Seorang wanita cantik berlari pelan menghampiri Ayahnya yang saat ini tengah duduk santai di taman.
"Ayah! Kenapa Ayah malah duduk di taman seperti ini? Ayah seharusnya tau bukan bahwa Ayah sedang tidak sehat," ucap gadis cantik itu yang bernama Hanna Cahya Akira.
Hanna berprofesi sebagai seorang dokter, meskipun dia baru saja lulus tapi kemampuannya cukup baik dalam bidangnya. Saat ini Hanna menghampiri Ayahnya lalu menuntun ayahnya untuk masuk ke dalam.
"Ayah, ingat untuk jaga kesehatan Ayah. Jangan selalu membuat Hanna merasa khawatir dengan kondisi Ayah saat ini. Apalagi hanya Ayah yang Hanna punya di dunia ini, Hanna mohon jaga kesehatan Ayah," sambung Hanna dengan memeluk Ayah nya seraya takut kehilangan sang Ayah.
Mendengar apa yang dikatakan oleh putrinya, Ahmad Ayah Hanna memegang tangan Hanna sambil tersenyum.
''Hanna, umur Ayah semakin tua dan kesehatan Ayah pun juga semakin berkurang. Ayah tidak akan selamanya berada untuk menjaga kamu, Hanna. Hanna, kenapa kamu tidak menikah saja agar ada seseorang yang menjaga kamu, Nak," kata Ahmad kepada Hanna memintanya untuk menikah.
"Lagian umur kamu juga sudah cukup untuk menikah. Ayah ingin melihat anak Ayah satu-satunya menikah sebelum Ayah meninggal,"
"Tidak! Jangan katakan seperti itu Ayah. Ayah akan bersama dengan Hanna, Hanna tidak akan menikah biarkan Hanna hidup tanpa suami tapi Hanna bisa bersama dengan Ayah," Hanna tampak menitikkan air matanya sambil memeluk sang Ayah karena dia takut kehilangannya.
''Hanna, jangan bicara seperti itu. Semua yang bernyawa pasti akan kembali kepada sang pencipta," ucap Ahmad sambil mengelus kepala anaknya.
"Aku mengerti, Ayah tapi tidak untuk saat ini. Aku masih membutuhkan Ayah berada di samping ku, ku mohon Ayah jangan katakan seperti itu Hanna masih belum siap kehilangan Ayah," Hanna semakin erat memeluk sang Ayah karena dia benar-benar takut kehilangan Ayahnya.
Ahmad hanya bisa diam dengan membelai pelan kepala anaknya karena dia tau selama kepergian ibunya Hanna selalu bersama dengan dirinya.
Malam hari pun kembali menyapa, saat ini Hanna tengah berada di rumah sakit. Dia sedang memeriksa beberapa pasien dan setelah selesai Hanna kembali ke ruangannya. Di dalam ruangannya Hanna menatap foto dirinya yang masih kecil, di foto itu Hanna tersenyum bahagia dengan kedua orang tuanya bersama dirinya. Hanna kembali mengingat masa kecilnya yang sangat membahagiakan.
"Ibu, Hanna sekarang sudah menjadi seorang dokter. Hanna ingin membantu orang-orang yang sedang sakit, Hanna ingin menyelamatkan pasien untuk bisa kembali bersama dengan keluarganya meskipun terkadang ada pasien yang tidak bisa Hanna selamatkan. Ibu, Hanna masih ingat bagaimana dulu Ibu meninggal karena Ayah tidak memiliki biaya dan sekarang Hanna tidak ingin kejadian yang di alami oleh Ibu terjadi pada orang lain karena Hanna tau bagaimana tidak berdayanya Ayah saat itu saat Ibu tidak mendapatkan perawatan yang baik karena Ayah tidak memiliki uang," ucap Hanna dengan mengusap foto ibunya dengan menitikkan air matanya.
