NovelToon NovelToon

Gadis Ternodai

BAB 1

"Namaku Diana Lestari, biasa dipanggil Diana. Aku lahir di Kolaka Utara pada tanggal 24 Januari 1992. Hobby ku jalan² dan cita²ku jadi orang kaya. Terima kasih." itulah perkenalan Diana saat dilapangan, Diana duduk dikelas X SMK Negeri 1 Kolaka Utara.

"Baik. Semua sudah perkenalan ya?" tanya pak Wawan guru Kejuruan.

"Saya belum pak." Zain angkat tangan dan ternyata dia tertinggal untuk perkenalan diri.

"Silahkan maju kedepan." ucap pak Wawan lalu Zain maju ke depan untuk perkenalan diri.

"Namaku Zainuddin Wijaya, aku anak kedua dari dua bersaudara. Kakakku bernama Zainal Wijaya, dia sedang menempuh pendidikan S2 di Makassar. Ibuku bernama Rianti Bana, dan ayahku bernama Wijaya. Aku lahir di Makassar 10 Oktober 1992. Terima kasih." ucap Zain lalu kembali ke belakang tanpa diminta.

"Ok. Itu tadi Zain anak orang kaya dari bapak Wijaya, tidak ada yang tidak mengenal beliau karena orang yang baik dan royal untuk masyarakat kurang mampu." ujar pak Wawan, dia merupakan guru pendatang baru di Kolaka Utara tersebut. Dia berasal dari Kendari, dia berada disini karena terangkat menjadi guru tetap di Kolaka Utara.

"Kalau sudah semua silahkan kembali ke kelas." ujar pak Wawan lagi. Semua siswa masuk ke dalam kelas masing². Diana dan Zain satu kelas di Jurusan Pertanian.

"Hay. Kamu Diana kan?" tanya Zain basa basi.

"Hhmm." gumam Diana cuek. Lalu dia pindah mencari tempat duduk yang aman menurutnya.

"Cuek banget." batin Zain.

***

Beberapa bulan kemudian.

"Diana, kamu tolong belikan ibu belanjaan buat diwarung ya nak! Ibu kurang sehat mau keluar nak." ujar ibu Riana lirih.

"Belanjanya dimana bu?" tanya Diana.

"Di toko besar itu nak, disana yang agak murah dijalan menuju kota." ucap ibu menjelaskan.

"Di toko besar. Toko Wijaya itu bu?" tanya Diana memastikan. Ibu Riana mengangguk membenarkan.

"Iya bu. Apa saja bu?" tanya Diana.

"Ini catatannya nak." ucapnya lirih seraya menyodorkan kertas daftar belanjaan warung kecil mereka.

Diana merupakan anak orang miskin, untuk makan sudah syukur. Dia membantu ibunya menjaga warung sembako kecil untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari². Diana memiliki adik masih SMP bernama Dini Larasati.

"Aku berangkat sekarang ya bu?" setelah bersiap Diana berpamitan pada ibunya untuk pergi ke toko Wijaya.

"Hati² nak." Diana mengangguk lalu berangkat.

***

"Permisi." ucap Diana lalu masuk ke dalam toko Wijaya yang besar dan lengkap.

"Mau beli apa de?" tanya pak Wijaya, kebetulan dia yang menjaga sendiri. Isteri dan anaknya sedang keluar entah kemana! Pegawainya sedang izin sakit padahal ada tiga orang.

"Mau belanja ini pak." Diana menyodorkan kertas miliknya kepada pak Wijaya.

"Iya tunggu." Dia berdiri lalu menyiapkan belanjaan yang dibutuhkan Diana.

"Ini sudah." setelah beberapa menit semua sudah beres dan tinggal dibayar. "Semua 550rb de." ucap pak Wijaya ramah.

"Terima kasih pak." Ucap Diana ramah sambil tersenyum lalu dibalas senyum oleh pak Wijaya. Diana pulang ke rumahnya dengan naik motor butut milik ayahnya.

***

"Kayak kenal sama anak itu. Bukankah anaknya Sidiq? Cantik juga." batin Wijaya dengan senyum nakalnya.

"Coba ku hubungi Sidiq." batinnya lagi. "Eh jangan, tapi gimana ya caranya dapatkan dia?" gumamnya pelan.

