Selamat pagi dunia.
Kalian tahu novel online? iya itu, yang banyak dibaca dan tulis kaum wanita dari yang remaja sampai yang emak-emak. Ada banyak ragamnya, dari si biru, oren, merah, kuning, hijau, ungu, pokoknya banyak udah kaya pelangi. Mereka meramaikan khasanah pernovelan online dengan menjadi penulis dan juga pembaca. Bagi penulis, lumayan bisa dapat penghasilan tambahan meskipun ada juga yang menulis karena hobi. Bagi pembaca tentunya buat hiburan mengisi kekosongan waktu.
Dari kegiatan itu, nggak jarang ada yang sampai menjalin hubungan pertemanan hingga bertukar nomor telepon atau sosial media lain. Seperti Aira dan Melvi salah satunya. Mereka ini awalnya kenal sebagai idola dan fans, dimana Aira sebagai penulis famous dengan level Author yang gak main-main, dan Melvi sebagai pembaca setia yang selalu ada di setiap karya Aira.
Kata Melvi, Aira merupakan Author idolanya. Nggak cuma bagus dari segi alur, tulisan Aira pemilihan diksinya juga sangat epic, pas sekali jika dikatakan Aira penulis yang berbakat. Dan sebenarnya karya Aira ini sudah ada yang mau diadaptasi ke buku cetak.
Bermula dari menulis dan membaca akhirnya mereka semakin akrab dari hari ke hari. Nggak cuma sekadar komen-komenan atau wa atau telepon, mereka bahkan sudah beberapa kali bertemu langsung. Dan sekarang dua orang itu punya acara healing bersama, staycation ke villa puncak bogor dengan membawa keluarga masing-masing.
Aira membawa suaminya bernama Adrian, Melvi juga bawa suaminya bernama Galang.
Dari dua pasangan itu hanya Aira dan Adrian yang sudah mempunyai anak perempuan berusia tiga tahun. Itu pun tinggal bersama Mbahnya lantaran orang tua Aira kesepian di rumah.
"Akhirnya kita bisa healing bareng kaya gini ya kak Aira, setelah melewati drama jadwal bentrok berkali-kali. Iya maklum sih, setiap orang kan pasti punya kesibukan masing-masing." Melvi si paling berisik dari empat orang ini membuka obrolan. Aira lebih pendiam, karena ia memang seorang introvert. Kalem-kalem gimanaaa gitu.
"Iya kak Mel, aku senang akhirnya bisa liburan bareng teman kaya gini. Ini baru pertama kalinya." Aira menyahut dengan suaranya yang lembut banget. Beda sama Melvi, cewek itu kalau ngomong udah kaya sound dangdutan.
"Lho biasanya kakak nggak pernah hang out bareng teman-teman? jangan-jangan kalau liburan beduaan terus ya?"
"Iya kak, betul sekali." Aira menjawab full senyum
Kaum laki-laki sudah beres angkut barang bawaan. Kini mereka sudah siap jalan, dengan Adrian yang nyetir mobilnya karena emang bawa mobil punya dia. Awalnya Melvi yang mau danain semua akomodasi, tapi Aira nya nggak mau banyak ngerepotin soalnya Melvi udah bayar Villa.
Mobil Toyota Rush putih yang ditumpangi mereka meluncur, memecah jalanan kota Jakarta menuju destinasi wisata pegunungan.
Demi memecah kesunyian, karena mau ngobrol sepanjang jalan pun gak akan mungkin, Adrian memutar musik lagu Slank berjudul Terlalu Manis.
Tanpa diduga Melvi turut bernyanyi mengikuti liriknya. Suaranya lumayan bagus, tapi gak semerdu penyanyi profesional.
"Terlalu manis, untuk dilupakan.. kenangan yang indah bersamamu tinggalah mimpi."
Pokoknya Melvi gak ada diamnya. Yang bertiga masih diam mendengarkan, sedangkan dia udah konser dari tadi. Lagu pun habis dan berganti tapi masih lagu-lagunya Slank. Sekarang judulnya Ku Tak Bisa.