Dulu waktu Hanna masih kecil, keluarganya memang berasal dari keluarga kurang mampu hingga saat ibunya jatuh sakit dan mereka tidak memiliki uang sama sekali. Sejak saat itu Hanna bercita-cita ingin menjadi dokter karena dia ingin membantu orang-orang yang tidak memiliki biaya seperti dirinya dulu. Hanna juga tidak menyalahkan kematian Ibunya karena tidak memiliki biaya, dia juga sadar bahwa hidup dan mati manusia hanya lah rahasia Allah hanya saja Hanna mengambil pelajaran dari kematian Ibu nya untuk membantu orang-orang.
Hingga saat Hanna berusia 10 tahun kehidupannya mulai berubah, Ahmad mulai fi percaya oleh Bos nya untuk mengelola perusahaannya dan saat itu tahun demi tahun kehidupan mereka menjadi baik dan Ahmad memiliki perusahaan hingga saat ini Ahmad telah sukses mengembangkan perusahaannya yang lebih dari satu.
Saat ini Hanna baru saja keluar dari rumah sakit dan menyetir sepada motornya, sedangkan dari kejauhan sepasang mata menatap tajam kearah Hanna.
"Jadi dia adalah orangnya?" tanya lelaki tersebut dengan menatap tajam kearah Hanna.
"Benar Tuan, nama nya Hanna," jawab anak buahnya.
"Aku ingin dia hancur," perintah lelaki tersebut dengan amarah di dalam hatinya.
Hari demi hari berlalu begitu saja, saat ini Hanna mendapatkan kabar bahwa Ayahnya masuk ke rumah sakit. Hanna langsung berlari menuju ke ruangan sang Ayah.
"Ayah! Ayah baik-baik saja?" tanya Hanna saat dia melihat Ayahnya yang tidur di ranjang rumah sakit dengan wajah pucatnya.
"Hanna, kamu jangan menangis seperti itu. Ayah baik-baik saja kok," jawab Ahmad dengan suara lemahnya.
"Dok, bagaimana dengan keadaan Ayah saya?" tanya Hanna bertanya kepada dokter di sampingnya.
"Hanna, kita bicarakan di ruangan saya saja," jawab sang dokter spesialis jantung meminta Hanna untuk berbicara di ruangannya.
Hanna pun mengikuti dokter untuk masuk ke ruangannya. Di dalam ruangannya dokter memberikan sebuah lembaran kertas tentang kondisi Ayahnya.
"Hanna, keadaan Ayah kamu saat ini dalam keadaan kurang baik. Keadaan jantung nya juga semakin parah," ucap sang dokter dengan menjelaskan keadaan Ayah Hanna.
"Apa? Bagaimana bisa Dok? Bukankah waktu itu keadaan Ayah sudah cukup membaik, kenapa sekarang malah buruk?" tanya Hanna tidak percaya dengan apa yang dikatakan sang dokter.
"Ayah kamu mengalami kelelahan dan melihat kondisi Ayah kamu yang mengalami serangan jantung, saya pikir ada sesuatu yang mengganggu pikirannya sehingga membuat serangan jantung. Coba kamu bertanya secara perlahan dengan Ayah kamu, mungkin ada sesuatu yang mengganggu pikirannya sehingga membuat keadaannya seperti sekarang,"
Hanna terdiam saat mendengar penjelasan sang dokter, selama beberapa hari ini Ayah Hanna memang terlihat gelisah dan selalu pulang larut malam dari perusahaannya.
"Tolong berikan perawatan yang terbaik bagi Ayah saya, Dok," pinta Hanna kepada sang Dokter.
"Jangan khawatir Hanna, saya akan melakukan yang terbaik untuk Ayah kamu,"
" Terima kasih banyak, Dok," jawab Hanna lalu dia pun keluar dari ruangan Dokter spesialis jantung dengan wajah lesunya.
Hanna berjalan dengan pikiran yang berkecamuk, dia memikirkan Ayahnya yang terlihat gelisah.
"Apa yang Ayah sembunyikan dari aku?" gumam Hanna lalu dia pun berjalan menuju ke ruangan sang Ayah.
Di dalam ruangan Ayahnya, Hanna menatap wajah sang Ayah yang terlihat pucat dengan berbagai alat yang terpasang pada tubuhnya. Hanna memegang tangan Ayahnya sambil menangis.
