Ayam jantan pagi ini sudah Ribut berkokok, terdengar gaung takbir di kejauhan, jam dinding sudah menunjukkan pukul empat pagi, Delisha bangun dari tidurnya, di renggangkan otot otot nya yang terasa kaku, lalu dengan semangat Delisha berjalan keluar kamar, menuju kamar mandi,di dapur sudah terdengar suara wajan yang beradu dengan sutilnya "ahh ibu rupanya sedang memasak" batin delisha, ketika memasuki dapur delisha tersenyum melihat sosok wanita yang sudah melahirkannya 18tahun lalu, sosok wanita yang sangat di sayangi nya, yang sudah berjuang sendiri demi Kakaknya, Delisha dan adiknya yang masih duduk di bangku SMP
"Ibu sudah Mandi?" Sapa delisha mendekat, lalu di kecup nya pipi sang ibu, " udah nak, ayo kamu buruan mandi lalu bangunkan adikmu"kata ibu nya "iya bu" sahut delisha sambil melangkah ke kamar mandi,setelah selesai mandi delisha kembali mendekati sang ibu "bu memang sholat ied nya di mulai jam berapa?" Tanya Delisha "kalau di lapangan sholat ied nya dimulai jam 6, tapi sebelum nya kita sarapan dulu ya" Delisha pun mengangguk tanda mengerti, lalu melangkah ke kamar sang adik untuk membangunkannya, setelah sang adik bangun, delisha kembali kekamarnya untuk menunaikan sholat subuh.
Tepat pukul 5 pagi, ketiganya pun sudah siap dengan pakaian terbaik nya, meskipun tidak baru namun masih bersih dan layak buat di pakai sholat ied,sebelum berangkat mereka sarapan terlebih dahulu, dengan lauk seadanya yang di masak oleh sang ibu "bu apa kak baim dan kak Rena berangkat bareng kita?" Tanya pipit adek Delisha "sepertinya tidak nak...mungkin kak Rena dan kak Baim bareng keluarga dari kak Rena" pipit pun mengangguk tanda mengerti,tepat setengah 6 kami menyelesaikan sarapan kami, lalu dengan berjalan kami menuju lapangan yang berjarak 500 meter dari rumah kami.
Matahari cerah sekali hari ini,Setelah Solat ied kami pun bergegas pulang dan melanjutkan kembali aktifitas kami,ibu sedang meracik bumbu di dapur di bantu oleh aku dan pipit, seperti tradisi di daerah kami setelah pemotongan hewan kurban maka dagingnya akan di bagikan merata ke seluruh warga. Dan hari ini kami berncana memasak rendang,seperti request dari pipit.
"Assalamualaikum" ketika kami lagi asik mengobrol di dapur sembari meracik bumbu, terdengar suara salam dari depan,gegas pipit menghampiri asal suara itu, tak lama kemudian pipit kembali dengan senyum lebarnya dan dengan membawa kantong kresek hitam di tangan kanannya "Alhamdulillah bu...kita dapet daging" kata pipit dengan gembira "Alhamdulillah" sahut kami bersamaan
Daging adalah makanan mewah bagi kami,karna sejak kepergian bapak untuk selama lamanya,ibu hanya bekerja sebagai buruh cuci setrika untuk menyekolah kan kami, untunglah rumah peninggalan bapak ini lumayan luas,dengan sepetak lahan kosong di belakang rumah yang di gunakan ibu buat meanam sayuran hingga kami tak selalu harus membeli.
Kamipun segera mengeksekusi daging tersebut,aku potong potong daging itu, setelah di cuci bersih,ibu mulai mengolah daging itu " perutku kok jadi lapar lagi ya bu" celetuk pipit, Delisha dan ibunya pun terkikik "alahh...emang perutmu aja yang kayak gentong"goda Delisha "ihh kakak" kata pipit sambil memukul pelan sang kakak "sudah...sudah...ini sudah matang, segera tata di meja dan kita makan siang sama sama"kata ibu kemudian "Asiikk...makan rendang kita" teriak pipit girang , kuambil sebagian rendang yang ada di wajan,ku masukkan ke dalam mangkok yang sudah ku bawa, lalu ku letakkan di meja, dan yang sebagian ku sisakan untuk malam nanti.