Berbagai macam cara akan dia lakukan kalau dia menginginkan suatu hal. Ya, bisa dibilang karena dia kaya dan beruang makanya semua harus dapat dia taklukkan. Kejam!

***

"Baik ternyata itu pak Wijaya, kirain serem. Barusan ada menjaga toko besarnya biasanya hanya anggotanya saja!" gumam Diana saat perjalanan pulang. "Enak ya jadi orang kaya!" gumam Diana lagi.

"Kamu sudah pulang nak?" tanya ibu Riana.

"Iya bu. Bu, itu pak Wijaya baik ya! Kirain gak bakalan mau jualan ternyata dia yang turun langsung menghadapi pembeli." Ucap Diana antusias.

"Iya kah? Memang orang itu baik tapi juga berbahaya nak. Dia memang royal sama orang tapi biasa ada maunya, orang kaya bebas mau melakukan apa saja karena ada uang." jelas ibu Riana.

"Gitu ya bu. Tapi kalau kaya enak juga bu supaya bisa beli apa pun!" ucapnya semangat.

***

Hari² berlalu, Diana paling suka jika disuruh belanja ke Toko Wijaya karena jika pak Wijaya yang melayani di toko maka Diana akan dapat bonus bahkan sampai dimintai nomor telfon.

"Aku gak punya hp pak." ucap Diana polos. Karena Diana sering belanja maka pak Wijaya sering ke toko.

"Kalau gitu nanti hari Minggu kita ke kota yuk, nanti aku belikan hp." ucap Pak Wijaya ramah. Dia memang pandai menggombal dengan ucapan ramah, lembut, untuk mengambil hati lawan jenisnya apalagi dengan wanita polos seperti Diana.

"Bener pak? Ok deh." Diana setuju. "Aku pamit dulu pak." pamitnya hendak pulang.

"Diana, bawa ini de." Pak Wijaya menyodorkan kertas berisi nomor telfonnya dan uang 100rb. "Untuk jajan ya!" ucapnya lembut dengann senyum manis. Diana mengagguk dengan tersenyum bahagia.

"Asyik dapat uang." batin Diana terus tersenyum hingga di rumahnya. Diana masuk ke kamar menyimpan uangnya untuk ditabung. Akhir² ini dia rajin menabung meski uang dari pak Wijaya. "Aku mau kaya." batinnya lagi.

***

Hari Minggu Diana sudah bersiap.

"Bu, aku pamit dulu ya! Mau ada kegiatan di sekolah." pamit Diana.

"Hati² nak." ucap ibu sudah sehat. Ibu sangat percaya anak²nya makanya sampai bebas seperti itu.

"Aku lolos juga. Ke sekolah saja dulu." ternyata dugaannya benar bahwa pak Wijaya menunggunya disana.

"Bapak sudah disini?" tanya Diana bahagia.

"Tentu dong, ayo ke kota." lalu mereka menuju kota sekitar 45 menit saja. "Pilihlah hp kesukaan kamu." ucap pak Wijaya.

"Bener pak?" tanya Diana antusias. Diana menganggap bahwa pak Wijaya menganggapnya anak, begitu sebaliknya.

"Aku mau yang ini saja pak." dibelilah hp Nokia zaman dahulu sekitar tahun 2008.

"Ok. Mb aku mau yang ini." usai melakukan registrasi dan administrasi mereka melanjutkan jalan² di kota tersebut.

"Kamu suka hpnya Diana?" tanya pak Wijaya.

"Suka pak. Bagus! Terima kasih." ucap Diana antusias. Tanpa Diana sadari jika pak Wijaya telah mendekat dan sangat dekat hingga hanya berjarak dua centi saja. "Bapak kenapa dekat²?" tanya Diana gugup berusaha mendorong pak Wijaya tapi tenaganya kalah dengan laki² kekar sepertinya.

"Kamu cantik sayang." ucapnya lembut, pak Wijaya memang masih terlihat awet muda karena menjaga pola makan dan olah raga.

"Tapi pak!" tolak Diana.

"Kenapa sayang?" tanya pak Wijaya lagi.

"Bapak kan sudah ada anak dan isteri. Ku kira bapak menganggapku anak makanya baik sama aku." ucap Diana dengan polosnya.