"Ayah, Ayah harus sembuh. Ayah jangan menyerah pada penyakit Ayah," kata Hanna dengan menyemangati Ayah nya meskipun saat ini Ayahnya sedang tidak sadarkan diri.
Saat ini Hanna berjalan keluar menuju ke Perusahaan Ayah nya untuk menemui asisten Ayahnya. Hanna ingin mencari tau tentang masalah apa yang sedang terjadi.
"Pak," panggil Hanna kepada asisten Ayahnya.
"Nona Hanna, silahkan masuk Non," kata si asisten menyuruh Hanna masuk.
Hanna pun masuk lalu duduk di sofa yang berada di ruangan tersebut. Hanna melihat beberapa tumpuk dokumen yang berada di meja Ayahnya. Hanna semakin merasa curiga karena dia juga melihat wajah asisten Ayah nya yang terlihat kelelahan.
"Pak, apa yang terjadi? Kenapa banyak sekali dokumen di meja?" tanya Hanna sambil melihat kearah dokumen tersebut.
"Ah, itu bukan dokumen penting Nona, itu hanya dokumen biasa saja," jawab asisten Ayahnya sambil menggaruk kepalanya.
Hanna semakin merasa curiga karena tidak biasanya asisten Ayahnya bersikap seperti itu.
"Pak, jangan berbohong padaku. Sekarang Ayah sudah berada di rumah sakit karena kelelahan jadi ku mohon katakan apa yang sebenarnya terjadi? Mungkin aku bisa membantunya, Pak,"
Mendengar bagaimana wajah Hanna yang terlihat sedih akhirnya Asisten Ayahnya pun mengatakan yang sebenarnya tentang apa yang terjadi pada perusahaannya.
Setelah mendengar cerita dari asisten Ayahnya, Hanna cukup terkejut karena saat ini keadaan perusahaannya berada dalam kebangkrutan.
"Apa! Bagaimana ini bisa terjadi?" tanya Hanna tidak percaya dengan apa yang terjadi pada perusahaannya.
Setelah mendengar semua cerita dari asisten Ayahnya, Hanna pun keluar dengan pikiran kacau. Dia benar-benar tidak tau bagaimana caranya agar dia bisa menyelematkan perusahaannya.
"Kenapa semua ini bisa terjadi? Bukankah selama ini perusahaan Ayah baik-baik saja lalu kenapa bisa tiba-tiba akan bangkrut seperti ini?" ucap Hanna merasa ada sesuatu yang aneh yang terjadi kepada perusahaan nya.
Kini Hanna duduk di sepeda motor nya memikirkan tentang masalah yang saat ini menimpa dirinya. Di saat Hanna masih kacau memikirkan tentang perusahaan Ayah nya tiba-tiba handphonenya berdering. Hanna pun langsung mengangkat teleponnya.
"Hallo, assalamualaikum," ucap Hanna.
"Hanna! Kamu cepat datang ke rumah sakit, keadaan Ayah kamu tiba-tiba drop!" kata dokter yang menangani Ayah Hanna.
Mendengar kabar bahwa keadaan Ayah nya Drop, Hanna langsung bergegas pergi menuju ke rumah sakit.
"Apa? Baiklah Dok, saya akan segera ke sana," jawab Hanna lalu mengakhiri panggilan nya dan segera pergi ke rumah sakit.
Setelah tiba di rumah sakit, Hanna tampak berlari menuju ke ruangan Ayah nya. Pikirannya semakin kacau, ketakutan dalam hati Hanna semakin kuat.
"Ayah, Ayah harus baik-baik saja. Ayah harus kuat, jangan tinggalin Hanna sendirian di dunia ini, Ayah,'' gumam Hanna di dalam hatinya sambil berlari menuju ke ruangan Ayah nya.
Setelah tiba di ruangan Ayah nya, Hanna tampak terkejut saat dia melihat di monitor bagaimana keadaan Ayah nya.
"Dok, apa yang terjadi dengan Ayah saya? Kenapa keadaannya buruk seperti ini?" tanya Hanna dengan wajah cemasnya.