Kali ini Adrian mulai ikut bernyanyi juga.
"Aku suka Slank. Mas Adrian jangan-jangan fansnya juga nih, dari tadi lagunya mereka semua hehe." Melvi nyeletuk, Adrian agak kikuk sebenarnya karena ini baru pertama dia diajak ngobrol sama Melvi setelah sebelumnya para istri-istri saja yang berbincang.
"Iya emang suka. Wah berarti kita band favoritnya sama." Jawab Adrian. Aira menoleh ke suaminya yang sedang nyetir. Baru dia mau menanggapi sudah keduluan Galang, suaminya Melvi yang sedari awal merem melek tidur nggak bisa-bisa.
"Ketemu temen nyanyi bareng sekarang kamu beb. Bang dia kalau nyanyi hati-hati aja, soalnya bisa bikin kuping budeg." Galang baru bersuara yang langsung dikeplak manja sama istrinya. Dengar suaminya Melvi bercanda gitu, Adrian pun jadi enjoy, karena dia sempat mikir kalau Galang orangnya kaku yang nggak bisa dideketin. Apalagi waktu liat awal ketemu mata Galang memerah, Adrian sudah jiper duluan.
"Aku udah ganggu kamu ya cinta? katanya kamu mau tidur di sepanjang perjalanan. Malam kamu begadang kan?"
"Denger kamu nyanyi jadi susah tidur. Ganti aja kali yak lagunya biar kamu lebih kalem."
"Dih, tidur mah tidur aja kali Mas. Biasanya juga kamu anteng denger suara berisik aku huuuh. Lagian bukannya sesuai kesepakatan perjanjian. Kamu yang buat kamu yang malah ingkar!"
Galang orangnya paling malas diajak liburan apalagi bareng sama teman istrinya. Makanya dia buat perjanjian sama Melvi bahwa dia mau ikut asal jangan ganggu waktu tidurnya.
"Lucu ya mereka. Orangnya asyik buat diajak bercanda. Jadi rame, nggak canggung-canggungan." Ujar Adrian pada Aira dengan bisik-bisik.
"Iya Mas, aku sama kak Melvi jadi saling melengkapi. Aku introvert dia ekstrovert. Aku diam dia ramai hehe."
Melvi dan Galang masih terus saja berisik di bangku penumpang. Adrian dan Aira hanya senyum-senyum tipis sambil geleng kepala. Adrian melihat spion sekilas eh matanya malah bertabrakan dengan Melvi. Adrian kembali fokus menatap jalanan.
"Bang, puterin lagu full album Last Child, tapi yang jaman dulu." Galang request lagu ke Adrian.
"Oke siap Mas bro."
Ada yang merasa satu frekuensi ketika Galang minta diputar lagu-lagu Last Child, Aira orangnya. Dalam hati ia bergumam,
Ternyata suaminya kak Melvi sama kaya aku, suka Last Child.
Adrian merasa salah memutar, karena lagu yang mengalun bukan yang dimaksud Galang. Aira yang paham langsung bicara pelan dan segera mengambil alih pemutaran.
Lagu-lagu Last Child mengalun, suasana dalam mobil hening. Aira dan Galang menikmati dalam diam, tidak bernyanyi sahut-sahutan satu sama lain seperti yang dilakukan Adrian dan Melvi.
.
.
Bersambung.
Lagi pengen nulis dimana bahasa narasinya bahasa keseharian hehe. Maap ya.
Kira-kira situasi di Villa saat liburan nggak jauh beda sama waktu di mobil. Moment tersebut sudah berlalu satu bulan, dan mereka belum lagi mengadakan rencana.
Kesibukan masing-masing menjadi kendala utamanya. Galang adalah orang yang paling nggak bisa agendanya dikondisikan karena memang kepentingannya kerap dadakan. Maka, acara healing bareng gak pernah lagi terlaksana. Paling ketemu ngopi juga makan bareng antara Aira, Melvi, dan kadang-kadang Adrian juga ikut.
"Akhir-akhir ini kamu lembur terus, aku bikinin kamu jamu ini Mas. Lumayan buat bikin badan segar." Aira bicara pada Adrian.
