NovelToon NovelToon

TRANSFORMASI SILUMAN SERIGALA

SUMPAH

Gonggongan anjing bersahutan dalam gelap nya malam, beberapa diantara mereka terlihat sudah tidak sabar untuk berlari mengejar mangsanya.

Sayang sekali tali leher yang mencekal telah menahan pergerakan mereka yang sangat agresif.

Seorang pria tua duduk di dalam mobil dengan wajah terangkat, ekspresi wajahnya datar, pancaran sinar bola matanya menyiratkan kemarahan.

Kebisingan suara anjing yang menyalak sama sekali tidak menggangu nuansa hatinya.

" Aku ingin semua serigala di hutan ini mati tanpa terkecuali, mereka harus menerima ganjaran nya karena telah berani melukai cucuku"

Suara yang sangat mendominasi keluar dari cicit pria itu. Seorang pria yang terlihat lebih muda darinya mengangguk patuh.

" Cepat buru para serigala di hutan ini, dan bawa bangkai nya ke hadapan ku!!! Setiap ekor serigala akan dihargai dua puluh juta !"

Pria yang baru saja mendapatkan titah menyuarakan perintah si pria tua. Para pemburu menjawab sigap dengan kesanggupan serta senyuman yang cukup bersemangat.

Mereka pun secara bersamaan melepaskan tali dari leher anjing-anjing pemburu itu. Dengan secepat kilat, para anjing berlari masuk menerobos hutan. Lalu diikuti oleh para pemburu.

Sekumpulan serigala yang berjalan berkelompok dibuat kaget dengan kehadiran anjing pemburu. Mereka tidak takut, justru mereka akan melawan. Sebelum para Serigala menyadari jika sebenarnya lawan mereka bukanlah para anjing tersebut. Melainkan beberapa manusia bersenjata.

DOR

DOR

Dua ekor serigala terkapar oleh timah panas yang menembus perut mereka. Serigala yang lain langsung panik, mereka kocar-kacir untuk menyelamatkan diri. Sayang nya anjing pemburu sudah mengepung mereka. Sehingga para Serigala tidak bisa melarikan diri.

DOR

DOR

" Suami kuuuuu!!!!"

Teriak seekor serigala betina, dan tentu para pemburu tidak mendengar nya.

DORR

Serigala betina itu ambruk, darah mengucur membasahi tanah hitam. Dia tidak memikirkan lukanya, tubuhnya berupaya untuk bergeser mendekat ke tubuh suaminya. Satu tangan nya memegangi perutnya yang sudah basah oleh darah hangat nya.

Air mata meleleh, dalam satu waktu yang bersamaan dia melihat sang suami menghembuskan nafas terakhirnya. Sekaligus anak dalam kandungan nya yang tidak bergerak.

" Hahahaha semudah ini mendapatkan uang "

Salah satu dari pemburu sudah berdiri di atas tubuh serigala betina sembari berkacak pinggang. Pria itu bersiap untuk membawa serigala tersebut untuk mendapatkan imbalan.

Sang serigala melirik tajam, amarah kebencian meluap.

" Manusia laknat !!! Aku bersumpah akan membuat dalang dari pembantaian ini menderita melebihi penderitaan ku. Aku bersumpah !!!"

Tekanan kalimat yang tidak didengar oleh manusia-manusia pemburu tersebut, rupanya di dengar oleh langit. Seketika itu juga, tiba-tiba terdengar petir menyambar.

Mereka hampir bersamaan mendongak ke langit.

" Sepertinya akan turun hujan, ayo cepat bereskan semuanya !!" Seru pria yang berdiri di atas tubuh serigala betina.

Ia berjongkok, lalu mengangkat tubuh serigala tersebut dan dimasukkan ke dalam karung. Dan dipanggul nya.

Semua pemburu melakukan hal yang sama, mereka berlaku adil supaya mendapatkan imbalan yang sama rata.