"Hanna, keadaan jantung Ayah kamu memang tidak baik dan entah kenapa setelah di berikan obat penguat jantung keadaan Ayah kamu semakin parah dan sekarang ginjal nya juga bermasalah. Ayah kamu mengalami komplikasi yang cukup parah," jawab sang dokter menjelaskan bagaimana keadaan Ayah Hanna sekarang.
Mendengar penjelasan sang dokter hati Hanna semakin kacau, dia langsung berlari menuju ranjang Ayah nya.
"Ayah, Ayah dengarkan suara Hanna? Ayah, Hanna mohon jangan membuat Hanna takut seperti ini. Ayah harus bertahan bukankah Ayah ingin melihat Hanna menikah, sekarang Hanna masih belum menikah Ayah, hiks hiks. Ayah, Hanna mohon sadarlah, hiks," tangis Hanna sambil memegang tangan Ayah nya yang terlihat semakin pucat.
Melihat bagaimana sedihnya Hanna, dokter itu pun menghampiri Hanna untuk menenangkan nya. Dokter tau bahwa keadaan Ayah Hanna sudah sangat buruk untuk kembali sembuh pun itu hanya sedikit.
"Hanna, kamu harus relakan Ayah kamu. Sekarang keadaan nya juga sangat buruk tadi saya juga sudah mencoba untuk melakukan yang terbaik bagi Ayah kamu dan hasilnya sama seperti sekarang ini," ucap sang dokter kepada Hanna agar Hanna bisa merelakan kepergian sang Ayah.
"Tidak Dok! Bagaimana bisa aku merelakan Ayah ku sedangkan aku hanya punya dia, aku tidak akan ingin hidup sendirian di dunia ini, Dok. Dok, saya mohon selamatkan Ayah saya, coba sekali lagi, Dok. Lakukan kejut listrik lagi pada Ayah saya, Dok,," pinta Hanna kepada sang dokter dengan memaksanya agar memberikan obat penguat jantung kepada Ayah nya.
"Hanna, percuma saja jika kita kembali melakukan tindakan kejut listrik pada Ayah kamu hasilnya juga akan semakin buruk, itu bisa membuat pembuluh darah Ayah kamu pecah. Hanna, kamu ini seorang dokter seharusnya kamu mengerti kan kemungkinan terburuk pada pasien apalagi Ayah kamu mengalami gagal ginjal," kata dokter dengan memarahi Hanna atas sikapnya yang memaksanya untuk kembali melakukan kejut listrik pada Ayah nya.
Keadaan Ayah Hanna sekarang sudah tidak bisa di selamatkan, keadaan Ayah Hanna terbantu oleh alat-alat yang terpasang pada tubuhnya dan jika semua alat itu di lepas maka otomatis Ayah Hanna sudah meninggal.
Hanna menangis sesegukan dan tubuh nya tiba-tiba terasa lemas hingga dia terjatuh di lantai. Hanna menangis meluapkan semua rasa sedih di dalam hatinya saat dia harus kehilangan Ayah nya, satu-satunya orang yang Hanna miliki di dunia ini.
"Ayah, kenapa Ayah meninggal kan Hanna tanpa mengatakan apapun pada Hanna, hiks. Kenapa Ayah pergi di saat Hanna masih membutuhkan Ayah di dunia ini, bagaimana nanti Hanna akan menjalani hidup ini tanpa kehadiran Ayah, hiks hiks," tangis Hanna dengan tubuh gemetar.
Dan benar saja tak lama kemudian layar monitor memperlihatkan garis lurus yang artinya Ayah Hanna kini sudah meninggal. Dokter dan juga para perawat yang melihat kesedihan Hanna hanya bisa menenangkan Hanna lalu saat itu juga semua alat yang berada di tubuh Ayah Hanna di buka lalu kain putih menutuh seluruh tubuh Ayah Hanna.
"Hanna, kamu harus bersabar. Semua yang bernyawa pasti akan meninggal termaksud saya dan juga kamu. Ikhlaskan kepergian Ayah kamu agar dia tenang di alam sana, sekarang dia sudah tidak merasakan sakit lagi, sekarang dia sudah bertemu dengan Ibu kamu di surga, Hanna," kata dokter sambil menepuk pundak Hanna pelan agar dia bisa merelakan kepergian Ayah nya.
