NovelToon NovelToon

Hangatnya Bersama Mu

BAB 1

"Terimakasih uang lebihnya, Kak," ucap sang kurir paket senang karena mendapatkan uang lebih dari pelanggannya.

Adit merasa sangat bersyukur atas rezeki yang telah diberikan padanya. la selalu bekerja keras untuk mencukupi kebutuhan keluarganya, dan bonus ini merupakan hadiah yang sangat berarti baginya. Ia berdoa semoga keluarganya selalu bahagia dan sehat, serta keberkahan terus menghampiri mereka.

"Akhirnya, aku mendapatkan rezeki lebih dari pelanggan. Aku bisa menggunakan ini untuk membeli susu untuk anakku," senangnya karena akhir-akhir ini istrinya sudah tidak ingin menyusui anak mereka.

Aditya Nanda adalah seorang pria berumur 25 tahun yang memiliki kulit berwarna sawo matang dan berwajah tampan dengan rahang tegas. Sudah satu tahun ia menikah dengan pacarnya yang kini menjadi istrinya. Pernikahan mereka terjadi karena pacarnya hamil sebelum menikah. Meskipun Aditya miskin, ia tetap menikahi pacarnya untuk bertanggung jawab atas perbuatan mereka.

Sebagai seorang kurir pengantar paket online, Aditya berusaha keras untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Namun, belakangan ini ia dan istrinya sering bertengkar karena masalah perekonomian. Selain itu, istrinya enggan menyusui anak mereka yang saat ini sangat membutuhkan asupan nutrisi untuk tumbuh. Situasi ini membuat kehidupan keluarga mereka semakin sulit dan penuh dengan konflik.

"Aku akan pergi membelikan susu untuk anakku terlebih dahulu," gumam Adit seraya menjalankan motornya.

Beberapa saat kemudian, Adit baru saja pulang dari toko kelontong dengan langkah gembira dan senyuman lebar. la merasa bahagia karena berhasil membeli susu formula untuk anaknya. Dengan tangan yang terasa berat karena bawaan belanjaannya, ia bersemangat membuka pintu rumah. Begitu pintu terbuka, Adit terhenyak. la terkejut mendengar suara istrinya, Naura Ayudya, yang terdengar sedang mendesah.

"Eeengjhj, yeahh lebih dalam, Sayangghhh,,"

Dengan perasaan cemas dan bingung, ia memutuskan untuk mencari tahu apa yang terjadi. Adit berjalan perlahan mendekati sumber suara itu, hatinya berdebar kencang. Ketika ia melihat istrinya, ia menemukan bahwa Naura sedang berc*nta dengan seorang pria yang ia tau itu adalah teman istrinya.

"Naura! Apa-apaan kamu?!" teriak Adit menggelegar.

Karena terkejut, Naura tak sengaja mendorong selingkuhannya. "A-adit?" bingungnya karena sang suami sudah pulang. Adit merasa darahnya mendidih ketika ia menyaksikan istrinya berselingkuh dengan pria lain di ruang tamu rumah mereka. Rasa marah yang memuncak membuat Adit ingin segera menerjang ke ruangan itu dan melabrak keduanya. Namun, sebelum Adit berhasil menghampiri mereka, ia mendengar suara tangis anaknya yang terdengar dari kamar tidur. Adit yang seketika merasa hatinya luluh oleh tangisan sang anak, mengalihkan langkahnya menuju kamar anaknya. Ia membuka pintu kamar dengan perlahan dan melihat anaknya yang terjaga dari tidurnya, menangis karena lapar. Adit menggendong sang putra yang baru berusia 1 tahun itu dengan lembut.

Diluar kamar, Naura dan selingkuhan berhenti melakukan hubungan panas itu. Dengan santainya Naura membenarkan bajunya tanpa ketakutan sama sekali.

"Kamu tidak takut dicerai oleh Aditya?" tanya Bihan, selingkuhan sekaligus teman lama Naura.

Naura tersenyum miring. la mengecup singkat pipi selingkuhannya itu. "Bukankah bagus kalau ketahuan? Aku bisa meminta pisah padanya, karena aku sudah muak hidup dengan pria miskin itu," ujarnya.

Nyes..