Tanpa mereka sadari, jiwa dalam tubuh serigala betina keluar melesat cepat berpisah dari jiwa teman-teman nya.

Anjani, nama serigala betina itu tidak bisa kembali ke Nirwana karena terikat dengan sumpah yang direstui oleh alam semesta.

Sementara di tempat lain, nampak seorang pria terbaring di atas ranjang pasien yang cukup mewah. Ia tengah menikmati makanan yang disuapi ke dalam mulutnya oleh seorang gadis cantik.

Gadis itu cukup telaten, dan pria tampan yang bernama Lesmana Pramudito pun menikmatinya hingga suapan terakhir.

" Udah habis " Bibir merah merekah menguntumkan senyuman manis. Dito pun membalas senyuman itu dengan lembut.

Tak lama setelah itu pintu kamar VIP tempat Dito dirawat terbuka. Seorang perempuan berpakaian almamater putih muncul, disusul oleh dua orang wanita muda yang berpakaian senada. Hanya berbeda model saja.

" Permisi, kami ingin melakukan pemeriksaan lanjutan kepada Tuan Dito" Sapa Dokter penuh santun.

" Baiklah, silahkan Dok"

Wanita cantik yang tak lain adalah Sintia Dewi bangkit mempersilahkan.

" Aku tunggu diluar ya sayang " Imbuhnya, yang langsung diiyakan oleh Dito.

Setibanya di luar, wajah cantik yang selalu dihiasi senyuman manis itu berubah masam. Sewaktu melihat seorang perempuan yang begitu menjijikkan baginya.

" Ngapain kamu masih disini ?!!" Hardik Sintia, kelembutannya serta Merta sirna, seakan-akan dia memiliki dua karakter yang berbeda.

Perempuan yang ditegur nya tidak menjawab, ia menunduk takut. Sintia semakin kesal, ia mendorong pundak gadis tersebut hingga mundur beberapa langkah.

" Pergi sekarang juga !!!" Nada bicara Sintia penuh penekanan.

Gadis itu melirik daun pintu kamar tempat Dito dirawat, ada rasa tak rela untuk menjauh.

" Apa lihat-lihat ?!!! Dito sama sekali tidak membutuhkan kehadiran mu disini. Jadi sekarang pergi !!!" Sintia mengangkat jari telunjuk nya ke arah jalan keluar.

" Ta- tapi..." Gadis itu akhirnya bersuara gemetar " Di- Dito baik-baik saja kan?"

" Tentu dia baik-baik saja, malah semakin baik dibawah perawatan ku. Perkembangan kesehatan nya maju pesat, karena disamping nya adalah kekasih yang sangat ia cintai" Jelas Sintia penuh percaya diri, ia melipat kedua tangannya di dada.

Gadis yang tidak lain adalah Dara Jelita hanya mampu menundukkan kepalanya.

Perhatian Sintia teralihkan oleh kedatangan seorang wanita paruh baya. Dialah Donita, Ibu dari Lesmana Pramudito.

Bibir nya tersenyum tatkala matanya bertemu dengan Sintia. Namun dalam sekian detik langsung berubah sewaktu melihat keberadaan Dara Jelita.

" Ngapain perempuan kotor ini ada disini ?" Ujarnya sengit.

Sintia tersenyum sinis, ia puas sekali mendengar hinaan Mamanya Dito kepada Dara Jelita.

Berbeda dengan Dara, gadis itu semakin gemetar ketakutan. Ia sadar jika Donita sudah datang, maka dirinya akan semakin terpojok.

Status nya sebagai menantu di keluarga Lesmana sama sekali tidak berpengaruh apapun. Dirinya justru semakin direndahkan, mungkin lebih rendah daripada status seorang pelayan.

Hal tersebut disebabkan karena Dara bukanlah menantu yang diinginkan. Dia menikah dengan Dito karena perintah Tuan Lesmana sendiri, yang tidak lain adalah Kakek Dito.