Setelah semua siap, ku panggil ibu dan pipit untuk segera makan siang, aroma daging rendang buatan ibu membuat cacing di perutku berdemo, bahkan ada yang sudah menabuh genderang perang meminta segera diisi.tak berapa lama pipit sudah duduk bersamaku di meja makan, namun kami masih menunggu ibu yang sedang menyelesaikan sholat dhuhurnya, ibu memang terbiasa akan segera sholat saat mendengar suara adzan, meskipun dalam keadaan sibuk seperti apapun, ibu akan segera mengambil wudhu dan menunaikan 4 rokaat dhuhur, cuma di sayangkan kami putra dan putrinya masih belum bisa mengikuti jejak ibu.Semoga kami bisa segera mencontoh ibu.
Almarhum Bapak dan Ibu adalah panutan bagi kami, Bapak adalah imam yang sangat baik, Bapak orang yang sangat sabar dan penyayang, Beliau tak segan membantu orang yang membutuhkan meskipun beliau sendiri kekurangan, bapak tak pernah membuat ibu dan anak anaknya bersedih,hingga suatu saat kecelakaan itu merenggut imam keluarga kami, Bapak meninggal di tempat setelah motor bapak bertabrakan dengan sebuah bis yang menyebabkan bapak meregang nyawa, kesedihan menyelimuti keluarga kami terutama ibu, ibu berkali kali pingsan dan bibirnya terus menyebut nama bapak, kehilangan yang sangat dalam tampak dari wajah ibu, namun kami segera sadar,kami teringat pesan bapak, kami boleh bersedih tapi kesedihan itu tidak boleh berlarut, pesan bapak masih jelas dalam ingatan kami, kami pun perlahan bangkit dan berusha untuk ihklas,kami yakin Bapak orang soleh Bapak sudah Bahagia di surganya Allah. Sejak saat itu ibu bekerja menjadi buruh cuci dan setrika untuk memenuhi kebutuhan ketia anak anaknya, ibu selalu berangkat pagi setelah kami pergi sekolah,dan akan pulang saat sore hari,tubuh ibu semakin tua namun tak pernah ibu menampakkan lelah di hadapan anak anaknya.
Tak lama kemudian ibu tampak keluar dari kamar nya setelah menyelesaikan sholat dhuhurnya, wajah ibu tampak sembab "ibu habis mengis ya?" Tanya pipit Lirih , ibu tersenyum tipis "ibu cuma kangen sama bapakmu, dulu setiap idul adha bapak selalu repot membantu ibu di dapur memotong daging sepulang dari bantu bantu di lapangan,bapak suka sekali rawon" kata ibu sambil sesekali menyeka air mata yang meluncur dari kelopak mata tuanya "ibu...jangan sedih, pipit jadi ikutan sedih" rengek adikku sambil memeluk ibu "udah bu...pit ayo makan dulu" kataku dengan lembut, meskipun sudut hatiku juga merasa pilu jika mengingat Almarhum bapak "bu bagaimana jika minggu nanti kita ziarah ke makam bapak" kata Delisha, setelah ibu dan pipit sudah duduk di meja makan, "hmm boleh nak...ibu juga sudah rindu sama bapakmu" sahut ibu lirih, " iya bu minggu kita tengok bapak ya" kataku sambil mengusap lembut bahu ibu. Ibu menoleh kearahku seraya tersenyum, ada secercah bahagia pada matanya..."ya Allah semoga ibu selalu sehat, beri aku kesempatan untuk bisa membahagiakan ibu" selarik do'a ku panjatkan dalam hati kepada sang pencipta.aku segera memberikan tiga piring masing masing pada ibu, pipit dan untukku sendiri.