Hanna hanya bisa menangis dan saat itu juga perawat membawa jenazah Ayah ke kamar mayat.
Pagi hari pun kembali menyapa, saat ini Ayah Hanna sudah selesai di makamkan dan begitu banyak orang yang datang melayat untuk memberikan bela sungkawa kepada Hanna karena selama ini Ayah Hanna memang terkenal baik sehingga banyak orang dan juga tetangga yang membantu proses pemakaman Ayah Hanna.
Di atas kuburan yang bertabur bunga, Hanna hanya bisa diam sambil menatap kosong ke arah kuburan ke dua orang tuanya. Hanna tidak menyangka bahwa kini dirinya benar-benar sendirian di dunia ini. Tidak ada lagi yang menemani Hanna seperti dulu.
"Ayah, Ibu. Pasti sekarang kalian berdua sedang bersama, kalian pasti bahagia bukan tapi kenapa kalian berdua begitu jahat pada Hanna. Kenapa kalian berdua pergi meninggalkan Hanna sendirian di sini, Hanna masih membutuhkan kalian berdua, hiks hiks. Ayah, Ibu, kenapa kalian harus pergi meninggalkan Hanna secepat ini, aakkhh!" tangis Hanna sambil memegang batu nisan ke dua orang tuanya.
Hari demi hari berlalu begitu cepat, sudah setengah bulan sejak kepergian sang Ayah Hanna sama sekali tidak keluar rumah. Dia hanya diam sambil memegang foto ke dua orang tuanya. Saat Hanna sedang duduk di ruang tamu, tiba-tiba suara ketukan pintu terdengar dari luar, Hanna yang sedang melamun langsung tersadar dari lamunannya.
Tok Tok!
"Siapa itu?" gumam Hanna dengan melihat kearah pintu.
Hanna pun berjalan untuk membuka pintu nya dan setelah dia membuka pintu ternyata asisten Ayahnya yang bertamu.
"Assalamualaikum, Non, ada sesuatu yang ingin saya bicarakan dengan nona," ucap asisten Ayah Hanna.
"Waalaikumsallam. Pak, mari masuk ke dalam," jawab Hanna mempersilahkan masuk ke dalam rumah nya.
Saat ini mereka berdua pun duduk di ruang tamu dan Asisten Ayah Hanna mengeluarkan beberapa berkas milik perusahaan nya.
"Maaf Non, saya tidak bisa mempertahankan perusahaan milik Tuan dan sekarang perusahaan Tuan benar-benar sudah bangkrut. Maaf kan saya, Non," kata asisten Ayah Hanna sambil menyerahkan berkas tersebut.
Hanna hanya terdiam sambil melihat kearah berkas yang di berikan oleh asisten Ayahnya.
Kini Hanna hanya bisa menghela nafas berat saat dia melihat berkas perusahaan Ayahnya yang kini sudah hilang.
"Terima kasih Pak karena sudah mau membantu Ayah selama ini dan saya minta maaf karena saya tidak bisa memberikan apa-apa lagi selain ucapan terima kasih," kata Hanna kepada asisten Ayahnya yang selama ini telah membantu Ayah nya mengurus perusahaan.
"Sama-sama Nona, saya membantu Tuan karena selama ini Tuan juga sering membantu saya," jawab sang asisten saat mengingat bagaimana kebaikan Ayah Hanna.
Setelah obrolan pendek itu akhirnya asisten Ayah Hanna pun pulang dan kini tinggal Hanna yang berada di rumah nya bahkan saat ini Hanna juga harus membereskan semua barang-barang nya karena rumahnya juga akan di sita.
"Ya Allah, cobaan seperti apa lagi ini. Kenapa Engkau memberikan cobaan bertubi-tubi pada ku, aku baru saja kehilangan Ayah ku dan kini semua harta Ayah ku juga harus hilang. Kebahagiaan seperti apa yang Engkau ingin berikan kepada hamba sampai Engkau mengambil orang yang paling hamba sayangi," kata Hanna saat dia membereskan barang-barang nya sambil menangis.