"Gak bisa gitu sayang. Kamu sudah berapa tahun?" tanyanya, mereka masih didalam mobil yang terparkir dipinggir pantai.

"Aku masih 16 tahun pak. Baru juga masuk SMK." ucap Diana polos. Pak Wijaya maju hendak mencium Diana, lalu Diana berusaha menolak,, memberontak sebisanya tapi tetap kalah tenaga.

"Huuaaa bapak jahat, tega sama aku." ya Diana menangis kencang karena sudah dipaksa dicium oleh pak Wijaya bahkan sampai digigit bibirnya hingga berdarah.

"Sstt sudah maaf ya, jangan nangis gitu!" ucapnya menenangkan sambil memeluk Diana. Diana pun pasrah dipeluk mungkin karena memang dia butuh kasih sayang lebih dari orang tua dan juga lingkungannya.

......................

Bersambung ♡♡♡

BAB 2

Setiap Diana keluar bersama pak Wijaya selalu ada oleh² dibawa pulang. Diana selalu bilang sama keluarganya jika itu rezeki.

"Kamu dari mana Diana?" tanya ibu Riana.

"Kerja bu, supaya bisa bantu² ibu memenuhi kebutuhan warung dan dapur." ucap Diana jujur.

"Alhamdulillah kalau ada kerjamu nak." ucap ibu bangga. Ibu Riana sudah cukup tua untuk kerja diluar rumah, rumah mereka papan dan mulai lapuk.

"Iya bu." jawab Diana singkat karena dia merasa berdosa pada keluarganya.

***

"Diana bapak mau **** dong?" ucap pak Wijaya vulgar ketika mereka keluar berdua.

"Aku boleh gak pak kalau minta dibuatkan rekening jadi setiap bulannya diisikan?" tanya balik Diana.

"Ok. Apa sih yang gak buat kamu sayang." ucap pak Wijaya manja.

"Bapak gak dicariin sama isteri?" tanya Diana lagi.

"Dia sibuk arisan, bersosialita, sibuk hamburkan uang, shopping, pokoknya sibuk sendiri." ucap pak Wijaya lesu. Ternyata pak Wijaya butuh belaian!

"Bapak. Nanti kalau ketahuan isteri bapak gimana?" tanyanya lagi.

"Ya gak gimana² sih." jawabnya santai.

"Ha?" Diana heran. "Apa memang begitu kehidupan orang kaya sebenarnya?" batin Diana.

***

Terlalu sering mereka pergi berdua bahkan tidak memiliki hubungan yang jelas.

"Diana." panggil pak Wijaya. "Kita singgah kesana yuk?" ajaknya menunjuk restoran. Diana hanya mengangguk saja karena memang dia lapar.

"Kamu mau pesan apa?" tanya pak Wijaya lembut.

"Mau makan boleh?" tanya Diana manja.

"Makanlah. Aku mau pesan jus jeruk. Kamu?" tanyanya lagi.

"Aku mau makan bakso sama jus jeruk juga." ucap Diana semangat.

"Aku ke toilet dulu." pamitnya dan Diana hanya mengangguk.

"Senangnya, buku rekening sudah punya sendiri, sekarang dibelikan perhiasan." batin Diana bahagia.

***

"Tolong beri sedikit ini digelas ini Mb. Jangan sampai tertukar." ucap Wijaya menyodorkan serbuk dikertas untuk dituang ke dalam minuman Diana.

"Ini Tips buat anda." ucap Wijaya lalu pergi menuju toilet pria.

"Huft sudah gak sabar. Sabar Joni." ucapnya sambil mengelus keperkasaannya. Usai ke toilet Wijaya keluar dengan wibawanya seorang pengusaha.

"Lama ya?" tanyanya pada Diana.

"Gak kok." jawabnya singkat sambil menggeleng.

"Permisi." ucap pelayan restoran. "Pantas dikasih obat, masih muda gini! Mangsa baru lagi." batin pelayan sambil meletakkan pesanan di atas meja.

"Makasih Mb." ucap Wijaya ramah. Pelayan tersebut hanya mengangguk sambil tersenyum.

"Pusing kepalaku pak, ngantuk juga." ucap Diana. Usai makan dan minum selang berapa menit Diana kayak mau tidur.

"Ayo istirahat dulu." ajaknya lalu dibopong menuju hotel tepat disebelah restoran. "Mb mau ambil kunci." ucapnya.

