Di malam purnama penuh dan semua orang sedang berkumpul karena anak ketua kampung atau lebih tepat di sebut kepala desa, anak nya yang bernawa Sandi menikahi gadis dari kota bernama Rea. malam ini adalah malam yang berbahagia untuk nya, pesta meriah sudah di lewatkan tadi dan sekarang tinggal lelah nya saja.
Sebab tamu yang datang pun begitu luar biasa sekali banyak nya, mungkin karena beliau adalah kepala desa sehingga orang orang menaruh hormat serta para pejabat lain juga datang untuk memeriahkan acara yang sangat besar, Sandi sangat bahagia karena bisa menikahi gadis pujaan nya yang sudah di pacari sejak dua tahun lalu.
Di kota mereka sama sama kerja di bank sehingga teman teman juga datang kesini, sekarang sudah pulang semua dan hanya tinggal keluarga dekat saja yang masih ada di rumah. sedangkan yang lain nya sudah pulang semua kerumah masing masing, yang di luar sedang begadang untuk bermain kartu.
Sudah menjadi kebiasan para warga kalau ada yang menikah dan tuan rumah menyediakan jamuan, maka banyak yang begadang untuk menemani tuan rumah agar pengantin yang ada di dalam rumah merasa aman karena banyak orang yang menjaga di luar sana, sama sekali tidak merasa terganggu aktivitas malam mereka yaitu belah duren yang sangat ranum.
"Buka dong, Sayang! aku sudah tidak sabar ini." Sandi mendekati Rea.
"Ini lagi ku buka, kamu tunggu sini dulu ya biar aku kekamar mandi." bisik Rea.
"Kamar mandi gimana, di sini kamar mandi nya di luar sana." Sandi tertawa kecil.
"Astaga aku lupa, lah ini aku buka sini saja berarti?" Rea juga lupa.
"Ya enggak pa pa lah, kan aku sudah jadi suami kamu juga." Sandi sudah tidak sabar.
"Berbalik dulu dong, aku malu kamu lihatin begitu." Rea malu sekali rasa nya.
"Ya sudah kalau begitu, aku menghadap dinding lah." Sandi menuruti apa yang di katakan oleh istri nya.
Pria berbadan kekar ini berbalik menghadap dinding dan menunggu dengan hati berdebar kencang, karena biar sudah pacaran selama dua tahun. Sandi tidak pernah menyentuh Rea di daerah yang tidak sepantas nya, hanya sebatas ciuman kecil biasa saja dan itu pun jarang karena mereka ingin semua nya di lakukan di malam pertama.
"Eeegkkhh!"
"Kamu kok udah menggerang gitu sih, kan aku belum sentuh kamu." Sandi tertawa kecil.
"Ak..kuu..aaagkkkkk!"
"Enggak lucu, Sayang! aku beneran enggak tahan loh." Sandi memang sudah tidak sabar lagi.
"Eeeggkkk!"
"Kamu suka gitu deh, mancing mancing aku! berbalik nih ya aku." Sandi berbalik dengan mata masih terpejam.
Saat mata di buka dan seketika tubuh Sandi gemetar tidak percaya dengan apa yang sudah di lihat nya, entah muncul dari mana sosok tinggi besar dan dia sudah memotong habis leher nya Rea menggunakan celurit besar hingga darah mengucur dari leher nya Rea yang putih mulus tidak ada cela.
"Si-siapa kau?!" Sandi tergagap lemas karena ngeri.
Tubuh Rea akhir nya jatuh menyusul kepala nya yang sudah jatuh duluan, sesaat dia masih kejang lalu kemudian sudah tidak bisa lagi bergerak karena nyawa nya hilang. Sandi berteriak keras melihat istri nya celaka begitu, namun tidak ada yang mendengar suara anak kepala desa ini.
"Aku adalah iblis yang akan mencabut nyawa mu!" jawab orang itu.
Sandi kian terperangah ketika ada cahaya biru kecil keluar dari mulut nya Rea dan di hisap habis oleh sosok hitam, dia tertawa kencang karena mendapatkan satu nyawa untuk memperkuat ilmu nya agar menjadi orang yang tidak terkalahkan.
"Toloooong, ada penyusup!" Sandi berteriak ingin membuka pintu.
Namun pintu tidak bisa di buka, padahal sudah di buka dengan kunci juga. namun tetap saja tidak bisa sehingga membuat Sandi sangat panik di buat nya, sudah berteriak kuat juga tapi tetap tidak ada yang mendengar atau mendekati pintu kamar.
Craaass.
