Mungkin tidak sekarang, tapi entah kapan dirumah ini akan ada suara-suara aneh terdengar terutama dari kamar sebelah Ayesha.
Ayesha, Haras dan Sandra terikat pernikahan yang sah secara Agama maupun Negara.
Jika kalian bertanya tentang siapa istri pertama tentu saja Ayesha.
Tapi yang mempunyai posisi dihati Haras tentu saja Sandra.
Bagaikan meruntuhkan dinding es, Ayesha harus sekuat baja untuk menaklukan hati sang suami, namun apakah dirinya akan menyerah atau tetap bertahan? hanya dirinya lah yang tahu.
****
Suara pintu terbuka dengan keras menandakan dirinya sedang kesal, dialah Harasetyo Novanto.
Membuat Seorang gadis berhijab terlonjak sampai menjatuhkan benda pipih itu dari genggamannya.
"Aku akan menikahi Sandra." Ucapnya ketika berhadapan dengan istrinya.
"Kenapa kamu tidak menolak perjodohan waktu itu." Ayesha menjawab dengan tertunduk mengambil benda pipih yang dijatuhkannya atas terkejut dirinya dengan suara pintu terbuka
"Aku tidak meminta pendapatmu, besok Sandra akan langsung kubawa kerumah ini, bersikap baiklah padanya."
BLAAMM
Tertutupnya pintu kamar, beriringan pula dengan tertutupnya pintu hati Ayesha untuk suaminya.
Pernikahan yang seharusnya harmonis haruskah berakhir disaat dirinya belum memulai semuanya.
*****
Sepulang bekerja Ayesha dikejutkan dengan adanya sosok wanita cantik dengan rambut tergerai indah.
"Kamu Ayesha ya, Saya Sandra." Wanita itu menjulurkan tangannya.
"Ehm Iya, panggil Esha saja. kalau begitu saya permisi." membalas jabatan tangan Sandra sesat kemudian langsung menaiki tangga kearah kamarnya.
Ayesha langsung masuk ke kamar mandi dan memulai rutinitas mandinya, lebih lama dari biasanya, cairan bening itu keluar begitu saja begitu derasnya seiring guyuran air dari shower yang dinyalakannya.
Waktu makan malam dirinya baru keluar dari kamar menuju meja makan, melihat kearah kamar suaminya, ada rasa sesak didadanya.
Meskipun tanpa cinta, dirinya terus mencoba untuk menjadi istri pada umumnya, hanya satu yang tak pernah dilakukannya yaitu menyiapkan keperluan suaminya.
Malam hari ditengah heningnya perumahan elit tersebut suara-suara aneh masih teengiang dikamar suaminya. kalian tahu itu suara apa kan!
Alisa terjaga dalam tidurnya setelah melaksanakan shalat malam dan terbangun diwaktu subuh.
Seperti biasa setiap pagi tak ada yang berubah, dirinya terbisa membersihkan rumah sebelum berangkat ke tempat kerjanya.
Pukul 7 pagi barulah sarapan dimulai, sepasang suami istri itu baru saja menmapakkan dirinya di meja makan. kebetulan hari ini Ayesha menyiapkan sarapan agak banyak.
Melihat bagaimana Sandra memperlakukan suaminya begitu manja membuat hatinya begitu sesak.
"Maaf ya, kami kesiangan." ucapnya setelah kepergian Haras. dan Ayesha hanya mengangguk setelah itu dirinya pun keluar menuju tempat kerjanya.
******
"Apa aku menyerah saja ya ly."
mencoba meminta pendapat sang sahabat, karena hanya Lily lah yang tau masalah rumah tangga nya sekarang.
"Apa kamu mencintainya?" tanya lily to the point.
"Entahlah." disertai helaan nafas yang berat.
perbincangan itu terjadi kala dirinya makan siang, masih diarea Cafe tempatnya bekerja. Bukan bekerja melainkan Ayesha lah pemilik cafe tersebut dan Lily adalah sahabatnya sejak masa SMP.
"Aku tidak mau mengecewakan Bunda dan ayah, bagaimanapun mereka yang telah merawatku sampai sejauh ini." tersenyum getir.
Diadopsi dari sebuah panti dan dibesarkan dengan kasih sayang berlimpah, mungkin dengan menerima perjodohan ini adalah salah satu cara untuk membalas kebaikan kedua orang tua angkatnya tersebut.
"Aku akan mendukung apapun keputusanmu." Lily mencoba memberikan kekuatan melalui usapan lembut pada lengan sahabatnya itu.