"Iya nih sayang. Dan Mas mau koreksi kalimat kamu yang salah."
"Hah?" Aira bingung mana yang salah. Memang benar kan Adrian sering pulang telat karena ada kerjaan tambahan di kantor.
"Aku nggak lembur sebenarnya. Mas ngerjain kerjaan yang numpuk itu hanya loyalitas. Bukan kantornya yang kejam nggak mau bayar, tapi emang ini ada kesalahan aku dan tim jadinya kami bertanggungjawab buat menyelesaikannya."
"Oh gitu Mas. Kesalahan apa memangnya?"
"Adalah pokoknya. Dijelaskan panjang lebar pun kamu nggak akan ngerti sayang. Kamu sendiri baru balik ke rumah ya?"
"Iya Mas. Hari ini toko bunga lagi agak sepi. Aku niatnya mau nunggu sampai malam kali aja ada rejekinya. Tapi ya...mungkin emang pendapatan cukup sampai segini aja."
"Lagian Ra, sebaiknya kamu tutup aja toko bunga itu ganti sama jualan barang yang banyak minat dipasaran atau bisa kamu jual bahan kebutuhan pokok. Bunga itu termasuk kebutuhan tersier yang nggak semua orang dan kalangan butuh itu. Prospeknya kurang bagus menurut aku sih."
Aira menghela nafas. Adrian memang dari awal sudah protes soal usaha yang ditekuni istrinya karena bukan jual kebutuhan primer, namun baru kali ini kalimat yang dilontarkan Adrian cukup menohok. Setidaknya dulu Adrian nggak sampai nyuruh tutup toko.
"Aku masih mau berusaha Mas. Passion ku ada di menulis dan juga suka keindahan bunga."
"Kamu coba deh kerja di kantoran kaya temanmu Melvi. Kalau kamu mau, aku bisa coba carikan."
"Nggak Mas. Aku udah nyaman begini saja. Lagipula aku bukan kepala keluarga yang ngoyo harus menutupi seluruh kebutuhan."
Adrian sadar dirinya sudah salah bicara. Jika Aira sudah berbicara sarkas maka Adrian melembutkan bicaranya.
"Maaf, sebaiknya kita jangan bahas itu lagi. Aku mau mandi dulu ya sayang. Air hangatnya sudah ready kan? oh iya, bagaimana novel kamu yang baru? bagus nggak retensinya?"
"Sudah Mas, air hangat sudah ready. Alhamdulillah bagus dan gajianku sudah mau cair juga. Aku mau nyiapin makan malam dulu."
Adrian pergi kamar sementara Aira nyelonong ke dapur. Baru banget depan pintu kamar hp Adrian bergetar ada telepon. Sebelum ngangkat teleponnya, Adrian nengok dulu ke arah istrinya berada. Aman. Aira sudah menghilang dibalik sekat ruang tengah. Adrian terlihat terburu-buru masuk ke dalam kamar.
...***...
Makam malam sudah selesai. Badan bersih, perut kenyang, tinggal.. bobo. Tapi adiknya Adrian gelisah minta di garuk.
"Sayang, Mas pengen."
Lelaki bisa gitu ya? aku masih badmood karena dibandingkan dengan wanita pekerja kantoran, eh Mas Adrian malah seakan kaya nggak pernah ngomong itu. Dumel Aira dalam hati. Cewek itu kalau tercubit perasaannya suka masih kepikiran, walaupun mereka sudah berlagak biasa saja. Aira selalu ingat pesan orangtua yang nggak boleh membesar-besarkan masalah.
"Maaf Mas, aku lagi halangan." Aira mengusap-usap kepala suaminya yang nyundul-nyundul mulu dari tadi.
"Yaah, jangan-jangan baru hari ini?"
Aira mengangguk, seketika Adrian jadi lesu, lemah dan lunglai. Suami Aira itu jadinya main hp sambil menunggu kantuk tiba. Dia scroll-scroll layar sambil bibirnya senyum kadang sampai cekikikan. Kelihatannya senang sekali Adrian sama hp nya.