( Pria tua yang memerintahkan untuk mengeksekusi semua kawanan Serigala)

Tuan Lesmana menikahkan Dara dengan Cucu kesayangannya karena demi membalas Budi kepada Ayah Dara yang sudah mempertaruhkan nyawa demi menolong Tuan Lesmana dari sekelompok begal.

Tak ada yang bisa membantah kehendak dari dirinya, jika ada yang berani. Maka akan dicoret dari kartu keluarga.

Lesmana Pramudito tidak berdaya, dengan terpaksa ia pun menurutinya. Tapi bukan berarti dia rela hidup bersama dengan gadis kampungan seperti Dara.

Bila sudah lolos dari pantauan sang Kakek, dia akan menindas Dara. Dan tidak pernah menimbang rasa akan perasaan Dara.

Di depan Dara, secara terang-terangan Dito menunjukkan cintanya kepada Sintia. Dara hanya diam, dia cukup tahu diri siapakah dirinya.

Meskipun sebenarnya, sudah lama dia mengagumi sosok Lesmana Pramudito.

@@@@

Setelah sekian purnama bertapa dalam gua, akhirnya author bisa mengembangkan diri lagi. Semoga kali ini bisa fokus kembali membuat karya yang menghibur untuk para reader.

Terimakasih!

GARIS WAJAH

Meskipun sebenarnya, sudah lama dia mengagumi sosok Lesmana Pramudito. Wajah pria tampan itu selalu ia lihat dalam siaran televisi dan majalah.

Malah di dalam dinding kamarnya ada satu poster foto Lesmana Pramudito. Tidak pernah ia bayangkan, jika tindakan heroik sang Ayah yang menghilangkan nyawanya justru mengantarkan Dara menikah dengan pria idamannya.

Awalnya, Dara sangat bahagia. Namun setelah mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan dari Dito dan juga Ibunya, Dara jadi ketakutan.

" Cepat pergi !!! Masih diem aja disitu !! Kedatangan kamu sama sekali tidak diharapkan disini ! Paham!!" Gertak Sintia mulai dongkol melihat Dara membatu.

Donita mendengus, ia sungguh tidak rela berada di satu tempat dengan gadis yang membawa kesialan bagi putranya itu.

" Ih!!"

Sintia mulai lepas kontrol, dia mendorong tubuh Dara lebih kuat sehingga membuat tubuh Dara terjengkang ke lantai.

Dara meringis kesakitan, tulang ekornya berdenyut ngilu.

Bersamaan dengan itu, tanpa disadari oleh siapapun. Secercah sinar kecil masuk ke dalam tubuh Dara, bola mata Dara seketika melebar.

Sintia mencibir sengit, ia berbalik untuk mengajak Donita masuk ke dalam kamar Dito dan meninggalkan Dara disana.

Dara mematung untuk sekian detik, pupil matanya berubah menjadi hitam pekat. Sebelum akhirnya normal kembali.

Dara yang sudah dirasuki oleh jiwa Anjani, memandang ke sekeliling. Anjani yang berada di dalam tubuh Dara sedikit kebingungan. Dia sama sekali tidak mengenali tempat itu.

Namun indra penciumannya yang tajam sebagai seekor serigala, menangkap jejak kawanannya. Ia segera bangkit lalu mengendus dinding. Bau jejak itu tercium kuat dari balik dinding itu. Anjani langsung melangkah mantap masuk ke dalam kamar Dito dirawat.

Dito, Sintia dan juga Donita cukup kaget dengan kehadiran Dara. Apalagi gadis itu memperhatikan mereka dengan tatapan aneh. Biasanya Dara akan menundukkan kepalanya dalam-dalam, tapi kali ini justru menatap tajam.

" Berani kau masuk kesini !!" Seru Sintia, Pupil mata Dara bergerak menangkap wajah Sintia. Menelisik setiap garis di wajah mulus nya.

" Dasar perempuan licik, bagaimana bisa dia berada di sini ? Sedangkan hatinya memikirkan pria lain " Suara Anjani menggema dalam sanubari Dara.