"Aaaarrrrkkh!"
Punggung pengantin laki laki ini di sabet dengan celurit besar hingga dia tumbang dengan rasa yang begitu sakit luar biasa, darah juga mulai merembes membasahi lantai. harus nya hanya darah karena pecah perawan, namun sekarang malah darah karena pembunuhan yang di lakukan oleh sosok misterius yang sangat menakutkan.
"Jangan bunuh aku! tolong jangan sakiti aku." Sandi memohon ketakutan.
"Kau harus mati karena sudah ingin berbahagia, tidak ada yang boleh bahagia di atas penderitaan ku." geram sosok berjubah hitam.
"Apa salah ku padamu?" Sandi beringsut walau punggung nya sangat sakit.
"Salah mu karena sudah bahagia!" bentak sosok hitam marah.
"Tolooooong, Bapaaaaak!" Sandi berteriak dari jendela yang masih tertutup.
"Berteriak lah, aku ingin mendengar teriakan mu!" ejek jubah hitam.
Bisa Sandi lihat bahwa di luar sana para orang tua sedang main kartu sembari tertawa kencang, seolah mereka memang tidak ada yang mendengar kan bahwa dia sedang berteriak kesakitan di dalam kamar.
"Bapaaaak, tolong akuuu!" pekik Sandi lagi terus mencoba.
"Hahaaaaaaa...aku suka sekali melihat orang yang putus asa!" jubah hitam tertawa kencang.
"Ku mohon lepaskan aku! toloooong, siapa pun tolong lah aku!" jerit Sandi sambil menahan sakit nya.
"Tidak ada yang boleh lepas bila orang itu sudah berpikir untuk bahagia!" seringai jubah hitam.
Crassss.
"Aaaargkkk!"
Satu kaki milik Sandi terputus karena di hantam dengan celurit besar itu, dia kejang karena sakit yang luar biasa sedang melanda tubuh nya. terkena sabetan sedikit saja sudah sangat sakit, apa lagi ini Sandi sampai tulang nya patah karena sabetan celurit yang sangat tajam itu.
"Am-ampuni aku, tolong ampuni aku." Sandi memohon di kaki jubah hitam.
"Aku bukan tuhan yang harus mengampuni orang, perlu kau ingat bahwa aku adalah iblis!" jubah hitam menjambak rambut Sandi hingga pria ini terdongak.
"Jangan bunuh kau, tolong jangan bunuh aku!" hiba Sandi mulai putus asa dengan hidup nya.
Sreeeeek.
"Groookk, grooook!"
Sandi mengorok ketika celurit itu melingkar di leher dan di sayat kan dengan santai nya, tulang nampak memutih dan tak lama kembali merah karena kena darah yang sangat deras mengalir. Sandi mati dengan keadaan yang sama seperti istri nya, kepala terlepas dari raga yang sangat kekar tersebut.
"Haaaaaahhhh!"
Sosok hitam juga menghisap jiwa nya Sandi yang keluar dari raga, dia tertawa kencang dan tak lama menghilang dari pandangan mata meninggal kan dua mayat yang meninggal tragis itu. aneh nya semua orang tidak ada yang dengar, mereka semua seolah budeg ketika Sandi berteriak minta tolong atau menjerit kesakitan.
Pagi hari jadi gempar dan penuh dengan tangisan pilu ketika mereka menemukan jasad Sandi dan Rea yang sudah tidak berbentuk, kepala mereka lepas dari raga nya masing masing sehingga nampak begitu mengerikan sekali tentu nya untuk di pandang mata manusia biasa. Bu lurah pingsan karena tidak sanggup melihat abak nya menjadi korban, keluarg dari pihak perempuan juga demikian.
Anak yang baru mereka nikahkan dengan perasaan bahagia, kini malah sudah jadi mayat di malam pertama. pelaku nya belum bisa di tebak, polisi juga sudah di panggil untuk menyelidiki kasus yang sangat mengerikan ini tentu nya, mereka sungguh merinding melihat keadaan jasad Sandi dan Rea.
Yang paling penting jantung kedua nya sama sama hilang, orang tubuh lain masih ada dan dalam keadaan utuh. hanya jantung nya saja yang tidak ada sehingga membuat semua bertanya tanya tentang apa yang terjadi ini, apa kah ada orang yang sedang menjalankan malapraktek ilmu hitam di desa ini.
Aneh nya bila memang hanya butuh jantung, kenapa kepala juga harus di potong begitu sehingga tambah mengerikan saja kelihatan nya. Pak Lurah sudah tidak bisa berkata kata karena anak pertama harus mati di malam pertama pernikahan nya, banyak juga yang menduga bahwa ini rival nya Pak Lurah yang dendam.