Aditya tertegun karena saat ia dan sang putra keluar, tiba-tiba mendengar perkataan dari istrinya. Ada rasa sesak yang tak bisa ia ungkapkan karena ternyata istrinya sengaja berselingkuh agar mereka berpisah.

"Eh, udah bangun ya anaknya? Mau nyusu, ya? Nyusu sendiri aja, ya. Jangan manja jadi anak," dengan tak berperasaannya Naura mengatakan hal seperti itu pada sang putra.

Aditya mengepalkan sebelah tangannya marah. Bagaimana bisa seorang ibu tega mengatakan hal demikian pada anaknya sendiri? Benar-benar ibu yang tak punya hati.

"Ibu biadab." desis Adit seraya melawati dua sejoli itu. la berjalan menuju dapur untuk membuatkan susu untuk anaknya.

***

Maura mengikuti langkah suaminya itu sambil mengucapkan kata perpisahan. "Lebih baik kita pisah. Aku sudah tidak tahan hidup miskin dan merawat anak cengeng sepertinya," ujarnya tanpa bersalah sama sekali.

"Kamu tega meninggalkan anak kita disaat dia masih membutuhkan asi?" tanya Adit yang sebenarnya ingin sekali menampar istrinya itu.

"Aku tidak sudi menyusuinya lagi karena itu akan membuat bentuk tubuhku tidak cantik lagi,"

Adit menarik napas dalam seraya membuatkan susu formula untuk anaknya yang sedang mengisap lengannya sendiri itu.

"Jika itu yang kamu mau, baiklah. Kita berpisah dan segera kemasi barang-barangmu," ucap Adit yang lebih baik menahan amarahnya karena tidak ingin membuat trauma pada anaknya, walaupun sang anak belum mengerti apa-apa.

Naura tersenyum lebar karena suaminya, eh mantan suaminya itu sudah mengatakan pisah padanya. "Tenang saja, aku sudah mengemas pakaianku. Aku juga tidak sudi tinggal di rumah kecil ini." hinanya.

Ya, Naura sebenarnya ingin mengenalkan temannya itu sebagai selingkuhan dengan baik-baik. Tapi, karena suaminya pulang lebih awal, dan melihat ia dan sang selingkuhan sedang bermain di ruang tamu, ia pun tidak ambil pusing dengan itu.

Adit hanya diam tak menyahut, ia mengocok dot yang sudah terisi susu formula itu, lalu ia berikan pada sang putra.

Naura menjauh dengan acuh, "Ayo Bihan, kita pergi dari sini." ajaknya pada pria yang hanya diam sedari tadi.

"Iya," jawab Bihan. Mereka pun pergi meninggalkan Adit yang tengah merawat anaknya itu, padahal semua paket belum Adit antar.

***

Adit meneteskan air matanya saat mantan istrinya sudah pergi. la menatap anaknya yang lahap menghisap dot tersebut.

"Mulai sekarang, ayah akan menjadi ayah sekaligus ibu untukmu, Son." ia mengecup pipi anaknya dengan sayang.

Entah bagaimana sekarang ia bekerja sambil mengurus anaknya yang tidak bisa ditinggalkan itu.

"Apa tubuhmu tahan kalau ikut ayah bekerja? Ayah tidak mungkin meninggalkanmu pada tetangga karena mereka juga pada sibuk," gumam Adit yang memikirkan untuk membawa anaknya bekerja.

"Mamama,,," celoteh bayi yang baru berumur satu tahun pas itu.

Sakit rasanya mendengar celotehan sang anak yang menyebutkan kata 'mama' itu. Kenapa Naura begitu tega dengannya dan anaknya? Padahal selama ini sudah berusaha memberikan apa yang diinginkan oleh istrinya.

"Maaf, ayah tidak bisa mempertahankan ibumu yang berselingkuh. Ayah berjanji akan membuatmu bahagia sehingga tidak merasakan kekurangan kasih sayang," janji Chandra lirih.

Sssstttt...

***

Amanda meringis disela pemotretannya sebagai seorang model muda yang terkenal. la merasakan sakit yang luar biasa pada pay*daranya karena hari ini ia belum mengeluarkan as* miliknya.

"Bisa istirahat dulu? Aku mau ke toilet," pinta Amanda pada seorang photograper yang memotretnya.

