"Tiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiinnnnn," suara klakson mobil dengan tekanan kuat, mobil pun terhenti.
"Bruuuuuuukkk,, Aaaaaaaa." Ayana terserempet mobil hingga terjatuh, dan dengan luka yg cukup parah di kakinya.
Seorang wanita turun dari mobil, dengan mengenakan kemeja longgar dan rok lebar dibawah lutut, dia adalah Marta istri dari CEO ternama di pulau ini yaitu Ilham Abuzar pemilik perusahaan Abuzarine group.
"Maaf, maaf, maaf ya mbak, saya ga lihat mbak sedang menyebrang," Ucap Marta.
"iya gak papa ko mbak, saya juga yang salah tadi terburu-buru," jawab Ayana.
"Aaaaaaahhh, sakiiitt." Ayana mengangkat lututnya.
Dan ternyata darah bercucuran akibat benturan keras lututnya dengan aspal.
"ya ampun mbak, kamu berdarah banyak banget, ayo kita ke rumah sakit." Marta terkejut melihat begitu banyak darah.
"Ga usah mbak, ini luka ringan ko, saya harus buru-buru pulang." Ayana.
"Kamu terluka parah karna saya, ayo jangan nolak kita ke rumah sakit terdekat." paksa Marta.
Akhirnya mereka berdua pergi ke rumah sakit untuk mengobati luka Ayana.
lututnya di perban dan dokter meresepkan obat-obatan untuk mengurangi rasa nyeri pada lukanya.
Setelah selesai Marta mengantar Ayana pulang,
mereka masuk ke dalam mobil Marta.
ramainya jalan kota disaat sore hari membuat sedikit macet lalu lintas, orang-orang lalu lalang bubar dari pekerjaannya menuju rumah masing-masing.
"oh iya, namaku Marta," Marta mengulurkan tangan, "dari tadi kita belum kenalan, nama kamu siapa, sampai lupa berkenalan ya hehe." Marta membuka omongan terlebih dahulu.
"Namaku Ayana mbak, usia ku 19 tahun." jawab Ayana menjabat tangan Marta.
"sekali lagi maaf ya tadi aku gak sengaja nabrak kamu, tapi kamu kenapa tadi buru-buru sampe lari ditengah jalan, bahaya, jangan terulang lagi ya." Marta.
"iya mbak, aku hawatir dengan ibuku dirumah," Ayana menundukkan kepala sedih, "Ayahku sudah meninggal 3 tahun yang lalu, dia pergi meninggalkan sejumlah hutang, tadi orang Debt collector datang menagih hutang ayah." lanjut Ayana.
Dulu hidupnya sangat damai termasuk orang menengah keatas, semenjak ayahnya meninggal dan memiliki banyak hutang akhirnya perusahaan rumah beserta kendaraannya di sita.
sekarang hanya ibunya yang berarti dalam hidupnya, ibunya mengidap penyakit tumor otak yang harus segera di operasi.
"ibuku juga harus segera di operasi mbak, agar tumor di kepalanya tidak membesar, kami tidak punya uang sebanyak itu, jangankan untuk bayar hutang, untung biaya operasi ibu saja kami sudah tidak punya uang." bulir air mata berjatuhan dari mata Ayana, ia tak kuasa menahan tangis mengenai soal ibunya.
Marta termenung mendengar cerita kehidupan Ayana, Betapa enak kehidupan yang dia jalani tapi Marta tidak pernah bersyukur atas kehidupannya yang mewah hanya karna dia tidak bisa melahirkan seorang anak.
"Aku bisa bantu kamu mengobati penyakit ibumu, dan kamu juga bisa untuk membayar hutang-hutang ayahmu," belum selesai bicara ucapan Marta dipotong oleh Ayana.
Apa yang harus aku lakukan mbak, aku mau ibuku sembuh seperti dulu, aku mau melakukan apa aja mbak." Ayana antusias.
Marta senyum menatap wajah mungil gadis dihadapannya, dia persis seperti wajah adiknya yang telah lama meninggal.
"Aku wanita yang tidak sempurna, aku tidak bisa mengandung ataupun melahirkan anak, sedangkan keluarga kami butuh seorang penerus untuk mewarisi perusahaan kami." Marta mulai bercerita kisahnya.