"Anak kuuuu...ya allah anak kuuu!" Bu Lurah menjerit tantrum.
"Istigfar, Bu!" Laila berusaha menghibur Ibu nya.
"Mas mu siapa yang membunuh, Laila? Sandiiii...ya allah, Sandi." Bu Lurah tergeletak sambil menangis.
"Polisi sedang mengusut nya, Bu! semoga saja sebentar lagi akan terungkap." hibur Laila walau hati nya sendiri juga remuk.
"Dia sangat bahagia karena sudah menikah, kenapa malah mendapat nasib begini, Ya allah?!" Bu Lurah meratap di depan jasad putra nya.
"Ayo kita baca yasin ya, biar hati Ibu tenang." bujuk Laila.
"Ibu mau nya sama Mas mu saja! ya allah dia pasti sangat kesakitan saat leher nya di gorok!" pekik Bu Lurah lagi.
Jasad Rea juga akan di makam kan di kampung ini karena dia sudah menikah dengan Sandi, nanti nya kuburan akan di buat berdampingan saja. semua warga datang untuk melayat pengantin baru yang harus nya sedang menikmati masa bahagia, namun malah mendapatkan malam yang tragis dari seseorang.
Pak Lurah terdiam seribu bahasa menahan rasa sedih nya, menyesal juga ada karena tadi malam orang tidak ada yang tidur karena mereka memang sengaja bergadang. tapi kok bisa bisa nya sama sekali tidak ada yang dengar teriakan atau jeritan pasangan itu, seolah mereka tidak menimbul kan suara saat di bunuh.
"Padahal kita main kartu sampai shubuh, kenapa kok bisa tidak dengar ya?" heran Mus.
"Jangan jangan orang yang membunuh nya langsung membekap, sehingga mereka tidak bisa teriak." tebak Rizal.
"Masuk nya lewat mana kalau gitu, kau lihat pintu rumah sama sekali tidak ada yang rusak." tukas Mus.
"Itu yang sangat heran, kalau pun di bekap berarti kan langsung barengan pas bekap nya." ujar Rizal lagi.
"Tebakan ku ini di bunuh masih sore, kau lihat mereka masih pakai baju pengantin kan." Mus semangat cerita.
"Ya allah, berarti mereka belum sempat belah duren ya." Celetuk Adil yang sejak tadi diam saja.
Ketiga nya pun saling pandang karena mungkin saja benar, sebab kedua nya masih pakai baju pengantin usai acara. belum ganti dengan baju tidur, kepala nya Rea saja masih pakai sanggul lengkap dengan tusuk konde juga karena saat malam dia mau melepaskan di kamar mandi, tapi kamar mandi ada di luar kamar.
"Gila! bahaya ini untuk kita semua." cemas Rizal.
"Kenapa bahaya? kan kita tidak ada musuh." jawab Mus.
"Kalau Pak Lurah kan mungkin saja ada yang tidak suka pada diri nya." Adil juga di pihak Mus.
"Memang nya kita sudah yakin kalau dia di bunuh oleh musuh Pak Lurah? bagai mana kalau ternyata dia adalah pembunuh berantai atau orang yang sedang menuntut ilmu." Rizal menebak sampai sana.
"Aaahhh susah sekali bicara dengan bujang tua!" keluh Adil.
Rizal mendengus karena di katai bujang tua oleh teman teman nya, sebab memang dia lah yang paling tua di sini. usia nya sudah tiga puluh lima tahun dan belum juga menikah, teman yang sebaya nya sudah pada punya istri dan anak tentu nya.
Mus saja yang usia nya baru dua puluh lima tahun sebentar lagi akan menikah, hanya tinggal menghitung hari saja pernikahan dia. Rizal cuek saja karena memang merasa belum ada jodoh, terserah orang mau bilang apa karena dia tidak peduli.
...****************...
Acara tahlil sangat ramai di rumah Pak Lurah karena mereka semua sangat berduka, apa lagi Sandi terkenal sebagai pemuda yang baik dan suka membantu orang tua. tidak peduli meski Ayah nya adalah Lurah, namun dia tetap mau bergabung dengan teman teman kampung.
Padahal dia di kota juga pegawai bank sehingga kehidupan agak terpandang, namun itu tidak membuat Sandi menjadi orang yang sombong atau besar kepala. dia tetap lah orang yang ramah pada siapa pun, dasar nya memang baik sikap pemuda satu ini karena didikan orang tua juga pasti nya sejak dia masih kecil.