Photograper tersebut melihat jam di pergelangannya. "Lima menit," ujarnya.

Mana cukup? Aku perlu waktu 30 menit setidaknya," protes Amanda.

"Untuk apa berlama-lama ke toilet, Man?" tanya nya menatap curiga pada sang model cantik tersebut.

"Privasiku, kamu tidak perlu bertanya." Amanda segera memasuki toilet. Beruntung hari ini tema bajunya adalah pakaian santai dan bukan dress.

Amanda Devia, anak tunggal dari seorang pengusaha yang saat ini tinggal di Italy bersama istrinya. Amanda tinggal sendiri di Indonesia karena ia memulai karier nya sebagai model di tanah Indonesia.

Menjadi seorang model cantik dan terkenal itu bukanlah hal mudah. la dipaksa bersikap sesempurna mungkin karena netizen Indonesia begitu pedas dalam mengomentari kesehariannya. Bahkan ia sempat stress memikirkan fansnya yang begitu fanatik terhadapnya, ditambah tuntutan dari kedua orang tuanya dan sang pacar. la sering mengonsumsi makanan yang membuat tekanan pada payudaranya dan membuat dirinya terkena stimulasi hormon prolaktin, atau penyakit yang bisa mengeluarkan asi sebelum waktunya.

Seorang gadis mengeluarkan asi padahal belum menikah dapat disebabkan oleh stimulasi hormon prolaktin. Prolaktin dapat diproduksi oleh tubuh dalam respons terhadap rangsangan atau tekanan pada payudara. Meskipun ini tidak umum, namun hal ini bisa terjadi tanpa hubungan dengan kehamilan atau menyusui.

"Pemompa asiku rusak, entah kapan datangnya pemompa asi yang baru." keluh Amanda karena ia bingung bagaimana cara mengeluarkan asinya agar dirinya tidak kesakitan lagi.

🌸🌸🌸🌸🌸

BAB 2

"Ssshhh, banyak sekali," Amanda bingung bagaimana cara menahan air susunya yang terus menetes dan membasahi bajunya.

Tok.. Tok..

"Sudah selesai?" terdengar suara photograper dari luar yang sedang menunggu dirinya.

"Sepertinya aku diare, Pak. Boleh pulang?" tanya Amanda berbohong.

"Diare? Kamu salah makan hari ini? Kenapa kamu tidak menjaga makananmu? Ada satu baju lagi yang harus dikenakan," ucap sang photograper dengan nada sedikit kesal.

Raut wajah Amanda begitu menahan sakit. la mengambil handuk kecil yang ada di toilet tersebut dan menutupi dadanya.

Ceklek..

"Kamu kenapa?" bingung sang photograper tersebut saat melihat Amanda seperti menahan sakit.

"Jika manager ku sudah kembali, katakan padanya untuk mengurus pembatalan kontrak kerja sama dengan perusahaan Valentino ini. Aku mau pulang,,"

Ya, Amanda memiliki manager yang selalu bersamanya. Saat ini managernya tengah pergi membelikan makan siang untuknya dan belum kembali.

"Tapi?"

Amanda tidak mendengarkan protes dari photograper nya, karena ia sudah benar-benar tidak tahan. la rela rugi karena memutuskan kontrak dengan perusahaan brand terkenal itu, dari pada orang lain tahu kalau ia punya penyakit stimulasi hormon prolaktin dan membuat para fansnya berpikir yang tidak tidak dengannya.

Amanda melewati orang-orang yang tengah menatapnya bingung itu.

"Ada apa dengan Amanda? Dia seperti kesakitan,"

"Mungkin Amanda capek karena terus bekerja dan kesehatannya tidak stabil,"

"Semoga Amanda gak apa-apa deh. Soalnya aku dengar ada perusahaan yang ingin menjadikannya pemeran utama dalam filmnya,"

"Benar, aku juga ada mendengar itu. Aku tidak sabar menunggu film yang akan diperankan oleh si cantik Amanda,"

Amanda meremas kuat ujung bajunya dan berdecak karena lupa akan kontrak itu. "Bagaimana bisa aku acting kalau seperti ini?" gumamnya yang bergegas menuju mobilnya.