"Waahhh makan besar nih" saat kami akan mengambil daging rendang yang ada didalam mangkuk, tiba tiba terdengar suara yang tak asing bagi kami,sontak kami bertiga menoleh bersamaan di sebelah meja kami telah berdiri dua sosok yang sangat tidak kami harapkan saat ini,Bang Baim dan Kak Rena yang sedang menatap kami dengan senyum sinis "Baim,Rena kalian...ayo makan sama sama" kata ibu dengan lembut pada kakakku dan kakak ipar ku itu, tanpa menjawab kak baim dan kak rena segera bergabung dengan kami, lalu mengambil piring dan nasi. "Loo kak kok di habisin sih..." protes pipit saat akan mengambil daging rendang itu, mendengar protes pipit mataku sontak mengarah pada piring kak baim dan kak Rena, aku menggeleng melihat kelakuan kedua orang itu, piring mereka pebuh dengan daging rendang, "kak mbok kalo ngambil itu kira kira lah...gak liat apa yang lain belum makan? "Kata Delisha ketus "Alahh baru segini aja udah protes" jawab kak Rena tanpa rasa sungkan "kalian itu tamu,tapi kok gak punya sopan santun ya?" Kata delisha gemas dengan tingkah laku kedua orang itu "dihh makanya jangan jadi orang miskin biar gak sellau nunggu gratisan" kata kak rena dengan tidak tahu diri "Lha situ udah gratisan,punya orang di embat pula" kata delisha dengan sengit "udah udah gak baik rame di meja makan" kata ibu menengahi perdebatan kami, kak baim masih asik dengan makanan di hadapannya tanpa merasa terganggu sedikitpun dengan keributan itu,sementara pipit wajah nya masam dan menatap sengit pada kakak dan kakak iparnya, yang gak tahu diri itu.
Setelah selesai makan pipit menuju ruang tengah, untuk melihat acara kesukaan nya,dengan lesehan di atas karpet di depan televisi, pipit masih dengan wajah yang masih bad mood , tak menghiraukan sama sekali kehadiran kedua kakak nya yang duduk di kursi kecil di belakng nya.sementara delisha membantu sang ibu membersihkan piring bekas mereka makan tadi, dibawanya kebelakang untuk di cuci.sesaat kemudian Delisha mendengar sang kakak menghampiri ibunya "bu apa rendang yang tadi masih ada?" Sang ibu menoleh dan dengan berat menganggukkan kepala, "Rena minta ya bu...buat makan malam nanti" tanpa sungkan kakak ipar Delisha dan pipit itu meminta sisa rendang yang masih ada dan lagi lagi dengan berat hati sang ibu menganggukkan kepala seraya tanggannya masih membersihkan meja makan, .tanpa rasa malu rena berjalan ke dapur dan mencari plastik di lemari yang ada di dapur, lalu mendekati wajan tempat sisa rendang tersebut, dan tanpa basa basi segera memasukkan sisa rendang tadi dengan semangat ke dalam plastik "kalau mau ambil sisakan buat kami makan malam, katanya orang kaya makan rendang aja hasil.merampok" sindir Delisha dengan lantang tanpa menoleh pada kakak iparnya.sesaat tangan rena terhenti,namun sesaat kemudian dilanjutkan kembali dengan masa bodohnya, tak lama kemudian "nihh udah gue sisain..." Kata kak Rena sambil berlalu,Delisha cuma geleng geleng kepala "kok bisa kak baim dapet istri seperti itu" batin Delisha,dan dia pun lalu melanjutkan pekerjaanya. "Bang ayok pulang "Kata Rena sambil menarik tangan sang suami,sambil sebelah tangannya membawa kantong kresek hitam berisi daging rendang .kak Baim pun berdiri dari duduk nya dan mengekor di belakang kakak iparnya yang sudah duluan melangkah keluar, tanpa pamit pada ibu tiba tiba menghilang begitu saja "Dasar benalu" gumanku dengan jengkel.selalu saja kedatangan mereka membikin geram, dan kak baim teramat Bucin sama kak Rena,bahkan tak jarang kak baim memarahi ibu hanya karna terjadi salah faham anatar ibu dan kak rena.