Dito terkejut, tanpa ia sengaja telinganya mendengar suara itu. Ia menatap heran ke arah Dara, lalu beralih ke wajah Sintia. Kemudian menatap Ibunya yang terlihat santai saja.

Apakah tidak ada yang mendengar suara Dara barusan ? Dito kebingungan.

Sintia bergerak cepat mendekati Dara, sekali lagi dia mendorong tubuh Dara keluar dari kamar Dito. Tapi ia terkesiap kaget, karena tubuh Dara sangat keras. Seperti terpacak kuat di atas lantai.

" Jangan sentuh aku "

Dara menepis tangan Sintia, gerakan nya santai namun mampu membuat Sintia terdorong ke belakang hingga punggung nya terhempas ke dinding.

AW!!

Jeritan Sintia menggema, Donita tercengang begitu pula dengan Dito. Mereka tidak pernah mengira jika Dara berani melawan.

Sadar jika diperhatikan, Sintia menjadikan rasa sakitnya untuk membalas Dara. Ia meringis berlebihan.

" Ah.. Sakit " rintihnya.

" Sintia " Donita gegas menghampiri, ia merangkul pundak Sintia.

" Sakit banget Tante"

Sintia melirik Dito yg terlihat tidak terpengaruh oleh keadaan nya, pria itu justru bengong saja menatap dia dan Dara bergantian.

" Dara!! Kau apakan Sintia sampai kesakitan seperti ini ?!!" Teriak Donita.

Bola mata Dara membingkai wajah Donita lekat, membaca garis di wajah yang begitu kencang meskipun sudah tidak muda lagi.

" Hemmm perempuan serakah, hanya karena ingin menguasai harta warisan ia tega mencelakai saudara kembarnya "

Sekali lagi Dito mendengar Dara berbicara aneh. Tenggorokan nya tercekat mengering.

" Apa maksud mu?" Serunya, akhirnya Dito bersuara.

Donita dan Sintia menoleh hampir bersamaan.

" Dito? Ada apa sayang ?" Donita bingung, Dito bicara dengan siapa ?

" Hey! Perempuan !!!" Seru Dito tidak menghiraukan pertanyaan Ibunya. Dia tersulut emosi oleh suara Dara yang didengar nya.

Dara menoleh, sorot matanya sama sekali tidak terintimidasi oleh jelingan tajam mata elang milik Dito.

" Kau memanggilku ?" Dara menunjuk batang hidungnya sendiri.

" Lantas??" Dito berbalik tanya, intonasi suara nya tetap saja meremehkan sang istri.

" Ada apa?" Tentu Anjani yang ada dalam tubuh Dara merasa tercabar, ia melipat kedua tangannya dengan begitu angkuh.

" Apa maksud dengan kalimat mu barusan ?"

Dara mengernyitkan dahi, ia tidak mengerti pertanyaan Dito bermaksud seperti apa?

" Tidak usah sok bingung seperti itu ? Aku mendengar dengan jelas, kau mengatakan perempuan serakah !! Siapa yang kamu maksud perempuan serakah ?" Gertak Dito tegas.

Donita dan Sintia keheranan, mereka saling berpandangan satu sama lain. Karena mereka sama sekali tidak mendengar kalimat yang ditanyakan oleh Dito.

Dara diam tak menjawab, membuat Dito semakin geram.

" Jawab !!" Gertak Dito dengan suara lebih tinggi.

Belum sempat diantara mereka mengeluarkan suara, tiba-tiba ada seseorang membuka pintu.

Rupanya pengawal pribadi Tuan Lesmana tengah membukakan pintu untuk Tuan Lesmana masuk.

" Ada apa ribut-ribut ?" Suara pria yang sudah mulai beruban dan terdengar berat seperti mengintimidasi semua orang.

Dito gelagapan, mustahil dia mengaku jika sudah bersuara tinggi terhadap Dara. Cucu menantu kesayangan Kakeknya.