******
Ayesha Pov
Sarapan pagi ini terasa berbeda, kehadiran Sandra diantara aku dan haras membuat suasana menjadi canggung terutama aku, ya mungkin hanya aku yang terus memperhatikan interaksi keduanya, bagaimana dengan telatennya Sandra menyuapi Haras begitupun sebaliknya.
sungguh membuat dadaku sesak.
"aku berangkat dulu, Assalamualaikum." Ucapku setelah menyelesaikan sarapan dan mencuci piring kotorku.
Tanpa menunggu mereka berdua, kupacu motor matic kearah tempatku bekerja.
Memasuki ruang kerjanya dan langsung terduduk dikursi kerjaku, menengadah keatas agar cairan bening itu tak keluar.
"Kuatkan Hamba ya allah untuk menerima semua takdirmu."
Mengerjapkan mata setelah mendengar suara ketukan dipintu berbunyi
"ya.. masuk.."
Asistenku dewi memberikan laporan keuangan Cafe dan beberapa berkas tentang kebutuhan lainnya.
"Oh ya, kalau ada yang mencariku. tolong katakan hari ini saya sibuk" begitu setelah menerima berkas yang diberikan dewi.
"Baik bu"
selepas kepergian Dewi, aku langsung berbaring disofa dipinggir ruangan kerjaku, mengistirahtkan fikiranku.
akan dibawa kemana pernikahanku ini.
Tiga bulan berlalu kehidupan Ayesha selalu begitu, pagi hari pergi bekerja sore kadang malam baru pulang. Suaminya tak begitu peduli akan kehidupannya begitupun sebaliknya.
"Yesha" sapaan seseorang membangunkannya dari lamunan.
"Alvin." Ayesha mengucapkan dengan pelan.
"Aku lihat akhir-akhir ini kamu lebih kurusan, apa kamu sakit?" tanya nya setelah mendaratkam tubuhnya pada kursi diseberang meja kerja ayesha
"Benarkah?" tanya nya tidak percaya, dan langsung bangkit dari duduknya menuju kaca besar yang menempel di dinding.
"Mungkin hanya kelelahan saja, sudah tiga bulan ini alhamdulillah Cafe selalu ramai dan aku harus terjun langsung membantu para karyawanku." imbuhnya tersenyum seraya kembali ke kursi kerjanya.
"Mau kopi atau teh?" tawarnya kemudian.
"Ada yang mau aku bicarakan." tannya tanpa menjawab penawaran yang diberikan Ayesha. Alvin kangsung menghampiri yesha dan setengah berlutut dengan seblah kaki ditekuk dan satunya dijadikan penopang agar seimbang.
"Mau kah kamu menikah denganku." ucapnya setelah mengeluarkan sebuah kotak persegi berisi cincin dengan mata berlian begitu manis.
ah kalau saja aku belum menikah tentu saja sudah kuterima lamaranmu al. batin ayesha
"Maaf Al aku tidak bisa." Cicit Ayesha seraya bangkit dan berlari menuju kamar mandi yang ada diruangan kerja nya.
Badan Ayesha langsung meluruh kelantai setelah dirinya menutup pintu kamar mandi, andaikan dirinya belum bersama Haras, ataukah dirinya lebih baik menerima lamaran Alvin.
Ayesha menggelengkan kepalanya, dirinya sudah mengambil keputusan dan harus menerima setiap konsekuensinya. maka dengan berat hati keluarlah ayesha dari kamar mandi dengan wajah sembab.
"Kenapa?" tanya nya begitu mendapati ayesha yang baru keluar dengan mata sembab.
"Aku sudah menikah Al." Ayesha menjawab tertunduk. sungguh tak kuasa menahan tangisnya.
Alvin adalah teman Ayesha dengan Lily, seorang CEO Muda dengan bisnis real estate yang sepertinya bersaingan juga dengan suaminya Haras.
Namun Ayesha belum memberitahu perihal pernikahannya dengan Haras kepada Alvin maupun masalah rumah tangga nya.
Hari ini Ayesha pulang saat rumah Haras sudah sepi, mungkin Haras dan sandra sudah tertidur lelap, pikirnya.
Untungnya dirinya punya kunci rumahnya juga sehingga tak perlu menunggu penghuni rumah untuk membangunkannya dan langsung menuju kamarnya untuk membersihkan diri.
merasa kehausan akhirnya Ayesha pergi kedapur, membuka kulkas mengambil air lalu menutupnya setelah itu mengambil gelas dekat tempat cuci piring.
