya.
Wajah mereka sangat dekat dan baru kali ini Alle menatap mata indah Zigga dari dekat dan dengan berani memprovokasi dua saudara.
"Aku tidak perlu melindungi dia karena dia sangat bisa melindungi dirinya sendiri. Aku melakukan ini demi kamu. Hiduplah dengan damai setelah ini dan kamu bisa pindah yang jauh dari kota ini." Zigga kembali memperingati Alle.
"Ibuku memang akan pulang kampung untuk merawat nenekku, sedangkan aku, awalnya aku ingin melanjutkan kuliahku, tetapi sekarang aku ragu." jawabnya bingung.
"Aku beri saran untuk ambil kuliah di Singapore, dengan beasiswa yang kamu miliki kamu pasti akan menjadi murid yang bersinar." Zigga nampak perhatian.
"Apakah kamu akan kuliah di sana juga?" tanya Alle.
"Tidak! Aku akan bersekolah di Eropa." jawabnya.
Alle hanya mengangguk mendengar jawaban Zigga. Meskipun ia sangat marah kepada Zigga namun entah kenapa rasanya cintanya menutup rasa kekecewaan itu.
_Zigga, aku tidak menyesalinya, seumur hidupku aku tidak akan mencari pria lain,_
Ale bergumam dalam hatinya, pada akhirnya ia tetap luluh akan kebaikan Zigga. Tanpa Zigga, entah apa yang akan terjadi padanya semalam bisa jadi ia akan menjadi santapan untuk para ba jing an.
"Oh, semoga kuliahmu berjalan sukses. Emmm ..Zigga, terima kasih untuk pertolongan mu tadi malam," ucap Alle malu-malu.
Zigga mengangguk dan melempar sebuah paper bag.
"Itu adalah baju baru untukmu. Di situ juga ada uang untuk ganti rugi, aku tidak akan bertanggung jawab apapun kedepannya padamu. Jika kamu sampai hamil, kamu bisa urus bayi itu dengan uang itu untuk menggugurkannya. Jika kamu tidak hamil, kamu bisa gunakan uang itu untuk kamu ambil beasiswa ke luar negeri. Aku rasa 1M cukup untuk membayar kerugianmu. Aku akui, kamu gadis yang baik di era zaman sekarang banyak gadis yang sudah tidak perawan. Mulai saat ini, kita tidak ada hubungannya lagi." Jelas Zigga memperingati Alle.
Allessia masih terpaku tidak percaya melihat sebuah cek sebesar 1M terpampang jelas di depannya.
"Zigga, kamu tidak harus membayar aku, apa lagi ini adalah cek sebesar 1M, aku tidak dapat menerimanya?" Alle mengembalikan cek itu kepada Zigga.
"Aku tidak ingin terbayang-bayang rasa bersalah, ambil uang itu dan pakailah untuk hal-hal yang bermanfaat." ucap Zigga melangkah keluar.
Sebelum Zigga pergi ia memutar kepalanya dan berkata.
"Editanya sangat bagus, aku suka wajahku yang jadi animasi kelinci. Emmm... yang kucing terlihat sedikit sangar." Lanjutnya membuat Allessia syok.
_Apa, dia tahu kata sandi ponselku, dia melihat galery ku.. Aaaaa... apa dia juga lihat foto editan dia dan aku yang menjadi seorang pengantin.. Huaaaaa.... aku malu sekali....Ziggaaaaaa!!!!!!!_
Ketika Zigga keluar pintu ia terdiam sesaat dibalik pintu dan tersenyum. Dia tidak percaya jika pada akhirnya perjakanya hilang pada gadis kutu buku yang tidak terlalu populer di sekolah. Namun entah kenapa Zigga sangat senang dan merasa tidak menyesalinya.
Tetapi, karena dinding di antara mereka bagaikan langit dan bumi Zigga harus segera membuang perasaannya kepada Alle, semua Zigga lakukan agar Alle tetap aman.
Alessia masih terpaku dan dengan gugup menghapus semua foto-foto Zigga yang ia peroleh dari IG[Instagram] dan juga hasil dari curi-curi. Rasa malu membuatnya ingin segera melompat dari atas gedung hotel yang cukup tinggi.