"aku dulu pernah hamil, namun pada usia kandunganku 8 Minggu ada seseorang yang ingin mencelakai keluarga kami dia tidak ingin ada penerus di keluarga kami, dia menaruh racun pada minumanku tepat pada hari pesta ulang tahunku, setelah minum minuman itu perutku terasa begitu sakit, dan aku mengalami pendarahan, ternyata janinku rusak begitu juga dengan rahimku," Marta menghela nafas panjang mengingat kejadian terburuk dalam hidupnya.
Marta menepikan mobilnya disisi jalan yang sepi, dia tak kuasa menahan tangis, emosinya meluap ketika membangunkan luka lama.
"Dinding rahimku rusak," air matanya terus berjatuhan.
"Dokter mengatakan bahwa rahimku harus segera di angkat, akhirnya aku menjalankan operasi pengangkatan rahim dan aku sudah tidak ada harapan lagi untuk mempunyai anak." Marta tersedu-sedu
"Entah siapa manusia jahat itu sampai sekarang kasus ini masih berjalan sedangkan orang itu belum terungkap identitasnya, sampai kapan pun aku gak akan pernah bisa memaafkan orang itu."
Marta mengepalkan tangannya diatas setir mobil, matanya mulai sinis penuh kebencian, menatap garis lurus kearah depan entah apa yang dia pikirkan dan entah siapa yang ada di bayangannya.
"Ya ampun mbak Marta, yang sabar ya," Ayana memeluk Marta.
Marta terdiam emosinya mereda saat mendapatkan pelukan dari Ayana, dia menengok ke arah gadis itu sambil tersenyum.
Eehhhhh kenapa ini, kenapa dia memelukku.
Aduuuh, kenapa setiap kali aku melihat gadis ini aku selalu teringat almarhum Dea adik ku, mungkin kalau masih ada Dea pasti seusianya.
Seakan mendapatkan teman baru, bukan, lebih tepatnya dia merasa mendapatkan adiknya perempuannya yang sudah lama tiada.
"Kamu mau kan mengandung anak ku, berikan harapanku untuk bahagia, aku akan bayar berapa pun kamu mau." Marta memohon penuh iba.
Sontak Ayana terperanjat, pikiran polosnya membuat bayangan-bayangan aneh berkeliaran di kepala.
Apaaa?, mengandung anaknya, berarti aku harus tidur dengan suaminya dong.
tidak, tidak, aku harus menjunjung tinggi kehormatanku aku harus menjaga kewanitaan untuk pria yg telah menikahiku, berapa pun bayarannya aku tidak akan menerima.
"Maaf mbak Marta, aku ga bisa terima tawaran itu, aku hanya akan berhubungan dengan suamiku nanti."
Marta terbahak mendengar jawaban lugu gadis dihadapannya.
"Kamu ga perlu berhubungan dengan suamiku, dokter akan menanamkan benih suamiku kedalam rahim mu."
Marta menjelaskan secara detail proses menjadi surrogate mother, atau ibu pengganti.
"Benarkah mbak,?" mendengar jawaban Marta Ayana kegirangan dan siap menjadi ibu surogasi.
"oke mbak aku mau menjadi ibu surogasi," Ayana membuat keputusan dengan matang.
"tapi mbak, gimana dengan ibuku, aku belum siap kalau ibuku tau kalau aku jadi ibu surogasi, mbak tau sendiri kan gimana omongan tetangga kalau tau aku hamil belum punya suami."
"kalau soal itu kamu ga perlu hawatir, kamu tinggal dirumah kami, agar kami juga bisa menjaga kesehatan kamu, bilang aja sama ibumu kalau kamu kerja menjadi asisten rumah tangga kami dan harus tinggal di rumah kami."
"Oke mbak, kapan prosesnya bisa dilakukan,? Aku ingin segera ibuku sehat."
"Besok kita akan ke dokter kandungan untuk mengecek kesuburan kamu kalau semuanya bagus , kamu boleh menandatangani surat kontraknya sebelum ibumu masuk ruang operasi." Marta memastikan.
"Terima kasih banyak mbak, mbak udah mau bantu keluargaku." Ayana memeluk Marta penuh harapan ibunya akan sembuh dan hutang-hutang ayahnya akan terbayar.
"Aku yang harus banyak berterima kasih sama kamu, kamu sudah mau memberikan harapan aku untuk bahagia,"
***
kediaman rumah Ayana
Mobil terparkir di halaman rumah Ayana rumah yang sederhana namun sangat nyaman untuk dihuni, tanaman-tanaman tertata rapi didepan samping rumah hingga belakang rumahnya bahkan.