Apalagi Donita ? Dia langsung kincep tak berani mengangkat wajahnya.

Tuan Lesmana duduk di kursi yang disiapkan oleh asistennya, Pak Aji.

" Dara... Duduk lah"

Tuan Lesmana menunjuk satu kursi di samping nya, Dara tersenyum lalu melakukan permintaan Tuan Lesmana.

" Aku dengar suara Dito berteriak, apakah dia menindas mu?" Lanjut Tuan Lesmana, Dara melirik Dito yg sudah memucat. Begitu pula dengan Donita dan Sintia. Mereka nampak gelisah.

Tapi tidak mungkin Dara menjawab jujur, karena hal ini seperti membenarkan kecurigaan Dito. Tidak ada yang boleh menyadari jika Dara yang sudah dirasuki oleh Anjani bisa membaca nasib seseorang dari garis wajahnya.

" Jawab lah nak, tidak perlu takut. Ada Kakek disini yang akan melindungi mu" Pujuk Tuan Lesmana lebih lembut.

Dara tersenyum manis, ia menggelengkan kepalanya.

Kecewa tidak bisa membuat Dara jujur, Tuan Lesmana menghela nafas berat. Ia berpaling menatap cucu nya.

" Ku harap kau masih ingat pesan Kakek kepada mu Dito"

" I- iya Kek, Dito pasti akan selalu mengingat nya" Jawab Dito gugup, telapak tangannya mengeluarkan keringat dingin.

Tuan Lesmana manggut-manggut.

" Kakek sudah membayar orang untuk membantai seluruh kawanan Serigala yang berada di dalam hutan itu"

Sontak Anjani terkejut, dia baru menyadari jika saat ini dirinya tengah berada dalam keluarga orang yang sudah membinasakan keluarga nya.

Api kemarahan langsung tersulut, bola matanya berubah kemerahan.

" Kek, Apa itu tidak terlalu berlebihan ?" Gumam Dito.

" Tidak ada yang boleh melukai keluarga ku" Tegas Tuan Lesmana semakin mengobarkan api kemarahan dalam diri Anjani.

Dia bersiap untuk menyerang Tuan Lesmana, pasti dalam satu gebrakan. Pria tua itu akan mati terkapar.

Tapi???

Anjani kaget, karena dia sama sekali tidak bisa menggerakkan tubuh Dara.

" Ada apa ini?" Suara Anjani membatin, Dito langsung mendengar nya. Yah , hanya Dito yg bisa mendengar suara Anjani.

" Kau kenapa ?" Seru Dito.

Semua mata tertuju kepada Dara, Tuan Lesmana mengernyit heran.

" Dara?? Kenapa wajah mu pucat ?"

PEREMPUAN DUPLIKAT

" Dara, kenapa wajah mu pucat ?"

Anjani mulai gelisah, kepalanya seperti berputar. Dan akhirnya tubuh Dara lunglai.

>>>

Bola mata yang tertutup oleh selaput kulit, bergerak ke kiri dan ke kanan. Kemudian perlahan terbuka.

Anjani kaget, sontak ia duduk dan memperhatikan ke sekeliling.

" Aku ada dimana ?"

Barulah ia sadar jika berada di dalam kamar Dito setelah melihat foto pria itu terpajang di dinding.

" Hemm aku tahu sekarang, Pria itu diserang oleh para kawanan Serigala. Dan ia bisa mendengar suara ku di dalam sanubari gadis ini. Tapi kenapa pria tua itu justru membantai kami semua ?? Padahal aku tidak merasa mencelakai manusia ?"

Anjani menekan gigi nya serta mengepalkan kedua tangannya, ia teringat dengan kematian sang suami dan dirinya yang tengah mengandung.

" Aku akan membalas semua perlakuan mu pria tua, akan ku habisi seluruh keturunan mu"

Wajah Anjani mengeras, ia sangat murka sekali.