"Ini pak." jawab Mbnya. "Mangsa baru." batinnya sambil geleng² kepala.

"Masuklah Diana, sini baring di kasur." ucapnya lembut. Diana pasrah karena mengantuk sekali hingga dia rebahkan asal badannya di atas kasur.

"Manis juga." batin Wijaya. Dia belai pipi Diana lalu menuju bibir. Dia perbaiki posisi baring Diana supaya nyaman. Lama dipandang bibir Diana lalu dia kecup singkat.

"Manis." batinnya. Dia lanjutnya mengecup, melumat lalu memasukkan lidah ke dalam mulut Diana, Diana pasrah karena tidur pulas. Dalam tidurnya Diana seperti bermimpi tapi nikmat dia rasa.

Perlahan tapi pasti akhirnya Diana di eksekusi oleh pak Wijaya. "Sempit, nikmat." batin pak Wijaya.

***

Maaf readers author tidak bisa menjelaskan secara detail.

***

Akhirnya pergulatan panas telah dilalui, mereka tertidur pulas.

"Aw, sakit." Diana kaget lalu duduk. Dia melihat ada pak Wijaya tidur disampingnya. "Apa yang terjadi, mana bajuku." batinnya sambil membekap mulutnya dengan tangannya. Tes... Menetes air matanya. "Apa yang terjadi? Apa mimpiku nyata?" batinnya bertanya².

"Kamu sudah bangun sayang?" tanya pak Wijaya santai lalu duduk bersandar pada dasbor.

"Bapak tega." pecah tangis Diana. "Ibu, ayah. Bagaimana hidupku ini." batin Diana menjerit.

"Sini ku gendong." Diana menggeleng. Tetapi Wijaya lalu mengangkatnya begitu saja.

"Jahat." Diana memukul dada Wijaya, bahkan mereka ke kamar mandi sama² polos tanpa benang pun. Diana memalingkan wajah lalu berjongkok dan mandi sambil menangis.

"Semua sudah terjadi, semua akan baik² saja." ucap Wijaya santai.

"Hancur hidupku. Aku mau kaya tapi gak gini." huhuhu. Masih menangis tersedu. Wijaya hanya mendengar, Diana mandi dengan memunggunginya.

Usai Diana mandi dia akan ke kamar tapi diangkat lagi oleh Wijaya. Diana memalingkan wajah, dia enggan menatap orang jahat didepannya. Mereka berganti pakaian masing².

"Kamu mau kemana?" tanya Wijaya.

"Pulang." jawabnya Ketus.

"Ayo aku antar." tawarnya.

"Gak perlu." Diana marah, ngembek, kesal, kecewa, sedih, semua bercampur jadi satu.

"Sayang. Kamu mau aku belikan apa lagi?" tanya Wijaya membujuk.

"Aku mau perawanku kembali pak." ucapnya tegas. "Bisa?" tanya Diana.

"Kamu gak bisa hidup tanpa uangku sayang!" ujarnya lembut membuat Diana merinding.

"Gak perlu." jawabnya jutek.

"Yakin?" ledek Wijaya. "Baiklah jika tidak perlu, kamu akan rugi karena sudah pecah tapi tidak dapat apa²." ledeknya lagi.

"Aku mau tabunganku banyak, aku mau kuliah sampai sukses." jawabnya menggebu.

"Ok. Gampang itu." jawab Wijaya enteng.

Hubungan tidak jelas berjalan dua tahun, Diana melakukan hubungan badan sebanyak 1 kali dengan Wijaya sisanya mereka akan saling memuaskan tanpa berhubungan langsung.

Saat Diana naik kelas XII orang pada heboh, gosip telah tersebar.

"Itu anaknya pak Sidiq dan ibu Riana lon**, ayo teriaki." ucap seorang warga di tempat Diana tinggal.

"Sini layani kami." orang lainnya lagi. Banyak cacian dan hinaan yang dia terima selama 1 tahun tersebut.

"Sabar Diana, tinggal satu tahun saja! Pasti bisa." batin Diana. Diana tetap melangkah tanpa memperdulikan cemoohan orang² disekitarnya.

***

Aktivitas Diana lakukan sehari² sebagai seorang siswi dengan banyaknya cacian dan hinaan yang harus dia hadapi.