Terdengar suara jeritan dari dalam rumah,
Ya itu suara Dewi ibunya Ayana.
"beri saya waktu lagi pak, saya janji saya akan bayar hutang suami saya," Bu Dewi tersungkur jatuh dari kursi roda, memegang sepatu seorang laki-laki bertubuh tinggi besar dia adalah seorang debt kolektor, seraya memohon agar memberikan waktu lagi.
Benda-benda sudah berantakan, meja dan kursi terjungkir balik akibat ulah 2 debt kolektor.
"ibuuuuuuu," Ayana berlari memeluk ibunya.
"stop, stop, saya mohon hentikan pak, saya janji akan segera bayar," air mata bercucuran membasahi pipinya, tak kuasa menahan tangis.
Marta pun berlari melihat kekacauan yang terjadi.
"Berapa pak semua hutangnya,"
"satu miliar,"
"oke ambil cek ini, saya akan bayar 400 juta, sisanya nanti saya bayar lagi," tanpa basa basi Marta mengeluarkan cek di tasnya dan menuliskan angka 400 juta.
Pria-pria itu pergi tanpa permisi dan tanpa sepatah kata pun.
"mbak Marta, terima kasih atas bantuan mbak, aku janji akan membayarnya."
"gapapa, yang penting kamu sama ibu kamu aman."
"Bu, ini mbak Marta majikanku mulai besok aku bekerja di rumahnya." Ayana mengenalkan Marta pada Bu Dewi.
"Terimakasih banyak Bu Marta," ucap Bu Dewi
"nak kamu yang rajin dirumah Bu marta jangan buat kecewa." menasehati Ayana.
"Ayana, mbak pulang dulu ya, ini no telepon saya nanti kamu chat mbak Untuk kelanjutan pekerjaan."
"Baik mbak, terima kasih banyak mbak Marta."
Ayana berdiri depan rumah sampai mobil Marta tidak terlihat lagi, lalu ia mulai membereskan kekacauan yang terjadi.
Besok aku harus bertemu di dokter kandungan
Tuhan!!.. Baguskan kondisi rahimku agar aku bisa bekerja untuk mbak Marta
Hari ini hari Senin
Pagi hari dimana hari baru dimulai, orang-orang mulai sibuk lalu lalang beraktivitas seperti biasanya, ada dari mereka yang mencari rezeki, ada pula mereka yang masih menimba ilmu.
Marta sendiri sudah bicara kepada suaminya semalam mengenai gadis yang baru ia temukan dan proses menjadi ibu surogasi, suaminya pun tidak ambil pusing ia setuju dengan keputusan istrinya itu.
Marta pun sudah membuat janji khusus untuk bertemu dengan dokter kandungan yaitu Dr. Mira Anjani S.pOG, dokter Mira sangat berbakat dalam hal bayi tabung, banyak dari kalangan mereka yang tidak memiliki anak berhasil memiliki bayi tabung olehnya.
Ayana selain dia masih kuliah diapun punya kesibukan rutin setiap pagi yaitu menjadi guru anak-anak TK dan juga terima panggilan les, untuk tembahan mencukupi kebutuhannya sehari-hari, setelah selesai mengajar ia berangkat ke kampus, dan sore hari sepulang dari kampus dia bekerja sebagai pelayan cafe hingga larut malam.
Begitulah kehidupannya sehari-hari banting tulang memeras keringat menjadi tulang punggung keluarga, bahkan hari Minggu pun dia masih bekerja di cafe namun tidak terlalu sibuk seperti hari-hari biasanya.
Chatting Marta dan Ayana
"Ayana, pukul 16:00 sore nanti kita bertemu di rumah sakit Bhakti tempat dokter Mira praktek,"
" baik mbak," jawab Ayana singkat.
Aaaaaa...baiklah Sekarang aku harus pergi mengajar dulu, tidak, tidak aku harus mengambil motorku dulu di bengkel, si putih merepotkan sekali kenapa juga dia pengen ikutan jajan disaat aku banyak kebutuhan.
Si putih adalah panggilan untuk motor kesayangannya sebuah motor Scoopy putih dari zaman dia masih SMP ayahnya yang membelikan sebagai hadiah ulang tahun.
"Bu, aku pamit dulu ya, doakan lancar urusanku, agar ibu secepatnya bisa dioperasi,"
Seperti biasa Ayana berpamitan kepada ibunya, mencium tangan lalu mencium pipi ibunya.