"Dari mana saja kamu." suara bariton itu hampir saja menjatuhkan gelas yang dipegang oleh Ayesha.
"Kerja." Ayesha menjawab tanpa melihat kearah Haras, seolah terlalu lelah dengan kegiatan hari ini dicafe nya.
"Enak banget ya kamu, pulang pergi seenaknya." suara Haras sudah agak meninggi.
Ayesha mencoba tenang dengan tetap menatap pada mata Haras, menantangnya.
"Dasar istri gak tahu diri." ucapnya lagi dan hendak melayangkan tamparan pada pipi yesha, namun ucapan yesha membuatnya terdiam.
"Iya emang aku gak tau diri, aku udah coba buat bikin kamu terbuka sama aku tapi nyata nya apa, kamu tetep milih dia kan.." dan tanpa diduga pipinya sudah mulai basah menahan rasa sesak.
"Kalau kamu keberatan aku tinggal disini, oke besok aku bakalan pergi dari rumah ini. puas!"
Ayesha berlalu ke kamarnya meninggalkan Haras dengan rahang mengeras menahan amarah pada istri pertamanya itu.
Lebih baik begitu kan, pergi daripada dirumah hanya bikin sesak dihati.
*****
Pagi hari pun tiba setelah menyelesaikan sarapan dan membersihkan rumah, Ayesha segera bersiap untuk keluar dari rumah itu, hanya 1 buah koper besar dan 1 tas jinjing.
"Kamu mau kemana?" suara lembut sandra menahan Ayesha untuk meraih gagang pintu.
"Kukira kamu sudah tau jawabannya"
setelah mengucapkan kalimat itu,Ayesha langsung keluar dari rumah dan langsung menaiki taksi online yang sudah dipesannya.
Tak menghiraukan ocehan sandra yang terus membujuk Haras untuk menahan dirinya kekuar dari rumah itu.
sepanjang perjalanan tak hentinya Ayesha menangis dalam diam, menggit bibir bawahnya suapaya tak mengeluarkan suara, supir yang memperhatikan lewat kaca spion hanya tersenyum tipis ketika matanya bertemu dengan mata luna yang sembab.
sampai ditempat kerjanya, Ayesha langsung membawa koper juga tasnya kedalam ruangannya, meskipun tak ada kasur setidaknya maaih ada sofa untuknya tidur.
Lily yang mengetahui keadaan sahabatnya langsung menemuinya.
"Kamu udah pikirin ini baik-baik."
"Ya setidaknya, dengan begini aku tak harus seslalu melihat keromantisan mereka berdua."
mereka sedang berada diruangan Ayesha, Lily yang melihat keadaan sahabatnya langsung memeluknya dan mengelus punggung sahabatnya itu.
****
Sudah sekitar satu bulan ini Ayesha menginap diruang kerjanya, tak terlalu buruk hanya saja sakit pinggang mulai mendera dirinya.
Malam hari Ayesha pergi menuju dapur cafe nya membuat semangkuk mie untuk menghilangkan rasa laparnya.
**Sandra : Kapan pulang? Ada yang sedang rindu padamu.
Ayesha : Apakah Ayah dan bunda ada dirumah? Kamu tidak memberitahu bahwa aku keluar dari rumah kan?**
Tak berselang lama panggilan telponpun muncul bukan dari sandra ataupun bundanya tapi dari Haras, suaminya. ada perasaan hangat ketika tahu bahwa suaminya mengkhawatirkan ah mungkin hanya sekedar ingin tahu kabar saja
jangan berlebihan Ayesha, Ingat siapa yang ada dihatinya.
Dengan helaan nafas berat akhirnya Ayesha menggeser benda pipih itu menyentuh tombol hijau, "Assalamualaikum" tak ada jawaban dari Haras.
hening
"San" Ayesha tak ingin terlalu percaya diri menyebut nama Haras.
"Ini aku"
Disaat dirinya keluar dari dapur, matanya berpapasan dengan mata Haras yang sudah sampai didepan pintu masuk Cafe.
Deg. Jantung Ayesha memompa lebih cepat dari biasanya. dirinya masih mematung didepan pintu dapur.
"Ha..Haras"
"Aku gak mau Har"
Ayesha masih bersikukuh tidak ingin pulang kerumah dengan Haras.
"Kalau gitu aku yang nginep disini." tegasnya dan langsung berbaring di sofa.