Setelah kepulangan mereka pipit gegas ke dapur "Astagfirullah" teriaknya ,aku yang masih berjongkok mencuci piring sontak menoleh melihat ke arah pipit, wajah adiknya itu terlihat sedih "ada apa pit" tanyaku "coba deh kak lihat ini "katanya sambil melihat ke arah wajan tempat rendang yang di masak tadi. Aku pun berdirj mendekat ke arah pipit berada, dan ketika aku melihat ke arah wajan, wajahku terasa panas menahan marah, bagaimana tidak, kak Rena cuma menyisakan 3 potongan daging yang teramat kecil, di wajan tersebut, sedangkan yang potongan besar besar sudah diangkut semua,aku hanya mengelus dadaku melihat kelakuan kakak iparku itu.
"Sudah gak papa...semoga kakak ada rezeki nanti kita beli daging dan kita buat rendang lagi" kataku menenangkan pipit, dengan wajah sedih pipit mengangguk dan Dalam Hatinya turut mengaminkan doa sang kakak.
Delisha tak Habis pikir dengan kelakuan kakak nya dan kakak iparnya itu, begitu tega mengambil daging rendang yang tak seberapa banyak, sedangkan keadaan keluarga kak Rena sendiri sangatlah berkecukupan, begitu juga kak Baim yang sudah memiliki bengkel motor sendiri tak pernah sedikitpun membantu ibu, ingin sekali Delisha mengecam kakaknya itu namun ibu selalu melarang,ibu selalu bilang "jangan merepotkan kakakmu, kakakmu sudah punya tanggung jawab yang berat pada istrinya" begitu selalu yang ibu katakan, padahal kak Baim dan kak rena setiap datang selalu menguras habis apa yang ada di rumah,tak jarang beras ,gula dan minyak yang baru di oleh ibu pun diangkutnya, namun ibu hanya diam yang membuat kak baim dan kak Rena semakin ngelunjak tak tahu diri.tak jarang pula kak baim meminta uang pada ibu jika bengkel nya lagi sepi, tapi saat kak baim sedang jaya dia lupa pada ibu, kak baim hanya perduli pada istri dan mertuanya saja.Delisha menggeleng geleng kan kepalanya "ngapain mikir orang yang gak tau diri lebih baik aku meneruskan menulis cerita untuk mengejar target" pikir Delisha ,segera Delisha beranjak mengambil ponselnya,tak lama kemudian Delisha sudah larut dalam ceritanya,hingga tak terasa adzan asharpun berkumandang, Delisha melihat ke arah jam dinding di atas pintu,waktu sudah menunjukkan pukul 15.00, gegas Delisha meletakkan ponselnya dan berjalan ke kamar mandi untuk mandi dan berwudhu, ketika keluar dari kamar mandi delisha berpapasan dengan pipit sang adek "udah bangun pit?" Sapa Delisha saat melihat muka bantal adek nya "huum" sahut sang adek tanpa banyak bicara, nampaknya mood sang adek belum sepenuhnya kembali,dilihat dari wajah nya yang masih cemberut, melihat itu Delisha tersenyum tipis sambil menggeleng kepala, kemudian Delisha berjalan ke kamarnya untuk menjalankan sholat ashar. Setelah selesai dan melipat mukenanya Delisha berjalan keluar untuk menyapu halaman nya yang sudah kotor kembali.sore ini begitu sejuk...mendung menutupi panas nya matahari, angin semilir membuat Delisha semangat untuk menyapu halamannya.