......................

Bersambung ♡♡♡

BAB 3

Flashback On

"Pak maaf, aku mau mundur dari hubungan yang tidak jelas ini." ucap Diana lembut supaya diterima oleh pak Wijaya.

"Kenapa Diana? Aku sayang kok sama kamu. Kamu mau apa biar bapak belikan ya?" bujuk pak Wijaya.

"Aku takut pak. Aku sudah banyak dosa! Aku malu sama diriku sendiri, malu sama Tuhan, malu sama keluarga, teman dan para tetangga pak." ucap Diana memelas.

"Gak akan tahu Diana. Mereka gak akan ada yang tau jika kamu diam! Kamu mau saya laporkan karena kamu sudah memeras saya?" ancam pak Wijaya.

"Saya memeras bapak? Apa tidak salah! Kan bapak yang selalu memberi uang juga perhiasan ke saya. Kenapa sekarang jadi saya yang dituduh memeras! Justru bapak yang sudah merusak saya! Saya sudah ternodai karena bapak." ucap Diana sambil menangis karena sudah tidak tahan lagi. "Saya salah pak, saya salah karena sudah menerima semua uang bapak, ini saya kembalikan." ucap Diana dengan menyodorkan buku rekening, perhiasan dikotak, dan juga hp yang diberikan pak Wijaya. "Permisi." lalu Diana bangkit meninggalkan Pak Wijaya sendiri.

"Diana." panggilnya. "Diana tunggu!" hendak mengejar tapi ada pelayan restoran yang mengingatkan bahwa pesanan belum dibayar.

"Ini." pak Wijaya menyodorkan uang 100rb lalu pergi dan membawa barang² uang telah dikembalikan oleh Diana.

"Diana, kenapa kamu keras kepala sih?" batin Pak Wijaya setelah berada dalam mobilnya. "Bagaimana caranya supaya aku bisa mengembalikan barang ini." batinnya lagi.

***

Beberapa minggu kemudian pak Wijaya punya ide untuk mengembalikan barang milik Diana yang sudah diberikan oleh pak Wijaya. Saat ini Diana masuk kelas XI SMK.

"Sumi, tolong aku!" ujar Pak Wijaya pada Sumi seorang janda yang merupakan tetangga Diana.

"Tolong apa pak Bos. Tapi ada imbalannya ya!" ucapnya senang.

"Beres. Ini 500rb buat kamu! Tolong pertemukan saya dengan Diana tetangga kamu."

"Ha? Diana anak kecil itu! Dia kan masih sekolah pak Bos."

"Iya yang itu. Tidak masalah masih sekolah!"

"Baiklah pak Bos." ucap Sumi lalu menerima uang 500rb dengan senang. "Nanti saya kabari kalau sudah ada waktu untuk ketemu Diana." ucapnya lagi.

"Ok. Saya pulang!" pamit Wijaya. Dia rela datang ke rumah bu Sumi untuk bertamu demi membujuk Diana, dia tidak bisa hubungi Diana karena hpnya ada padanya.

"Semoga dengan cara ini saya berhasil membujuknya." batin Wijaya.

***

"Ayah dari mana?" tanya Zain ketika pak Wijaya sampai di rumah.

"Ada urusan. Kamu tumben dirumah, biasanya nongkrong sama teman." ucap pak Wijaya.

"Yah. Boleh gak kalau aku pindah ke Makassar bersama kakak?!" pintanya.

"Kenapa?" tanya ayahnya.

"Bosan disini ayah. Mau cari suasana baru." jawab Zain.

"Iya terserah kamu. Ibu kamu mengizinkan atau tidak?" tanyanya lagi.

"Kalau ayah izinkan pasti ibu izinkan ayah." ucapnya.

***

"Pak, saya sudah punya rencana dan sudah meminta Diana untuk menemani saya ke kota naik motor saya." ucap Sumi ketika alasan berbelanja ditoko pak Wijaya.

"Bagus bu. Jadi kapan saya bisa menemuinya?" tanyanya antusias. Mereka tidak dicurigai mengobrol karena seperti serius mengobrolkan pekerjaan atau hal² barang dagangan, kalau ada yang lewat mereka akan mengalihkan pembicaraan ke arah jual beli barang.