"Bu Lurah layu sekali kelihatan nya, kasihan dia." bisik Mak Roh.
"Ya lah, Mak! anak baru nikah dan bahagia bahagia nya, malah pagi di temukan dalam keadaan begitu." jawab Nanda.
"Sungguh tega orang yang sudah membunuh nya, masa iya kepala orang di penggal lepas." Mak Roh menarik nafas berat.
"Yang heran itu kenapa kok orang main kartu tidak ada yang dengar, jarak kamar Sandi sama tempat main ini cuma berapa langkah saja." Nanda sangat heran.
"Mungkin ada orang yang pakai ilmu hitam, biasa nya kan begitu bila mau menyempurnakan ilmu." Mak Roh berbisik pelan agar tidak di dengar orang.
Nanda terdiam bila sudah membahas ilmu, sebab dia tidak banyak paham tentang ilmu yang Mak Roh katakan. kalau para orang tua memang akan banyak paham dengan ilmu begitu, beda hak dengan para anak muda keluaran terbaru yang tau nya cuma uang saja.
"Sudah lah jangan di bahas terus, kasihan Bu Lurah kita." Nanda memang kasihan.
"Ku sumpahi orang itu akan dapat musibah juga atas keluarga nya!" Mak Roh geram sekali.
"Iya kalau dia punya keluarga!" cetus Nanda.
Mak Roh memberikan tatapan tajam sehingga Nanda pun menutup mulut nya, lebih baik fokus saja lagi membaca doa agar arwah pasangan pengantin baru itu tenang di alam surga.
Kabar angin merembak dengan cepat nya setelah kematian pasangan pengantin baru itu, padahal ini sudah satu bulan berlalu dan polisi masih belum juga bisa menemukan pelaku yang sudah menghabisi nyawa Rea dan Sandi. Pak Lurah juga sudah memberi uang pada polisi agar mereka kerja cepat, namun tetap saja tidak ada sedikit pun bukti yang bisa di temukan.
Yang akan menikah jadi takut bila nanti jadi korban lagi, maka nya ada yang beberapa mengundur tanggal pernikahan untuk sementara. sampai nanti bila kedaan memang sudah aman dan terkendali lagi, kalau untuk sekarang mereka masih takut dengan apa yang akan terjadi nanti nya.
Tentu sekarang pembunuhan ini jadi misteri yang sangat besar, Bu Lurah saja sudah bagai kan orang gila karena begitu susah nya melupakan sang anak yang di bunuh dengan tragis. mana pembunuh belum juga bisa di temukan oleh para polisi, pasti nya pembunuh itu sedang tertawa puas karena selamat dari kejaran polisi.
Sebelum nya Bu Lurah malah menduga bahwa ini salah satu teman nya Sandi atau Rea di kota, mungkin saja mereka terlibat cinta segi tiga hingga orang tersebut sakit hati atas pernikahan ini, sehingga memutuskan untuk membunuh Rea dan Sandi sebagai pelampiasan rasa sakit hati yang sangat besar itu pasti nya.
Kadang kala cinta bertepuk sebelah tangan memang ada, lalu membuat dendam di hati yang sangat besar. tidak salah Bu Lurah menduga demikian, karena memang ada juga kasus begitu. sakit hati karena cinta di tolak lalu berbuat nekat, bukan cuma di kota saja kejadian kejadian yang melibatkan sakit hati atas nama cinta.
"Tidak ada rasa nya, Tante! sebab mereka pacaran sejak dulu, jadi ku rasa salah satu nya tidak punya mantan." jelas Riana adik nya Rea.
"Ya allah kok semua nya buntu begini, bagai mana mau mengungkap kasus mereka?!" keluh Bu Lurah menangis lagi karena terus terusan ingat anak nya.
"Malah lebih meyakinkan bila ini musuh nya Pak Lurah, siapa tau saja mereka yang sakit hati karena kalah." ujar Ibu Rea.
"Saya sudah mendatangi orang yang dulu nya bersaing ingin jabatan Lurah, tapi dia berani bersumpah di atas al-quran." Pak Lurah berkata pelan.
"Andai saja dari awal mendengar omongan saya untuk menikah di kota, maka anak ku pasti masih hidup." sesal Ibu Rea.
"Sudah lah, mau bagai mana pun menyesali nya semua sudah terjadi." Ayah Rea menengahi perdebatan ini.
"Ya mereka itu keras sekali mau pesta di sini, padahal di kota juga lebih baik!" Ibu Rea naik pitam sudah.