" Tapi, bagaimana aku melakukan nya? Aku tidak bisa menggerakkan tubuh gadis ini sewaktu aku akan menyerang pria tua itu ?"

Anjani memukul kasur, ia geram sekali. Tiba-tiba daun pintu terbuka, Kemudian muncul dua orang pelayan yang sama-sama membawa nampan.

" Eh, dia sudah sadar rupanya "

Dara menatap dua pelayan itu dengan tajam, sementara mereka tersenyum mengejek.

" Bagus lah, setidaknya dia tidak merepotkan kita lagi" Sahut pelayan yang lain. Keduanya meletakkan nampan dengan kasar, sehingga air hangat dalam baskom dan juga bubur ayam di nampan yang lain hampir tumpah.

" Karena kamu sudah sadar, cepat bersihkan tubuh mu sendiri dan makan bubur ini sampai habis " Cetus pelayan tersebut begitu sengit.

" Kalian lucu sekali" Gumam Dara, dua pelayan itu tersentak. Apakah benar yang mereka lihat ? Seorang Dara mampu melawan kata-kata mereka. Meskipun ia adalah cucu menantu kesayangan Tuan Lesmana, tapi jika jauh dari perhatian sang Tuan besar. Maka kedudukan nya seperti tidak berharga, lebih baik menjadi anjing kesayangan Donita, yang mendapatkan perlakuan khusus dari para pelayan.

Dara tersenyum miring, ia menyibak selimut kemudian menurunkan kedua kakinya dari atas ranjang.

" Apa maksud mu menyebut kami lucu?!!" Hardik salah satu dari pelayan itu.

" Kalian terlihat seperti sepasang sahabat dekat, padahal kalian menjalin hubungan dengan satu pria"

Bola mata pelayan yang baru saja menghardik Dara membeliak lebar, kemudian berputar ke arah rekan seprofesi.

Teman nya nampak gugup.

" Ka- kau.. Ke- Kenapa menatap ku seperti itu ?" Wajah pelayan itu berubah seputih kapas.

Mustahil

Pikir nya, menepis pikiran buruk.

" Hey, perempuan kotor.. Rupanya kau sudah mulai gila ya" Si pelayan justru menghardik Dara, tanpa perduli status Dara di rumah tersebut.

Bibir Dara menyeringai tipis.

" Kekasih mu adalah supir pribadi perempuan duplikat itu kan?"

Jawaban Dara serta Merta membuat kedua alis si pelayan bertaut.

Perempuan duplikat??

Dia sadar jika yang dimaksud adalah Donita, karena dirinya memang pelayan kepercayaan yang melayani Donita sejak sebelum menikah.

Sebut saja namanya Sari, Darah hangat terasa mencapai ubun-ubun.

" Apa maksud dia Sari?" Teman Sari yang tidak tahu apa-apa kebingungan.

" Ah sudahlah, biarkan dia meracau seperti orang gila "

Sari langsung putar badan keluar dari kamar Dito, teman nya pun memilih untuk mengekor meskipun dirinya masih sangat penasaran.

Anjani menghela nafas sembari geleng-geleng kepala, situasi di rumah ini cukup rumit. Tapi dirinya tidak perduli, yang sangat ingin ia ketahui. Kenapa tubuh Dara menolak untuk menyerang tua bangka itu?

Belum sempat menemukan jawaban, Dito sudah muncul bersama dengan Sintia.

" Haduh ... Mau ngapain lagi laki-laki ini ?" Gerutu Anjani dalam sanubari.

" Kenapa ? Kau tidak suka aku datang ?" Seru Dito, Sintia melongo heran.

" Sudah tahu nanya " Balas Anjani dalam sanubari.

" Eh, ini kamar aku!! Suka-suka aku lah" Bantah Dito, Sintia makin kebingungan.

" Kalau ini kamar kamu, kenapa aku bisa berada disini ?"

Tentu Anjani yang bersuara dalam sanubari, sembari ia menjeling tajam ke arah Dito.