"Bagaimana caranya dia bisa tahu kata sandi ponselku, apa dia ahli hacker? Ini memalukan sekali..Hua...!" Alessia sangat grogi, beruntung sekolah telah usai dan tamat, jadi dia tidak perlu melihat wajah Zigga.
Alessia teringat oleh ibunya dan berniat untuk menelponnya, tidak diduga Zigga sudah memberi pesan kepada ibunya semalam.
-"_Ibu, aku menginap di rumah Callista karena ini malam terakhir kami bersama"-_
Isi pesan.
"Ya ampun, Zigga sangat pandai bersandiwara dan berbohong ternyata." Alle mendelik tak percaya. "Tapi syukurlah Zigga memberi pesan, jika tidak maka tidak tahu apa yang harus aku jawab jika ibu menanyakan kemana aku semalam tidak pulang. Huft!" Allessia menghela nafas lega.
Setelah membersihkan tubuhnya dan mengganti pakaiannya kini Alessia sangat percaya diri untuk keluar dari kamar hotel. Dia tersenyum malu-malu sebab Zigga memberikannya pakaian yang sangat tertutup sehingga tidak memampangkan tanda-tanda lak nat yang sudah ia berikan.
"Ini sempurna!" Alle merasa puas dengan penampilannya.
Di dalam lift Alessia diam-diam tersenyum mengingat sikap Zigga yang sangat baik padanya. Ia pikir Zigga akan melupakan dirinya begitu saja namun tidak percaya ia kembali meskipun hanya untuk mengantarkan baju dan uang sebagai ganti rugi.
Setelah Alessia pikir-pikir seharusnya Zigga tidak perlu ganti rugi sebab itu bukan kesalahannya. Bahkan Zigga sangat berjasa bagi Alessia sebab jika Zigga tidak membawanya pergi entah apa yang akan terjadi kepadanya yang pasti akan habis di lahap oleh teman-temannya yang sangat lak nat.
Setelah lift terbuka tiba-tiba saja Alessia terpaku ketika melihat Prilliya dan Zigga bersama dengan keluarga besarnya sedang berdiri di depan lift, mereka bersiap untuk sarapan di hotel tersebut di mana letak restorannya berada di lantai atas.
Melihat keluarga besar yang sangat berpengaruh di kota tersebut membuat nyali Alessia yang sedang memikirkan Zigga langsung menciut seketika.
Prilliya menatap tajam ke arah Alessia sebab baju yang di gunakan olehnya adalah baju yang menjadi rebutan antara ia dan Zigga saat di butik langganan keluarga mereka tadi.
Zigga mengatakan pada Prilliya jika baju itu untuk hadiah seseorang, Prilliya mengira jika itu akan di berikan pada kakak perempuannya Zigga bernama kak Jennifer Allison, tidak di duga jika baju akan di berikan kepada Alessia.
Prilliya sangat geram dan murka sekali sehingga rasa panas mencuat seperti bara api.
Alessia menunduk dan keluar dari lift, namun karena Alessia menunduk ia tidak memperhatikan wajah licik Prilliya yang ingin berbuat sesuatu.
Prilliya sengaja mengambil bedaknya yang limited edition dan pura-pura bercermin dan dengan sengaja menabrakkan dirinya ke arah Alessia dan menjatuhkan bedaknya.
PRANG!
Semua orang menatap ke arah Alessia dan juga Prilliya dan juga benda yang jatuh yang sudah berantakan.
"Oh my God! Kamu gak punya mata ya!" bentak Prilliya memekik.
Alessia sangat gugup dan ketakutan sampai-sampai ia langsung membisu seketika.
"Sayang, ini adalah bedak yang mami belikan untukmu dari Prancis dan itu limited edition dan hanya 50 pcs di dunia, dan sekarang bedak itu sudah tidak di produksi lagi karena memang bahan-bahannya sangat langka karena di buat dari bahan alami. Dan... Dan sekarang dia berantakan di lantai... Hah!?
Ibu dari Prilliya yang bernama Nutthana Domani melotot tidak percaya.
"Iya Mami, gara-gara perempuan ini, dia jalan gak pakai mata!" imbuh Prilliya berakting.
"Mami, sudahlah."
Seorang pria berusia 50 tahun bernama Domani Allison, ayah dari Prilliya mencoba untuk menghalau keributan.
"Thana, kita pergi sekarang, lupakan ini?"