"Mana bisa, ini ruang kerjaku. mana bisa kamu tidur disini!"
Ayesha masih berdiri mematung menyaksikan tingkah Haras yang dirasa menyebalkan.
"Kalau gitu kita pulang sekarang!" bangun dari berbaringnya dan segera memegang tangan Ayesha menyeretnya keluar ruangan.
"Lepasin Har.. sakiitt." cicit Ayesha, langkah lebar Haras membuat dirinya kesulitan untuk menyeimbangkan badannya dan akhirnya.
Bruughh
"Aww" Ayesha meringis karena pantatnya terbentur lantai dan posisinya sekarang membuat jantungnya bertalu-talu sangat kencang.
Haras berada diatas Ayesha dengan lengannya sebagai penyangga supaya tidak menindih tubuh kecilnya. Perlahan wajah Haras semakin mendekat dan itu membuat Ayesha sedikit terkejut namun sesaat dirinya sadar dan langsung mendorong tubuh Haras agar menjauh darinya.
"Pergilah Har, Sandra sedang menunggumu dirumah." ucapnya pelan.
mendapat perintah seperti itu, akhirnya Haras mengalah dan berlalu keluar dari cafe itu.
*******
"Bagaimana apa yesha mau kembali kerumah?"
Sandra yang baru keluar dari kamar langsung melontarkan pertanyaan itu kepada suaminya.
"Sudahlah sayang jangan paksa aku terus menerus, biarkanlah dia seperti itu."
Haras yang sedang menahan gairah akibat kejadian di cafe Ayesha langsung menyerang Sandra dengan ciumannya.
"Haras jangan seperti ini, aku merasa bersalah pada Yesha, bagaimana pun dia juga istrimu, akan berdosa bila aku tidak mengingatkanmu, kamu juga harus bisa adil padanya."
Haras menghela nafas sebentar sebelum dirinya duduk diruang tamu.
"Aku sudah mencobanya San, tapi dia memang keras kepala." ujarnya.
"Tapi bagaimanapun......"
Ucapan sandra belum selesai ketika sebuah dering telpon berbunyi milik Haras.
Nama *Mama* tertera dilayar dan langsung menggeser tombol warna hijau.
"Waalaikumsalam pah."
"........."
"Yasudah besok pagi Haras ke Bandung, Iya. Papa jangan terllau capek juga ya pah."
".........."
"Iya Waalaikumsalam."
Panggilan pun berakhir, Haras langsung memeluk Sandra entah mengapa hanya pada Sandra dirinya berkeluh kesah.
Sebegitu dalam kah cintanya pada Sandra hingga menutup hati pada wanita lain termasuk istri pertamanya.
"Ada apa Har." tanya nya ketika pelukan mereka terlepas.
"Darah tinggi ibu kambuh, Aku akan ke Bandung besok sama Ayesha, apa boleh?" meminta persetujuan seolah sandra lah istri pertamanya.
"Tentu saja." jawabnya seriang mungkin, meskipun sama merasakan sesak didada.
"Yasudah sekarang kita tidur ya sayang, takut besok kesiangan." ucapnya manja dan langsung menggendong ala bridal style.
Sandra yang mendapat perlakuan seperti itupun tersipu malu.
******
Ayesha yang baru saja selesai shalat subuh merasa ada yang mengetuk pintu restorannya pun bergegas keluar untuk melihat siapa yang datang dipagi buta seperti ini.
Ayesha sedikit terkejut akan kehadiran Haras sepagi ini di cafenya. Ia langsung membuka kunci pintu depan Cafenya
"Assalamuakaikum, Aku kesini buat minta kamu ikut aku ke Bandung karena Ibu sakit." Ucapnya to the point.
"Waalaikumsalam, untuk apa ajak aku bukankah dirumah sudah ada sandra yang sudah jelas istrimu." Ayesha menjawab dengan nada ketus.
"Aku tidak ingin berbedat, segera kemasi barangmu dan ikut aku. kita akan menginap dua hari disana."
dan dengan langkah berat ayesha pun menurut, karena entahlah.. mungkin dirinya pun sama terlalu lelah untuk berdebat dipagi buta seperti ini.
Setelah siap, mobil Pajero sport hitam itu kangsung meluncur kearah luar kota jakarta, selama satu jam diperjalanan tak ada yang bersuara baik Ayesha maupun Haras keduanya sama tersiam dengan pikiran masing-masing. Ayesha dengan ponsel pintarnya sednagkan Haras fokus mengemudi.
sesekali Ayehsa melirik kearah Haras, betapa bahagianya orang yang dicintai oleh orang tampan seperti haras, tinggi sekitar 180cm dengan berat badan proporsional, wajah tampan sempurna sungguh beruntung seorang Sandra bisa dicintai oleh sosok sempurna seperti Haras.