" Karena kau istri ku!!"

Anjani terperangah, ini kejutan apa lagi? Dirinya baru menyadari jika tubuh perempuan yang ia rasuki adalah istri dari pria yang menjadi mangsa keganasan kaumnya.

" Sayang... " Sintia bergelayut manja di lengan Dito, bagaimana pun ia sangat terusik dengan kalimat yang Dito ucapkan barusan.

" Kesel banget aku sama dia!!" Gerutu Dito.

" Tapi ??? Kenapa kau bicara sendiri ?"

Dito melongo.

" Apa maksud mu?"

" Sayang... Sejak tadi kamu hanya bicara sendiri, Dia diam saja" Sintia menunjuk ke arah Dara menggunakan telunjuk kirinya.

Dito semakin tidak mengerti, padahal suara Dara sangat jelas terdengar. Mendadak kepala Dito terasa pening, ia pun memilih keluar dari kamar tersebut menuju ruang kerjanya. Yang diikuti oleh Sintia.

Dara tersenyum kecut mengekori langkah dua manusia itu menggunakan ekor matanya.

***

Sari tergopoh-gopoh menghampiri Donita, perempuan paruh baya yang masih terlihat segar bugar itu baru saja selesai memukul bola golf dengan sangat kuat.

" Nyonya "

Donita menoleh, raut wajah Sari yang nampak gusar mengundang rasa penasaran.

" Ada apa ?"

Sekali lagi Donita akan melakukan pukulan jarak jauh.

" Perempuan murahan itu, perempuan murahan itu menyebut anda duplikat " Sari gemetar mengatakan maksud serta tujuannya.

Sontak Donita mengurungkan pukulan stik golf.

" Apa maksud mu?"

" Ummm saya juga bingung Nyonya, kenapa dia memanggil anda dengan perempuan duplikat ?"

Wajah Donita langsung berubah tegang, matanya menyorot tajam ke arah dalam rumah besar itu. Seolah-olah ia melihat Dara.

Donita membanting stik golf sembarangan, kemudian bergegas menuju ke dalam rumah. Sari pun cepat mengekor, dia tidak mungkin meninggalkan majikannya.

" DARAAA!!! DARAAAA!!!"

Teriak Donita sembari mendobrak masuk ke dalam kamar Dito.

Bantingan pintu yang cukup keras didengar oleh Dito dan Sintia yang berada di ruangan sebelah.

" DARa!!! Kemana kau perempuan sial??!!"

Dito dan Sintia membeliak lebar, apa yang mereka pikirkan mungkin hampir sama. Yaitu Tuan Lesmana akan mendengar suara lantang Donita.

Cepat-cepat Dito pergi ke kamar sebelah.

" DA.."

" Mama"

Dito memotong kalimat Ibunya segera mungkin agar berhenti berteriak.

" Dito?"

" Ada apa Ma? Kenapa berteriak keras sekali ?"

" Mana Dara?"

Dito celingukan mencari wujud Dara yang memang tidak ada disana.

" Tadi dia ada kok"

Sintia menyahut.

Tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka, kepala Dara menyembul diantara celah.

" Ada yang memanggil ku?" Tanya Dara dengan polosnya.

" Nah itu orangnya, sini Kau!!!" Donita cukup bersemangat untuk memberi pelajaran kepada Dara, namun Dito justru menahan lengannya.

" Dito, lepasin Mama!" Perintah Donita tegas " Mama harus memberikan pelajaran kepada dia agar tidak bicara kurang ajar !!!"

" Ma, tenang dulu"

" Ngapain harus tenang ? Hah!!!!" Balas Donita semakin kesal.

" Tante,,, Kakek masih ada disini " Akhirnya Sintia menjelaskan.

Barulah Donita menyadari kecerobohannya.

" Sttt sttt"

Ketiganya menoleh ke arah datang nya suara desisan.

" Ayo kesini "

Dara menggoda Donita dengan menggerakkan jari telunjuk nya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!