Saat ia hendak membuka pintu mobilnya, tiba-tiba tangannya ditahan oleh seseorang. "Sayang, sudah selesai pemotretannya?" tanya Rafli Erwinherdyana pacar dari Amanda.

"Kamu? Ngapain kesini?" bingung Amanda berusaha menormalkan ekspresi wajahnya.

"Aku ingin melihatmu pemotretan. Tapi, sepertinya aku terlambat." cicit Rafli terdengar sedih.

Amanda menarik napas panjang. "Aku sedang sakit, jadi mau pulang sekarang. Kamu sudah selesai meeting nya?"

"Apa? Kamu sakit? Sakit apa kamu? Perlu ke rumah sakit?" cecar Rafli nampak khawatir. la memegang jidat Amanda menggunakan punggung tangannya untuk memastikan suhu badan sang pacar.

Amanda tersenyum karena melihat kekhawatiran dari kekasihnya. "Aku diare. Maaf, ya, aku mau pulang dan istirahat,"

"Perlu aku temani, Babe?" Rafli menatap dalam sang kekasih.

Amanda menggeleng pelan dan tersenyum tipis. "Tidak perlu, kamu kembalilah ke kantor."

"Tidak masalah?"

"Aman kok, sudah, ya? Aku pulang." Amanda segera memasuki mobilnya. Ia melambaikan tangannya pada sang kekasih sebelum menyuruh sopirnya untuk jalan.

"Amanda terlihat aneh," gumam Rafli yang masih memperhatikan mobil kekasihnya itu menjauh. la membuang napas panjang dan kembali ke mobilnya. "Mungkin dia benar-benar lelah," ucapnya berusaha berpikiran positif.

***

"Kok bawa anak kerja, Pak? Apa gak kasihan anaknya kepanasan?" tanya seorang satpam yang berjaga pada sebuah rumah mewah itu.

Aditya melirik anaknya yang ada di gendongan depannya itu. la tersenyum kecut dan membenarkan wajah anaknya agar tidak terkena cahaya matahari.

"Mau bagaimana lagi, Pak? Tidak ada yang merawat anak saya di rumah, dan terpaksa saya membawanya bekerja," pungkas Adit.

Satpam tersebut menatap Aditya dan anaknya secara bergantian. "Istrinya kemana, Pak?" tanyanya penasaran.

"Selingkuh, cerai," jawab Chandra pelan.

"Eh? Maaf-maaf, Pak. Semangat kerjanya, ya. Semoga anakmu kuat tubuhnya,"

Tit.... Tit...

Aditya dan satpam itu menoleh kebelakang yang ternyata pemilik rumah itu sudah tiba.

"Lho? Non Amanda udah pulang?"

"Terimakasih uang lebihnya tadi, Pak. Saya permisi," ucap Adit yang langsung pergi dari hadapan satpam tersebut.

"Sama-sama, Pak." satpam tersebut mendekati mobil majikannya terlebih dahulu.

Amanda menurunkan kaca mobilnya dan memperhatikan kurir paket yang tengah menggendong bayi itu.

"Kurir paket, Pak?" tanya Amanda pada satpamnya.

"Iya, Non. Ini paketnya," satpam itu memberikan pesanan online milik Amanda.

Amanda menerima paketnya itu dengan senyum senang, karena isinya adalah pemompa asi yang baru.

"Itu kurir yang biasanya, 'kan?" tanya Amanda yang sudah sering melihat kurir tersebut.

"Benar, Non. Saya kasihan dengannya yang bekerja bawa anak sekecil itu,"

"Kenapa bawa bayi, Pak?"

"Dia bilang, istrinya berselingkuh dan mereka baru saja bercerai. Karena tidak ada yang menjaga anaknya, terpaksa dia membawanya kerja," jelas satpam tersebut.

Amanda manggut-manggut mendengarkan cerita dari pekerjanya itu. "Amanda masuk dulu, ya, Pak." pamitnya.

"Iya, Non,"

Sekarang sudah sore hari dan saat ini Aditya tengah singgah dibawah pohon karena anaknya sedang menangis.