Aira yang lagi ngetik tulisan di hpnya tergugah pengen ngintip hp Adrian. Apa yang sekiranya bikin Adrian senang sekali?
Dilihat ternyata Adrian lagi baca novel milik Aira. Anehnya novel yang lagi dibaca bergenre Angst alias sedih, tapi kenapa Adrian malah ketawa?
"Mas, kamu lagi baca novel aku ya? itu kan cerita sedih nggak ada lucu-lucunya sama sekali. Kok kamu malah senyam-senyum ketawa sih?" Aira merasa heran.
"Ah iya, ceritanya emang sedih banget. Mas ngetawain komentar pembaca. Masa akun Melvira_vira komentar nangis sesegukan si karakter cowok utama mati ternyata plotwist nya cuma mimpinya si cewek doang, eh si Melvira_vira ini air mata sama ingusnya yang keluar minta dibalikin gara-gara nangisin si tokoh utama yang gak jadi mati. Lucu banget kan?!"
"Ehehe.. ehehe.. " Aira tertawa garing, sedangkan Adrian senyumnya makin lebar.
"Itu kan akun kak Melvi." Celetuk Aira. Adrian bereaksi kaget seakan-akan dia baru tahu.
"Emangnya ya? pantesan kalau gitu."
"Pantesan apa nih Mas?"
"Pantesan lucu."
Udah lagi PMS, ditambah enggak tahu kenapa suaminya dari tadi mengagung-agungkan wanita lain mulu membuat Aira rajin tarik nafas.
"Kamu aku perhatikan akhir-akhir ini suka komentar tentang kak Melvi, bahkan kadang membandingkan aku sama dia. Kamu suka ya?" tembak Aira sembari cengar-cengir.
"Mulai deh. Jangan suka mengaitkan antara kagum sama suka ya. Beginian doang nggak usah di kait-kaitkan yang bikin kita berantem. Tidur yuk ah, dah malam." Adrian menghindar.
Aira malas memperpanjang. Wanita itu meneruskan kegiatan menulisnya dan membiarkan suaminya tidur duluan.
...***...
Di pasar tradisional.
Aira sedang melihat-lihat sayuran yang menyegarkan mata, tiba-tiba dia kepincut sama brokoli dan kangkung. Nggak pakai mikir ini itu dia langsung membelinya beberapa untuk stock bahan masakan. Dia bayar lalu menunggu kembalian. Datang lah pembeli lain berdiri di samping Aira nanya-nanya harga. Tapi sebelum itu, si pembeli menegur Aira duluan karena kenal.
"Mbak Aira, lagi belanja juga to?!"
"Eh iya ni kak," jawabnya. Siapapun orangnya, Aira bakal panggil dia kak. Kecuali cowok.
"Bagaimana kabarnya kak, sudah lama kita gak bertemu?"
"Baik Mbak Aira. Main lah ke rumah ku bareng Adrian."
Si cewek ini teman Adrian di kantor. Nggak heran kalau panggilannya cukup akrab tanpa embel-embel.
"Iya kak, nanti diatur. Oh iya kakak lagi nggak masuk kerja?"
"Aku lagi cuti. Kerjaan di kantor lagi senggang Mbak, makanya ini kesempatan karyawan ajuin cuti."
"Oh senggang ya."
"Iya Mbak, malah nggak ada lemburan bulan-bulan ini ya karena kerjaan lagi lancar. Udah gitu belum ada proyek masuk yang menyita atensi lebih."
Nggak ada masalah? padahal kak irene ini satu tim dengan Mas Adrian.
"Berarti pulang sore terus ya kak? apa ada loyalitas sampai malam gitu?"
Irene agak aneh sama pertanyaan Aira.
"Loyalitas ya? kayanya eng-gak ada deh Mbak. Soalnya kalau emang nambah jam ya harus lembur dibayar. Kalaupun nggak perlu nambah, ya harus pulang. Emangnya kenapa to Mbak?"
"Ah enggak kak, hehe, cuma nanya aja. Aku duluan ya kak."
"Iya Mbak Aira, hati-hati."