"Amin, doa ibu selalu menyertaimu".
Ayana berangkat mengajar setelah itu dia pergi kuliah, tepat jam 16:00 sore dia sudah sampai di lobby rumah sakit menunggu Marta.
Orang yang ditunggu pun tiba tepat waktu,
langkah Marta diikuti oleh Ayana menuju ruang dokter Mira, mereka banyak berbincang selama diperjalanan.
Prosedur-prosedur dan pengecekan terhadap Ayana pun berjalan dengan lancar.
"semuanya bagus, tidak ada yang perlu di khawatirkan, rahim Ayana sehat dan dia bisa untuk menjalankan bayi tabung."
Marta memeluk Ayana penuh kebahagiaan, ada bulir bening diujung pelupuk matanya karna terharu atas perkataan dokter, harapannya tinggi untuk memiliki anak meskipun bukan dari rahimnya,
***
Keesokan harinya Ayana dan ibunya sudah sampai dirumah sakit Marta pun lebih dulu menunggu disana, kebetulan rumah sakit tempat ibunya berobat sama dengan rumah sakit tempat Ayana akan melakukan bayi tabung.
Dokter sudah mengecek semua keadaan Bu Dewi, dan hari ini Bu Dewi akan melakukan operasi pengangkatan tumor otak.
tentu saja semua biaya yang tanggung adalah Marta.
Bu Dewi masuk ke ruang operasi, Marta dan Ayana menunggu di luar ruangan.
tuhan... Lancarkan proses operasi ibuku, sembuhkan dia kembali seperti dulu, aku hanya memiliki ibuku di dunia ini.
mundar mandir fikiran tidak tenang, Dia berdoa tiada hentinya.
"Ayana, tenangkan fikiranmu." Marta memeluk Ayana menenangkan kegelisahannya.
"keluarga ibu Dewi,"
"iya dokter ,saya anaknya,"
"Operasi berjalan lancar, Bu Dewi masih diruang observasi."
"terima kasih banyak dokter,"
Ayana memeluk Marta, air matanya mengalir membasahi pipinya.
"Terima kasih banyak mbak, mbak hadir membawa kebahagiaan untukku dan ibuku,
"kamu pun hadir membawa kebahagiaan untuk keluargaku," ucap Marta.
Marta mengeluarkan selembaran kertas itu adalah surat kontak hamil bayi tabung untuk Ayana.
"Ayana ini surat kontraknya, boleh kamu tanda tangani sekarang,?"
Ayana menghela nafas panjang, mantap menandatangani surat kontraknya.
Aku harus terima semua konsekuensinya takterduga yang akan datang kepadaku,
Buuu.. Maafkan Ayana, Ayana berbohong pada ibu, Ayana rela melakukan ini Bu supaya ibu sembuh.
Ibu tenang aja, Ayana yakin Ayana mampu menjalankan kehamilan ini.
"sisa hutang ayah mu nanti akan mbak cicil ya, beserta gajih kamu perbulan pas kamu positif hamil." ucap Marta.
"mbak, aku tidak perlu di gajih lagi mbak sudah membiayai operasi ibu juga membayar hutang ayahku, itu lebih dari cukup untuk kami"
"ini tidak seberapa, kamu akan membawa kebahagiaan baru untuk keluargaku," Marta mengusap air mata yg masih tersisa di ujung pelupuk Ayana.
"sekali lagi makasih banyak ya mbak,"
"sama-sama, besok kita akan bertemu lagi di ruang dokter Mira, untuk proses bayi tabungnya, aku akan datang bersama suamiku."
"baik mbak,"
"Oh iya jangan lupa kemasi semua keperluan mu, karna setelah proses penanaman bayi tabung kamu akan tinggal di rumah mbak, agar kamu gak kecapean dan mbak bisa menjaga kamu."
"terus gimana sama ibu aku mbak, siapa yang merawatnya."
"Kamu jangan hawatir mbak udah siapkan suster untuk menjaga ibumu juga untuk yang bersih-bersih rumah."
"Ya ampun mbak, aku gak tau harus bilang apa lagi, mbak baik banget sama aku.
"syuuuuuttttt, pokonya kamu tenang aja semuanya akan baik-baik aja."
jaga kesehatan kamu, makan makanan yang sehat ya, perbanyak istirahat."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!