"Astaga, Nak. Satu paket lagi yang harus ayah anterin. Kamu jangan rewel dulu, Sayang," Adit menepuk-nepuk pelan punggung anaknya guna menenangkan sang putra. Mungkin anaknya kepanasan karena sedari tadi cuacanya memang panas.

"Mamaaaa...." celoteh Zyan disela tangisnya.

Setiap mendengar kata 'mama' di mulut anaknya, rasanya sesak sekali bagi Aditya. Usia bayi satu tahun mungkin sudah mengenali ibunya sendiri, jadi hal wajar baby Zyan sering menangis karena merasakan perpisahan itu. Aditya mengambil dot susu anaknya dan mengocoknya sebentar, lalu ia berikan pada sang putra. Sebelum memutuskan membawa anaknya, ia memang sudah mempersiapkan susu untuk anaknya itu.

"Diminum, ya, Sayang. Jangan nangis lagi," ujar Adit tersenyum kearah anaknya yang tengah melihatnya itu.

Setengah jam berlalu, sang anak tertidur dan ia bernapas lega. la melihat ponselnya guna melihat dimana alamat paket terakhir yang akan ia antar.

"Salsa, perumahan elit, nomor 03," gumam Adit melihat nama dan alamat pelanggannya.

"Tidak jauh lagi. Setelah ini kita akan pulang, Zyan," Adit memejamkan matanya sejenak dan berusaha tersenyum, menerima takdirnya yang sekarang.

la menaiki motornya dan menuju ke alamat yang tadi ia lihat lewat ponselnya. Beberapa menit diperjalanan, akhirnya ia sampai disebuah alamat yang ia cari itu.

la mengambil bungkusan paket itu didalam tas kurir yang berada di pinggir motornya kanan dan kiri. la masuk ke halaman rumah itu karena tidak ada satpam yang berjaga.

Sebelum memencet bell, Adit menutup wajah anaknya terlebih dahulu agar wajah anaknya tidak dilihat oleh pelanggannya.

Aditya memencet bell rumah itu dan tak lama seorang pria membuka pintu rumah tersebut. Pria itu menatap Aditya dari atas sampai bawah.

"Paketnya, Pak," ucap Adit segan.

"Sayang, ini paketnya sudah datang." teriak pria itu memanggil kekasihnya.

"Bentar," terdengar sahutan dari dalam, dan tak lama muncul perempuan seksi dengan tergesa.

Aditya hanya menundukkan kepalanya karena merasa tidak enak dengan tatapan dari pria didepannya itu.

"300 ribu, 'kan?" tanya Salsa menyodorkan uang cash seharga 300 ribu.

Aditya mengangguk pelan. "Iya, Kak," jawabnya seraya menyerahkan paket tersebut.

Salsa menerima paket itu dengan senyum lebarnya. "Akhirnya datang juga," senangnya.

"Saya permisi," ucap Aditya setelah menerima uangnya.

"Iya, Hati-hati bawa anaknya, Pak." peringat Salsa.

Aditya hanya tersenyum tipis dan menganggukkan kepalanya.

"Apa yang kamu beli, Sayang?"

"Baju dinas,"

"Ah, kamu ini paling bisa membuatku bahagia dan puas,"

"Hm, tapi kamu menyebalkan. Kapan mengakhiri hubungan dengannya dan serius denganku, huh?"

"Beri aku waktu, Sayang."

Aditya geleng-geleng kepala karena tak sengaja mendengar percakapan pelanggannya itu dengan sang kekasih.

"Semoga nasib kalian tidak sepertiku," harap Adit karena menangkap bahwa dua sejoli itu belum menikah dan sudah sering melakukan hubungan int*m sama sepertinya dulu. Namun bedanya, ia yang diselingkuhi dan ini si cewek yang jadi selingkuhan. Itulah yang ia tangkap dari pembicaraan pasangan itu.

***

Amanda tersenyum senang karena kedua gunung kembarnya sudah tidak sakit lagi. Bagaimana bisa sakit kalau ia baru saja selesai memompa asinya dan menghasilkan satu baskom air susu.

"Banyak sekali," Amanda memijat keningnya sendiri karena pusing mau dikemanakan susu sebanyak itu.

"Pasti stok susu di panti asuhan masih banyak," Amanda merebahkan dirinya di kasur sambil memikirkan air susunya itu. la memang setiap hari menyumbangkan susunya ke panti asuhan untuk bayi-bayi yang ada di sana.