Terdiam semua nya karena menyesali perasaan masing masing, walau pun yang di sesali sudah terkubur di dalam tanah. Bu Lurah ingin debat, namun lidah nya kelu karena dia berpikit bila Sandi menikah di kota maka tak akan matk di bunuh oleh pembunuh misterius yang sangat meresahkan sekali untuk warga kampung.
"Aku akan kedukun saja." putus Pak Lurah kehabisan ide.
"Mau apa, Pak?" Bu Lurah tidak mengerti dengan pemikiran suami nya.
"Aku curiga kalau Sandi di bunuh oleh sesuatu yang tidak bisa di tebak, masa orang di luar sama sekali tidak ada yang dengar mereka teriak." Pak Lurah membahas keganjilan itu.
"Itu lah pikiran nya orang kampung, padahal kalian orang yang di segani juga! tapi masih suka main dukun." cemoh Ibu Rea.
"Kamu kalau tidak suka sana lah pulang, lagi pula sudah satu bulan kau menumpang di rumah ku!" bentak Bu Lurah sudah emosi.
"Tanpa kau usir juga aku akan pulang, dasar orang kampung hina!" geram Ibu Rea sangat kesal sekali.
Keluarga Rea memutuskan untuk pulang saja dari pada di sini menunggu kabar polisi yang tidak jelas, kini mereka juga malah debat sesama besan dan saling menyalahkan karena tekanan batin atas kematian anak mereka yang parah serta tragis sekali karena kepala yang lepas dari badan.
...****************...
Dukun Marto membaca mantra nya untuk melihat apa yang sudah membunuh Sandi dan Rea, Pak Lurah datang sambil membawa pakaian yang di pakai meninggal kedua nya untuk sarana penglihatan dukun satu ini. konon sang dukun selalu bisa menemukan apa yang di minta pasien nya, banyak yang datang kesini untuk minta tolong.
Walau harga yang di pasang dukun Marto juga tidak murah, namun mereka tidak masalah selagi apa yang mereka ingin kan bisa tercapai. sampai pasien saja rela antri untuk menemui sang dukun, untung nya dukun Marto ini tidak menjalankan praktek pesugihan sehingga dia tetap aman di sini, setidak nya itu lah yang para warga tau.
"Nanti malam taburkan ini di dalam gentong air yang ada di luar rumah, kau akan bisa melihat apa yang sudah membunuh anak dan menantu mu." Dukun Marto memberikan satu kantong kecil bubuk sakti.
"Pukul berapa harus saya lakukan?" tanya Pak Lurah pelan.
"Saat hari mau maghrib, apa pun yang kau lihat jangan kau terkejut." pesan dukun Marto.
"Sebaik nya ku ajak istriku atau aku sendiri ya?" Pak Lurah ragu sendiri.
"Sendiri saja, aku takut istri mu akan histeris dan menjerit! bila dia sampai menjerit akan di dengar para jin yang mau keluar." ucap dukun Marto.
"Apa yang membunuh putra ku jin, Mbah?" kaget Pak Lurah.
Dukun Marto menggeleng sambil menghisap rokok nya yang sebesar jempol kaki itu, dia melihat dengan pandangan jauh karena untuk memastikan dan memang benar yang membunuh Sandi bukan lah iblis asli atau mahluk yang tidak bisa di lihat manusia.
"Dia manusia tapi sudah bersekutu dengan iblis." jelas dukun Marto.
"Seorang dukun juga?!" Pak Lurah memicing curiga.
"Kau malah curiga padaku?!" dukun Marto tidak percaya.
"Ah bukan begitu maksud ku, kan yang sering punya urusan dengan setan itu dukun to." ralat Pak Lurah takut dukun Marto tersinggung pula.
"Belum tentu juga, banyak yang bukan dukun tapi bersekutu dengan iblis! apa kau tidak tau Purnama dan adik nya, kau kira mereka itu apa?" dukun Marto membahas orang yang fenomenal.
"Aku tidak berani membahas mereka." Pak Lurah menggeleng pelan.
"Nah kan, kau tidak berani karena kau tau bahwa mereka bukan manusia biasa! jadi yang punya urusan dengan setan itu bukan cuma dukun saja." dukun Marto tersenyum.
"Baik lah, kalau begitu aku permisi." pamit Pak Lurah.
Pak Lurah pun meninggal rumah dukun kondang ini, serbuk sakti sudah di tangan nya sehingga nanti sore bisa di coba untuk melihat apakah yang sudah membunuh Sandi serta istri nya yang baru di nikahi nya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!