Seorang wanita yang sangat elegan maju untuk memegang tangan nyonya Nutthana, dia adalah nyonya Eveline Dutro. Istri dari kakak pertama yaitu Tuan Dutro wireless Allison, ayah dari Zigga Wireless Allison.
Nama induk dari dua keluarga berpengaruh ini adalah Allison. Ciri khas di keluarga tersebut adalah nama belakang yang sangat berpengaruh bagi mereka. Bahkan nama Allison sendiri sudah di klaim secara resmi dan tidak ada yang boleh seseorang memiliki nama tersebut di kota tersebut.
Anggota kantor sipil sudah menghandle dan sudah di pastikan jika tidak akan ada nama serupa Allison di kota tersebut. Bahkan, saking spesialnya nama tersebut bahkan istri-istri mereka pun tidak di bolehkan untuk menggunakan nama tersebut, hanya keturunan darah Allison yang di bolehkan menggunakan nama tersebut.
"Tapi kakak Eveline, ini adalah powder limited edition, kak!?" Nyonya Nutthana terlihat masih tidak terima.
"Saya akan menggantinya, sekarang ayo kita bergegas!" Suara khas seorang pemimpin selalu dengan mudah membicarakan soal uang karena mereka adalah pencipta uang sesungguhnya.
Nyonya Nutthana tidak bisa berkutik lagi jika kakak pertama sudah angkat bicara. Meskipun akhirnya melepaskan Alessia, namun tatapannya sama seperti anaknya Prilliya, sangat tajam dan penuh dendam.
Sebelum lift tertutup Alessia yang sadar diri langsung membungkuk dan meminta maaf.
"Tuan dan Nyonya, saya sungguh minta maaf?" ucap Alessia namun keluarga Allison tidak akan menghiraukan itu.
Ketika pintu lift akan tertutup Alessia mengangkat kepalanya dan menatap mata Zigga yang memperhatikan dirinya dengan dingin. Alessia sendiri tidak dapat menebak apa sebenarnya yang Zigga pikirkan tentang dirinya.
Entah mengapa Alessia sangat takut jika Zigga salah paham padanya dan mengira jika dirinya memang sengaja menjatuhkan bedak milik Prilliya.
"Nona, mari ikut dengan kami?"
Tiba-tiba seorang manager hotel datang kepadanya dan mengajak Alessia keruangannya.
"Nona, boleh perkenalkan siapa anda?" tanya seorang manager itu tersenyum dan lemah lembut.
"Nama saya, Allessia." Jawabnya.
"Nama lengkapnya?" manager itu benar-benar terlihat sangat ramah.
"Allessia Cestaro." jawabnya.
"Baik, kami sudah menemukan identitas anda dan kami sudah mem-blacklist nama anda sehingga anda tidak akan di perbolehkan untuk mengunjungi beberapa hotel ternama di kota ini seperti hotel Allison, hotel DWR, dan hotel ini. Mohon kerjasamanya agar tidak menimbulkan keributan ke depannya." ucap manager dengan sopan dan lemah lembut namun cukup membuat hati Allessia terasa teriris memilukan.
Dengan menahan gemetar tangan yang gemetar. "Baik, pak, Saya sangat mengerti akan kesalahan saya. Saya akan segera pergi dari sini," jawab Alessia memaksakan senyumannya.
Perlahan tapi pasti akhirnya Allessia dapat keluar dari hotel mewah yang membuatnya hampir mati karena jantungan.
Di dalam bus kota Alessia terus memperhatikan cek yang Zigga berikan padanya. Cek dengan jumlah uang yang sangat fantastis Alessia bingung akan digunakan untuk apa kedepannya.
_Aku akan menyimpan uang ini dan akan mengembalikannya di waktu yang sudah tepat. Zigga, sekali lagi terima kasih karena kamu sudah menyelamatkan aku, suatu saat aku akan membalas budi untuk kebaikan mu ini. Dan untuk Prilliya, jika aku datang kembali namun kau sudah berubah maka aku akan memaafkanmu, namun jika aku kembali tetapi sikapmu masih kejam seperti ini, maka aku akan tetap membalasmu suatu hari nanti_
Allesia memikirkan banyak hal tentang balas dendam. Jelas jika ingin melawan keluarga Allison ataupun orang kaya kita harus memiliki skil yang bisa menebak tepat sasaran, jika tidak maka sama saja menginjakkan kaki ke duri.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!