Amanda mengambil ponselnya dan sedikit kesal karena sang kekasih tidak mengiriminya pesan. la scroll kebawah dan tidak sengaja melihat pesan dari kurir paket tadi. Biasanya kalau pesanan kita menuju rumah, maka kurir paket itu akan memberitahu lewat whatsapp.

Seketika Amanda tersenyum senang kala teringat dengan cerita satpamnya tadi. "Aku akan pesan online lagi, dan semoga kurir itu yang mengantarkan. Nanti aku akan pura-pura menawarkan diri untuk merawat anaknya. Ya, benar sekali." ia membuka aplikasi berwarna oranye itu dan asal pesan barang tanpa di cek dulu. la mengatur pembayaran ditempat agar ia bisa ketemu langsung dengan kurir paket itu.

"Ah, semoga dia yang nganternya." harap Amanda. Setidaknya kalau kurir itu setuju ia merawat bayi itu, ia bisa menggunakan susunya untuk bayi tersebut.

🌸🌸🌸🌸🌸

BAB 3

Malam harinya setelah makan malam, Adit berniat untuk menidurkan sang putra. "Zyan tidur dulu, ya?"

Bayi itu menggeleng seakan paham apa yang dikatakan oleh ayahnya. Ia menggerakkan mulutnya seperti menyusu.

"Mau nen dulu?" Aditya terkekeh melihat pergerakan mulut anaknya.

"Nen," ujar Zyan bersuara.

"Iya." Aditya mengambil dot yang isinya penuh dengan susu itu. la merebahkan sang putra di kasur yang tebalnya 8cm itu.

Zyan tertawa riang nampak senang karena diberi dot. Aditya tersenyum senang dan tidak lupa bersyukur karena anaknya tidak terlalu rewel. Mungkin karena Zyan sudah tidak pernah diberi asi dari sumbernya langsung, maka dari itu anaknya tidak menangis saat diberi susu formula.

"Pintar sekali anak ayah," puji Aditya karena anaknya bisa memegang dot sendiri.

Aditya merebahkan dirinya disamping sang anak dan mengambil ponselnya. Ia membuka foto-foto dan tersenyum kecut saat melihat foto pernikahan sederhananya dulu.

"Aku harus melupakan Naura." tekadnya, lalu menghapus semua foto Naura bahkan foto pernikahan mereka dulu.

Zyan menyusu sambil melihat kearah layar ponsel ayahnya. la begitu anteng dan seakan mengerti bahwa ayahnya sudah lelah bekerja.

***

Ting...

Sebuah notifikasi dari instagram muncul. Notifikasi bahwa ada seseorang yang Aditya ikuti tengah melakukan siaran live streaming.

"Liat, Zyan. Model cantik ini melakukan live, kita akan menontonnya." ujar Aditya memberitahu anaknya.

Dari jutaan fans Amanda, Aditya salah satunya. la menyukai sosok model cantik itu karena menurutnya Amanda begitu ramah dan suka melakukan live streaming untuk menyapa atau curhat pada penggemarnya. Selama ini ia tidak tahu kalau ia sering ke rumah Amanda karena model cantik itu tidak menggunakan nama aslinya jika sedang berbelanja online.

"Hai, aku datang untuk menyapa kalian. Aku juga mau minta pendapat pada kalian,"

Aditya refleks tersenyum melihat raut wajah Amanda yang seperti cemberut karena sesuatu itu.

"Aku kesepian tinggal di rumah besar ini. Menurut kalian aku harus apa?" tanya Amanda pada penggemarnya.

"Menikah? Oh, tidak-tidak. Aku masih ingin sendiri dulu,"

"Pelihara kucing? Aku alergi bulu kucing atau anjing."

"Angkat kamu jadi saudaraku? Haha, aku terbiasa jadi anak tunggal, maaf." Amanda cekikikan menjawab semua komentar penggemarnya.

Aditya ikut terkekeh karena komentar dari fans Amanda yang lucu-lucu. "Lihatlah, Zyan." ia mendekatkan ponselnya pada sang putra.