Kini Hanna pun berjalan keluar dari rumah yang penuh kenangan itu, Hanna menoleh kearah rumahnya lalu menyeka air mata yang mengalir di pipi nya.
"Ayah, aku berjanji bahwa aku akan mengambil kembali semua yang pernah menjadi milik Ayah. Hanna akan bekerja keras dan mengambil semua nya," ucap Hanna dengan keyakinan di hatinya bahwa dia akan kembali merebut semua yang pernah menjadi milik Ayah nya.
Dengan berat hati Hanna pun berjalan pergi meninggalkan rumah nya, kini dia menaiki taksi dan mencari rumah kontrakan untuk dia tinggal.
Sedangkan di tempat lain, saat ini anak buah Lucas tengah memberikan rekaman tentang kepergian Hanna dari rumah nya. Lucas tampak tersenyum bahagia saat melihat bagaimana ekspresi wajah sedih Hanna.
"Bagus, sekarang kalian harus membuat wanita itu keluar dari rumah sakit, buat dia tidak bisa bekerja sebagai dokter dan selanjutnya buat dia kesulitan mencari pekerjaan dan arahkan dia untuk bekerja di perusahaan nya sendiri dan mulai sekarang aku lah yang akan mengurus perusahaan itu," ucap Lucas kembali memerintahkan anak buahnya untuk membuat Hanna bekerja dengan nya.
"Baik Tuan," jawab anak buah Lucas lalu dia pun pergi untuk menjalankan perintah dari Lucas.
Setelah melihat beberapa rumah kontrakan akhirnya Hanna pun menyukai salah satu rumah kontrakan yang biaya nya cukup murah karena saat ini Hanna harus berhemat untuk hidupnya.
"Alhamdulillah, meskipun rumah nya tidak terlalu besar tapi ini sudah cukup bagus apalagi harga nya juga cukup murah," kata Hanna saat dia melihat rumah kontrakan yang akan dia tempati.
Hanna pun mulai menaruh barang-barang nya di rumah kontrakan itu dan kinu Hanna berniat untuk beristirahat karena kejadian beberapa hari ini membuat Hanna kurang tidur. Saat Hanna mulai memejamkan matanya tiba-tiba handphone nya berdering.
"Siapa yang menelepon malam-malam seperti ini?" kata Hanna sambil mengambil handphone nya.
"Direktur rumah sakit? Kenapa Direktur tiba-tiba menelfon ku malam-malam seperti ini?" Hanna langsung duduk saking dia terkejut saat dia mendapatkan telepon dari direktur rumah sakit.
Hanna pun mengangkat teleponnya dengan perasaan tidak enak, entah mengapa ada firasat bahwa akan terjadi sesuatu yang buruk kepada nya.
"Assalamualaikum,"
"Hanna, sekarang cepat kamu datang ke rumah sakit. Ada sesuatu yang ingin saya bicarakan dengan kamu," ucap sang direktur dengan nada suara tegas.
Hanna semakin merasa takut saat mendengar nada suara direktur, Hanna pun langsung bergegas menuju ke rumah sakit seperti perintah sang direktur. Setelah tiba di rumah sakit, Hanna langsung berjalan menuju ke ruangan Direktur dan di sana sang direktur sudah menunggu kedatangan Hanna.
"Assalamualaikum," Hanna membuka pintu ruangan Direktur.
"Waalaikumsallam, silahkan masuk Hanna," jawab sang direktur dengan menatap serius kearah Hanna.
Hanna pun masuk ke ruangan Direktur dengan perasaan gugup.
"Hanna, saya menyuruh kamu datang ke sini karena ada sesuatu yang ingin saya bicarakan. Ada salah satu keluarga pasien yang komplain tentang cara bekerja kamu sehingga membuat pasien meninggal. Bagaimana bisa kamu seceroboh itu Hanna? Bagaimana bisa kamu memberikan obat dengan dosis tinggi kepada pasien yang mengalami lemah jantung," ucap sang direktur memarahi atas kecerobohan Hanna.