"Kenapa? aku tampan ya."
Suara haras mengembalikan pikiran Ayesha, namun dirinya enggan menjawab dan lebih fokus pada ponsel pintarnya kembali.
"Sampai disana, kamu harus bersikap sewajarnya seorang istri...." Haras menasehati Ayesha seolah dirinya tak punya cela, lihatlah betapa angkuhnya seorang Harasetya Kevano.
"Buakankah kamu yang tidak pernah menganggap keberadaanku." ketus Ayesha sembari melihat kearah luar jendela.
"Tidak bisakah kamu menganggapku istri sesuangguhnya, bahkan dengan sandra kamu begitu baik sesmdangkan denganku.." Ayesha meluapkan apa yang sudah dipendamnya langsung pada Haras.
"Cukup!" Bentak Haras
"Kamu lelaki yang tidak punya perasaan Har, aku semakin yakin untuk mempercepat perceraian kita."
" Jangan macam-macam kamu" katanya sedikit mengancam. tapi Ayesha tak akan takut kali ini.
"Sebutkan alasan apa aku harus bertahan untuk pernikahan ini."
Ayesha sudah tidak tahan lagi dengan semua sikap Haras padanya.
"Setidaknya tunggu sampai Ibu sembuh dulu, baru aku akan mengurus semuanya."
"Baiklah, selama itu pula aku tetap akan diruang kerjaku dan kamu bebas melakukan apapun sesukamu!" Tegas Ayesha
Haras hanya tersenyum meremehkan.
"Apa kamu cemburu?"
"Jangan berbangga diri, Cemburu terlalu mahal aku lakukan, aku hanya tidak suka diperlakukan berbeda"
"Cih, kenapa kamu tidak mengakuinya hm?" tanyanya menggoda.
"Kalau bukan karena kedua orang tuaku aku juga tak ingin menikah denganmu!"
Kali ini perkataan Ayesha mampu membuat amarah Haras mencuat, Haras langsung menepikan mobilnya ke sebuah hotel sebelum menuju rumah orang tuanya.
Rasanya dia harus memberikan pelajaran kepada Ayeaha karena kelancangan dirinya, yang menganggap Haras tak pantas untuk menikah dengan seorang gadis biasa.
"Mau apa kamu!" Ayesha sudah memegang seatbelt nya saat haras memarkir mobilnya disalah satu hotel ternama dikota bandung.
"Turun, atau aku yang akan menggendongmu keluar!" Bentaknya
"Aku tidak mau!" Ayesha masih bersikukuh tak ingin keluar.
"Baiklah ternyata kamu suka cara kasar."
Haras sudah siap untuk menggendong Ayesha dalam dekapannya namun siapa sangka Ayesha malah berteriak tapi untung saja Haras memakirkan mobilnya dibasement jadi suara Ayesha tak terlalu terdengar entah karena apa tapi sepertinya tuhan sedang berpihak pada Haras.
"Tol..Hmmmppt"
Suara itu terhenti ketika Haras langsung ******* bibir Ayesha dengan kasar, tak membiarkan dirinya bernafas barang sedetikpun membuat Ayesha geram dan memukul lengan Haras sekuat tenaganya.
Air matanya sudah membasahi pipinya, meskipun tubuhnya menerima sentuhan tapi pikirannya terlalu mendominasi sehingga harus segera mengakhiri kelakuan bejat suaminya dan.......
PLAK!
Tamparan dari tangan tangan Ayesha menghentikan ciuman panas teesebut, Ayesha yang masih menangis hanya tertunduk, mengakui bahwa kesalahannya fatal
tak seharusnya dirinya bertindak kasar, suaminya memang berhak atas diirinya tapi diperlakukan seperti itu, wanita manapun tak akan terima terlebih suaminya mencintai orang lain bukan dirinya.
Haras masih memegang pipi bekas tamparan dari Ayesha. Dengan geram Haras langsung mencengkram dagu Ayesha.
"Beraninya kau!"
Satu tangannya yang bebas bersiap untuk melayangkan tamparan balasan.
Demi Tuhan jika benar Haras melakukannya Ayesha tak akan segan untuk menuntut cerai darinya saat ini juga.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!