"Mamaaa," celoteh Zyan yang sedari tadi menonton juga. "Haha, jangan berkata seperti itu, Zyan. Dia begitu sempurna untuk kita yang miskin ini," tawa Aditya karena perkataan sang anak.

Zyan menghiraukan ayahnya itu dan terus menyusu dengan mata yang ikut melihat live tersebut.

"Kalau aku mengadopsi seorang bayi, apa tanggapan kalian?"

Aditya beralih fokus pada live Amanda dan matanya membaca setiap tanggapan dari penggemar Amanda yang setuju dan tidak.

"Itu ide bagus,"

"Untuk apa mengadopsi bayi? Itu akan mengganggu pekerjaanmu,"

"Menikah dan buat sendiri. Tidak perlu mengadopsi segala."

"Kau memang berhati baik, cantik. Aku setuju jika kamu ingin mengadopsi bayi."

"Itu hidupmu, dan hanya kamu yang berhak menentukan. Kami sebagai penggemar hanya akan mendukung setiap keputusan yang kamu ambil." Berbagai macam komentar atas pernyataan model cantik itu. Aditya diam menunggu tanggapan Amanda tentang semua komentar itu.

"Kalian tau sendiri kalau aku begitu menyukai anak kecil. Bahkan kalian sering melihatku ke panti asuhan, bukan? Untuk itu aku ingin mengadopsi bayi. Aku tau kalau aku mengadopsi bayi pekerjaanku akan terhambat. Tenang saja, aku akan tetap menyapa kalian dengan live streaming di instagram. Aku juga akan tetap berusaha profesional dalam bekerja, jadi dukunglah aku. Aku benar-benar kesepian tinggal di rumah ini," ungkap Amanda yang membuat Aditya tersenyum.

Tangannya pun tergerak untuk memberikan komentarnya. "Selain cantik, kamu juga begitu perduli dengan anak kecil. Betapa beruntungnya bayi yang akan dirawat olehmu, Nona."

"Aaa, siapa pemilik akun AdityaNanda ini? Kamu membuatku malu," terlihat wajah Amanda yang memerah malu karena membaca komentar dari Aditya.

"Sepertinya dia laki-laki, terlihat dari kata-kata manisnya, haha."

"Aku ingin pemilik akun AdityaNanda ini," "Aku baru saja memeriksa akunnya. Dia sudah memiliki anak dan istri,"

"Pemilik akun AdityaNanda ini duda. Lihatlah bio instagramnya,"

"Wah, duda hot ini."

"Kalian kenapa malah membicarakan orang lain di siaran live ku? Aku akan merajuk." pungkas Amanda pura-pura merajuk karena penggemarnya malah membicarakan orang lain.

Begitu banyak komentar dari live Amanda membicarakan tentang Aditya.

Aditya segera keluar dari siaran live dan ia memeriksa pengikutnya yang bertambah drastis hanya karena ia berkomentar seperti tadi.

"Astaga, kenapa aku malah mengubah bio instagramku jadi duda?" cicit Aditya merasa malu. la segera mengubah peraturan instagramnya menjadi privat.

Karena merasa malu, Aditya memilih untuk tidak bermain ponsel lagi. la meletakkan ponselnya di atas Zyan dan fokus menidurkan sang anak.

"Udah ngantuk belum anak ayah ini? Matanya udah sepet ini, artinya udah ngantuk, 'kan?"

Aditya memiringkan badannya menghadap sang putra dan membenarkan posisi anaknya agar ia lebih mudah memeluknya.

Cup

"Tidur, Zyan." Aditya menepuk-nepuk pelan pantat anaknya.

Ting!

Ting!

Ting!

Ting!

Zyan yang awalnya hendak terlelap itu tiba-tiba matanya terbuka lebar karena mendengar ponsel ayahnya yang terus berbunyi.

"Astaga, ayah lupa mematikan datanya." Aditya mengambil ponselnya dan matanya terbelalak karena sudah banyak DM dari wanita-wanita untuknya. la mematikan ponselnya dan ia letakkan kembali.

Banyak sekali," gumamnya tak habis pikir. Duda emang semenarik itu, xixi.

la kembali menidurkan anaknya, dan tak lama ia ikut tertidur.