Aira tergesa-gesa menjauh dari Irene karena nggak mau raut wajahnya terbaca kalau dia lagi kepikiran sesuatu.
Mas Adrian selama ini kemana?
.
.
Bersambung.
Sayang, jaket favorit aku dimana?" Galang bertanya pada istrinya yang asyik main hp diatas tempat tidur.
"Di.. kamu terakhir ngelepasnya dimana hayo?" Melvi malah balik bertanya karena sesungguhnya emang dia nggak tahu. Melvi wanita pekerja yang diberi kebebasan cuma-cuma oleh Galang.
Mau masak silahkan, nggak ya gapapa. Pekerjaan rumah di handle sama jasa bersih-bersih. Anak belum punya karena belum dikaruniai. Soal urusan Galang, dari pakaian sampai makan, Galang termasuk suami yang mandiri lantaran apa-apa sendiri.
Ngambil baju sendiri.
Ngambil makan sendiri.
Galang nggak protes minta diperlakukan layaknya istri kepada suami pada umumnya. Dia sayang banget sama Melvi makanya si istri nggak dituntut apapun yang sekiranya Melvi keberatan buat menjalankannya. Yang penting ada satu syarat yang harus dipegang teguh kalau mau terus dicintai ugal-ugalan sama seorang Galang, yaitu 'harus setia'.
"Oke udah ketemu."
"Okeh kalau begitu, boleh aku kembali bermalas-malasan lagi?"
"Boleh."
"Makasih cinta, muach.. muach.. " Melvi cium telapak tangannya sendiri, terus niup seolah-olah kaya ada debu lope-lope di tangannya biar beterbangan ke Galang. Galang hanya tersenyum tipis lalu melanjutkan cari kaus kaki.
Malam ini Galang ada urusan pekerjaan tentang proyek yang sangat menguntungkan. Galang punya perusahaan, namanya PT. Rawa Intan Makmur. Tapi perusahaannya belum berskala besar. Omset kotornya baru di angka milyaran saja. Parahnya, Melvi nggak tahun soal itu. Dia hanya tahu Galang sering pergi meninggalkannya yang gak mengenal waktu. Mau pagi, mau siang, mau tengah malam kadang-kadang Galang langsung main pergi aja.
Melvi malah nyangkanya si suami kerja yang nggak halal karena kelakuan dan tampang Galang yang urakan. Walaupun mikirnya begitu, Melvi tetap suka duitnya Galang. Penampilan Galang emang nggak mirip kaya direktur. Orang kalau lihat penampilan Galang justru kaya pengangguran.
"SAYAANG..KESINI DULU SEBENTAR." Panggil Galang dari ruang walk in closet.
Melvi bangun dari rebahannya, buru-buru menghampiri sumber suara.
"Ada apa cinta?"
"Aku mau pergi ke luar kota. Pulangnya aku nggak bisa pastikan kapan. Nanti kalau aku dapat duit, kamu aku transfer lagi."
"Iya Mas, terimakasih banyak, banyak, banyak. Jangan lupa have fun sama teman-teman ya."
Galang mengangkat jempol sebagai tanda oke dari kalimat yang dilontarkan Melvi. Kemudian dia pergi dengan seorang lelaki, yang Melvi tahu itu bestinya Galang dari jaman sebelum menikah.
...***...
Sepeninggal Galang, Melvi betul-betul jadi si pemalas yang ogah beranjak dari kasur barang sedetik pun. Tidur ya enggak, main hp juga sudah bosan. Tapi ada yang ditunggu-tunggu Melvi sejak tadi, yaitu detikan waktu.
Melvi nungguin jam satu malam yang mana waktu tersebut rutinitas ia mencurahkan hati kepada Adrian. Iya Adrian, suaminya Aira. Konon katanya, jam-jam segitu adalah waktu pamungkas untuk masuk ke hati seseorang dengan cara menghiburnya.
Adrian menghibur Melvi yang sedang kesepian.