Hanna cukup terkejut mendengar apa yang dikatakan oleh sang direktur tentang pasiennya. Hanna sangat ingat bahwa dia tidak pernah menangani pasien yang memiliki riwayat lemah jantung dan jika memang pasien itu memiliki penyakit lemah jantung Hanna tidak akan berani memberikan resep obat sembarangan. Hanna pasti akan menyuruh sang pasien untuk menemui dokter ahli jantung dan tidak berani menangani nya sendiri.
"Tidak Pak, saya sangat ingat dengan betul bahwa saya tidak pernah menangani pasien yang memiliki riwayat lemah jantung," jawab Hanna membantah apa yang dikatakan sang direktur.
"Hanna, keluarga pasien sudah mengkonfirmasi bahwa kamu lah yang memeriksa dan memberikan resep obat kepada pasien tersebut sehingga membuat pasien tersebut meninggal dunia. Hanna semua bukti menunjukkan bahwa kamu benar-benar bersalah,"
"Kapan pasien itu datang kepada saya? Saya ingin bertemu dengan keluarga pasien bahwa apa yang mereka tuduhkan itu tidak benar!" Hanna tampak berjalan keluar untuk menemui keluarga pasien.
"Hanna hentikan! Mereka sudah pulang, awalnya mereka menuntut untuk membawa kasus ini ke pengadilan tapi saya berusaha keras untuk membujuk mereka dan mereka hanya menginginkan kamu untuk tidak lagi bekerja di rumah sakit ini. Hanna maafkan saya dengan berat hati kamu harus saya pecat dari rumah sakit ini dan mungkin kamu akan kesulitan mencari rumah sakit lain melihat kasus yang kamu lakukan," ucap sang direktur memecat Hanna dari rumah sakit ini.
Hanna hanya bisa terdiam mendengar apa yang dikatakan oleh sang direktur, rasa sedih di dalam hatinya dia sembunyikan dengan senyuman.
"Baiklah Pak, terima kasih banyak karena sudah mau memperkerjakan saya di rumah sakit ini. Kalau begitu saya mohon pamit dulu, Assalamualaikum," ucap Hanna berjalan keluar dari ruangan direktur.
"Waalaikumsallam," jawab direktur menatap kepergian Hanna.
Saat ini Hanna berjalan keluar dari rumah sakit tempat dia bekerja, Hanna kembali menangis mengingat cobaan yang datang silih berganti.
"Ya Allah, apa lagi ini. Kenapa Engkau juga mengambil pekerjaan hamba? Sekarang bahkan hamba tidak memiliki pekerjaan, bagaimana nanti hamba harus melangsungkan hidup ini, hiks hiks," tangis Hanna lalu dia berjalan pergi dari rumah sakit.
Hanna yang sudah tidak memiliki kendaraan pun hanya bisa berjalan kaki menuju ke rumah kontrakan. Saat ini Hanna benar-benar terlihat sangat menyedihkan, di saat hatinya sedang kacau. Tiba-tiba Hanna melihat sebuah masjid, Hanna pun berjalan ke arah masjid tersebut dan mulai melakukan ibadah.
Hanna ingin mengadu kepada sang pencipta tentang keluh kesah yang saat ini dia rasakan. Hanna ingin mengeluarkan semua rasa lelah di dalam hatinya atas cobaan yang datang bertubi-tubi.
"Ya Allah, kini hamba benar-benar sudah tidak memiliki apapun lagi. Orang tua hamba sudah pergi, rumah dan seisi nya juga sudah hilang bahkan hamba sudah tidak memiliki pekerjaan. Kenapa Ya Allah? Kenapa Engkau mengambil semuanya sekaligus? Aaakkh!" tangis Hanna terdengar pilu.
Hanna menangis sampai sesegukan dan ketika hatinya mulai tenang, Hanna pun mulai bisa berfikir jernih.
"Hentikan Hanna, jangan mengeluh seperti ini, kau harus kuat, kau harus yakin bahwa Allah selalu bersama kamu. Mungkin di dunia ini kau tidak memiliki siapapun tapi aku yakin bahwa Allah selalu berada di samping ku," kata Hanna berusaha menguatkan diri nya sendiri.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!