"Besok ya pak. Adakah tambahan bonus buat saya?" tanyanya.

"Besok kalau saya sudah ketemu Diana." jawab pak Wijaya lalu pergi. "Dasar Janda matre!" batin pak Wijaya.

***

"Kita mau kemana bude?" tanya Diana. Ya Bu Sumi suku Jawa makanya dipanggil bude.

"Ke kota pinggir pantai ya! Bude mau temui teman bude Dian." jawabnya. Diana mengangguk menjalankan motor bude Sumi dengan kecepatan sedang.

"Kamu lincah juga bawa motor Dian!" ucap bude Sumi.

"Iya bude. Pernah belajar sambil balap²." ucapnya sambil tersenyum.

"Tapi harus hati² Dian, bahaya kalau balap²." nasehatnya.

"Iya bude." jawab Diana singkat.

"Kita digazebo saja Dian. Nah disana enak sejuk Dian." ucap bude Sumi.

Mereka turun dari motor dan menunggu digazebo berdua. "Kamu haus Dian?" tanya bude Sumi. "Ini beli air disana." tunjuknya sambil memberikan uang 50rb.

"Iya bude." lalu berjalan menuju penjual es kelapa.

"Pak es Kelapanya dua." ucap Diana.

"Tunggu neng." ucap bapak penjual es kelapa. "Ini neng." ucapnya sambil memberikan es kelapa digelas plastik.

"Makasih pak." ucap Diana lalu pergi setelah membayar dan diberikan uang kembalian.

Setelah dekat dari gazebo Diana baru menyadari jika teman bude Sumi adalah pak Wijaya. Dia menghentikan langkah, mau berbalik sudah ketahuan kembali, mau lanjut ragu².

"Diana sini, teman bude sudah datang." ucap bude Sumi sambil melambaikan tangan ke arah Diana. Pak Wijaya tersenyum usil melihat Diana yang baru datang dengan membawa dua gelas es kelapa.

"Sini Diana, duduklah. Ini teman bude!" ucap Bude Sumi yang pura² tidak tau apapun, lalu mereka kenalan.

"Diana." sambil tertunduk.

"Wijaya." sambil tersenyum dan mereka menyebut nama mereka bersamaan.

"Saya tinggal ke toilet dulu pak. Diana temani dulu pak Wijaya ya! Permisi." ucap bude Sumi lalu pergi.

"Langsung pulang saja deh!" ya dia meninggalkan mereka bedua digazebo dan meninggalkan motornya.

"Diana maafkan saya. Kamu ambil ini ya! Ini barang milik kamu." ucap pak Wijaya lembut. "Ambillah." ucapnya lagi.

Mau tidak mau Diana mengambilnya karena dia juga butuh uang dan hp untuk komunikasi.

"Terima kasih tapi saya tidak mau semuanya berlanjut." ucap Diana. Pak Wijaya mendekat lalau memeluk Diana dari samping.

"Pak malu. Kenapa mesti peluk² sih?" ucapnya sambil mendorong pak Wijaya. Pak Wijaya memang baik, lembut, makanya Diana mudah terperdaya tapi dia menganggap pak Wijaya seperti orang tuanya.

Selesai masalah mereka menurut pak Wijaya karena sudah bisa baikan dengan Diana.

"Bude ke toilet kok lama ya?" gumam Diana pelan sambil minum es kelapanya.

"Bude mu gak bakal kesini. Dia sudah pulang!" ucap pak Wijaya santai.

"Ha? Kok bisa!" tanyanya heran sekaligus kaget.

"Iya. Motornya juga sudah gak ada."

"Iya ya." gumam Diana sambil celingukan. "Nanti saya pulang gimana ya?" tanya Diana.

"Nanti saya antar." jawabnya santai.

"Gak pak. Nanti ketahuan orang! Biar saya cari ojek saja."

"Gak perlu Diana. Nanti saya antar." paksanya. "Atau mau saya bawa ke Vila?" tanya pak Wijaya lagi. Diana bergidik ngeri membayangkannya.

"Aku mau pulang pak." rengek Diana.

"Iya nanti saya antar." ucapnya. Mereka melanjutkan minum es kelapa hingga habis dengan mengobrol ringan lalu pulang.

Flashback Off

......................

Bersambung ♡♡♡

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!