Pagi ini seperti biasa setelah menunaikan sholat shubuh Delisha membantu sang ibu menyiapkan sarapan, dan pipit membersihkan rumah, kedua kakak beradik itu selalu berusaha bahu membahu meringankan pekerjaan sang ibu.tepat pukul setengah 6 semuanya sudah beres, sarapanpun sudah tersaji di meja, delisha dan pipit pun secara bergantian gegas mandi.seraya menunggu pipit mandi delisha selalu memanfaat kan waktu untuk melanjutkan menulis cerita yang baru di tekuninya sekitar 3 minggu ini, agar tak ketinggalan bab, delisha memanfaatkan waktu nya untuk menyicil menulis bab selanjutnya.tepat pukul 6 kedua kakak beradik itu sudah rapi dan segera sarapan, setelah itu merekapun berangkat dengan berboncengan menaiki sepeda pancalnya.untung nya sekolah mereka berdekatan sehingga delisha tak perlu jauh jauh untuk sampai ke sekolahnya setalah mengantar adiknya terlebih dahulu.sesampainya di sekolah Delisha memarkirkan sepeda tuanya di tempat khusus sepeda "ehhh si upik abu dan sepeda tuanya sudah datang" tiba tiba terdengar suara dari arah belakang, Delisha pun menoleh dilihatnya melani,tamara dan Nindi berjalan mendekat ke arahnya "mau apa lagi mereka" batih delisha, namun Delisha tak menanggapinya, dengan segera delisha pun akan pergi dari tempat itu,namun "eehhh...mau kemana? Kok buru buru banget?" Delisha merasa rambutnya di tarik dari belakang, sehingga membuat delisha mundur beberapa langkah karna kaget "mau kalian apa" tanya delisha dengan ketus,tanpa memperlihatkan rasa takut sama sekali. "Hei anak babu...kamu nanya kami mau apa?" Jawab melani, disertai tawa kedua temannya "kami mau ksmu keluar dari sekolah ini, gak level kamu sekolah disini,dasar anak babu" kata mrlani sambil mendorong tubuh nya hingga keseimbangannya pun berkurang,dan delisha terhuyung kebelakang.namun belum sampai jatuh ada tangan yang mencekal lengannya hingga tubung nya tak sampai jatuh,tangan itu lalu membantu Delisha berdiri " kak Tio" Delisha menganga melihat siapa yang sudah membantunya " terimakasih" ucapnya Dengan menunduk, sementara itu ketiga cewek yang sudah mengganggu Delisha terlihat pias,saat melihat sosok yang sudah membantu Delisha itu, Tio sosok ketua Osis yang tampan dan berwibawa apalagi di tunjang dengan tubuh atletisnya, sang Kapten basket itu banyak di puja para cewek di sekolah Nusa Bangsa itu.Namun sikap dingin nya membuat para cewek segan dan takut untuk mendekati sosok Tio.
"Kamu gak papa kan Deli?" Tanya Tio pada Delisha "gak papa kak" jawab Delisha pada kakak kelas nya itu. "Ya sudah ayo aku antar kamu kekelasmu" aja kak Tio "ehh gak usah kak terimakasih,aku bisa sendiri kok" jawab Delisha, dia tak mau lebih banyak menimbulkan masalah jika terlihat berjalan bersama kak Tio."udah gak papa,ayoo..." Kata kak Tio sambil menarik tanganku, akupun tak bisa menolak saat tanganku di tarik paksa oleh kak Tio , sementara melani,tamara dan Nindi menatap kepergian kami dengan wajah cengo.
Tak terasa jam terus berlalu dan saat istirahat pun tiba "Delisha kamu di panggil ke kantor oleh pak Win" sebuah suara mengagetkan ku, aku pun mendongak melihat bu.Tuti guru kelasku berdiri dihadapanku saat ini, "Baik bu" jawabku, dan bergegas berjalan menuju kantor ke ruangan administrasi tempat pak Win berada.Sebelum masuk ku ketuk dulu pintu nya "tok....tok...tol..." "Ya masuk sahut suara dari dalam" "maaf Pak Win memanggil saya?" Tanya Delisha setelah membuka pintu ruang administrasi itu, pak win yang nampak sedang sibuk dengan kertas kertas di hadapannya pun mendongak "duduk Del" jawab pak Win dengan singkat,aku pun duduk du kursi di depan pak win kini kami duduk berhadapan hanya terhalang oleh meja kerja pak win "ada apa bapak memanggil saya?" Tanya Delisha setelah duduk di hadapan pak Win "hmm..."terdengar gumam pak Win yang terlihat mengambil sesuatu dari dalam laci mejanya, tak lama kemudian pak win menyodorkan amplop yang isinya entah apa pada Delisha,"ini apa ya pak" tanya Delisha "ini surat buat orang tuamu Del, sebentar lagi kan kamu ujian, sedangkan kamu sudah 6 bulan belum membayar spp, jadi sebelum ujian spp nya harus di lunasi terlebih Dahulu,dan ini surat tagihan tunggakan SPPmu, Delisha tercengang mendengar penjelasan dari Pak Win, "apa aku tega memberikan surat ini pada ibu" batin Delisha Risau. "Baik pak terimakasih, saya boleh kembali ke kelas?" "Baik Del cukup itu saja,kamu boleh kembali kekelas" setelah itu delisha segera kembali kekelasnya, dan sepanjang perjalanan menuju kelas nya hati Delisha sangatlah risau, dia terus berdoa semoga Allah memberikan kemudahan kepadanya sehingga bisa membatu sang ibu.