"Yahh, udah di privat." keluh Amanda karena ia ikut penasaran dengan akun AdityaNanda tadi.

Amanda merebahkan dirinya ke kasur. la tersenyum karena banyak penggemarnya yang lebih setuju dengan pendapatnya tentang mengadopsi bayi.

"Pesananku udah dikirim belum, ya?" Amanda tidak sabar ingin segera merawat anak kurir paket itu. la memeriksa aplikasi belanja online guna memeriksa pesanannya.

"Masih dua hari lagi baru sampai," cicitnya cemberut.

***

Drrrtt... Drrrtt..

"Mama?" Amanda mengangkat panggilan dari ibunya itu.

"Apa-apaan kamu, Amanda?" seru sang ibu langsung. Amanda memutar bola matanya malas karena sudah tahu apa yang akan ibunya bahas. "Ada yang salah? Aku hanya ingin mengadopsi bayi, bukan menculik bayi." jawabnya malas.

"Kenapa harus adopsi? Kenapa tidak membuat sendiri saja?" begitulah seorang ibu, kebanyakan dari mereka suka menuntut anaknya untuk segera menikah.

"Ma, Amanda itu seorang model. Amanda tidak ingin merusak tubuh ini karena melahirkan," jawab Amanda beralasan. la ingin menikah, tapi entah kenapa pacarnya belum juga melamar dirinya.

"Kamu berhenti jadi model tidak akan jadi miskin, Sayang."

"Amanda tau, tapi ini cita-cita Manda dari dulu dan tidak mungkin berhenti jadi model disaat naik daun seperti ini, bukan?" pungkas Amanda dengan malas.

"Terserah kamu saja. Jika kamu mau mengadopsi seorang bayi, kamu harus pastikan asal usul keluarga bayi itu."

"Lho? Yang namanya anak adopsi itu pasti latar belakangnya tidak baik, Ma. Kalau tidak dari pasangan brokenhome, pasti dari pasangan yang tidak bertanggungjawab dan membuang anak mereka. Mama bagaimana, sih?" celetuk Amanda kesal.

"Biarkan Amanda menentukan hidupnya, Ma. Dia sudah besar dan tau mana yang baik dan buruk," terdengar suara ayahnya yang membuat senyum Amanda mengembang.

"Tuh, dengerin apa kata papa, Ma." ucap Amanda senang karena dibela ayahnya.

"Papa, ishh.."

Amanda cekikikan mendengar suara kesal dari ibunya. la mengakhiri panggilan itu tanpa berpamitan karena ia tidak ingin mendengar celotehan ibunya lebih panjang lagi.

"AdityaNanda?" gumamnya teringat akan komentar dari akun itu. la tersenyum malu dan memilih memejamkan matanya.

***

Baby Zyan membuka matanya karena mendengar suara alarm dari jam kecil yang ada di nakas itu. la menatap ayahnya yang masih tertidur tanpa terganggu dengan bunyi alarm tersebut.

"Paaa....," baby Zyan bangun dan merangkak menaiki tubuh ayahnya. Kedua tangan kecilnya itu menepuk-nepuk wajah sang ayah.

Tes..

Tes..

Air liur baby Zyan menetes di wajah Aditya dan membuat sang empu terbangun. Aditya membuka matanya secara perlahan dan tersenyum saat mendapati sang anak diatas tubuhnya dan tengah membangunkan dirinya.

Cup

"Terimakasih sudah membangunkan ayah, Zyan."

Zyan tertawa senang karena mendapat ciuman dari ayahnya. la pun mencium pipi ayahnya juga.

Aditya tertawa pelan karena pipinya basah akibat air liur sang anak. Yang namanya anak kecil, kalau mencium pasti dengan mulut yang terbuka, seperti ingin menerkam saja.

"Ayo kita mandi dulu." Aditya menahan tubuh anaknya dan bangkit dari tidurnya. Hari ini ia kembali bekerja dengan sang anak.

"Zyan harus tahan suhu tubuhnya, ya? Ayah sebenarnya tidak ingin mengajakmu bekerja, tapi jika tidak diajak, siapa yang akan merawat mu? Ayah belum bisa percaya kamu ke orang lain, karena takut kamu dijual atau disiksa."

🌸🌸🌸🌸🌸

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!