Galang sangat percaya dengan Melvi, makanya dia masang CCTV hanya di bagian beranda rumah. Di kamar, Melvi berani menghubungi Adrian karena sudah kode mereka berkomunikasi. Selain dari jam satu malam, nggak boleh saling menghubungi sebelum mereka menemukan cara lain agar bisa berkomunikasi disepanjang waktu.
"Maaaass... "
"Iya."
"Suamiku keluar kota, tapi pulangnya gak tahu kapan. Kesempatan yang bagus buat kita ketemu Mas, banyak yang mau aku ceritakan tentang kesedihan ku selama ini. Aku juga dua hari lagi mau ulang tahun."
Adrian diseberang sana memantau situasi. Aira sudah terlelap jadi ia mengendap-endap mencari spot yang enak teleponan sama istri orang.
"Oh ya, bagus dong. Nanti pas kamu ulang tahun kita ketemuan, sekalian aku mau kasih kado spesial."
"Wow, kado apa tuh? jadi penasaran xixixxi."
"Rahasia dong. Jadi gak boleh sedih lagi ya, aku akan selalu ada buat kamu." Adrian memberi Melvi perhatian yang wanita itu gak bisa dapetin dari Galang.
"Terimakasih kamu selalu ada buat aku Mas. malam ini aku cantik nggak?"
"Cantik banget say." Mata Adrian disuguhkan pemandangan indah dimana bukan hanya tersuguh paras cantik terawat, juga Melvi sengaja memakai gaun tidur bersama Galang. Leher jenjang mulus dan buah ranum yang mengintip membuat Adrian menelan ludah. Sudah tak dapat jatah, eh malah tambah panas gara-gara beginian. Semakin pusing saja kepala Adrian.
"Kamu juga ganteng banget malam ini. Muka kamu kenapa sayang, kok gelisah gitu?" tanya Melvi pakai nada yang manja.
"Gak apa-apa. Cuma sedikit pusing hehe. Maklum sudah beberapa hari Aira lagi halangan."
"Oooooh. Maaf bukannya aku murahan atau gimana ya Mas, selama ini kamu yang selalu bantu aku. Sekarang apa kamu mau aku bantuin biar--"
"Enggak Mel." Adrian langsung menyelak karena tahu maksudnya Melvi itu apa. Melvi sendiri melongo sama reaksi Adrian yang terlihat gugup.
"Oke baiklah." Melvi jadi semakin penasaran dengan Adrian.
"Mel, meskipun aku begini, rasa sayang aku tetap buat Aira. Aku nggak mau kehilangan dia makanya kontak fisik kita jangan berlebihan. Oh iya sama satu lagi, mungkin setelah pertemuan kita dua hari kedepan sebaiknya komunikasi kita di kurangi. Aira sudah mulai skeptis sama aku."
"Iya Mas, aku ngerti hubungan ini cuma buat have fun aja dari penatnya dunia. Dari kekosongan dan kehampaan yang kita miliki. Jalani saja keindahan ini, sampai pasangan kita udah mulai curiga baru kita akhiri. Begitu kan Mas?"
"Iya benar sayangku."
"Siapa yang kamu bilang sayangku? bukannya kamu sayang bangetnya sama Aira?"
"Iya sih." Adrian nyengir garuk-garuk kepala.
"Huuh, terus sama aku nggak dong?"
"Sayang juga tapi sedikit."
"Dih!"
"Hahaha"
Melvi dan Adrian tertawa tanpa dosa. Adrian melihat jam tangan sudah dua puluh menit mereka melakukan video call. Dia segera pamit pada Melvi.
"Aku tutup dulu ya, nanti kita video call lagi."
"Hmm, gak mau. Masih kangen tauu."
"Jangan gitu sayang, udah malam juga kamu kasihan belum bobo."
"Yaudah, cium dulu atuh biar kangennya terobati."
Adrian menuruti kemauan Melvi dengan mencium layar hp nya.
"Okeh. Nanti yang langsung juga ya."
Adrian terkekeh. Gara-gara Melvi minta yang langsung juga, jadilah terbayang waktu mereka ciuman. Hubungan mereka sudah sampai icip-icip bibir.
"Iya, apa sih yang nggak buat kamu."
.
.
Bersambung.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!