Tak Terasa jam pulang sekolahpun berbunyi, murid murid berhamburan dari kelas masing masing, tak sabar untuk segera pulang, namun tak demikian dengan Delisha pikiran nya kacau, dia memilih tetap duduk di bangku nya sambil menenangkan pikirannya, ketika Delisha tengah termenung tiba tiba bahunya di pukul pelan dari belakang "plak" " woi bestiee jangan melamun nanti kesambet kau" kata suara dari belakang,Delisha pun menoleh dan dilihat olehnya gadis hitam manis berambut ikal, kartika sahabat Delisha meringis melihat sahabatnya tersebut berjingkat karna kaget " duhh kau bikin kaget saja...kalau jantungku lompat gimana coba?" Jawab Delisha dengan ketus "hahahaha jantung kau bisa lompat emangnya, gak takut amsyong kau kalau jantung kau melompat"melihat respon Delisha kartika justru tertawa ngakak"ya untung nya jantungku ini ciptaan Allah,coba buatan manusia udah lepas dari tadi" jawab Delisha sambil membereskan tas nya, "Sudah lah ayo kita pulang,dan kenapa kau melamun sendiri mau nemenin mbak kun kun penunggu pohon beringin di depan kelas" kata kartika asal nyablak, mendengar kata kata Kartika tiba tiba Delisha merinding disko, "duhh mulut kartika ini bener bener gak ada remnya ya...loss dool" batin Delisha " ayo kita ng4bakdo dulu yuk..."ajak Kartika sambil merangkul sahabatnya itu..."aduh maaf sai aku hari ini gak punya duit" jujur Delisha " udahlah gak usah kau pikirkan aku yang traktir" kata kartika "beneran nih...?" "Mana pernah aku bohong pada kau" sambil tersenyum Delisha pun akhirnya mau "cussss" kata kartika penuh semangat.
Setelah mereka berdua mengambil sepeda terlevih dahulu,lalu mereka pun menuntun sepedanya menuju warung bakso di sebelah sekolah,saat hendak memasuki warung bakso tiba tiba suara bariton memanggil Delisha, "Del...Delisha..." Delisha dan Kartikapun menoleh ke arah sumber suara, nampak dari jauh Tito berlari kecil menuju ke arah mereka "ya kak" jawab Delisha setelah Tito mendekat, "kalian mau ngebakso ya,boleh gabung gak,aku juga lapar nih" jawab cowok itu sambil mengusap perutnya "boleh aja, asal bayar sendiri ya kak" jawab kartika dengan pelan "beres nanti aku yang traktir kalian" jawab kak Tito "beneran kak" tanya Kartika dengan wajah berbinar , kak Tito mengangguk dengan mantap,akhirnya mereka bertiga memasuki warung bakso tersebut dan memesan bakso dengan selera masing masing, tiga puluh menit berlalu bakso di masing masing mangkok mrereka telah tandas hanya bersisa kuah saja, "makasih ya kak, meskipun aku hanya jadi obat nyamuk,yang penting kenyang" sindir kartika, Delisha yang merasa tersindir pun menyikut sahabat nya itu,sementara kak Tito wajahnya memerah menahan malu. "Ya udah kak,kami pulang duluan ya...dan sekali lagi teri makasih" kata Delisha, Tio mengangguk seraya melempar senyum yang penuh arti pada Delisha. "Wahhh ada yang mau dapet gebetan nih" sindir Kartika " idihh apaan sih" kata Delisha "alahh udah deh liat aja gak lama lagi pasti kak Tio akan men "Dor" kamu" kata kartika sambil membentuk jarinya seperti pistol dan diarahkan ke arahku.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!